Anda di halaman 1dari 7

MAKROFAUNA TANAH

Jeanne Isbeanny LFH*, Rahma Fauziah*


*Mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Email: Jeanneisbeanny@gmail.com
31 Oktober 2014
Abstrak
Fauna tanah merupakan hewan yang hidup di tanah, baik hidup dalam permukaan tanah maupun yang terdapat dalm
permukaan tanah. Fauna tanah memerlukan persyaratan tertentu untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Struktur dan
komposisi makrofauna tanah sangat tergantung pada kondisi lingkungannya. Makrofauna tanah lebih menyukai keadaan
lembab dan masam lemah sampai netral (Notohadiprawiro, 1998). Tujuan dari praktikum kali ini yaitu mengetahui jenis
jenis makrofauna tanah yang terdapat pada beberapa ekosistem tanah. Metode yang digunakan dalam praktikum ini
adalah jebakan sumur (Pitfall Trap). Pertama dipilih 3 plot yang diperkirakan mempunyai kandungan bahan organik
tinggi seperti di timbunan sampah atau ditanah pertanian. Kemudian dibuat lubang pada tanah sedalam 20 cm, dengan
diameter sama dengan diameter sama dengan diameter kaleng. Lalu gelas pop ice dimasukkanb ke dalam lubang yang
sebelumnya telah diisi dengan (20 ml air dan 5 ml minya tanah, 5 ml alkohol 70%, 5 ml larutan detergent, 5 ml larutan
garam, atau 5 ml minyak goreng). Kemudian fiber glass atau seng dipotong dengan ukuran 30 x 30 cm. kayu atau bambu
dipotong masing masing 4 buah dengan panjang 20 cm. Gelas pop ice dalam lubang tanah dipayungi dengan fiber glass
yang diberi cagak kayu supaya lubang terhindar dari air hujan lalu didiamkan selama 7 hari. Pada hari terakhir dilakukan
pengukuran fisik tanah yang meliputi pH tanah, suhu tanah, dan intensitas sinar yang samapah pada tanah lalu dicatat.
Pada hari ke tujuh, gelas pop ice diangkat dan hewan yang terperangkap dipindahkan ke dalam botol koleksi. Dan
diidentifikasi jenis jenis makrofauna tanah yang terperangkap pada tiap jebakan. Hasil yang didapatkan dalam
praktikum ini yaitu makrofauna tanah banyak ditemukan di daerah non vegetasi disebabkan karena di daerah non vegetasi
tersebut banyak makrofauna exotic yakni makrofauna yang hanya sesaat keberadaannya. Indeks keanekaragaman
(Shannon-Wiener), indeks kemerataan (Eveness), indeks kekayaan (richness) Margalef makrofauna tanah tertinggi
terdapat pada larutan garam (daerah vegetasi). Sementara indeks kekayaan Menhinceik tertinggi terdapat pada larutan
detergen (daerah vegetasi) sementara indeks dominansi Simpson tertinggi terdapat pada larutan garam (daerah vegetasi).
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu, larutan yang paling efektif dalam praktikum ini adalah larutan garam. Jumlah
populasi makrofauna tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor abiotik.
Kata Kunci: Faktor Abiotik, Indeks Eveness, Indeks Margalef, Indeks Shannon-Wiener, Makrofauna tanah.
PENDAHULUAN
Fauna tanah merupakan hewan yang hidup di
tanah, baik hidup dalam permukaan tanah maupun yang
terdapat dalm permukaan tanah (Irwan, 1992).
Kelompok hewan tanah sangat banyak dan beraneka
ragam mulai dari Protozoa, Rotifera, Nematoda,
Annelida, Mollusca, Arthropoda, hingga Vertebrata.
Hewan tanah dapat dikelompokkan atas dasar ukuran
tubuhnya, kehadirannya di tanah, habitat yang
dipilihnyam, dan kegiatan makannya. Berdasarkan
ukuran tubuhnya hewan hewan tersebut
dikelompokkan atas mikrofauna, mesofauna, dan
makrofauna. Ukuran mikrofauna berkisar antara 20
sampai dengan 200 mikron, mesofauna antara 200
mikron sampai 1 sentimeter, dan makrofauna lebih dari
1 sentiimeter ukurannya (Suin, 2003).
Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem
tanah sehinggakehidupannya sangat ditentukan oleh
faktor fisik dan kimia tanah sertalingkungan di
sekitarnya.
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keberadaanserangga tanah di hutan, adalah: 1) struktur
tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi; 2)
kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh
terhadap perkembangan dalam daur hidup; 3) suhu tanah
mempengaruhi peletakan telur; 4) cahaya dan tata udara
mempengaruhi kegiatannya. Fauna tanah bereaksi cepat

terhadap perubahan di lingkungannya yang datang dari


tanah itu sendiri, faktor iklim atau akibat pengolahan
tanah (Suin 2003).
Makrofauna tanah merupakan kelompok hewan
hewan besar yang merupakan biodiversitas tanah yang
berperan penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Dalam dekomposisi bahan organik,
makrofauna tanah lebih banyak memberikan fasilitas
lingkungan yang baik bagi proses dekomposisi lebih
lanjut yang dilakukan oleh kelompok mikrofauna tanah
serta berbagai jenis bakteri dan fungi. Peran makrofauna
tanah lainnya adalah dalam proses perombakan materi
tumbuhan dan hewan mati, pengangkutan materi organik
dari permukaan ke tanah, perbaikan struktur tanah dan
proses pembentukan tanah (Irwan, 1992).
Bahan organik tanaman merupakan sumber energi
utama bagi kehidupan biota tanah, khususnya
makrofauna tanah (Suin, 2003), sehingga jenis dan
komposisi bahan organik tanaman menentukan
kepadatannya (hakim dkk, 19860. Menurut Reinjtjes et
al. (1999) bahan organik tanaman akan mempengaruhi
tata udara pada tanah dengan adanya jumlah pori tanah
karena aktivitas biota tanah. Oleh aktivitas biota tanah,
bahan organik tanaman dirombak menjadi mineral dan
sebagian bahan organik tanah. Bahan organik tanah
sangat berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah,

meningkatkan aktivitas biologi tanah dan meningkatkan


ketersediaan hara bagi tanaman.
Fauna tanah memerlukan persyaratan tertentu
untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Struktur dan
komposisi makrofauna tanah sangat tergantung pada
kondisi lingkungannya. Makrofauna tanah lebih
menyukai keadaan lembab dan masam lemah sampai
netral (Notohadiprawiro, 1998). Hakim dkk (1986) dan
makalew (2001) menjelaskan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu,
iklim (Curah hujan, suhu), tanah (kemasaman,
kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan,
padang rumput) serta cahaya matahari. Tujuan dari
praktikum kali ini yaitu mengetahui jenis jenis
makrofauna tanah yang terdapat pada beberapa
ekosistem tanah.
METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum Makrofauna tanah dilaksanakan pada
hari Jumat, 31 Oktober 2014 pukul 13.30 16.00 WIB
di dua lokasi yang berbeda, yakni di depan gedung PLT
sebagai daerah vegetasi dan di samping gedung
Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai daerah non vegetasi. Masing masing lokasi
terbagi atas tiga kelompok dan masing masing
kelompok terbagi atas sepuluh plot.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara
lain gelas pop ice, potongan kayu, fiber glass, botol
koleksi, Soil tester, thermometer, dan lux meter. Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah minyak
tanah, air, alkohol 70%, larutan garam, dan minyak
goreng.
Prosedur Kerja
Pitfall Trap
Metode yang digunakan dalam praktikum ini
adalah jebakan sumur (Pitfall Trap). Pertama dipilih 3
plot yang diperkirakan mempunyai kandungan bahan
organik tinggi seperti di timbunan sampah atau ditanah
pertanian. Kemudian dibuat lubang pada tanah sedalam
20 cm, dengan diameter sama dengan diameter sama
dengan diameter kaleng. Lalu gelas pop ice
dimasukkanb ke dalam lubang yang sebelumnya telah
diisi dengan (20 ml air dan 5 ml minya tanah, 5 ml
alkohol 70%, 5 ml larutan detergent, 5 ml larutan garam,
atau 5 ml minyak goreng).
Kemudian fiber glass atau seng dipotong dengan
ukuran 30 x 30 cm. kayu atau bambu dipotong masing
masing 4 buah dengan panjang 20 cm. Gelas pop ice
dalam lubang tanah dipayungi dengan fiber glass yang
diberi cagak kayu supaya lubang terhindar dari air hujan
lalu didiamkan selama 7 hari. Pada hari terakhir

dilakukan pengukuran fisik tanah yang meliputi pH


tanah, suhu tanah, dan intensitas sinar yang samapah
pada tanah lalu dicatat. Pada hari ke tujuh, gelas pop ice
diangkat dan hewan yang terperangkap dipindahkan ke
dalam botol koleksi. Dan diidentifikasi jenis jenis
makrofauna tanah yang terperangkap pada tiap jebakan.
Sampling
Pengambilan sampel digunakan metode Hand
Sorting dimana pengambilan sampel dilakukan pada hari
terakhir. Lalu diambil dan dikumpulkan berdasarkan
kesamaan ciri untuk mempermudah melakukan
identifikasi. Pada saat pengambilan sample terakhir
dilakukan pengukuran fisik lingkungan akhir.
Identifikasi Sampel
Sampel yang telah diperoleh kemudian dibawa
ke Laboratorium untuk dilakukan proses identifikasi.
Spesimen
yang
telah
ditemukan
tersebut
diidentifikasikan
berdasarkan
kesamaan
ciri
morfologinya lalu dihitung jumlah spesimen yang
ditemukan.
Analisis Data
Indeks Keanekaragaman menurut Shannon-Wienner
yaitu:
H = - pi ln pi
Keterangan :
Pi : n/N
H : Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner
n : cacah individu tiap jenis
N : Total individu pada lokasi pengambilan sampel
(Ludwig dan
Reynolds, 1988;92).
Setelah menghitung nilai indeks keanekaragaman
Shannon-Wienner, selanjutnya menghitung nilai indeks
kemerataan (evenness) untuk mengetahui pembagian
individu secara merata diantara spesies yang ada,
digunakan rumus sebagai berikut:
E = H/ln S
Keterangan :
E : Evenness (Indeks kemerataan)
S : Jumlah spesies (n1, n2, n3, .......), (Ludwig dan
Reynold, 1988:93)
Menghitung nilai kekayaan (richness) dengan
menggunakan indeks richness Margalef yaitu:
Dmg = S-1/ln N
Keterangan:
Dmg : Richness (Indeks kekayaan)
S : Jumlah spesies (n1, n2, n3, .......)
N : Total individu pada lokasi pengambilan sampel
(Heddy, 1994)

Gambar 1. Peta PLT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengukuran Faktor Abiotik
Banyak sedikitnya makrofauna tanah yang
didapatkan pada praktikum kali ini dipengaruhi oleh

berbagai faktor, diantaranya sumber makanan yang


cukup dan kondisi lingkungan yang sesuai. Berdasarkan
hasil pengukuran, didapatkan hasil pengukuran faktor
abiotik lingkungan sebagai berikut:

Tabel 1. Pengukuran Faktor Abiotik Lingkungan

No
n

Ve

ge
ta
si

Rata - rata

Rata - rata

1
2
3
4
5

Akhir

an
pe n
gam
ata
n

Ve
ge
ta
s

1
2
3
4
5

Awal
2,8
3,1
3
3
2,73
2,926
14,2
13,5
13,5
0,75
13,1
11,01

laku
k

(kelompok)

Habitat

Intensitas Cahaya (klux)

Ti d
ak d
i

Plot

kelembaban (%)
Udara
Tanah
Awal
Akhir
Awal
Akhir
55
56
15
17
56
58
9
10
48
37
16
20
47
55
14
18
48
58
12
10
50,8
52,8
13,2
15
55
55
28
0
55
56
10
0
53
56
9
0
52
56
4,2
0
48
56
10
23
52,6 55,8
12,24
4,6

Tabel diatas menunjukkan hasil pengukuran


faktor abiotik lingkungan pada daerah vegetasi dan non
vegetasi. Seperti yang terlihat pada tabel, rata rata
intensitas cahaya pada daerah vegetasi pada pengukuran
awal lebih rendah dibandingkan dengan daerah non
vegetasi dikarenakan di daerah vegetasi terdapat banyak
pepohonan yang menghalangi masuknya cahaya
matahari sehingga intensitasnya lebih rendah
dibandingkan dengan daerah non vegetasi yang hanya
terdapat sedikit pohon. Sementara pada akhir praktikum
pengukuran intensitas cahaya tidak dilakukan sehingga
tidak diketahui hasil pengukuran akhir intensitas cahaya.
Pada pengukuran kelembaban udara di daerah
vegetasi lebih rendah dibandingkan dengan kelembaban
udara di daerah non vegetasi baik apada pengukuran
awal maupun akhir, sementara pada pengukuran
kelembaban tanah pada daerah vegetasi lebih tinggi
dibandingkan dengan kelembaban tanah di daerah non

pH tanah
Awal
Akhir
6,6
6,8
6,8
7
6,8
6,8
6,8
6,8
6,8
6,8
6,76
6,84
7
6,8
7
7,2
7
7
6,8
7
6,9
6,2
6,94
6,84

Suhu 0C
Udara
Awal
Akhir
32
31
32
31
30
32
30
31
33,6
30,8
31,52
31,16
29
30
32
30
30
31
32,1
30
32,6
30,5
31,14
30,3

Tanah
Awal
Akhir
31
39
32
30
32
27
32
27
31
28
31,6
30,2
30
29
31
27
31
28
31
28
30
28
30,6
28

vegetasi baik pada pengukuran awal maupun akhir. Hal


ini disebabkan karena daerah vegetasi terdapat banyak
pepohonan besar yang banyak mengandung air di bawah
akarnya dan mencegah terjadinya penguapan air dari
dalam tanah sehinga menjaga daerah vegetasi tetap
lembab dibandingkan dengan daerah non vegetasi.
Pengukuran suhu rata rata pada daerah
vegetasi dan non vegetasi menunjukkan bahwa suhu di
daerah vegetasi lebih tinggi dibandingkan dengan suhu
di daerah non vegetasi baik pengukuran awal maupun
akhir. Sedangkan pada pengukuran pH, di daerah
vegetasi cenderung lebih asam dibandingkan dengan pH
di daerah non vegetasi.
Spesies Makrofauna di Daerah Vegetasi dan Non
Vegetasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, hasil yang didapatkan sebagai berikut:

Tabel 2. Makrofauna Tanah di Daerah Vegetasi dan Non Vegetasi dengan Berbagai Larutan

Berdasarkan hasil pengamatan di atas, diperoleh


hasil bahwa jumlah makrofauna tanah di daerah non
vegetasi justru lebih banyak dibandingkan jumlah
makrofauna tanah yang didapatkan di daerah vegetasi.
Hal ini mungkin disebabkan karena di dalam permukaan
tanah daerah non vegetasi banyak terdapat makrofauna
tanah yang hanya sesaat keberadaannya (exotic)
sehingga jumlah makrofauna tanah yang tertangkap
lebih banyak di daerah non vegetasi daripada di daerah
vegetasi, dan tidak menunjukkan hubungan yang nyata

dengan lingkungannya seperti yang dikemukakan oleh


Adianto (1992) dan Maftuah (2002) yang menyebutkan
bahwa, makrofauna permukaan tanah terdiri dari
makrofauna yang asli di daerah tersebut (nartic) dan
makrofauna yang hanya sesaat keberadaannya di daerah
tersebut (exotict). Sementara itu, pada musim kemarau
diversitas makrofauna yang aktif di permukaan tanah
tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan
kualitas tanah. Hal ini disebabkan pada musim kemarau
makrofauna tanah yang aktif di permukaan tanah

didominasi oleh makrofauna yang keberadaanya sesaat


(exotict).
Adapun berbagai macam makrofauna yang
ditemukan antara lain Semut (Semut hitam besar, semut
hitam kecil, Semut merah kecil, dan semut merah besar).
Perbedaan jumlah spesies fauna tanah pada berbagai
kondisi lahan disebabkan oleh adanya keragaman jenis
dan keadaan tumbuhan penutup tanah, sifat sifat fisik
dan kimia tanah (Purwowidodo dan Wulandari 1998
dalam Latifah 2012)
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa
makrofauna tanah terbanyak yang didapatkan adalah
semut baik di daerah vegetasi maupun non vegetasi,
namun jumlahnya lebih banyak di daerah non vegetasi.
Dominanya semut pada daerah non vegetasi dikarenakan
sifat semut yang merupakan predator dan pemakan sisasisa tumbuhan. Wilayah non vegetasi atau berumput
merupakan tempat strategis bagi semut untuk membuat
sarang. Selain itu, semut dapat menggali sejumlah besar
tanah sehingga menyebabkan terangkatnya nutrisi tanah.
Serangga serangga tertentu memanfaatkan sarang

semut dalam tanah sebagai tempat tinggal. Ini karena


sarang semut menyediakan perlindungan yang relatif
stabil dari fluktuasi kondisi lingkungan luar.
Semut bersimbiosis dengan berbagai serangga,
tumbuhan
dan
fungi.
Simbiosis
ini
saling
menguntungkan dan mengambil beragam bentuk. Tanpa
bersimbiois dengan semut, organisme organisme
tersebut akan menurun populasinya hingga punah (Iwan
Hilwan dan Eko Putranti Handayani, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan, makrofauna tanah yang
paling banyak tertangkap berada di larutan minyak
goreng yakni dengan jumlah 190 semut pada daerah non
vegetasi.
Indeks Keragaman dan Kekayaan Makrofauna
Tanah
Berdasarkan pengmatan yang telah dilakukan,
diperoleh perhitungan indeks keragaman dan kekayaan
makrofauna tanah pada berbagai larutan yang digunakan
yakni sebagai berikut:

Tabel 3. Indeks keragaman dan kekayan makrofauna tanah pada berbagai Larutan
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

NAMA JENIS

SEMUT HITAM BESAR


SEMUT HITAM KECIL
SEMUT MERAH KECIL
LABA-LABA
SEMUT MERAH BESAR
SP2
SP1
SEMUT BERSAYAP
CHILOPODA
BELATUNG (Julus sp)
Larva
TOTAL (N)
Indeks Keanekaragaman H' =
Indeks Kemerataan E =
Indeks Kekayaan Margalef Dmg =
Indeks Kekayaan Menhincik S
Indeks Dominansi Simpson D =
Indeks Dominansi Simpson 1-D =

MINYAK TANAH
vegetasi
non vegetasi
19
20
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
5
0
0
1
0
23
25
0,559834326
0
0,509583164
0
0,637857978
0
0,625543242 0,223606798
0,687747036
1
0,312252964
0

MINYAK GORENG
vegetasi
non vegetasi
22
11
0
0
0
174
0
0
16
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0
43
190
0,960931672
0,34123639
0,874677702 0,310606748
0,531745171 0,381168444
0,457495711 0,217642875
0,399778516 0,841882484
0,600221484 0,158117516

Berdasarkan data di atas, diperoleh data bahwa


keanekaragaman tertinggi dari semua larutan di daerah
vegetasi maupun di daerah non vegetasi adalah pada
larutan garam di daerah vegetasi, yaitu dengan indeks
keanekaragaman Shannon Wiener sebesar 1,1289 diikuti
dengan larutan alkohol 70% sebesar 1,1756 dan larutan
detergen sebesar 1,1630 yang masing masing berada
pada daerah vegetasi, sementara pada larutan yang lain
indeks keanekaragamannya lebih rendah dibandingkan
ketiga larutan ini. Menurut Maguran (1988) menyatakan
bahwa kriteria yang digunakan untuk meninterpretasikan
keanekaragaman Shannon-Wiener yaitu :
H < 1,5 : keanekaragaman rendah
H 1,5-3,5 : keanekaragaman sedang
H > 3,5 : keanekaragaman tinggi
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa indeks
keanekaragaman makrofauna tanah di lokasi ini
tergolong rendah. Indeks keanekaragaman digunakan
untuk mengetahui pengaruh kualitas lingkungan
terhadap komunitas makrofauna tanah. Keanekaragaman
spesies menunjukkan jumlah total proporsi suatu spesies

DETERGEN
vegetasi non vegetasi
15
11
18
29
0
4
1
0
1
0
1
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
38
44
1,16301408 0,839334986
0,649090517 0,763995628
1,374537889 0,52851474
0,973328527 0,452267017
0,368421053 0,493657505
0,631578947 0,506342495

ALKOHOL
vegetasi non vegetasi
4
11
0
0
0
0
0
0
4
2
0
0
0
0
0
1
1
0
9
0
0
0
18
14
1,175628642 0,655975732
0,848036806 0,597094843
1,037928769 0,757846363
0,942809042 0,801783726
0,31372549 0,615384615
0,68627451 0,384615385

Larutan Garam
vegetasi non vegetasi
4
8
0
2
17
8
0
0
27
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
49
24
1,286057337 0,979628468
0,927694271 0,706652566
0,943973941 0,770847514
0,816496581 0,571428571
0,260869565 0,419217687
0,739130435 0,580782313

relatif terhadap jumlah total individu yang ada (Leksono,


2007). Tingkat keanekaragaman makrofauna tanah
dipengaruhi oleh kualitas lingkungan hidup yang ada,
seperti yang dikemukakan oleh Begen (2000), yang
menyatakan bahwa pengaruh kualitas lingkungan
terhadap kelimpahan makrofauna tanah selalu berbedabeda tergantung pada makro fauna, karena tiap jenis
makrofauna memiliki adaptasi dan toleransi yang
berbeda terhadap habitatnya. Indeks tersebut digunakan
untuk memperoleh informasi yang lebih rinci tentang
komunitas makrofauna. Indeks keanekaragaman
ditemukan oleh Shannon-Wiener.
Indeks kemerataan tertinggi berdasarkan data di
atas yakni terdapat pada larutan garam di daerah
vegetasi yakni sebesar 0,9276 kemudian minyak
goreng(vegetasi) sebesar 0,874 dan larutan alkohol 70%
(vegetasi) sebesar 0,848 sementara larutan berada di
bawahnya. Maguran (1988) menyatakan bahwa kriteria
yang digunakan untuk menginterpretasikan kemerataan
Eveness yaitu:
E < 0,3
: kemerataan rendah

E 0,3 0,6 : kemerataan sedang


E > 0,6
: kemerataan tinggi
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan
bahwa indeks kemerataan makrofauna tanah pada
minyak goreng (vegetasi), larutan detergen (vegetasi dan
non vegetasi), larutan alkohol 70% (vegetasi) dan
larutan garam (vegetasi dan non vegetasi) tergolong
tinggi karena indeksnya lebih dari 0,6. Sementara pada
minyak tanah (vegetasi), minyak goreng (non vegetasi)
dan larutan alkohol 70% (non vegetasi) indeks
kemerataan makrofauna tanahnya tergolong sedang,
karena berkisar antara 0,3 hingga 0,6 dan untuk indeks
keanekaragaman makrofauna tanah pada minyak tanah
di daerah non vegetasi tergolong rendah karena
indeksnya kurang dari 0,3. Indeks kemerataan jenis
sendiri berfungsi untuk menunjukkan perataan
penyebaran individu dari jenis-jenis organisme yang
menyusun suatu ekosistem.
Indeks kekayaan kekayaan ditentukmakrofauna
tanah tertinggi terdapat pada larutan alkohol 70%
(vegetasi) dengan nilai indeks 1,037 selanjutnya larutan
garam (vegetasi) 0,943 dan larutan garam (non vegetasi)
0,770 sementara larutan memilikiindeks yang lebih
rendah dengan ketiga indeks larutan tadi. Maguran
(1988) menyatakan bahwa kriteria yang digunakan
untuk menginterpretasikan kekeyaan Margalef yaitu :

Dmg < 3,5 = kekayaan jenis rendah


Dmg 3,5 5 = kekayaan jenis sedang
Dmg > 5
= kekayaan jenis tinggi
Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa indeks
kekayaan makrofauna tanah di lokasi ini baik pada
daerah vegetasi maupun non vegetasi mempunyai indeks
kekayaan Margalef makro fauna tanah yang rendah.
Kekayaan jenis menunjukkan jumlah spesies dalam
suatu komunitas yang dipelajari. Dimana semakin
banyak jenis spesies yang ada di suatu daerah, semakin
tinggi tingkat kekayaannya. Berdasarkan data tersebut,
indeks dominansi tertinggi ada pada detergen dengan
nilai 0,942 sementara indeks dominansi simpson
tertinggi ada pada larutan garam dengan nilai 0,739.
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu makrofauna
tanah banyak ditemukan di daerah non vegetasi
disebabkan karena di daerah non vegetasi tersebut

banyak makrofauna exotic yakni makrofauna yang


hanya sesaat keberadaannya dan dipengaruhi oleh faktor
abiotik yang ada. Indeks keanekaragaman (ShannonWiener), indeks kemerataan (Eveness), indeks kekayaan
(richness) Margalef makrofauna tanah tertinggi terdapat
pada larutan garam (daerah vegetasi). Sementara indeks
kekayaan Menhinceik tertinggi terdapat pada larutan
detergen (daerah vegetasi) sementara indeks dominansi
Simpson tertinggi terdapat pada larutan garam (daerah
vegetasi). Secara keseluruhan, larutan yang paling
efektif dalam praktikum ini adalah larutan garam.
DAFTAR PUSTAKA
Adianto, 1992. Biologi Pertanian. Alumni. Bandung.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho,
M. A. Dika, Go Ban Hong, H. H. Bailley. 1986.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Penerbit
Universitas Lampung.
Iwan, Hilwan dan Eko Putranti Handayani.2013.
Keanekaragaman Mesofauna dan Makrofauna
Tanah pada Areal Bekas Tambang Timah di
Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan
Bangka-Belitung. Bangka Belitung
Maftuah, E., E. Arisoesiloningsih dan E. Handayanto.
2002. Studi potensi diversitas makrofauna
sebagai bioindikator kualitas tanah pada
beberapa penggunaan lahan. Biosain 2: 34-47.
Magurran, Anne E. 1988. Ecological Diversity and Its
Measurement. Springer : USA
Makalew, A. D. N. 2001. Keanekaragaman Biota
Tanah Pada Agroekosistem Tanpa Olah Tanah
(TOT). Makalah Falsafah sains program pasca
sarjana S3. Bogor: IPB.
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Purwowidodo. 1998. Mengenal Tanah Hutan
(Penampang Tanah). Laboratorium Pengaruh
Hutan Jurusan Manajemen Hutan Fakultas
Kehutanan IPB :Bogor.
Suin, Nurdin Muhammad. 2003. Ekologi Hewan Tanah.
Jakarta: Bumi Aksara

LAMPIRAN
1. Tabel perhitungan indeks populasi makrofauna tanah larutan alkohol (vegetasi)
No
1
2
3
4

Nama Jenis
Semut Hitam Besar
Semut Merah Besar
Chilophoda
Belatung (Julus Sp.)
Jumlah

Jumlah Individu
4
4
1
9
18

Alkohol Vegetasi
pi
ln pi
0,222222222
-1,504077397
0,222222222
-1,504077397
0,055555556
-2,890371758
0,5
-0,693147181

pi ln pi
-0,334239422
-0,334239422
-0,160576209
-0,34657359

ni (ni-1)

N (N-1)
12
12
0
72
96

Indeks Keanekaragaman H' =


Indeks Kemerataan E =
Indeks Kekayaan Margalef Dmg =
Indeks Kekayaan Menhincik S (Menhincik) =
Indeks Dominansi Simpson D =
Indeks Dominansi Simpson 1-D =

306

1,175628642
0,848036806
1,037928769
0,942809042
0,31372549
0,68627451

2. Tabel perhitungan indeks populasi makrofauna tanah larutan alkohol (non vegetasi)
No
1
2
3

Nama Jenis
Semut Hitam Besar
Semut Merah Besar
Semut Bersayap
Jumlah

Jumlah Individu
11
2
1
14

Alkohol Non Vegetasi


pi
ln pi
0,785714286
-0,241162057
0,142857143
-1,945910149
0,071428571
-2,63905733

pi ln pi
-0,189484473
-0,277987164
-0,188504095

ni (ni-1)

N (N-1)
110
2
0
112

Indeks Keanekaragaman H' =


Indeks Kemerataan E =
Indeks Kekayaan Margalef Dmg =
Indeks Kekayaan Menhincik S (Menhincik) =
Indeks Dominansi Simpson D =
Indeks Dominansi Simpson 1-D =

182
0,655975732
0,597094843
0,757846363
0,801783726
0,615384615
0,384615385

3. Tabel perhitungan indeks populasi makrofauna tanah minyak tanah (vegetasi)


No
1
2
3

Nama Jenis
Semut Hitam Besar
Chilopoda
Larva
Jumlah

Jumlah Individu
19
3
1
23

Minyak Tanah Vegetasi


pi
ln pi
0,826086957
-0,191055237
0,130434783
-2,036881927
0,043478261
-3,135494216

pi ln pi
-0,157828239
-0,265680251
-0,136325835

ni (ni-1)

N (N-1)
342
6
0
348

Indeks Keanekaragaman H' =


Indeks Kemerataan E =
Indeks Kekayaan Margalef Dmg =
Indeks Kekayaan Menhincik S (Menhincik) =
Indeks Dominansi Simpson D =
Indeks Dominansi Simpson 1-D =

506
0,559834326
0,509583164
0,637857978
0,625543242
0,687747036
0,312252964

4. Tabel perhitungan indeks populasi makrofauna tanah minyak tanah (non vegetasi)
No
1

Nama Jenis
Semut Hitam Besar
Jumlah

Jumlah Individu
20
20

Minyak Tanah Non Vegetasi


pi
ln pi
1

pi ln pi
0

ni (ni-1)
0

N (N-1)
380
380

Indeks Keanekaragaman H' =


Indeks Kemerataan E =
Indeks Kekayaan Margalef Dmg =
Indeks Kekayaan Menhincik S (Menhincik) =
Indeks Dominansi Simpson D =
Indeks Dominansi Simpson 1-D =

380
0
0
0
0,223606798
1
0

5. Tabel perhitungan indeks populasi makrofauna tanah minyak goreng (vegetasi)


No
1
2
3

Nama Jenis
Semut Hitam Besar
Semut Merah Besar
Larva
Jumlah

Jumlah Individu
22
16
5
43

Minyak Goreng Vegetasi


pi
ln pi
0,511627907
-0,670157662
0,372093023
-0,988611393
0,11627907
-2,151762203

pi ln pi
-0,342871362
-0,367855402
-0,250204907

Indeks Keanekaragaman H' =


Indeks Kemerataan E =
Indeks Kekayaan Margalef Dmg =
Indeks Kekayaan Menhincik S (Menhincik) =
Indeks Dominansi Simpson D =
Indeks Dominansi Simpson 1-D =

ni (ni-1)

N (N-1)
462
240
20
722

1806
0,960931672
0,874677702
0,531745171
0,457495711
0,399778516
0,600221484

6. Perhitungan indeks populasi makrofauna tanah minyak goreng (non vegetasi)


No
1
2
3

Nama Jenis
Semut Hitam Besar
Semut Merah Kecil
Semut Merah Besar
Jumlah

Jumlah Individu
11
174
5
190

Minyak Goreng Non Vegetasi


pi
ln pi
0,057894737
-2,849128799
0,915789474
-0,087968773
0,026315789
-3,63758616

pi ln pi
-0,164949562
-0,080560876
-0,095725952

ni (ni-1)

N (N-1)
110
30102
20
30232

Indeks Keanekaragaman H' =


Indeks Kemerataan E =
Indeks Kekayaan Margalef Dmg =
Indeks Kekayaan Menhincik S (Menhincik) =
Indeks Dominansi Simpson D =
Indeks Dominansi Simpson 1-D =

35910
0,34123639
0,310606748
0,381168444
0,217642875
0,841882484
0,158117516

7. Perhitungan indeks populasi makrofauna tanah larutan detergen (vegetasi)


No
1
2
3
4
5
6

Nama Jenis
Semut Hitam Besar
Semut Merah Kecil
Laba-Laba
Semut Merah Besar
Sp 2
Sp 1
Jumlah

Jumlah Individu
15
18
1
1
1
2
38

Detergen Vegetasi
pi
ln pi
0,394736842
-0,929535959
0,473684211
-0,747214402
0,026315789
-3,63758616
0,026315789
-3,63758616
0,026315789
-3,63758616
0,052631579
-2,944438979

pi ln pi
-0,366922089
-0,353943664
-0,095725952
-0,095725952
-0,095725952
-0,154970473

ni (ni-1)

N (N-1)
210
306
0
0
0
2
518

Indeks Keanekaragaman H' =


Indeks Kemerataan E =
Indeks Kekayaan Margalef Dmg =
Indeks Kekayaan Menhincik S (Menhincik) =
Indeks Dominansi Simpson D =
Indeks Dominansi Simpson 1-D =

1406

1,16301408
0,649090517
1,374537889
0,973328527
0,368421053
0,631578947

8. Perhitungan indeks populasi makrofauna tanah larutan detergen (non vegetasi)


No
1
2
3

Nama Jenis
Semut Hitam Besar
Semut Hitam Kecil
Semut Merah Kecil
Jumlah

Jumlah Individu
11
29
4
44

Detergen Non Vegetasi


pi
ln pi
0,25
-1,386294361
0,659090909
-0,416893804
0,090909091
-2,397895273

pi ln pi
-0,34657359
-0,274770916
-0,217990479

ni (ni-1)

N (N-1)
110
812
12
934

Indeks Keanekaragaman H' =


Indeks Kemerataan E =
Indeks Kekayaan Margalef Dmg =
Indeks Kekayaan Menhincik S (Menhincik) =
Indeks Dominansi Simpson D =
Indeks Dominansi Simpson 1-D =

1892
0,839334986
0,763995628
0,52851474
0,452267017
0,493657505
0,506342495

9. Perhitungan indeks populasi makrofauna tanah larutan garam (vegetasi)


No
1
2
3
4

Nama Jenis
Semut Hitam Besar
Semut Merah Besar
Semut Merah Kecil
Larva
Jumlah

Jumlah Individu
4
27
17
1
49

Garam Non Vegetasi


pi
ln pi
0,081632653
-2,505525937
0,551020408
-0,595983432
0,346938776
-1,058606954
0,020408163
-3,891820298

pi ln pi
-0,20453273
-0,328399034
-0,3672718
-0,079424904

ni (ni-1)

N (N-1)
12
702
272
0
986

Indeks Keanekaragaman H' =


Indeks Kemerataan E =
Indeks Kekayaan Margalef Dmg =
Indeks Kekayaan Menhincik S (Menhincik) =
Indeks Dominansi Simpson D =
Indeks Dominansi Simpson 1-D =

2352

0,979628468
0,706652566
0,770847514
0,571428571
0,419217687
0,580782313

10. Perhitungan indeks populasi makrofauna tanah larutan garam (non vegetasi)
No
1
2
3
4

Nama Jenis
Semut Hitam Besar
Semut Merah Besar
Semut Merah Kecil
Semut Hitam Kecil
Jumlah

Jumlah Individu
8
6
8
2
24

Garam Vegetasi
pi
0,333333333
0,25
0,333333333
0,083333333

ln pi
-1,098612289
-1,386294361
-1,098612289
-2,48490665

Indeks Keanekaragaman H' =


Indeks Kemerataan E =
Indeks Kekayaan Margalef Dmg =
Indeks Kekayaan Menhincik S (Menhincik) =
Indeks Dominansi Simpson D =
Indeks Dominansi Simpson 1-D =

pi ln pi
-0,366204096
-0,34657359
-0,366204096
-0,207075554

ni (ni-1)

N (N-1)
56
30
56
2
144

552

1,286057337
0,927694271
0,943973941
0,816496581
0,260869565
0,739130435

Anda mungkin juga menyukai