Pendekatan Hermeneutika
Pendekatan Hermeneutika
I.
PENDAHULUAN
Hermeneutika dapat didefinisikan suatu teori atau filsafat interpretasi makna.
Baru-baru ini hermeneutika muncul sebagai topik utama dalam filsafat ilmu sosial,
filsafat seni, dan bahasa, dan dalam kritik sastra, meski asal usul modernnya bermula
dari awal abad Sembilan belas.
Pemahaman terhadap penafsiran teks tidak hanya menajadi perhatian ilmu
pengetahuan, tetapi jelas merupakan bagian dari seluruh pengalaman manusia tentang
dunia. Dalam memahami tradisi tidak hanya memahami teks-teks, tetapi wawasan juga
diperoleh dan kebenaran-kebenaran harus diakui. Dihadapan ilmu pengetahuan modern
yang mempunyai posisi dominan dalam penjelasan terhadap konsep pengetahuan.
(Gadamer, 1975:V)
Sebagai sebuah pendekatan, akhir-akhir ini hermeneutika semakin di gandrungi
oleh para peneliti akademis, kritikus sastra, sosiolog, sejarawan, antropolog, filosof,
maupun teolog, khususnya untuk mengkaji, memahami dan menafsirkan teks (scripture),
misalnya: Injil dan Al-Quran.
Lebih lanjut, Fahrudin Faiz menyatakan bahwa term khusus yang digunakan
dalam pengertian kegiatan interpretasi dalam wacana keilmuan Islam adalah tafsir
bahasa Arab fassara atau fasara ini digunakan secara teknis dalam pengertian eksegesis
di kalangan orang Islam dari abad ke-5 hingga sekarang. Sedangkan Amin Abdullah
menyebut hermeneutika sebagai fiqhtafsir wat tawil.
II.
PEMBAHASAN
1. Pengertian dan Sejarah Hermeneutika
Disepanjang
sejarahnya,
hermenutika
secara
sporadic
muncul
dan
Tentang istilah hermenutik sendiri secara historis baru muncul pertama kali
dalam karya Johann Konrad Dannhauer, seorang teolog Jerman yang berjudul
Heremeneutika Sacra, Shive methods Exponendarums Sacrarum yang ditulis pada
tahun 1654. Sebagai seorang teolog, hermeneutika yang dibahas masih terbatas dalam
penafsiran teks-teks Bibel. (Rahardjo, 2008:54)
Ilmu Hermeneutik adalah ilmu yang cukup baru karena baru dikenal sekitar
tahun 1567 AD. Namun demikian prinsip-prinsip Hermenutik sebenarnya sudah
dikenal sejak jaman Diaspora yaitu masa pembuangan bangsa Israel. Oleh karena itu
untuk mempelajari sejarah Hermeneutik kita harus kembali paling tidak lima abad
sebelum Kristus lahir.
A. Hermeneutik Yahudi
Sejarah Hermeneutik Yahudi sudah dimulai sejak jaman Ezra
(457SM), pada waktu orang-orang Yahudi sedang berada di tanah
pembuangan. Usaha pertama yang dilakukan oleh Ezra dan kelompok
para
imam
adalah
menghilangkan
gap
bahasa
yaitu
dengan
tentang
pelaksanaan
hukum-hukum
Taurat.
Karena
pikiran
manusia
hanya
bisa
memaksakan
pengandaian
yang
hubungan
sangat
dekat.
Dalam
Gadamers
Philoshopical
berbagai macam bahasa seperti; bahasa puisi, hukum, dsb. Di sinilah letak
perbedaan antara pemakaian bahasa sebagai bahasa ibu dengan seorang yang
berusaha untuk dapat berbicara dengan bahsa yang sama. (Sumaryono, 1999:
27)
Hermeneutika merupakan ilmu untuk memahami atau mengerti makna
tersebut. oleh karena itu menurut Gadamer memahami itu artinya memahami
melalui bahasa (Rahardjo, 2012: 35). Dengan begitu tampaknya bahasa
memiliki realitas obyektif tersendiri, karena maknanya tidak dapat ditemukan
secara efektif dan sepihak, baik oleh author (pengarang) maupun oleh
pembaca (reader). Ketika seorang atau sekelompok menggunakan perantara
bahasa sebagai media komunikasi, dialog untuk menuangkan buah pikiran,
secara otomatis mereka harus memahami keterbatasan-keterbatasan yang
melekat di dalamnya.
B) Langkah Paradigma dan Metodologis
Pemakaian istilah hermeneutika dalam kajian interpretasi pada dunia
islam adalah sesuatu yang baru dan tidak terbiasa dalam kerjasama tradisional.
Tidak adanya istilah yang definitive bagi bermeneutika dalam disiplin ilmu
Islam klasik dan tidak digunakannya dalam skala yang berarti dalam kajian
Al-Quran tidak berarti bahwa paham hermeneutika yang definitive atau
pemberlakuannya dalam kajian Al-Quran yang tradisional atau disiplin yang
lainnya itu tidak ada. (Hasyim, 2008:142) Dalam tradisi pemikiran Islam tidak
se-semarak dalam tradisi Kristen dan Yahudi. Kenyataan ini khususnya
berlaku pada masa Nabi dan sahabat. Pada masa itu pemahaman dan
pengalaman agama atas dasar pijakan hermeneutika belum sepenuhnya di
kenal.
Setidaknya ada dua faktor utama yang menyebabkan keringnya
diskursus hermeneutis dalam pemikiran Islam klasik, khususnya periode Nabi
dan Sahabat, persoalan penafsiran Al-Quran sangat terkait dengan kenabian
Muhammad.
Dalam
posisi
ini
Muhammad
tidak
hanya
berfungsi
dogmatis
ketimbang
penalaran
kritis.
Mereka
mempercayai saklaritas Al-Quran yang secara literal berasal dari Allah dan
karena itu membacanya merupakan ibadah. Implikasinya penafsiran literal
terhadap ayat-ayat Al-Quran merupakan langkah populer yang dilakukan
umat Islam dalam memahami kandungan Al-Quran dan mereka memerlukan
perangkat metodologis hermenutika dalam memahami Al-Quran. (Supena,
2008:29-30)
Adalah Hasan Hanafi-lah yang pertama kali memperkenalkan
Hermeneutika pada dunia pemikiran Islam dalam bukunya yang berjudul:
Les MethodesdExeges, Essai sur La Science des Fordements de la
ComprehesionIlm Usul al-Fiqh pada tahun 1965(Muzairi, 2003:60). Selain di
mesir, seperti Hasan Hanafi, Muhammad Abduh dan Nashr Hamid Abu Zayd
sendiri, tokoh Islam yang menggeluti kajian Hermeneutika antara lain : di
India, Ahmad Khan, Amir Ali dan Ghulan Ahmad Parves, yang berusaha
melakukan
demitologisasi
konsep-konsep
dalam
Al-Quran.
Lalu
disampaikan
kepada
dunia
Islam,
meskipun
banyak
yang
menggunakan
bahasa
arab
sebagai
alat
komunikasi yang dipakai. Oleh karena itu dari sudut teks ini terdapat tiga
aspek yang harus di pahami, yakni : pertama, dalam teks maksudnya, ide
dan maksud teks tersebut lepas dari pengarang. Kedua, di belakang teks,
teks merupakan hasil kristalisasi linguistik dari realitas yang mengitarinya.
Ketiga, di depan teks, makna baru yang tercipta setelah pembaca dengan
horizon yang dimilikinya untuk memahami teks tersebut.
2. Horizon Pengarang
Ketika pengarang (Author) Al-Quran adalah Tuhan yang
transenden dan ahistoris maka ia diwakili oleh Muhammad SAW. Yang
diyakini umat Islam sebagai penafsir otoritatif atas Al-Quran. Relasi
Muhammad dan Al-Quran dengan relasi historis ini dapat dilihat
beberapa hal berikut. Pertama tema-tema yang diusung Al-Quran seperti
doktrin monoteisme, keadaan sosial ekonomi, merupakan bagian
pengalaman religious Muhammad yang orisinil. Kedua reformasi yang
dilakukan nabi selalu dimulai dengan mempersiapkan dahulu landasan
yang kuat sebelum memperkenalkan suatu tindakan atau perubahan yang
besar. Ketiga Al-Quran selalu mempunyai konteks sosial (asbab alnuzul). Karena Muhammad hidup dan berinteraksi dengan masyarakat
Arab, maka menjadi keharusan bagi penafsir yang ingin memahami AlQuran untuk memahami pula dimensi historis-sosiologis yang menyertai
masyarakat arab. Dari nasari tersebut ada proses terciptanya sebuah teks;
a)
tahapan
(Prafigurasi),
pengalaman
b)
ketika
atau
gagasan
author
mulai
yang
belum
termasukan
menciptakan
gagasannya
Pengalaman
hermeneutik
melibatkan
tiga
kelas
ekspresi
Robert Langdon, seorang simbolog (ahli mengenai simbol-simbol) Amerika dari Universitas
Harvard yang hari itu datang ke Paris untuk suatu seminar, dan rencananya malam itu ia akan
bertemu dengan Sauniere. Namun, kurator museum Louvre itu keburu meninggal. Kedua tokoh
utama novel ini, Sophie dan Langdon, akhirnya menemui sejumlah kodekode yang mengarah
akan keberadaan suatu kelompok rahasia yang bernama Priory of Sion (dimana Sauniere menjadi
grand masternya) dan mengungkap sejumlah misteri, termasuk kodekode dalam lukisan Da
Vinci. Ironisnya, Sophie dan Langdon malah dituduh oleh polisi sebagai pembunuh Sauniere
sehingga mereka diburu hingga ke Inggris. Sauniere merupakan tokoh kunci dari kelompok Sion
yang dibunuh oleh Silas dari organisasi Katolik, Opus Dei. Kelompok Opus Dei sebetulnya
diperalat oleh tokoh antagonis yang bernama Sir Leigh Teabing, sahabat lama Langdon; tokoh
yang berhasrat untuk mengungkap sejumlah misteri yang dijaga rapat-rapat oleh kelompok Sion
selama beberapa milenium, suatu misteri yang bila terungkap semua akan mendatangkan suatu
kontroversi terhadap versi sejarah dunia. Kedok kejahatan Teabing akhirnya terungkap di bagian
akhir cerita film.
HERMENEUTIK 2: MISTERI LUKISAN-LUKISAN LEONARDO DA VINCI
Sauniere tewas dengan meninggalkan pesan terselubung: posisi tubuhnya membentuk the
vitruvian man, perutnya dilukis dengan pentakel/pentagram (simbol Venus, dewi kesuburan),
dan rangkaian tulisan cakar ayam:
13-3-2-21-1-1-8-5
O, Draconian devil!
Oh, lame saint!
P.S. Cari Robert Langdon.
Angka 13-3-2-21-1-1-8-5 merupakan angka yang sengaja diacak oleh Sauinere yang
sebetulnya berupa 1-1-2-3-5-8-13-21, suatu deret yang terkenal dengan angka Phi atau
Phibonachi, angka misteri kehidupan yang tidak dapat diuraikan dalam tulisan ini mengingat
berbagai keterbatasan. Angka ini dipakai oleh Sophie sebagai password guna membuka warisan
kakeknya di Bank Zurich cabang Paris yang ternyata berupa kotak berhiaskan bunga mawar
yang berisi sejumlah rangkaian pesan rahasia dalam tabung cryptex.
O, Draconian devil! dan Oh, lame saint! merupakan suatu anagram dari Leonardo da
Vinci! dan The Mona Lisa!. Robert Langdon, Mona Lisa sebetulnya tidak menggambarkan
tokoh seorang perempuan. Dengan merendahkan daerah dalam di sebelah kiri, Da Vinci
membuat Mona Lisa tampak lebih besar jika dilihat dari sebelah kiri daripada sebelah kanan.
Lebih lanjut pada film tersebut Robert Langdon berkata Da Vinci meninggalkan
petunjuk penting bahwa lukisan itu seharusnya memang androgini. Ada yang pernah mendengar
dewa Mesir bernama Amon (Dewa kesuburan lelaki)? ... Dan tahukah Anda siapa pasangan
Amon? Dewi kesuburan Mesir? ... Isis, yang pictogram kunonya pernah disebut Lisa. Jadi,
Mona Lisa berasal dari AMON LISA; sebuah anagram dari kesatuan dewa-dewi. Itulah rahasia
kecil Da Vinci, dan alasan dari senyum Mona Lisa yang terkenal itu.
Madonna Of the Rocks, bayi, kemungkinan itu Bayi Yesus. Di depan Maria, duduk Uriel,
juga dengan seorang bayi, kemungkinan adalah Bayi Yohanes Pembaptis. Anehnya, tidak seperti
skenario biasa, yaitu Yesus memberkati Yohanes, di sini Bayi Yohanes-lah yang memberkati
Bayi Yesus dan Yesus tunduk kepada otoritas Yohanes! Yang lebih mengganggu, Maria
menahan satu tangannya jauh di atas kepala Bayi Yohanes dan membuat gerakan mengancam
yang disengaja jemari Maria tampak seperti cakar elang, mencengkeram kepala yang tak terlihat.
Akhirnya, gambar yang paling menakutkan dan jelas: tepat di bawah jemari Maria yang
melengkung, Uriel membuat gerakan memotong dengan tangannya, seolah mengiris leher dari
kepala tak terlihat yang dicengkeram Maria itu.
Lukisan Da Vinci lain yang dipaparkan interpretasinya dalam film ini yaitu The Last
Supper, yang mengisahkan adegan Perjamuan Terakhir Yesus dengan kedua belas muridnya
sebelum Yesus disalib. Saat itu Yesus mengumumkan bahwa salah satu dari mereka akan
mengkhianati-Nya. Lewat suara tokoh Teabing, tokoh ahli sejarah mengenai Sion berkebangsaan
Inggris yang tinggal di Paris inilah interpretasi mengenai Perjamuan Terakhir itu dideskripsikan.
Berikut ini kutipannya pembicaraan antara Teabing dan Sophie yang ditemani Langdon.
Di mana Yesus duduk? tanya Teabing.
Di tengah.
Bagus. Apa makanan yang disantap Yesus dan para murid-Nya?
Roti. Jelas.
Bagus sekali. Dan apa minumnya?
Anggur. Mereka minum anggur.
Hebat. Dan satu pertanyaan final. Berapa banyak gelas anggur di atas meja?
Sophie berhenti sejenak, menyadari bahwa ini pertanyaan menjebak. Dan setelah makan malam,
Yesus mengambil secangkir anggur, berbagi dengan para murid-Nya. Satu cangkir, katanya.
Cawan
suci. Mangkuk Kristus. Holy Grail. Yesus membagi-bagikan secawan anggur, sebagaimana
yang
dilakukan kaum Kristen modern pada komunis.
Teabing mendesah. Buka matamu.
Sophie membuka matanya. Teabing menyeringai angkuh. Sophie memandang ke bawah,
ke lukisan itu, melihat dengan takjub bahwa setiap orang di meja itu memegang segelas anggur,
termasuk Kristus sendiri. Tiga belas cawan. Selain itu, cawan-cawan itu tampak kecil, tak
bertangkai, dan terbuat dari kaca. Tak ada satu pun cawan sesungguhnya dalam lukisan itu. Tiada
Holy Grail.
Teabing Tidakkah sedikit aneh menurutmu, mengingat bahwa baik Alkitab dan legenda
kita yang lazim tentang Holy Grail merayakan momen ini sebagai kemunculan pasti dari Holy
Grail. Anehnya, Da Vinci tampak lupa untuk melukis Cawan Kristus.
Tentu saja para sarjana seni telah mencatat hal ini.
Kau akan terkejut jika mengetahui berbagai anomali yang dicakupkan Da Vinci dalam lukisan
ini, yang kebanyakan sarjana tak melihatnya atau sekedar memilih untuk mengabaikannya.
Gambar ini,
sesungguhnya, adalah kunci keseluruhan misteri Holy Grail. Da Vinci membentangkan
semuanya secara
terbuka dalam The Last Supper.
Sophie mengamati itu dengan bersemangat. Apakah lukisan ini mengatakan kepada kita apa
Holy Grail itu sesungguhnya?
Bukan apa, bisik Teabing. Tapi siapa dia. Holy Grail bukanlah sebuah benda. Sesungguhnya,
Holy Grail adalah seseorang
Percakapan mereka berlanjut,
Tunggu dulu, kata Sophie. Kau bilang Holy Grail itu perempuan. The Last Supper adalah
lukisan tiga belas lelaki.
Benarkah? Teabing mengangkat alisnya. Coba lihat dengan lebih teliti.
Dengan tidak yakin, Sophie mendekati lukisan itu, mengamati tiga belas tokoh di dalamnya
Yesus Kristus di tengah, enam murid di sebelah kiri-Nya, dan enam murid lain di sebelah kananNya.
Mereka semua lelaki, jelas Sophie.
Oh? kata Teabing. Bagaimana dengan yang duduk di tempat kehormatan, di sebelah kanan
the
Lord?
Sophie memeriksa tokoh yang duduk tepat di sebelah kanan Yesus. Dia memusatkan
perhatiannya pada tokoh tersebut. Ketika dia mempelajari wajah dan tubuh tokoh itu, gelombang
kekaguman menerpanya. Tokoh tersebut berambut merah tergerai, kedua lengan lembutnya
terlipat, dan dadanya memberi isyarat. Tidak diragukan lagi itu perempuan.
Itu perempuan! seru Sophie.
Siapa dia?
Itu, jawab Teabing, adalah Maria Magdalena.
Sophie menoleh. Pelacur itu?
Teabing terkejut, seolah dunia baru saja menyayat perasaannya. Magdalena bukan seperti itu.
Konsepsi yang salah itu merupakan warisan dari kampanye negatif yang disebarkan oleh Gereja
awal. Gereja harus menghapus nama Maria Magdalena untuk menutupi rahasia yang berbahaya
perannya sebagai Holy Grail.
Peran-nya? tanya Sophie
Seperti yang kusebutkan tadi, Teabing menjelaskan. Gereja ketika itu harus meyakinkan
dunia bahwa nabi yang dapat mati itu, Yesus, adalah seseorang yang memiliki sifat Tuhan.
Karena itu, segala ajaran yang menjelaskan aspek keduniaan dari kehidupan Yesus harus
dihilangkan dari Alkitab. Celaka bagi para editor terdahulu itu, satu tema keduniaan yang sangat
mengganggu terus berulang dalam injil. Maria Magdalena. Teabing terdiam sejenak. Lebih
khusus lagi, pernikahannya dengan Yesus Kristus.
Maaf? Mata Sophie mengarah ke Langdon, kemudian kembali ke Teabing.
Ini menurut catatan sejarah, kata Teabing, dan Da Vinci jelas sangat tahu kenyataan itu. The
Last Supper secara khusus berseru kepada penikmat lukisan bahwa Yesus dan Maria adalah
pasangan suami istri.
Dengarlah, Teabing berkata, ini pengungkapan terbesar dalam sejarah manusia. Tidak saja
Yesus menikah, tetapi Dia juga seorang ayah. Maria Magdalena adalah Cawan Suci. Dia adalah
cawan itu, yang mewadahi garis keturunan bangsawan Yesus Kristus [keturunan Keluarga
David]. Magdalena adalah rahim yang mengandung garis keturunan itu, dan anggur tempat buah
suci itu tumbuh!
Sophie merasa merinding pada lengannya. Tetapi rahasia sebesar itu ditutupi selama ini?
Ya Tuhan! seru Teabing. Garis keturunan Yesus Kristus merupakan sumber dari legenda yang
paling masuk akal selama ini Holy Grail. Cerita Magdalena telah diteriakkan dari atap-atap
rumah selama berabad-abad dengan berbagai metafora dan bahasa. Cerita Magdalena ada di
mana-mana, begitu kau membuka matamu.
Dan dokumen sangreal? kata Sophie. Apakah dokumen-dokumen itu berisi bukti bahwa
Yesus punya keturunan?
Memang.
Jadi seluruh isi legenda Holy Grail adalah tentang darah biru?
Nyaris secara harfiah, kata Teabing. Kata Sangreal berasal dari San Greal atau Holy Grail.
Tetapi dalam bentuk tertuanya, kata Sangreal dibagi menjadi dua kata, Teabing lalu menulis di
atas secarik kertas dan memberikannya kepada Sophie. Sophie membaca apa yang ditulis
Teabing. SANG REAL Langsung Sophie mengenali terjemahannya. Sang Real secara harfiah
berarti Darah Bangsawan
Berdasarkan observasi yang kami lakukan terhadap film Da Vinci Code kami
menemukan dan berpendapat bahwa Hermeneutika yang digunakan oleh Langdon adalah
Hermeneutika Teoritis, yang artinya Langdon menitikberatkan pada pemahaman dan dia
mencoba memahami secara obyektif maksud pesan dari Seuniere yaitu tulisan dalam bentuk
anagram dan criptex yang ia buat sebelum menghembuskan nafas terakhir. Dan Langdon
mencoba memahami terhadap masalah yang terjadi dalam hal ini Robert Langdon berhasil
menemukan dan mengungkap maksud dari pesan Seuniere yang menuntun Robert Langdon dan
Sophie kepada misteri lukisan Da Vinci Code yang dimulai dari monalisa, madona of the rock
dan the last sappher. Pada akhirnya Langdon menemukan pemahan dan fakta bahwa Maria
Magdalena adalah istri Yesus dan Yesus mempunyai keturunan.
Referensi
http://mamdoh.staff.unimus.ac.id/files/2013/02/PENDEKATAN-HERMENEUTIKA.pdf.
Diakses pada tanggal : 13-April-2015
https://asyroff.wordpress.com/al-quran/heurmenetika-al-quran/ . Diakses pada tanggal : 15-April2015
http://skripsimahasiswa.blogspot.com/2011/10/pendekatan-dan-aliran-hermeneutika.html
Diakses pada tanggal : 15-April-2015
https://www.scribd.com/doc/165978657. Diakses pada tanggal : 15-April-2015