Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Penyakit Parkinson pertama kali medis digambarkan sebagai sindrom neurologis oleh
James Parkinson pada tahun 1817. Pada pertengahan 1800-an, Jean-Martin Charcot berpengaruh
dalam memperbaiki deskripsi dan dalam menyebarkan informasi internasional tentang penyakit
Parkinson. Penyakit Parkinson ini dibedakan dari multiple sclerosis dan gangguan lain yang
ditandai dengan adanya tremor (Goetz, 2011).
Penyakit Parkinson merupakan suatu kelainan neurologi yang bersifat kronik progresif,
ditandai dengan adanya kelainan dari segi fungsi motorik dan non-motorik dalam berbagai
derajat (kronik progresif movement disorder). Secara neuropatologi penyakit Parkinson ditandai
oleh berkurangnya neuromelanin yang mengandung neuron dopaminergik di substansia nigra
pars kompakta, dengan terdapatnya eosinofil, intracytoplasmik, inklusi protein, yang disebut
sebagai Lewy bodies (Goetz, 2011; Grimes, et al., 2012).
Sebelumnya penyakit Parkinson ini disebut sebagai Parkinsonisme. Penyebab penyakit
Parkinson ini tidak diketahui secara pasti, meskipun interaksi kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan mungkin terlibat (Bhatia dan Massano, 2012; Grimes, et al., 2012). Berbagai faktor
risiko yang berkaitan dengan penyakit Parkinson, termasuk paparan pestisida dan racun lainnya,
riwayat keluarga yang positif memiliki penyakit Parkinson, dan ooforektomi, tetapi usia
merupakan faktor resiko yang paling mempengaruhi (Bhatia dan Massano, 2012).
TUJUAN PENULISAN
1.
2.
3.
4.
5.

I.

Untuk mengetahui definisi penyakit Parkinson


Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi penyakit Parkinson
Untuk mengetahui gejala yang timbul pada penyakit Parkinson
Untuk mengetahui bagaimana cara menegakkan diagnosis pada penyakit Parkinson
Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan penyakit Parkinson

DEFINISI

Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat


dengan usia. Secara patologis penyakit Penyakit Parkinson ditandai oleh degenerasi neuronneuron berpigmen neuromelamin, terutama di pars kompakta substansia nigra (Young, et al.,
2013). Penyakit Parkinson merupakan suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat,
rigiditas, bradikinesia, keterlambatan gerak, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan
kadar dopamine dengan berbagai macam sebab (Li, et al., 2014).
II.

EPIDEMIOLOGI
Penyakit Parkinson mempengaruhi jutaan manusia. Parkinson merupakan

penyakit

neurodegeneratif umum dengan kejadian seumur hidup 2,5% dan prevalensi minimal 2% pada
individu lebih dari 70 tahun (Young, et al., 2013). Penyakit Parkinson mempengaruhi sebanyak
1,5 juta orang di Amerika Serikat, dengan sekitar 60.000 pasien tambahan baru didiagnosa setiap
tahun (Companies, 2014). Pada populasi dengan usia lebih tua dari 60-65 tahun memiliki tingkat
prevalensi antara 65,6 sampai 12.500 per 100.000 penduduk. Lebih dari 4 juta pasien Parkinson
ada di dunia. Tingkat kejadian tahunan berkisar 8,6-19 per 100.000 penduduk. Penyakit
Parkinson adalah gangguan neurodegeneratif yang paling umum kedua setelah penyakit
Alzheimer, dengan rasio laki-laki-perempuan sekitar 3:2. Penyakit Parkinson ini jarang terjadi di
bawah usia 40 tahun (Bhatia dan Massano, 2012).
III.

PATOFISIOLOGI
Secara umum dapat dikatakan bahwa Penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar

dopamin akibat kematian neuron di pars kompakta substansia nigra sebesar 40 50% yang
disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies). Lesi primer pada Penyakit
Parkinson adalah degenerasi sel saraf yang mengandung neuromelanin di dalam batang otak,
khususnya di substansia nigra pars kompakta (Grimes, et al., 2012; Young, et al., 2013).
Penyakit Parkinson ini mempengaruhi neuron dopaminergik yang memiliki tubuh sel (sel
basal ganglia) dan terletak di compacta pars substantia nigra (SNPC). Neuron ini mengirimkan
akson ke kaudatus dan putamen (secara kolektif dikenal sebagai korpus striatum). Hilangnya
progresif sel-sel ini menghasilkan penurunan bertahap dari waktu ke waktu dari tingkat dopamin
striatal, yang pada gilirannya menghasilkan penurunan output dopamin striatal ke talamus.
Perubahan ini mengakibatkan penurunan motorik kortikal output. Penurunan ini dapat

menjelaskan beberapa gejala motorik yang diamati, terutama bradikinesia dan kekakuan, tetapi
gejala lain seperti resting tremor mungkin memiliki komponen yang sebagian besar nondopaminergik (Young, et al., 2013).
IV.

MANIFESTASI KLINIS
Penyakit Parkinson tidak hanya memiliki gejala dengan gangguan motorik. Sekarang

diketahui bahwa gejala non-motorik juga bisa terlihat, bahkan dapat melumpuhkan. Gejala nonmotorik termasuk perubahan suasana hati, kehilangan memori, perubahan tekanan darah,
perubahan fungsi usus dan fungsi kandung kemih, gangguan tidur, kelelahan, perubahan berat
badan dan sensasi rasa. Beberapa gejala juga memiliki gabungan kedua gangguan motorik dan
non-motorik (Bhatia dan Massano, 2012).
Gejala Motorik:
Tremor (biasanya paling terlihat ketika anggota tubuh sedang beristirahat)
Bradikinesia
Rigiditas (kekakuan gerak)
Ketidakstabilan postural (ketidakseimbangan ketika berdiri atau berjalan)
Gejala klinis lainnya :
Mikrografia (tulisan tangan kecil)
Hipoponik disartria (lembut, bicara kurang dimengerti)
Postur tubuh bungkuk
Langkah kaki diseret
Hilangnya ekspresi wajah
Mata jarang berkedip
Kebanyakan gejala non-motorik berupa disfungsi otonom, gejala kognitif dan kejiwaan,
dan gangguan tidur. gejala tersebut dapat terjadi sepanjang PD; beberapa dari gejala tersebut,
seperti disfungsi penciuman, konstipasi, depresi, dan rapid eye movement sleep behaviour
disorder (RBD) dapat mendahului gejala motorik. Sedangkan gejala kognitif seperti halusinasi
dan demensia cenderung terjadi di akhir gejala penyakit Parkinson (Postuma, 2012.).

V.

DIAGNOSIS

Penyakit Parkinson adalah gangguan kompleks yang sulit untuk didiagnosa secara klinis,
terutama pada tahap awal. Diagnosis ditegakkan berdasarkan etiologi kurang memungkinkan
karena tidak ada penyebab tunggal dari penyakit ini. Tidak ada cara yang mampu untuk
menentukan penyakit Parkinson dan membedakannya dari sindrom parkinsonian lainnya. Namun
demikian, penyakit Parkinson perlu dibedakan dari bentuk-bentuk parkinsonisme lainnya,
termasuk multiple system atrophy (MSA), progresif supranuklear palsi (PSP) dan degenerasi
kortikobasal (CBD) (Grimes, et al., 2012).
Penyakit Parkinson juga harus dibedakan dari penyebab sekunder seperti obat-obatan,
neurotoksin, dan lesi otak struktural serta penyebab tremor lainnya. Biasanya, pasien yang
diduga menderita penyakit Parkinson atau gangguan gerakan, harus dirujuk ke klinik untuk
dilakukan evaluasi (Grimes, et al., 2012).
Pada tahun 2011, DaTscan (injeksi loflupane I 123) disetujui sebagai alat pencitraan
diagnostik pertama untuk mengevaluasi gangguan gerak akibat neurodegenerative. Alat ini
secara khusus digunakan untuk membantu membedakan antara sindrom Parkinsonian dan tremor
esensial. DaTscan merupakan alat pencitraan radiofarmako yang bekerja dengan mengikat
transporter dopamin (DAT) di otak. Penggunaan DaTscan selama dilakukan Single Photon
Emission Computed Tomography (SPECT) pencitraan otak menghasilkan gambar yang
memungkinkan visualisasi dari transporter dopamine (Companies, 2014; Bhatia dan Massano,
2012).
Biasanya diagnosis didasarkan pada riwayat medis dan pemeriksaan neurologis serta
mengamati pasien secara langsung menggunakan Unified Parkinson's Disease Rating Scale.
Penyakit ini sulit untuk ditegakkan secara akurat, terutama pada tahap awal. Karena gejala
tumpang tindih dengan penyakit lain. Dokter mungkin harus mengamati orang tersebut selama
beberapa waktu sampai terlihat bahwa gejala telah muncul secara konsisten. Dokter kadangkadang dapat meminta scan otak atau tes laboratorium untuk menyingkirkan penyakit lainnya.
Namun, CT dan MRI scan daerah otak untuk seseorang dengan penyakit Parkinson biasanya
didapatkan normal (Bhatia dan Massano, 2012; Grimes, et al., 2012).
Gangguan Parkinson dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe (primer, sekunder, dan
parkinsonism plus syndromes). Beberapa gejala klinik seperti tremor, gaya berjalan yang

abnormal (freezing), instabilitas postural, gejala-gejala pyramidal lain yang responsive dengan
pemberian levodopa, dapat digunakan sebagai pembeda penyakit parkinson dengan gangguan
parkinsonian lainnya. Diagnosis banding yang sering dikaitkan dengan penyakit Parkinson
adalah parkinsonian vaskuler, drug-induced parkinsonism, gangguan tremor lain, demensia,
multiple system atrophy (MSA) dan progresif supranuklear palsi (PSP) (Bhatia dan Massano,
2012).
VI.

PENATALAKSANAAN
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif yang berkembang progresif dan

penyebabnya tidak diketahui, oleh karena itu strategi penatalaksanaannya adalah terapi
simtomatik untuk mempertahankan independensi pasien, neuroproteksi dan neurorestorasi untuk
menghambat progresivitas penyakit Parkinson. Strategi ini ditujukan untuk mempertahankan
kualitas hidup penderitanya (Goetz, 2011).
Obat-obatan untuk penyakit Parkinson saat ini diberikan untuk mengurangi gejala
penyakit, seperti masalah mobilitas dan tremor, tapi tidak menggantikan sel-sel saraf yang hilang
atau mencegah berkembangnya penyakit itu sendiri. Hilangnya sel yang memproduksi dopamin
di otak merupakan masalah mendasar pada penyakit Parkinson (Companies, 2014).
1. Terapi farmakologik
a. Obat pengganti dopamine (Levodopa)
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson, digunakan
untuk mengurangi tremor, kekauan otot dan memperbaiki gerakan. Di dalam otak levodopa
dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine pada neuron
dopaminergik oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase (dopa dekarboksilase).
Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya
dimetabolisme di sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang luas. Karena
mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen (Goetz, 2011).
Efek samping levodopa dapat berupa:
1) Neusea, muntah, distress abdominal
2) Hipotensi postural

3) Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita yang berusia
lanjut. Efek ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik dopamine pada system
konduksi jantung. Ini bisa diatasi dengan obat beta blocker seperti propanolol.
4) Diskinesia
5) Abnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal dan ureum darah
yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi levodopa.
Formasi gel intraduodenal dalam perkembangannya adalah kombinasi dari
levodopa (versi dopamin yang mampu melakukan perjalanan dari darah ke otak), yang
membantu mencegah levodopa dari yang terdegradasi sebelum mencapai otak. Obat ini
diberikan kepada pasien langsung ke duodenum. Mekanisme pengiriman ini membantu
mencegah degradasi levodopa dan mempromosikan penyerapan lebih cepat, dan
pemeliharaan tingkat lebih konstan levodopa. Dalam terapi levodopa standar, jumlah
levodopa dalam darah dapat bervariasi secara signifikan, yang mengarah ke pemeliharaan
yang tidak memadai dari gejala penyakit Parkinson (Li, et al., 2014).
b. Antikolinergik
Obat ini menghambat sistem kolinergik di ganglia basal dan menghambat aksi
neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin. Obat ini mampu membantu mengoreksi
keseimbangan antara dopamine dan asetilkolin, sehingga dapat mengurangi gejala tremor.
Ada dua preparat antikolinergik yang banyak digunakan untuk penyakit parkinson , yaitu
thrihexyphenidyl (artane) dan benztropin (congentin). Preparat lainnya yang juga
termasuk golongan ini adalah biperidon (akineton), orphenadrine (disipal) dan
procyclidine (kamadrin). Efek samping obat ini adalah mulut kering dan pandangan kabur.
Sebaiknya obat jenis ini tidak diberikan pada penderita penyakit Parkinson usia diatas 70
tahun, karena dapat menyebabkan penurunan daya ingat (Postuma, 2012).
c. Terapi gen
Terapi gen yang sudah berkembang terdiri dari Adeno Associated Virus (AAV) sebagai
vektor yang mengirimkan suatu gen aromatik L-amino acid dekarboksilase (AADC) ke sel
di bagian otak yang mengontrol gerakan. AADC adalah enzim yang mengubah levodopa
(obat yang saat ini digunakan untuk mengobati gejala penyakit Parkinson) menjadi
dopamin. Progresivitas penyakit ini, bagaimanapun, aktivitas AADC mengalami penurunan
dan levodopa menjadi kurang efektif. Disimpulkan bahwa pemberian AADC ke otak bisa

mengembalikan efektivitas terapi levodopa dan meningkatkan produksi dopamin (Li, et al.,
2014).
2. Terapi pembedahan
Bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan seperti semula proses patologis yang
mendasari (neurorestorasi).
a. Terapi ablasi lesi di otak
Termasuk katergori ini adalah thalamotomy dan pallidotomy
Indikasi : - fluktuasi motorik berat yang terus menerus
-

diskinesia yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan medik

Dilakukan penghancuran di pusat lesi di otak dengan menggunakan kauterisasi. Efek


operasi ini bersifat permanen seumur hidup dan sangat tidak aman untuk melakukan ablasi
dikedua tempat tersebut (Goetz, 2011).

b. Terapi Stem Sel


Pada penyakit ini terapi lain sering diperlukan, termasuk stimulasi dalam otak.
Namun, semua pengobatan ini hanya mengobati gejala dan sedikit menghentikan progresif
perkembangan penyakit. Terapi yang benar-benar menyembuhkan pasien dengan penyakit
Parkinson masih belum tersedia, tetapi terapi terhadap sel mungkin dapat dipertimbangkan.
Transplantasi saraf sebagai modalitas pengobatan untuk penyakit Parkinson didasarkan
pada mekanisme biologis yang didefinisikan dengan: pemulihan fungsi yang diikuti dengan
pemulihan transmisi dopaminergik di korpus striatum. Empat sumber seluler yang berbeda
dapat digunakan untuk membentuk neuron dopaminergik untuk transplantasi saraf untuk
penyakit Parkinson yaitu (Young, et al., 2013) :
(a) embrionik stem sel dari telur yang dibuahi
(b) neural stem sel dari otak embrio
(c) neural stem sel dari otak orang dewasa
(d) stem sel dari jaringan.

VII. KESIMPULAN
Penyakit Parkinson merupakan suatu kelainan neurologi yang bersifat kronik progresif,
ditandai dengan adanya kelainan dari segi fungsi motorik dan non-motorik. Penyebab penyakit
7

Parkinson ini tidak diketahui secara pasti. Gejala dari penyakit Parkinson berupa tremor waktu
istirahat, rigiditas, bradikinesia, keterlambatan gerak, dan hilangnya refleks postural. Penyakit ini
sulit untuk ditegakkan secara akurat, terutama pada tahap awal. Karena gejala tumpang tindih
dengan penyakit lain. Pada saat ini tidak ada terapi yang dapat menyembuhkan penyakit
Parkinson ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengurangi gejala yang timbul . Obat-obatan
yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala Parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu
belum bisa dihentikan sampai saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Companies, A.B.R., 2014. Medicine in Development. Parkinsons Disease. Available at:


http://www.phrma.org/sites/default/files/pdf/2014-parkinsons-report.pdf.
Goetz, C.G., 2011. The History of Parkinsons Disease: Early Clinical Descriptions and
Neurological Therapies. Cold Spring Harbor Perspectives in Medicine, 1(1). Available at:
http://perspectivesinmedicine.cshlp.org/lookup/doi/10.1101/cshperspect.a008862.
Grimes, D. et al., 2012. Canadian Journal of Neurological Sciences. Canadian Guidelines on
Parkinsons Disease. 39. Available at:
http://www.parkinsonclinicalguidelines.ca/sites/default/files/PD_Guidelines_2012.pdf.

Li, J.-Q., Tan, L. & Yu, J.-T., 2014. The role of the LRRK2 gene in Parkinsonism. Molecular
neurodegeneration. 9. p 47. Available at:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=4246469&tool=pmcentrez&rendertype=abstract.
Massano, J. & Bhatia, K.P., 2012. Clinical approach to Parkinsons disease: features, diagnosis,
and principles of management. Cold Spring Harbor perspectives in medicine. 2(6).
Available at: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=3367535&tool=pmcentrez&rendertype=abstract.
Postuma, R., Romenets, S.R. & Rakheja, R., 2012. Physician Guide Non-motor symptoms of
Parkinson s Disease. Parkinsons Clinical Guideline. pp.142. Available at:
http://www.parkinsonclinicalguidelines.ca/sites/default/files/PhysicianGuide_Nonmotor_EN.pdf.
Young, HE., 2013. Treating Parkinson Disease with Adult Stem Cells. Journal of Neurological
Disorders. 01(02). pp.18. Available at: http://www.esciencecentral.org/journals/23296895/2329-6895-1-121.digital/2329-6895-1-121.html.

Anda mungkin juga menyukai