Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Laporan Tutorial
Skenario D Blok 15 sebagai tugas kompetensi kelompok.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih
kepada :
1. Allah SWT, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial,
2. dr. Ziske Maritska selaku tutor kelompok B2
3. Teman-teman sejawat FK Unsri, terutama kelompok B2
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi
kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Kelompok B2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 3
SKENARIO D Blok 15..........................................................................................................4
I.Klarifikasi Istilah......................................................................................................
II.
Identifikasi Masalah..................................................................................................... 6
III.
Hipotesis....................................................................................................................... 7
IV.
V.
Analisis Masalah...........................................................................................................8
VI.
Kerangka Konsep......................................................................................................... 52
VII.
Learning Issue...............................................................................................................53
1. Stroke...................................................................................................................... 53
2. CNS.........................................................................................................................63
3. Hemostasis.............................................................................................................. 72
VIII. Kesimpulan...................................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 78
SKENARIO D BLOK 15
Tn. Budi, umur 63 tahun dibawa ke UGD rumah sakit karena sulit berjalan karena kelemahan
lengan dan tungkai kanan kira-kira 1 jam sebelumnya pada saat bangun dari tidur. Selain itu
Tn. Budi juga mengeluh mulut mengot dan bicara pelo. Tn. Budi sudah lama menderita DM
dan hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Tetapi tidak minum obat secara teratur. Keluhan ini
baru pertama kali dirasakan.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: GCS 15
Tanda Vital: TD 200/110 mmHg. Nadi 96x/menit, temperatur 37,2o C
Kepala: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher: Tidak ada pembesaran KGB
Thoraks: Simetri, retraksi tidak ada
-
Jantung: Batas jantung normal, iktus kordis tidak nampak, bunyi jantung normal,
Abdomen: Datar, lemas, nyeri tekan (-) dan defans muskular (-), bising ususp normal
Ekstremitas: edema -/Pemeriksaan Neurologis:
Pada pemeriksaan nervi kraniales:
-
Nervus VII tampak mulut mengot ke kiri, lipatan nasolabialis kanan datar, tidak aa
I.
Klarifikasi Istilah
1. Mulut mengot: Mulut yang miring ke kiri atau ke kanan
II.
Identifikasi Masalah
1. Tn. Budi, umur 63 tahun dibawa ke UGD rumah sakit karena sulit berjalan
karena kelemahan lengan dan tungkai kanan kira-kira 1 jam sebelumnya pada
saat bangun dari tidur. Selain itu Tn. Budi juga mengeluh mulut mengot dan
bicara pelo. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan.
2. Tn. Budi sudah lama menderita DM dan hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Tetapi
tidak minum obat secara teratur.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: GCS 15
Tanda Vital: TD 200/110 mmHg. Nadi 96x/menit, temperatur 37,2
Kepala: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher: Tidak ada pembesaran KGB
Thoraks: Simetri, retraksi tidak ada
- Jantung: Batas jantung normal, iktus kordis tidak nampak, bunyi jantung
-
Abdomen: Datar, lemas, nyeri tekan (-) dan defans muskular (-), bising ususp normal
Ekstremitas: edema -/4. Pemeriksaan Neurologis:
Pada pemeriksaan nervi kraniales
- Nervus VII tampak mulut mengot ke kiri, lipatan nasolabialis kanan datar, tidak
aa lagophtlamus, dan kerut dahi simetris
- Nervus XII bicara pelo dan lidah deviasi ke dalam
Pada pemeriksaan fungsi motorik
- Kekuatan otot Ekstremitas atas 4/5, ekstremitas bawah 5/5
- Refleks fisiologi ekstremitas kanan meningkat
- Refleks Patologis Babinsky
III.
Hipotesis
Tn. Budi 63 th mengalami kelemahan lengan dan tungkai kanan karena stroke nonhemoragik
IV.
Keterkaitan Antarmasalah
Tn. Budi, 63 tahun memiliki hipertensi dan DM tidak terkontrol Aterosklerosis
Ruptur Plak Embolus Menyumbat arteri di otak Iskemik Stroke iskemik
V. Analisis Masalah
1. Tn. Budi, umur 63 tahun dibawa ke UGD rumah sakit karena sulit berjalan
karena kelemahan lengan dan tungkai kanan kira-kira 1 jam sebelumnya pada
saat bangun dari tidur. Selain itu Tn. Budi juga mengeluh mulut mengot dan
bicara pelo. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan.
a. Apa penyebab dan mekanisme kelemahan lengan dan tungkai kanan yang dialami
oleh tn. Budi?
Kelemahan lengan dan tungkai disebabkan oleh kerusakan korteks
motorik primer di salah satu sisi otak. Pada kasus ini terjadi pada hemisfer kiri.
Kelemahan ini disebabkan infark yang akibat oklusi lokal aliran darah otak oleh
aterotrombotik atau emboli. Aterosklerosis ini biasanya mengoklusi pembuluh
besar, misalnya arteri karotis interna, arteri serebri media, dan arteri basilaris.
Penyebab oklusi pembuluh darah adalah trombsosis suatu segmen arteri yang
paling sering terjadi di dekat percabangan karotis atau di arteri basilaris.
Pada kasus ini sumbatan terjadi karena emboli, yang dapat berasal dari
jantung (misalnya yang disebabkan oleh Fibrilasi atrial, dan aritmia lainnya
(dengan penyakit jantung rematik, atherosklerotik, hipertensi, kongenital maupun
sifilis, infark miokard dengan trombus mural, endokarditis bakterial akut dan sub
akut, penyakit jantung tanpa aritmia maupun trombus mural(stenosis mitral,
miokarditis), komplikasi bedah jantung, katup jantung buatan, vegetasi trombotik
7
endokardial non bakterial, prolaps katup mitral, emboli paradoks dengan penyakit
jantung kongenital (cont: patent foramen ovale), Myxoma) maupun yang bukan
dari jantung (Atherosklerosis aorta dan arteri carotis, dari tempat pembelahan
atau displasia arteri carotis dan arteri vertebrobasiler, trombus pada vena
pulmonalis, lemak, tumor, udara, komplikasi bedah leher dan thoraks, trombosis
pada panggul dan ekstremitas bawah pada right-to-left cardiac shunt).
Oklusi emboli paling sering terjadi di cabang arteri serebri media, arteri
serebri media adalah cabang terbesar dari arteri carotis interna, yang berjalan ke
lateral dalam sulcus lateralis. Cabang-cabang cortical menyuplai seluruh
permukaan lateral hemisphere, kecuali daerah sempit yang disuplai oleh arteri
cerebri anterior, polus occipitalis dan permukaan inferolateral hemisphere yang
disuplai oleh arteri cerebri posterior. Dengan demikian, arteri ini menyuplai
seluruh area motoris (gyrus precentralis). Cabang-cabang centralis masuk ke
substansia perforata anterior dan menyuplai massa substansia grisea dalam
hemispherium cerebri. Oklusi emboli yang terjadi di arteri serebri media ini
menyebabkan darah yang menuju ke gyrus precentralis mengalami kekurangan
pasokan oksigen dan nutrien sehingga menyebabkan terjadinya infark, dan
terjadinya kelemahan separuh badan.
Pada kasus, oklusi terjadi pada arteri serebri media hemisfer kiri karena
Tn. Budi mengalami kelemahan lengan dan tungkai sebelah kanan. Korteks
motorik di masing-masing belahan otak terutama mengontrol otot di bagian tubuh
yang bersebrangan (kontralateral). Jaras-jaras saraf yang berasal dari korteks
motorik hemisfer kanan menyebrang di medulla oblongata, sebelum turun
menyusuri medula spinalis untuk berakhir di neuron motorik eferen yang memicu
kontraksi otot rangka di sisi kanan tubuh. Karena itu kerusakan pada korteks
motorik di sisi kiri akan menyebabkan paralisis sisi kanan tubuh.
b. Bagaimana patofisiologi mulut mengot dan bicara pelo?
Mulut mengot dan bicara pelo dalam kasus ini disebabkan karena
kelumpuhan dua nervi kraniales yaitu nervus VII (fascialis) dan nervus XII
(hipoglossus).
Nervus hipoglosus berinti di nukleus hipoglosus yang terletak di samping
bagian dorsal dari fasikulus longitudinalis medialis pada tingkatkaudal medula
oblongata. Pada perjalanannya menuju lidah, nervus ini melewati arteria karotis
interna dan eksterna. Otot-otot lidah yang menggerakan lidah terdiri dari
8
Lipatan nasolabial sisi yang lumpuh mendatar. Jika kedua sudut mulut disuruh
diangkat,maka sudut mulut yang sehat saja yang dapat terangkat. otot wajah
bagian dahi tidak menunjukkan kelemahan yang berarti. Juga tanda Bell
(lagoftalmus dan elevasi bola mata) tidak dapat diJumpai. ciri kelumpuhan
facialis UMN ini
dapat dimengerti, karena subdivisai inti facialis yang mengurusi otot
wajah atas alis mendapat inervasi kortikal secara bilateral. Sedangkan subdivisi
inti facialis yang mengurusi otot wajah lainnya hanya mendapatkan inervasi
kortikal secara kontralateral saja. Pada kerusakan di lobus frontalis otot wajah sisi
kontralateral masih dapat digerakkan secara volunteer, tetapi tidak ikut bergerak
jika ketawa atau merengut. Perubahan raut muka pada keadaan emosional justru
masih bisa timbul apabila korteks motorik primer rusak. Maka, gerakan otot
wajah yang timbul pada keadaan emosional (psikomotorik) sangat mungkin
diatur oleh daerah korteks di lobus frontalis. Sedangkan gerakan otot wajah
volunter diurus oleh korteks piramidalis.
Lesi LMN bisa terletak di pons, di sudut serebelo-pontin, di os petrosum
atau kavum timpani, di foramen stilomastoideum dan pada cabang- cabang tepi
nervus facialis. Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar inti nervus abdusens
bisa merusak akar nevus facialis, inti nervus abducen dan fasikulus longitudinalis
medialis. Karena itu paralisis facialis LMN tersebut akan disertai kelumpuhan
muskulus rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi. Proses patologik di
sekitar meatus akustikus internus melibatkan nervus facialis dan akustikus. Maka
dalam hal tersebut, paralisis facialis LMN akan timbul bergandengan dengan tuli
perseptif ipsilateral dan ageusia (tidak bisa mengecap dengan 2/3 anterior lidah).
c. Apa hubungan umur dan jenis kelamin dengan keluhan yang dialami tn. Budi?
Penelitian membuktikan bahwa kasus diabetes melitus yang tidak
terdiagnosis,memiliki risiko lebih tinggi akan mengalami stroke, penyakit jantung
koroner, dan penyempitan pembuluh darah perifer dibandingkan denganorang
non diabetes. Ada 2 macam komplikasi pada diabetes melitus,yaitu komplikasi
akut dan kronik. Komplikasi kronik terbagi menjadi 2,yaitu komplikasi vaskuler
dan non vaskuler. Komplikasi vaskuler dibagimenjadi 2, yaitu komplikasi
mikrovaskuler (retinopati diabetika,nefropati & neuropati) dan komplikasi
10
ini
berupa
hiperlipoproteinemia,
dan
penimbunan
sarbitol
kelainan
pembekuan
dalam
darah.
intima
vaskular,
Pada
akhirnya,
Cachofeira, Victoria, Mara Miana, Natalia de las Heras, Beatriz MartnFernndez, SandraBallesteros, Gloria Balfagn,and Vicente Lahera. 2009.
11
40-48.
2. Tn. Budi sudah lama menderita DM dan hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Tetapi
tidak minum obat secara teratur.
a. Apa akibat dari menderita DM dan hipertensi sejak 5 tahun, tetapi tidak minum
obat secara teratur?
Hipertensi kronis yang dialami pasien ini menyebabkan tahanan
perifernya terus tinggi karena hipertensi tersebut tidak terkontrol (stabil). Tahanan
perifer yang tinggi ini menyebabkan jantung harus memompa lebih kuat dan
bekerja lebih keras untuk melawan tahanan tersebut. Hal ini juga diperparah
dengan diabetes yang diderita pasien yang menyebabkan darah dalam kondisi
hiperglikemia disertai hiperinsulinemia yang berarti menambah viskositas darah
yang juga menambah tahanan perifer. Jantung bekerja lebih keras secara terusmenerus akhirnya akan menjadi hipertrofi ventrikel kiri dan mungkin diikuti
dengan hipertrofi atrium kiri dan menyebabkan sumbu jantung bergeser ke arah
kiri (kardiomegali). Akibat hipertrofi tersebut, fibrilasi cenderung terjadi karena
terjadi perpanjangan jalur konduksi yang dilewati impuls. Atrial fibrilasi ini
berperan dalam pembentukan trombus disertai juga pecahnya trombus menjadi
embolus. Pembentukan trombus ini juga dipicu oleh hiperlipidemia yang dialami
pasien diperparah dengan diabetes mellitus yang menyebabkan LDL bersifat lebih
aterogenik. Thrombus terbentuk di jantung kemudian karena atrial fibrilasi
thrombus tersebut pecah menjadi embolus terbawa aliran darah dan kemudian
menyumbat pembuluh darah diotak sehingga menyebabkan lesi yang berefek
pada kondisi bapak, yakni hemihipestesi dextra.
12
Abdomen: Datar, lemas, nyeri tekan (-) dan defans muskular (-), bising ususp normal
Ekstremitas: edema -/a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?
Pemeriksaan
Sensorium
Nilai Kasus
Compos
Normal
Compos Mentis
GCS 15
Tekanan darah
Mentis
GCS 15
200/110 mmHg 120/80 mmHg
13
Interpretasi
Normal, sadar sepenuhnya
Hipertensi stage II
Nadi
96x/menit
60-100x/menit
Normal tinggi
Respiratory Rate
20x/menit
16-24x/menit
Normal
Temperatur
37,2oC
36,5-37,2oC
Normal
pengeluaran aldosteron yag berperan sebagai retensi air & Na. akibat retensi air &
Na akan meningkatkan blood volume, yg akhirnya berpengaruh pada venous
return yang meningkat dan juga CO.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa disfungsi endotel pada hipertensi esensial
disebabkan oleh penurunan availabilitas NO. Pendapat lain menyatakan bahwa
hipertensi esensial berhubungan dengan perubahan fungsi dan morfologi endotel
menyebabkan peningkatan volume sel sehingga endotel mencembung ke dalam
lumen. Pada pembuluh darah yang hipertensi, interaksi antara endotel dengan
trombosit dan monosit meningkat. Pendapat lain tentang mekanisme terjadinya
kerusakan NO adalah produksi stres oksidatif. Stres oksidatif yang berupa ROS
(Reactive Oxygen Species) terutama anion superoksida ini dapat bergabung dan
menghancurkan peroksinitrat yang menghasilkan NO, sehingga terjadi efek
negatif terhadap struktur dan fungsi pembuluh darah.
c. Apa tujuan dari pemeriksaan fisik?
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mendeteksi penyebab stroke ekstrakranial,
memisahkan stroke dengan kelainan lain yang menyerupai stroke, dan
menentukan beratnya defisit neurologi yang dialami
4. Pemeriksaan Neurologis:
Pada pemeriksaan nervi kraniales
- Nervus VII tampak mulut mengot ke kiri, lipatan nasolabialis kanan datar, tidak
aa lagophtlamus, dan kerut dahi simetris
- Nervus XII bicara pelo dan lidah deviasi ke dalam
Pada pemeriksaan fungsi motorik
- Kekuatan otot Ekstremitas atas 4/5, ekstremitas bawah 5/5
- Refleks fisiologi ekstremitas kanan meningkat
- Refleks Patologis Babinsky
a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan neurologis?
Pemeriksaan
Nilai kasus
Normal
Interpretasi
Nerologis
Nervus VII
Mulut mengot ke
Kanan kiri
kiri
Lipatan
simetris
Abnormal
(Plak aterosklerotik
trombus emboli
nasolabialis kanan
oklusi a. vertebralis
datar
Tidak ada
mengenai N. VII)
normal
lagopthalmus
Kerut dahi
Simetris
normal
15
Nervus XII
Fungsi motorik
simetris
Bicara pelo
Lidah deviasi ke
Abnormal
Abnormal
dalam
Kekuatan otot
5/5
Terjadi hemiparese/
ekstremitas atas
4/5
5/5
Reflex fisiologi
Tidak ada
abnormal
ekstremitas kanan
peningkata
meningkat
Reflex patologis
n
-
Kekuatan otot
ekstremitas bawah
babinsky
Abnormal (dorsofleksi
ibu jari kaki dan
pengembangan jari kaki
lainnya)
kelumpuhan N. facialis
Lipatan nasolabialis pada sisi yang lumpuh mendatar, ini menandakan adanya
kelumpuhan di sisi sebelah kanan
16
Ketika diminta untuk menutup mata dengan kuat, mata disisi yang sakit tidak
dapat menutup dengan benar (lagophtalmus). Tidak ada lagophtalmus berarti
tidak ada tanda-tanda dari Bells palsy (kelumpuhan N.facialis)
17
Nervus XII bicara pelo dan lidah deviasi ke kanan : bicara pelo diakibatkan
oleh adanya gangguan motoric pada otot lidah, yang disebabkan oleh kelumpuhan
sebagian pada N. hipogglossus .
Lidah deviasi ke kanan : kelumpuhan pada M.genioglossus sebelah kanan
menyebabkan deviasi lidah ke arah kanan
Kelumpuhan N. Hipoglosus
Nervus ini mempersarafi m.stiloglosus,genioglosus, longitudinalis inferior yang
berfungsi untuk menggerakkan otot lidah
m.stiloglosus = menggerakkan lidah ke atas dan ke belakang
m.genioglosis = lidah keluar dan mnuju ke bawah
18
PEMERIKSAAN
I
0
1
2
3
4
5
tahanan ringan
Bisa melawan tahanan ringan
Bisa mengimbangi tahanan pemeriksa
Kekuatan otot pada kasus ini ektremitas atas dan bawah adalah 4/5. Ini
-
20
21
Reaksi : Respon normal dorsofleksi ibu jari kaki disertai plantar fleksi dan
gerakan melebar jari-jari lainnya. Refleks abnormal, yaitu bila dorsofleksi ibu jari
kaki disertai jari-jari kaki lainnya terbuka seperti kipas, disebut refleks babinski
dan menunjukan adanya penyakit UMN (stroke).
22
Merupakan saraf sensorik. Saraf ini berasal dari epithelium olfaktori mukosa asal.
Berkas serabut sensorik mengarah ke bulbus olfaktori dan menjalar melalui raktus
olfaktori sampai ke ujung lobus temporal (girus olfaktori), tempat persepsi indera
penciuman berada.
2. SARAF OPTIK ( CN II )
Merupakan saraf sensorik. Impuls dari batang dan kerucut retina di bawa ke
badan sel akson yang membentuk saraf optic. Setiap saraf optic keluar dari bola
mata pada bitnik buta dan masuk ke rongga cranial melaui foramen optic. Seluruh
serabut memanjang saat traktus optic, bersinapsis pada sisi lateral nuclei
23
genikulasi thalamus dan menonjol ke atas sampai ke area visual lobus oksipital
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik.
Neuron motorik berasal dari otak tengah dan membawa impuls ke seluruh otot
24
bola mata (kecuali otot oblik superior dan rektus lateral), ke otot yang membuka
kelopak mata dan ke otot polos tertentu pada mata. Serabut sensorik membawa
informasi indera otot (kesadaran perioperatif) dari otot mata yang terinervasi ke
otak.
4. SARAF TROKLEAR ( CN IV )
Adalah saraf gabungan , tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik dan
_ Cabang maksilar membawa informasi dari kulit wajah, rongga oral (gigi atas,
Merupakan saraf gabungan. Meuron motorik terletak dalam nuclei pons. Neuron
ini menginervasi otot ekspresi wajah, termasuk kelenjar air mata dan kelenjar
saliva.
Neuron sensorik membawa informasi dari reseptor pengecap pada dua pertiga
bagian anterior lidah.
organ korti telinga dalam ke nuclei koklear pada medulla, ke kolikuli inferior, ke
bagian medial nuclei genikulasi pada thalamus dan kemudian ke area auditori
pada lobus temporal.
Cabang vestibular membawa informasi yang berkaitan dengan ekuilibrium dan
orientasi kepala terhadap ruang yang diterima dari reseptor sensorik pada telinga
dalam.
9. SARAF GLOSOFARINGEAL ( CN IX )
Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berawal dari medulla dan
menginervasi otot untuk wicara dan menelan serta kelenjar saliva parotid. Neuron
sensorik membawa informasi yang berkaitan dengan rasa dari sepertiga bagian
28
posterior lidah dan sensasi umum dari faring dan laring ; neuron ini juga
29
motorik
misalnya
otot
30
laring,
faring,
trapezius
dan
otot
sternokleidomastoid.
31
motorik berawal dari medulla dan mensuplai otot lidah. Neuron sensorik
membawa informasi dari spindel otot di lidah.
e. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fungsi motorik? (Andini, Devin)
Memeriksa fungsi motorik
a. Pengamatan
Gaya berjalan dan tingkah laku
Simetri tubuh dan extermitas
Kelumpuhan badan dan anggota gerak
b. Gerakan volunter
Yang di periksa adalah pasien atas pemeriksa, misalnya:
Mengangkat kedua tangan dan bahu
Fleksi dan extensi artikulus kubiti
Mengepal dan membuka jari tangan
Mengankat kedua tungkai pada sendi panggul
Fleksi dan ekstansi artikulus genus
Plantar fleksi dan dorsal fleksi plantar kaki
Gerakan jari-jari kaki
c. Palpasi
32
Nyeri tekan
Kontraktur
Konsistensi (kekenyalan)
Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap
pada tempatnya.
Respon : posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan
pengembangan jari kaki lainnya
5. Diagnosis
a. Apa diagnosis banding dari kasus ini?
- Bells Palsy
- Brain Neoplasm
- Conversion disorder in emergency medicine
- Hemorrhagic stroke
- Hypoglycemia
- Transient global amnesia
b. Apa diagnosis pada kasus ini?
Diagnosis kasus ini adalah stroke iskemik, karena tidak ditemui gejala sakit
kepala mendadak yang merupakan manisfestasi klinis dari stroke hemoragik.
c. Bagaimana klasifikasi stroke? Termasuk stroke apakah kasus ini? (Arvin, Ary)
Sistem klasifikasi lama biasanya membagi stroke menjadi tiga kategori
berdasarkan penyebab: trombotik, embolik, dan hemoragik. Kategori ini sering
didiagnosis berdasarkan riwayat perkembangan dan evolusi gejala. Dengan
teknik-teknik pencitraan yang lebih baru seperti CT scan dan MRI, kita dapat
33
36
Pembacaan:
Skor > 1 : Perdarahan otak
< -1: Infark otak
Sensivitas: Untuk perdarahan: 89.3%.
Untuk infark: 93.2%.
Ketepatan diagnostik: 90.3%.
Gejala
biasanya
memberat
secara
bertahap.
Emboli
disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah dari tempat yang lebih proksimal.
Emboli bukan biasanya bersumber dari jantung atau arteri besar, seperti aorta,
arteri karotis atau arteri vertebralis. Gejalanya biasanya langsung memberat
atau hanya sesaat untuk kemudian menghilang lagi seketika saat emboli
37
Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh ruptur arteri, baik intraserebral maupun
subarakhnoid. Pendarahan
intraserebral
penyebab
merupakan
tersering.
akibat
hipertensi
38
e.
Bagaimana
manifestasi klinis
pada
stroke?
Manifestasi stroke bisa dibedakan atas gejala/tanda akibat dari lesi dan
gejala/ tanda yang diakibatkan oleh komplikasinya. Gejala akibat lesi bisa sangat
jelas dan mudah untuk didiagnosis, akan tetapi bisa sedemikian tidak jelas
sehingga diperlukan kecermatan tinggi untuk mengenalinya. Pasien bisa datang
dalam keadaan sadar dengan keluhan lemah separuh badan pada saat bangun tidur
atau sedang bekerja, akan tetapi tidak jarang ada yang datang dalam keadaan
koma sehingga memerlukan penyingkiran diagnosis banding sebelu mengarah ke
stroke. Secara umum gejala tergantung pada besar dan letak lesi di otak, yang
menyebabkan gejala dan tanda organ yang dipersarafi oleh bagian tersebut. Jenis
patologi (hemoragik atau non hemoragik) secara umum tidak menyebabkan
perbedaan dari tampilan gejala, kecuali bahwa pada jenis hemoragi seringkali
ditandai dengan nyeri kepala yang sangat hebat akibat dari peningkatan tekanan
intra kranial, terutama terjadi pada saat bekerja. Beberapa perbedaan yang
terdapat pada stroke hemisfer kiri dan kanan dapat dilihat dari tanda-tanda yang
didapatkan dan dengan pemeriksaan neurologis sederhana dapat diketahui kirakira letak lesi, seperti yang terlihat dibawah ini:
Lesi di korteks
a. Gejala terlokalisasi, mengenai daerah lawan dai letak lesi
b. Hilangnya sensasi kortikal (stereogenesis, diskriminasi 2 titik) ambang sensoris
c.
d.
a.
b.
c.
a.
b.
yang bervariasi
Kurang perhatian terhadap rangsang sensorik
Bicara dan penglihatan mungkin terkena
Lesi di kapsula
Lebih luas, mengenai daerah lawan letak lesi
Sensasi primer menghilang
Bicara dan penglihatan mungkin terganggu
Lesi di batangotak
Luas, bertentangan letak lesi
Kenai saraf kepala seisi dengan letak lesi (III-IV otak tengah)
39
c.
a.
b.
c.
banyak
dibandingkan
akibat
lesi,
dan
bersama-sama
keduanya
Usia
b.
Jenis kelamin
c.
d.
genetik
Hipertensi
b.
Diabetes
40
c.
Dislipidemia
d.
Fibrilasi atrium
e.
Merokok
f.
Diabetes
g.
Penyakit Jantung
h.
Obesitas
i.
Konsumsi alkohol
j.
k.
Stres
Stroke Emboli
Emboli kardiogenik menjadi penyebab dari seitar 20% stroke
akut. Emboli terjadi dari jantung, arteri ekstrakranial, termasuk
41
Trombus valvular
inhibisi
trombotik
proses
umumnya
fibrinolisis
dianggap
dan
hemostasis.
berawal
dari
ruptur
Stroke
plak
Komplikasi muskuloskeletal
1.
2.
3.
4.
- Breathing
Biasanya timbul pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi. Beri O2 2 4 liter/menit bila pasien kesulitan bernapas atau tampak
sesak.
- Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi
jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,
sianosis pada tahap lanjut. Pada pasien stroke non hemoragik, TD hanya perlu diturunkan
bila sistolik > 220 mmHg, diastolik > 120 mmHg atau tekanan arteri rata rata > 130
44
mmHg. Penurunan tekanan darah dapat dilakukan dengan memberikan ACE inhibitor,
Clonidin drip, Nicardipin drip, atau Diltiazem drip dimana penurunan dilakukan secara
perlahan (tidak >25% dalam 2 6 jam) sampai 160/100. Posisi kepala hendaklah
dinaikkan 30o.
- Infection
Cegah infeksi atau atasi infeksi yang sedang terjadi.
- Nutrition
Nutrisi diberikan sesuai kebutuhan penderita. Koreksi gula darah jika terjadi hiperglikemi
(BSN > 200 mg%).
Perlakuan awal di UGD untuk pasien curiga stroke:
-
3. Konversi hemoragis, msalah ini dapat di lihat dari CT scan, tiga faktor
utama adalah usia lanjut, ukuran infark yang besar, dan hipertensi akut,
ini tak boleh di beri antikoagulan selama 43-72 jam pertama, bila ada
hipertensi beri obat antihipertensi.
c) Mencegah stroke berulang dini dalam 30 hari sejak onset gejala stroke
terapi dengan heparin.
Protokol penatalaksanaan stroke non hemoragik akut
a) Pertimbangan rt-PA intravena 0,9 mg/kgBB (dosis maksimum 90 mg) 10%
di berikan bolus intravena sisanya diberikan per drip dalam wakti 1 jam jika
onset di pastikan <3 jam dan hasil CT scan tidak memperlihatkan infrak
yang luas.
b) Pemantauan irama jantung untuk pasien dengan aritmia jantung atau
iskemia miokard, bila terdapat fibrilasi atrium respons cepat maka dapat
diberikan digoksin 0,125-0,5 mg intravena atau verapamil 5-10 mg
intravena atau amiodaron 200 mg drips dalam 12 jam.
c) Tekanan darah tidak boleh cepat-cepat diturunkan sebab dapat memperluas
infrak dan perburukan neurologis. Pedoman penatalaksanaan hipertensi bila
terdapat salah satu hal berikut :
-
46
yang rendah pada stroke maka harus di naikkan dengan dopamin atau
debutamin drips.
d) Pertimbangkan observasi di unit rawat intensif pada pasien dengan tanda
klinis atau radiologis adanya infrak yang masif, kesadaran menurun,
gangguan pernafasan atau stroke dalam evolusi.
e) Pertimbangkan konsul ke bedah saraf untuk infrak yang luas.
f) Pertimbangkan sken resonasi magnetik pada pasien dengan stroke
vetebrobasiler atau sirkulasi posterior atau infrak yang tidak nyata pada CT
scan.
g) Pertimbangkan pemberian heparin intravena di mulai dosis 800 unit/jam,
20.000 unit dalam 500 ml salin normal dengan kecepatan 20 ml/jam,
-
Heparin merupakan kontraindikasi relatif pada infrak yang luas. Pasien stroke
non hemoragik dengan infrak miokard baru, fibrilasi atrium, penyakit katup
jantung atau trombus intrakardiak harus diberikan antikoagulan oral (warfarin)
sampai minimal satu tahun.
Perawatan umum untuk mempertahankan kenyamanan dan jalan nafas yang
adekuat sangatlah penting. Pastikan pasien bisa menelan dengan aman dan jaga
pasien agar tetap mendapat hidrasi dan nutrisi. Menelan harus di nilai (perhatikan
saat pasien mencoba untuk minum, dan jika terdapat kesulitan cairan harus di
berikan melalui selang lambung atau intravena. Beberapa obat telah terbukti
bermanfaat untuk pengobatan penyakit serebrovaskular, obat-obatan ini dapat
dikelompokkan atas tiga kelompok yaitu obat antikoagulansia, penghambat
trombosit dan trombolitika :27
1.
terutama sering ditemukan pada sistem arteri. Obat yang termasuk golongan ini
adalah aspirin, dipiridamol, tiklopidin, idobufen, epoprostenol, clopidogrel.28
3.
trombus diberikan 3 jam setelah infark otak, jika lebih dari itu dapat menyebabkan
perdarahan otak, obat yang termasuk golongan ini adalah streptokinase, alteplase,
urokinase, dan reteplase.
j. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
Berdasarkan data WHO, sekitar sepertiga dari pasien stroke akan selamat
tanpa cacat, sepertiga akan mengalami kecacatan, sedangkan sisanya akan
meninggal pada serangan stroke yang pertama. 75% pasien yang selamat pada
serangan pertama dapat bertahan hidup (survive) dalam 1 tahun pasca serangan,
sedangkan sekitar 50% dapat bertahan sampai lebih dari 5 tahun.
Biasanya pasien yang pernah mengalami serangan stroke beresiko untuk
mengalami serangan stroke lagi, yaitu sekitar 5% dalam tahun pertama dan 30%
dalam 5 tahun pasca stroke pertama. Prognosis untuk pasien dengan TIA lebih
baik dibandingkan pasien dengan stroke iskemik. Prognosis dapat ditingkatkan
dengan menghilangkan atau meminimalisir risk faktor yang dapat dimodifikasi.
k. Bagaimana standar kompetensi pada kasus ini?
Kompetensi Dokter Umum : 3B
Dokter umum mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter misalnya pemeriksaan lab
atau x-ray. Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis.
48
VI.
Kerangka Konsep
49
Epidemiologi
Insiden stroke bervariasi di berbagai negara di Eropa, diperkirakan terdapat
100-200 kasus stroke baru per 10.000 penduduk per tahun (Hacke dkk, 2003). Di
Amerika diperkirakan terdapat lebih dari 700.000 insiden stroke per tahun, yang
menyebabkan lebih dari 160.000 kematian per tahun, dengan 4.8 juta penderita
stroke yang bertahan hidup. (Goldstein dkk, 2006). Rasio insiden pria dan wanita
adalah 1.25 pada kelompok usia 55-64 tahun, 1.50 pada kelompok usia 65-74 tahun,
1.07 pada kelompok usia 75-84 tahun dan 0.76 pada kelompok usia diatas 85 tahun
(Lloyd dkk, 2009).
Klasifikasi Stroke
Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke berdasarkan atas 5 patologi anatomi
(lesi), stadium dan lokasi (sistem pembuluh darah) (Misbach, 1999).
b) Stroke hemoragik
i) Perdarahan intraserebral ii)
Perdarahan
subarakhnoid
2) Berdasarkan stadium:
a) Transient Ischemic Attack (TIA)
b) Stroke in evolution
c) Completed stroke
3) Berdasarkan lokasi (sistem pembuluh darah):
a) Tipe karotis
b) Tipe vertebrobasiler
Faktor Resiko
Faktor resiko untuk terjadinya stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan
kemungkinannya untuk dimodifikasi atau tidak (nonmodifiable, modifiable, atau
potentially modifiable) dan bukti yang kuat (well documented atau less well
documented) (Goldstein,2006).
51
Tahap 3 : Inflamasi
53
Tahap 4 : Apoptosis
Proses patofisiologi pada cedera SSP akut sangat kompleks dan melibatkan
permeabilitas patologis dari sawar darah otak, kegagalan energi, hilangnya
homeostasis ion sel, asidosis, peningkatan kalsium ekstraseluler, eksitotoksisitas dan
toksisitas yang diperantarai oleh radikal
bebas. (Sherki dkk,2002)
54
Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat,
dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak
tidak dapat membaik sepenuhnya. Ada beberapa manifestasi klinis dari penyakit
stroke, yaitu:
55
56
Stroke Iskemik
Terapi umum:
Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan dada pada satu bidang; ubah
posisi tidur
setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya,
bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas
darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik,
kemudian dicari penyebabnya; jika kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya
dengan
kateter intermiten). Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid
1500-2000 mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa
atau salin isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika
didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui slang
nasogastrik.
Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150 mg
%
dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar
gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa
40% iv sampai kembali normal dan harus dicari penyebabnya.
Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan sesuai
gejala.
Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik 220
mmHg,
diastolik 120 mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP) 130 mmHg (pada 2
kali
pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark miokard akut,
gagal
57
jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%,
dan
obat yang direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta,
penyekat
ACE, atau antagonis kalsium. Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik 90 mm
Hg, diastolik 70 mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500
mL
selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika
belum terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih < 90 mmHg, dapat diberi dopamin 2-20
g/kg/menit sampai tekanan darah sistolik 110 mmHg.
Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit, maksimal 100
mg per
hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral (fenitoin, karbamazepin). Jika
kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka panjang.
Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25
sampai 1 g/kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan
umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari.
Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai alternatif, dapat
diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau furosemid.
Terapi khusus:
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin dan anti
koagulan,
atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinant tissue Plasminogen
Activator).
Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau pirasetam (jika didapatkan
afasia).
58
Stroke Hemoragik
Terapi umum
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL,
perdarahan
intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memburuk.
Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila
tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume
hema toma bertambah. Bila terdapat gagal jantung,tekanan darah harus segera
diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg
(pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6
jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral.
Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 300,
posisi
kepala dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke iskemik),
dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg). Penatalaksanaan umum sama dengan pada
stroke iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau
inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan
diobati dengan antibiotik spektrum luas.
Terapi khusus
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan bedah
mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya kian
memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm3, hidrosefalus akut
akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum, dilakukan VP-shunting, dan
perdarahan lobar >60 mL dengan tanda peningkatan tekanan intrakranial akut dan
ancaman herniasi.
Pada perdarahan subaraknoid, dapat digunakan antagonis Kalsium (nimodipin) atau
tindakan
59
bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun gamma knife) jika penyebabnya adalah
aneurisma atau malformasi arteri-vena (arteriovenous malformation, AVM).
STADIUM SUBAKUT
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara,
dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang
panjang, dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah sakit
dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan melaksanakan program
preventif primer dan
sekunder.
Terapi fase subakut:
1. Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya,
2. Penatalaksanaan komplikasi,
3. Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien), yaitu fisioterapi, terapi wicara, terapi
kognitif,dan terapi okupasi,
4. Prevensi sekunder
5. Edukasi keluarga dan Discharge Planning
2. CNS
OTAK (ENCEPHALON)
Bagian-bagian Otak yang Utama
Otak menempati rongga kranial dan dibungkus oleh membran, cairan, serta tulang
tengkorak. Meskipun berbagai macam daerah otak saling berhubungan dan berfungsi
bersama, otak dapat dibagi ke dalam daerah-daerah yang berbeda-beda untuk
memudahkan kaji an.
1. Hemispherium Cerebralis merupakan bagian otak yang paling besar, dibagi
menjadi hemispherium cerebralis kiri dan kanan oleh suatu lekukan dalam yang
dikenal sebagai fissura longitudinalis. Daerah antara hemisferium cerebralis dan
batang otak adalah diencephalon.
2. Truncus Encephali / Brain stem atau batang otak menghubungkan cerebrum
dengan sumsum tulang belakang. Bagian batang otak sebelah atas adalah mid-brain.
Daerah di bawahnya dan tampak jelas dari arah bawah otak terdapat pons dan medulla
60
61
62
terletak di bagian medial lobus temporalis dan distimulasi oleh impuls yang berasal
dari reseptor di dalam hidung.
4. Lobus occipitalis terletak di belakang lobus parietal dan melampaui cerebellum.
Lobus ini berisi area visual yang menginterpretasikan impuls yang muncul dari retina
mata. Sebagai tambahan, sebetulnya ada lobus kelima yang kecil dalam setiap
hemisfer yang tak dapat dilihat dari permukaan karena letakiiya ada di sebelah dalam
sulkus lateralis. Lobus ini dinamakan insula.
Di bawah bahan abu-abu cortex cerebralis terdapat bahan putih berisi serat saraf
bermyelin yang saling menghubungkan satu daerah cortical dengan lainnya dan
bagian-bagian lain dari sistem saraf. Kumpulan bahan putih yang cukup penting ialah
corpus callosum, terletak di bawah fissura longitudinalis. Kumpulan ini bertindak
sebagai jembatan antara hemisfer kanan dan kiri untuk mempermudah impuls
menyeberang dari satu sisi otak ke sisi !ainnya. Capsula interna ialah jalur bahan putih
yang sangat rapat, tersusun dari cukup banyak serat saraf yang bermyelin (dengan
membentuk tractus). Nucleus basalis ialah massa bahan abu-abu di bagian dalam
setiap hemisfer otak. Kelompok neuron ini membantu meregulasi gerakan tubuh dan
ekspresi wajah yang di hubungkan dari cortex. Neurotransmitter dopamine
disekresikan oleh neuron-neuron nucleus basalis.
Area-area koniunikasi
Kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun tulis merupakan contoh yang
menarik
bagaimana
daerah-daerah
di
cortex
cerebralis
saling
berkaitan.
Perkembangan dan penggunaan daerah ini berkaitan erat dengan proses belajar.
1. Area pendengaran terletak di lobus temporal. Di dalam salah satu daerah inilah
impuls suara yang ditransmisikan dari lingkungan dideteksi, sementara di daerah
sekitarnya (pusat bicara auditorik) suara diinterpretasi dan dipahami. Bahasa awal
dipelajari dengan menggunakan sarana pendengaran, dengan demikian daerah
pendengaran guna memahami suara sangat dekat dengan daerah cortex yang
menerima-suara. Bayi kelihatannya dapat memahami apa yang dikatakan padanya
jauh sebelum dia dapat berbicara. Dan itu terjadi beberapa tahun sebelum anakanak
belajar membaca atau menuliskan kata-kata.
2. Area motorik untuk berkomunikasi (berbicara dan menulis) ter letak di depan
bagian bawah cortex motorik dalam lobus frontalis. Karena bagian bawah cortex
motorik mengontrol otot kepala dan leher, adalah wajar jika pusat motorik bicara
63
sebagai perluasan ke deapan dalam area ini. Kontrol otot bicara (didalam lidah, iangitlangit lunak, dan larynx) terjadi di sini. Begitu juga halnya dengan pusat bicara tulis
yang terletak di depan daerah cortical yang mengontrol otot lengan dan tangan.
Kemampuan untuk menuliskan kata-kata biasanya merupakan salah satu case terakhir
dalam perkembangan belajar kata-kata dan artinya.
3. Area visual cortex berperan dalam komunikasi dengan jalan menerima impuls
visual dalam lobus occipital. Gambaran ini diinterpretasikan sebagai kata-kata di
dalam daerah visual yang terletak di depan lokasi penerimaan. Kemampuan membaca
dengan memahami juga berkembang di daerah ini. Misalnya saja anda melihat tulisan
kanji dalam Bahasa Jepang, hal ini hanya melibatkan daerah penerimaan visual dalam
lobus occipital karena anda tidak dapat membaca tulisan tadi.Ada hubungan
fungsional di antara daerah-daerah otak. Banyak neuron harus bekerja sama untuk
memudahkan seseorang di dalam menerima, menginterpratasi, dan merespon pesanpesan verbal dan tertulis seperti halnya rabaan (tactile) dengan stimulus sensoris
lainnya.
Proses Belajar dan Memory (Ingatan)
Memory atau ingatan merupakan kemampuan mental untuk memanggil kembali
ideide. Pada masa awal proses mengingat, sinyal sensoris (misalnya saja pendengaran,
penglihatan)
diterima
dalam
se-kejap.
1VIeskipun
demikian
sudah
dapat
semakin
sering
seseorang
mengulang
kembali
pengalaman-
pengalaman yang diingat, akan semakin kuatlah memory tadi. Dengan kata lain,
semakin sering memory diingat, akan semakin tidak mudah untuk dilupakan karena
sudah tertanam kuat di otak sehingga dapat diingat kembali dengan segera. Kajian
anatomis secara seksama telah menunjukkan bahwa tonjolan halus yang dinamakan
fibril dibentuk pada synapsis dalam cortex cerebralis sehingga impulsimpuls dapat
berjalan dari satu neuron ke neuron lainnya dengan mudah. Jumlah fibril ini
meningkat seiring bertambahnya usia. Kajian psikologis menunjukkan bahwa
pengulangan (repetisi) informasi yang sama berulang kali akan mempercepat dan
64
65
cerebellum dan bagian sistem saraf sisanya. Beberapa gerakan refleks tertentu seperti
bernafas secara
teratur terintegrasi di dalam pons. Saraf cranial berasal dari pons.
Medulla oblongata otak terletak di antara pons dan sumsum tulang belakang. Medulla
ini dari luar terlihat putih karena banyak berisi serat saraf yang bermyelin seperti
halnya pons. Di bagian dalam, is berisi sejumlah badan sel (bahan abu-abu) yang
dinamakan nuclei atau pusat-pusat. Di antara ketiganya adalah pusat-pusat yang
sangat vital seperti berikut ini :
1. Pusat respiratori mengontrol otot-otot respirasi dalam merespon stimulus kimiawi
dan yang lainnya.
2. Pusat kardiak membantu mengatur irama dan kekuatan denyut jantung.
3. Pusat vasomotor mengatur kontraksi otot-otot polos di dalam dinding pembuluh
darah dan karenanya ikut menentukan tekanan darah.
Empat pasang saraf kranial yang terakhir berhubungan dengan medulla oblongata.
Serat saraf sensorik yang membawa pesan-pesan lewat sumsum tulang belakang naik
ke otak berjalan melalui medulla, sebagaimana turunnya serat motorik. Kelompok
serat saraf ini membentuk tractus (kumpulan serat) serta dikelompokkan bersama
berdasarkan fungsinya. Serat motorik yang berasal dari cortex motorik hemisfer otak
membentang ke bawah melalui medulla; ketika berjalan melalui bagian otak ini,
sebagian besar serat ini menyeberang dari satu sisi ke sisi lainnya membentuk
persilangan (decussatio pyramidam). Di dalam medulla inilah penggantian serat saraf
terjadi sehingga menyebabkan hemisfer otak se belah kanan yang mengontrol otototot
di sisi tubuh sebelah kiri dan bagian cortex sebelah atas dapat mengontrol otot yang
ada di bagian bawah tubuh. Medulla merupakan pusat gerakan reflek yang sangat
penting; di sini neuron tertentu berakhir dan impulsnya dipancarkan pada neuron
lainnya. Saraf kranial IX-XII muncul dari medulla oblongata.
Cerebellum
Cerebellum terdiri dari tiga bagian: bagian tengah dan dua hemisfer lateral. Seperti
halnya hemisfer otak, cerebellum (otak kecil) mempunyai bahan abu-abu di bagian
luar dan sebagian besar bahan putih di bagian dalamnya. Adapun fungsi cerebellum
adalah :
66
sensorisnya ada di dalam nervus yang memanjang sampai sumsum tulang belakang,
neuron sentral di dalam bagian sumsum bagian bawah, dan neuron motoris yang
mengirim impuls melalui nervus dari sumsum ke efektor yang berupa m.quadriceps
femoris (otot paha yang menendang).
Bungkus Otak dan Sumsum Tulang Belakang
Meninges adalah tiga lapis jaringan ikat yang mengitari otak dan sumsum tulang
belakang guna membentuk pembungkusan yang leng-kap. Membran yang paling
besar yaitu dura mater adalah meninges yang paling tebal dan kasar. Di dalam
tengkorak dura mater membelah dalam tempat-tempat tertentu guna menyiapkan
saluran bergurat bagi darah yang berasal dari jaringan otak. Lapisan meninges bagi an
tengah ialah arachnoid. Membran ini eampang melekat pada meninges yang paling
dalam
serat yang menyerupai jaringan (weblike) yang memungkinkan suatu ruangan bagi
gerakan cairan cerebrospinal (CSF) di antara dua membran. Lapisan yang paling
dalam di sekitar otak yaitu pia mater dilekatkan pada jaringan saraf otak dan sumsum
tulang belakang serta mencelup (dips) ke dalam seluruh depresi. Ia terbuat dari
jaringan ikat yang sangat halus di mana di dalam-nya banyak terdapat pembuluh
darah. Pasokan darah ke otak dibawa oleh pia mater.
Cairan Cerebrospnal (CSF)
CSF ialah cairan bening yang dibentuk dalam ventrikel otak, sebagian besar oleh
jaringan (network) vascular yang disebut dengan choroid plexuses. Cairan tadi
dibentuk oleh filtrasi darah dan oleh sekresi sellular. Fungsi CSF adalah untuk
menggoncang bantalan yang akan melukai bangunan lunak sistem saraf sentral (SSS).
Cairan ini juga membawa zat makanan pada sel dan memindahkan limbah dari sel.
Normalnya CSF mengalir secara bebas dari sa-tu ventrikel ke ventrikel lainnya dan
pada akhirnya keluar ke dalam ruangan sub-arachnoid yang mengitari otak dan
sumsum tulang belakang. Sebagian besar cairan ini dikembalikan pada darah di dalam
venous sinuses melalui proyeksi yang dinamakan dengan arachnoid villi.
3. Hemostasis
HEMOSTASIS
Definisi
Hemostasis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan karena
trauma dan mencegah perdarahan spontan. Hemostasis juga menjaga darah tetap cair.
69
Mekanisme hemostasis
Jika ada luka yang mengenai pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan,
maka pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi. Dengan adanya perlukaan
pembuluh darah,
Perlekatan trombosit ke
jaringan subendotel disebut adhesi trombosit. Pada adhesi trombosit factor von
Willebrand berperan sebagai jembatan antara trombosit dengan kolagen di jaringan
subendotel. Trombosit yang melekat ke subendotel
seperti adenosine diphosphate (ADP) dan serotonin yang akan merangsang trombosit
lain untuk saling melekat
mengeluarkan isi granula seperti ADP dan serotonin. Pengeluaran isi granula disebut
reaksi pelepasan (release reaction).
permeable, jadi tidak dapat dilewati eritrosit tetapi dapat dilewati cairan.
Perlukaan vaskuler juga menyebabkan sistem koagulasi diaktifkan sehingga akhirnya
terbentuk fibrin. Fibrin akan mengubah sumbat trombosit yang semi permeable
menjadi non permeable sehingga cairan juga tidak dapat melewati. Dengan demikian
yang berperan dalam hemostasis adalah vaskuler (dinding pembuluh darah), trombosit
dan sistem koagulasi.
Sistem koagulasi
Sistem koagulasi terdiri atas protein plasma, ion kalsium dan tromboplastin
jaringan atau tissue factor (TF). Faktor koagulasi diberi angka romawi berdasarkan
urutan ditemukannya. Sebagian besar faktor koagulasi adalah proenzim yang akan
berubah menjadi enzim setelah diaktifkan. Beberapa faktor koagulasi membutuhkan
vitamin K untuk proses karboksilasi residu asam glutamate menjadi gamma karboksi
glutamate yaitu protrombin, F VII, F IX dan F X sehingga 4 faktor tersebut disebut
vitamin K dependent factors.
Proses koagulasi adalah reaksi berantai perubahan proenzim menjadi enzim.
Proses koagulasi dapat dimulai dari jalur intrinsik maupun jalur ekstrinsik yang
kemudian bergabung menjadi jalur bersama. Yang berfungsi pada jalur intrinsik
adalah F XII, Prekalikrein, Kininogen berat molekul tinggi, F XI, ion kalsium, F IX,
dan F VIII sedang pada jalur ekstrinsik hanya F VII dan ion kalsium yang berfungsi,
dan pada jalur bersama yang berfungsi adalah F X, F V, protrombin (F II) dan
fibrinogen (F I). Trombosit juga ikut berperan dalam proses koagulasi karena
70
sekunder. Yang berperan dalam hemostasis primer adalah trombosit dan vaskuler
sedang hemostasis sekunder diperankan oleh sistem koagulasi.
Homeostasis
Di dalam tubuh kita terdapat homeostasis yang mengatur keseimbangan agar
pembentukan fibrin tidak berlebihan sehingga bisa menutup aliran darah. Yang
berperan dalam homeostasis adalah:
1. Aliran darah
Aliran darah yang lancar akan membawa pergi faktor koagulasi yang
teraktivasi sehingga tidak terakumulasi di satu tempat. Jika aliran darah tidak
lancar misalnya stasis maka faktor koagulasi yang teraktivasi akan berkumpul
di satu tempat sehingga bisa terjadi thrombosis.
2. Inhibitor koagulasi
Di dalam darah terdapat beberapa protein yang berfungsi menghambat faktor
koagulasi yang sudah aktif yaitu antitrombin, protein C dan protein S dan
Tissue factor pathway inhibitor (TFPI). Antitrombin akan menetralkan semua
faktor koagulasi aktif yang termasuk protease serin yaitu thrombin, F Xa, F
XIIa, F XIa dan F IXa. Heparin dapat meningkatkan aktivitas antitrombin,
sebaliknya heparin tidak dapat bekerja tanpa antitrombin. Protein C diaktifkan
oleh thrombin dengan bantuan trombomodulin menjadi protein C aktif,
selanjutnya protein C aktif dengan bantuan protein S akan menginaktifkan F
Va dan F VIIIa. Protein C dan protein S termasuk vitamin K dependent
protein. TFPI akan menghambat F Xa dan F VIIa.
3. Mekanisme pembersih (clearance mechanism).
Sel hati dan reticulo endothelial system (RES) akan membersihkan darah dari
faktor koagulasi aktif.
71
Sistem Fibrinolisis
Sistem fibrinolisis adalah sistem yang menghancurkan fibrin dengan cara enzimatik.
Komponen sistem fibrinolisis terdiri atas :
1. Plasminogen
2. Aktivator plasminogen
3. Inhibitor
Plasminogen adalah prekursor dari plasmin. Plasmin adalah enzim proteolitik yang
dapat menghancurkan fibrin, fibrinogen, F V, F VIII, komplemen dan hormon.
Aktivator plasminogen ada beberapa macam :
1. Tissue plasminogen activator (tPA), adalah activator plasminogen yang
fisiologis, berasal dari sel endotel, juga dapat dijumpai pada
berbagai
jaringan.
2. Urokinase type plasminogen activator (uPA), diproduksi oleh sel ginjal,
juga terdapat di sel endotel.
3. Streptokinase berasal dari streptokokus.
4. Stafilokinase berasal dari stafilokokus.
5. Bat vampire plasminogen activator berasal dari air liur kelelawar. Inhibitor
sistem fibrinolisis ada 2 macam yaitu: yang menghambat activator (plasminogen
activator inhibitor) dan yang menghambat plasmin (antiplasmin). Plasminogen
activator inhibitor ada 3 macam, yaitu :
1. Plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1)
2. Plasminogen activator inhibitor 2 (PAI-2)
3. Plasminogen activator inhibitor 3 (PAI-3)
Terdapat beberapa protein yang berfungsi sebagai antiplasmin, yaitu :
1. Alfa 2 antiplasmin
2. Alfa 2 makroglobulin
3. Alfa 1 antitripsin
Proses fibrinolisis dimulai dengan masuknya aktivator ke sirkulasi. Aktivator
plasminogen akan mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin, baik plasminogen
yang terikat fibrin maupun plasminogen bebas. Plasmin terikat fibrin akan
menghancurkan fibrin menjadi fibrin degradation products (FDP). Plasmin bebas akan
dinetralkan oleh antiplasmin, jika antiplasmin tidak cukup maka plasmin bebas dapat
menghancurkan fibrinogen dan protein lain seperti FV, FVIII, hormon, dan
komplemen. Jika yang dihancurkan oleh plasmin adalah cross-linked fibrin maka
akan dihasilkan D dimer, tetapi pada penghancuran fibrinogen tidak dihasilkan D
dimer, jadi D dimer dapat membedakan fibrinolisis dengan fibrinogenolisis.
72
VIII. Kesimpulan
Tn. Budi, 63 tahun, mengalami hemiplagia dextra karena stroke iskemik pada korteks
motorik hemisphere kiri
73
Daftar Pustaka
Price, Sylvia A.. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 6. Jakarta:
EGC.
Sudoyo.A.W., Setiyohadi.B., Alwi.I., Simadibrata.M., Setiati.S. 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Interna Publishing Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Isselbacher, Kurt J.. 2000. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, edisi 13. Jakarta:
EGC.
Sudoyo, Aru W.. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta: Konsil
Kedokteran Indonesia.
Mardjono, Mahar, Prighuna Sidharta.2013. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat :Jakarta.
74
Markum, editor. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis. Jakarta: Pusat Informasi dan
Penerbitan Bagian IPD FK UI; 2000.
Sidharta, P. 2008. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologis. Jakarta: Dian Rakyat
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, edisi 6. Jakarta: EGC.
Snell, Richard S,. 2006. Anatomi klinik untuk Mahasiswa Kedokteran; alih bahasa Liliana
Sugiharto;Ed 6. EGC : Jakarta
75