Anda di halaman 1dari 12

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

Dasar-Dasar Ekologi
2015

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

Dasar-Dasar Ekologi

Laboratorium Ekologi Tanaman


Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2015

Table of Contents
Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik .............................. 1
Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas
Biotik ........................................................................................ 3
Pengaruh Hujan Asam terhadap Perkecambahan Tanaman
Budidaya .................................................................................. 5
Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air .................................... 7
Pengenalan Ekosistem............................................................. 9

P A N D U A N

P R A K T I K U M

D A S A R - D A S A R

E K O L O G I

1
Acara

Salinitas sebagai Faktor


Pembatas Abiotik
Tujuan dari acara ini adalah :
1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman
2. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas yang berbeda

kologi adalah ilmu yang mempelajari tentang organisme dalam lingkungan hidupnya, atau
hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya. Lingkungan suatu organisme
dapat bersifat biotik maupun abiotik. Lingkungan abiotik merupakan semua faktor baik
kemikal maupun fisikal dari lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
distribusi tanaman.
Menurut hukum toleransi Shelford, organisme memiliki batasan minimum dan maksimum terhadap
setiap faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Kutub-kutub tersebut dikenal sebagai batas toleransi,
yang berbeda untuk setiap spesies organisme.
Garam-garam yang terlarut di dalam tanah merupakan unsur yang esensial bagi pertumbuhan
tanaman, tetapi kehadirn larutan garam yang berlebih di dalam tanah akan meracuni tanaman. Kadar
garam yang tinggi akan menghambat perkecambahan benih, kualitas hasil, produksi dan merusak
jaringan tanaman. Kadar garam (salinitas)akan mempengaruhi proses fisiologi dan morfologi dalam
hubungannya dengan keseimbangan air dalam tubuh tanaman. Dalam kaitannya dengan lingkungan
salin, tanaman tingkat tinggi ada yang toleran (kelompok halofit) dan rentan (glikofit) terhadap kadar
garam yang tinggi. Sembiring dan Gani (2005) menyatakan bahwa pengaruh garam berlebihan
terhadap tanaman padi adalah berkurangnya kecepatan perkecambahan, berkurangnya tinggi tanaman
dan jumlah anakan, pertumbuhan akar jelek, sterilitas biji meningkat, berkurangnya bobot 1000 gabah
dan kandungan protein total dalam biji karena penyerapan Na yang berlebihan, berkurangnya
penambatan N2 secara biologi dan lambatnya mineralisasi tanah.
Salinitas merupakan salah satu stress abiotik yang sangat penting, juga sangat penting terhadap
pembatasan produksi tanaman pada wilayah arid dan semi arid, dimana kandungan garam tanah sangat
tinggi secara alami dan presipitasi tidak tercukupi untuk pelindian. Berdasarkan Pelayanan Manajemen
Lahan dan Nutrisi FAO (2008), lebih dari 6% tanah di dunia dipengaruhi oleh salinitas lain atau
sodisitas yang terhitung lebih dari 800 juta hektar tanah. Salinitas tanah didefinisikan sebagai zat yang
mengandung garam yang cukup di dalam zona perakaran untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Bagaimanapun, garam merupakan suatu zat yang penting bagi tanaman karena mengandung nutrisi
yang sangat dibutuhkan tanaman. Stress pada garam terjadi pada pemberian garam pada tanaman yang
tidak sesuai dengan batas toleransi tanaman tersebut. Akibatnya, tanaman akan menderita kekurangan
maupun kelebihan garam yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman (Yadav et al., 2010).

P A N D U A N

P R A K T I K U M

D A S A R - D A S A R

E K O L O G I

Alat dan Bahan


Timbangan analitik, gelas ukur, erlenmeyer, alat pengaduk, peralatan tanam, penggaris, Benih tanaman
yaitu (padi, kacang tanah, dan timun untuk Golongan A), (jagung, kedelai, dan melon untuk Golongan
B) polibag, NaCl teknis, pupuk kandang, dan kertas label.

Cara Kerja
A. Pembuatan Larutan NaCl
1. Siapkan NaCl teknis sebanyak 3 gram untuk perlakuan 3000 ppm dan 6 gram untuk
perlakuan 6000 ppm.
2. Larutkan 3 gram garam ke dalam 1000 ml aquades kemudian diaduk (untuk perlakuan
3000 ppm). Lakukan langkah yang sama untuk membuat larutan garam 6000 ppm.
B. Persiapan Bahan Tanam dan Penanaman
1. Siapkan polibag yang diisi tanah sebanyak kurang lebih 3 kg. Kerikil, sisa-sisa tanaman, dan
kotoran yang berada di dalam tanah harus dihilangkan agar tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman.
2. Pilih biji yang sehat yang akan ditanam ke dalam polibag dan ditanam sebanyak lima benih
di dalam polibag.
3. Untuk satu minggu pertama, benih dikecambahkan terlebih dahulu di dalam polibag dan
disiram dengan air biasa.
4. Setelah satu minggu, bibit dijarangkan menjadi dua tanaman untuk setiap polibag.
Kemudian bibit disiram dengan larutan NaCl sesuai dengan perlakuan (0 ppm, 3000 ppm,
dan 6000 ppm). Untuk perlakuan 0 ppm, penyiraman digunakan air biasa.
5. Penyiraman dilakukan sebanyak 7 kali dengan selang waktu dua hari sekali, hingga umur
tanaman mencapai 21 hari. Selang hari diantara pemberian larutan garam, penyiraman
tetap dilakukan menggunakan air biasa.
6. Pengamatan dilakukan setiap pemberian/aplikasi penyiraman larutan garam meliputi
Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun. Setelah 21 hari, tanaman dipanen dan diamati Panjang
Akar, Bobot Segar, Bobot Kering Tanaman, dan Luas Daun.
7. Pada akhir percobaan, dari seluruh data yang terkumpul, hitung rerata dari tiap ulangan
pada tiap perlakuan, selanjutnya dibuat:
a. Grafik Tinggi Tanaman pada masing-masing konsentrasi garam tiap komoditas vs hari
pengamatan.
b. Grafik Jumlah Daun pada masing-masing konsentrasi garam tiap komoditas vs hari
pengamatan.
c. Histogram Panjang Akar pada masing-masing konsentrasi garam tiap komoditas.
d. Histogram Bobot Segar dan Bobot Kering pada masing-masing konsentrasi garam
tiap komoditas.
e. Histogram Luas Daun pada masing-masing konsentrasi garam tiap komoditas.

P A N D U A N

P R A K T I K U M

D A S A R - D A S A R

E K O L O G I

2
Acara

Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai


Faktor Pembatas Biotik
Tujuan dari acara ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh faktor biotik terhadap pertumbuhan tanaman.
2. Mengetahui tanggapan tanaman terhadap tekanan kompetisi inter dan intra spesifik.
ompetisi berasal dari kata competere yaitu berarti membutuhkan sesuatu yang sama. Arti ini
berkembang menjadi dua individu atau lebih yang memerlukan sesuatu yang sama, pada saat
yang sama, dari sumber yang sama, dimana ketersediaan sumber tersebut terbatas. Sehingga
timbul apa yang disebut dengan persaingan (kompetisi).
Pada dasarnya, bentuk kompetisi ada dua macam yaitu :
a. Berdasarkan organisme yang berkompetisi:
1. Tumbuhan dengan patogen
2. Tumbuhan dengan tumbuhan intraspesifik dan interspesifik
3. Antar organ tumbuhan
b. Berdasarkan dampak kompetisi:
1. Mutual inhibition
2. Mutual cooperation
3. Kompensasi
Pengaruh kompetisi dapat terjadi secara fisiologis maupun morfologis. Secara morfologis,
kompetisi dapat berdampak pada kenampakan tanaman seperti tanaman menjadi kerdil, etiolasi,
maupun perakaran menjadi kuat. Secara fisiologis kompetisi berpengaruh pada proses metabolisme.
Dalam kegiatan budidaya tanaman, tujuan akhir adalah didapatkannya hasil yang optimal.
Untuk mencapai hasil tersebut, pertumbuhan vegetatif tanaman harus diperhatikan. Terjadinya
interaksi antara tanaman yang dibudidayakan dalam tumpangsari perlu dipertimbangkan sehingga
interaksi yang terjadi tidak menyebabkan kerugian pada masing-masing tanaman. Hal tersebut
mendorong diperlukannya suatu penelitian mengenai pertumbuhan vegetatif serta analisis
pertumbuhan tanaman. Melalui pengamatan selama fase vegetatif tanaman, dapat diketahui
pertumbuhan masing-masing tanaman dan seberapa besar pemanfaatan semua faktor tumbuh oleh
tanaman dalam pola tanam tumpangsari. Interaksi yang terjadi dalam budidaya secara tumpangsari
meliputi ruang tumbuh, cahaya, air, dan unsur hara. Menurut Johu et al., (2002) keberhasilan pertanian
sistem tumpangsari sangat ditentukan oleh usaha pemilihan komponen tanaman yang akan
dikombinasikan. Alternatif pilihan harus memperhatikan jenis tanaman yang mempunyai daya
kompetisi rendah (Muji dkk., 2010).
Kompetisi adalah interaksi biologis negatif yang terjadi antara dua atau banyak individu apabila
(1) suplai sumber yang diperlukan terbatas dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau (2)

P A N D U A N

P R A K T I K U M

D A S A R - D A S A R

E K O L O G I

kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak.
Sumber yang digunakan dalam pengertian umum berarti sumber yang digunakan untuk hidup dan
bereproduksi contohnya makanan (energi dan nutrisi), oksigen, tempat hidup, dan cahaya. Setiap
individu mempunyai kepentingan yang berbeda untuk hidup dan bereproduksi. Kompetisi dapat
terjadi diantara individu-individu dari spesies yang sama atau berbeda. Kompetisi antara anggotaanggota dari spesies yang sama merupakan kompetisi intraspesifik, sedangkan kompetisi antara
anggota-anggota dari spesies yang berbeda merupakan kompetisi interspesifik (Mc.Naughton dan
Wolf, 1998).

Alat dan Bahan


Timbangan analitik, penggaris, peralatan tanam, oven, benih tiga macam tanaman yaitu kacang tanah,
jagung, dan kedelai, polibag, pupuk kandang, kantong kertas, dan kertas label.

Cara Kerja
1. Siapkan Polibag yang diisi tanah sebanyak kurang lebih 3 kg.
2. Pilih biji yang sehat yang akan ditanam ke dalam polibag dan ditanam sebanyak lima benih di
dalam polibag sesuai perlakuan:
a. Monokultur kacang tanah sejumlah 2, 4, dan 6 tanaman.
b. Polikultur kacang tanah jagung sejumlah (1+1, 2+2, dan 3+3) tanaman.
c. Polikultur kacang tanah kedelai sejumlah (1+1, 2+2, dan 3+3) tanaman.
3. Masing-masing perlakuan diulangi sebanyak 3 kali. Tiap polibag diberi label sesuai dengan
perlakuan.
4. Penyiraman dilakukan setiap hari. Pengamatan dilakukan 2 kali sehari mulai dari tanaman
berumur 7 hari hingga 21 hari. Pengamatan meliputi Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun.
5. Setelah 21 hari, tanaman dipanen dan diamati Panjang Akar, Bobot Segar, Bobot Kering
Tanaman, dan Luas Daun.
6. Pada akhir percobaan, dari seluruh data yang terkumpul, hitung rerata dari tiap ulangan pada
tiap perlakuan, selanjutnya dibuat:
7. Grafik Tinggi Tanaman pada masing-masing perlakuan kacang tanah vs hari pengamatan.
8. Grafik Jumlah Daun pada masing-masing perlakuan kacang tanah vs hari pengamatan.
9. Histogram Panjang Akar pada masing-masing perlakuan kacang tanah tiap komoditas.
10. Histogram Bobot Segar dan Bobot Kering pada masing-masing perlakuan kacang tanah.
11. Histogram Luas Daun pada masing-masing perlakuan kacang tanah.

P A N D U A N

P R A K T I K U M

D A S A R - D A S A R

E K O L O G I

3
Acara

Dampak Hujan Asam terhadap


Perkecambahan Tanaman
Tujuan dari acara ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh lingkungan pH rendah terhadap perkecambahan tanaman budidaya.
2. Mengetahui perbedaan tanggapan perkecambahan beberapa tanaman budidaya pada kondisi asam.

dum menyatakan bahwa pencemaran udara terjadi apabila ada penambahan bahan atau zat
ke dalam udara dalam konsentrasi dan jumlah yang cukup untuk mengakibatkan efek negatif
pada organism atau benda. Pencemaran akan mempengaruhi kehidupan makhluk hidup dan
lingkungannya.
Yang dimaksud dengan hujan asam adalah hujan dengan pH kurang dari 5,6. Unsur-unsur
yang menyebabkan kemasaman air hujan antara lain SOx dan NOx. Pengaruh hujan asam pada
tanaman pertanian dipengaruhi oleh konsentrasi keasaman, lama interaksi polutan, spesies tanaman
serta umur dan fase pertumbuhan tanaman.

Mekanisme Terjadinya Hujan Asam pada Lingkungan

Pengaruh pH atas pertumbuhan tanaman dapat dipandang dari segi denaturasi protein
penyusun sel. Akan tetapi pada umumnya pengaruh pH dibahas sebagai suatu nutrient stress. Pada
pH rendah, terjadi kekahatan unsur-unsur hara makro dan bersamaan itu terjadi penambahan
5

P A N D U A N

P R A K T I K U M

D A S A R - D A S A R

E K O L O G I

ketersediaan unsur hara mikro yang dapat melampaui batas sehingga bersifat meracun. Pada pH
tinggi, hampir semua unsur hara makro berketersediaan rendah dan hampir semua unsur hara
mikro bersifat kahat (Notohadiprawiro, 1983).
Baik desposisi basah seperti hujan, kabut dan salju maupun desposisi kering seperti gas
asam dan aerosol dapat berpengaruh langsung maupun tidak langsung pada tanaman pada
berbagai aspek. Pengaruh langsung terdiri dari kerusakan daun, pelindian komponen seluler daun,
dan perubahan metabolisme fisiologi dan biologi ketika hujan asam mengenai sebagian
permukaan tanaman. Pengaruh tidak langsung terjadi ketika desposisi basah dan kering polusi
udara meningkatkan keasaman yang menyebabkan peningkatan kelarutan ion Aluminium dalam
tanah yang bersifat fitotoksik, mempercepat pelindian unsur esensial Mg dan Ca dari tanah,
menghambat aktivitas mikoriza dan meningkatkan kepekaan tanaman pada stress lainnya seperti
kekeringan, defisiensi nutrisi, dan pathogen biotik (Nouchi, 1992).

Alat dan Bahan


Petridish, gelas ukur, Erlenmeyer, pipet, pH meter, Padi, kacang hijau, jagung, H2SO4, aquadest, dan
kertas filter.

Cara Kerja
A. Pembuatan Larutan Asam
1. Siapkan aquades sebanyak 500 ml yang kemudian ditetesi dengan H2SO4. Ukur keasaman
larutan tersebut dengan menggunakan pH meter. Konsentrasi keasaman yang dibuat
adalah pH 3, pH 4, pH 5, dan pH 7.
2. Larutan asam tersebut kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker dan dilabeli agar tidak
tertukar dengan konsentrasi pH yang lain.
B. Perkecambahan
1. Siapkan 36 petridish untuk 4 perlakuan keasaman dan 3 jenis tanaman budidaya dengan 3
ulangan
2. Setiap petridish diisi dengan benih masing-masing komoditas sejumlah 10 benih. Benih
kemudian ditetesi menggunakan pipet yang berisi larutan asam sesuai dengan perlakuan.
3. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 7 hari meliputi jumlah biji yang berkecambah
setiap hari, panjang akar, dan panjang batang setiap benih.
4. Pada akhir percobaan, dari seluruh data yang terkumpul, hitung rerata dari tiap ulangan
pada tiap perlakuan, selanjutnya dibuat:
a. Grafik Indeks Vigor pada masing-masing komoditas vs hari pengamatan.
b. Histogram Gaya Berkecambah pada masing-masing komoditas
c. Histogram Panjang Akar pada masing-masing komoditas
d. Histogram Panjang Batang pada masing-masing komoditas
e. Grafik Rasio Panjang akar/Panjang Batang masing-masing komoditas vs hari
pengamatan.

P A N D U A N

P R A K T I K U M

D A S A R - D A S A R

E K O L O G I

4
Acara

Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


Tujuan dari acara ini adalah :
1. Mengetahui macam-macam adaptasi tanaman terhadap ketersediaan air
2. Untuk mengetahui perbedaan anatomis maupun morfologis tanaman yang beradaptasi pada kandungan
air yang berbeda.

daptasi adalah kemampuan tumbuhan untuk menghindari atau menetralkan akibat buruk dari
lingkungannya serta agar dapat dimanfaatkan dengan baik (Trustiah et al., 2001). Adaptasi
merupakan suatu perubahan pada struktur organisme atau kebiasaan yang menimbulkan
penyesuaian diri yang lebih baik dari lingkungan, sebuah sifat yang ditentukan secara genetik yang
mempertinggi kemampuan organisme untuk menanggulangi lingkungan (Stilling, 1996).
Di alam terdapat banyak tipe habitat dengan ketersediaan air yang bermacam-macam. Dalam
proses evolusinya, spesies-spesies teradaptasi baik secara structural maupun fisiologis pada kondisi air
yang kurang tersedia, cukup ataupun berlebih. Tanaman hydrofit adalah tanaman yang teradaptasi pada
kondisi basah atau tergenang, tanaman mesofit teradaptasi pada kondisi air yang cukup, sementara
tanaman xerofit teradaptasi pada kondisi air yang terbatas.
Masing-masing tanaman hydrofit, mesofit, dan xerofit mempunyai habitat dan karakteristik
kenampakan tersendiri yang khas untuk kelompoknya. Ciri umum yang ada pada tanaman hydrofit
adalah terdapat rongga udara atau aerenchym pada organ vegetatif, sementara salah satu ciri pada
kelompok xerofit adalah adanya jaringan penyimpan air.
Adaptasi pada tanaman terbagi menjadi tiga, yaitu (Ismail, 2008):
a. Adaptasi morfologis
Adaptasi morfologis dapat dilihat pada tumbuhan gurun atau setengah gurun yang mempunyai
bentuk perakaran yang dalam yang memungkinkan pengambilan cadangan air di bawah tanah.
Akar yang panjang juga dimiliki oleh rumput-rumput di daerah setengah kering yang
membantu menahan air bila ada air dari udara seperti embun.
b. Adaptasi anatomis
Adaptasi ini terlihat pada suatu tanaman yang memiliki anatomi daun yang spesifik mengikat
CO2. Stomata tanaman menutup pada siang hari untuk mengurangi kehilangan air akibat
transpirasi.
c. Adaptasi biokimia
Adaptasi ini bertujuan untuk melindungi sel-sel dan jaringan dari kerusakan dan kematian
selama keadaan kering yang berat.

P A N D U A N

P R A K T I K U M

D A S A R - D A S A R

E K O L O G I

Alat dan Bahan


Pisau/silet, mikroskop, kaca preparat, pensil, tanaman mesofit, tanaman xerofit, tanaman hydrofit.

Cara Kerja
1. Siapkan tanaman-tanaman yang termasuk mesofit, xerofit, dan hydrofit.
2. Ambil satu tanaman dari masing-masing kelompok tanaman, kemudian lakukan pengamatan
secara morfologis.
3. Satu tanaman untuk masing-masing kelompok tanaman dibuat penampang melintang dan
membujur daunnya, untuk diamati secara anatomis.
4. Amati bagian-bagian secara morfologis meliputi:
a. Habitus tanaman
b. Bentuk batang dan cabang-cabangnya
c. Bentuk daun, tangkai daun, permukaan daun dan ketebalan daun
d. Struktur akar
5. Amati ketiga jenis tanaman tersebut secara anatomis, meliputi:
a. Penampang melintang daun: ketebalan kutikula, letak stomata, banyak/sedikitnya jaringan
pengangkutan, ada tidaknya tempat penimbunan air, aerenkim, dsb.
b. Penampang membujur daun: bentuk sel epidermis, banyak sedikitnya stomata, dsb.
6. Buat skema/gambar tanaman atau bagian tanaman tersebut secara morfologis maupun
anatomis, lengkap dengan keterangan bagian-bagiannya.

P A N D U A N

P R A K T I K U M

D A S A R - D A S A R

E K O L O G I

5
Acara

Pengenalan Ekosistem
Tujuan dari acara ini adalah :
1. Mempelajari macam-macam ekosistem
2. Mengetahui struktur dan komponen pembentuk ekosistem

ntara organisme hidup dan lingkungannya tidak dapat dipisahkan dan selalu terjadi interaksi
(hubungan timbal balik) satu dengan yang lainnya. Setiap bagian alam selalu mengandung
organisme hidup dan komponen-komponen tidak hidup yang saling berinteraksi satu sama
lain, untuk menghasilkan suatu perubahan materi, yang meerupakan suatu bentuk ekosistem (Odum,
1971, 1976).
Ekosistem disebut pula sebagai Hubungan timbal balik antara organism hidup dan
lingkungannya, yang membentuk suatu sistem ekologi. Menurut Soemarwoto (1977) dikatakan bahwa
ekosistem adalah suatu unit studi tentang ekologi.
Atas dasar struktur makanannya, ekosistem mempunyai dua komponen:
1. Autotrofik, merupakan organism yang mampu membuat makanan sendiri, dengan jalan
mengikat energy matahari, membentuk senyawa kompleks.
2. Heterotrofik, merupakan organism yang memanfaatkan senyawa yang kompleks tersebut.
Dari sudut pandang biologi, suatu ekosistem terdiri dari beberapa komponen penyusun,
seperti: Produsen, Konsumen, Substansi organik dan anorganik serta lingkungan fisik abiotik yang
saling berinteraksi timbal balik, membentuk Daur Materi dan Arus Energi. Makhluk hidup dari
berbagai jenis yang hidup secara alami di suatu tempat membentuk kumpulan yang di dalamnya setiap
individu menemukan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kelompok yang hidup
secara bersama telah menyesuaikan diri dan menghuni suatu tempat alami disebut komunitas.
Karakteristik komunitas pada suatu lingkungan adalah keanekaragaman. Makin beranekaragam
komponen biotik, maka makin tinggi keanekaragaman. Sebaliknya makin kurang beranekaragaman
maka dikatakan keanekaragaman rendah (Riberu, 2002).

Cara Kerja
1. Amati seluruh tumbuhan yang ada dalam ekosistem yang diamati. Identifikasi masingmasing spesies tumbuhan tersebut.
2. Amati dan identifikasi juga hewan yang dapat ditemukan dalam ekosistem tersebut.
3. Untuk ekosistem perairan, ambil sampel air yang kemudian ditutup dengan plastik untuk
dianalisis kandungan DO dan BOD nya.

Anda mungkin juga menyukai