Anda di halaman 1dari 31

TUGAS TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA

PREFORMULASI TABLET ISOXSUPRINE HIDROKLORIDA

Disusun oleh:

NAMA

: Indah Setyowati

NIM

: 142210101089

KELAS

: A (ganjil)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, barokah serta
hidayah Nya, kepada penyusun dalam penyusunan makalah ini, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Preformulasi tablet Isoxsuprine hidroklorida ini,
sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Sediaan Solida Universitas Jember.
Sebagai manusia yang mempunyai kekurangan, penyusun sadar tidak akan mampu
menyelesaikan tugas ini tanpa dukungan dari semua pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, pada kesempatan ini
penyusun ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :
1
2

. selaku dosen mata kuliah Teknologi sediaan Solida.


Kedua orang tua Ibu dan Bapak yang selama ini selalu mencurahkan doa, dukungan,

dorongan, serta kasih sayang yang tak ternilai harganya.


Pihak pihak yang tidak mungkin di sebutkan satu persatu, yang juga telah memberikan
bantuannya kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh

karena itu saran dan kritik yang membangun terhadap makalah ini penyusun terima dengan
senang hati. Akhirnya tidak ada gading yang tak retak, tidak ada manusia yang sempurna. Atas
segala kekurangan, kesalahan dan ketidak sempurnaan adalah milik penyusun, sedangkan
kebenaran datangnya dari Allah yang Maha Sempurna. Semoga makalah ini bermanfaat secara
luas bagi kemajuan lingkungan di masa yang akan datang.

Jember, 14 Maret 2016


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.I
DAFTAR ISI...II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...1
1.2 Rumusan masalah.................................................................................................................3
1.3 Tujuan...................................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DNA4
2.2. Bioinfotmatika....................................................................................................................5
2.3. Genom.................................................................................................................................6
2.4. Protein.................................................................................................................................7
2.5. Sintesis protein....................................................................................................................9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.

Waktu
tempat.............................................................................................................12
Alat

3.2.

dan
dan

Bahan..................................................................................................................12
3.3.

Prosedur
penelitian............................................................................................................12

BAB IV PEMBAHASAN
4.1.

Mencari sekuen DNA, sekuen asam amino, struktur protein, dan domain
fingsional
protein................................................................................................................................16
Mencari
struktur
sekunder
dari

4.2.

protein.............................................................................31
4.3.
Mencari
transduksi

sinyal

RGS1.......................................................................................37
BAB V KESIMPULAN & SARAN40
DAFTAR PUSTAKA1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting dalam
mewujudkan kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang manufcturing obat.
Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan vitalnya aktivitas obat
mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia melahirkan sebuah tuntutan terhadap
industri farmasi agar mampu memproduksi obat yang berkualitas. Oleh karena itu, semua
industri farmasi harus benar-benar berupaya agar dapat menghasilkan produk obat yang
memenuhi standard kualitas yang dipersyaratkan.
Dalam era globlalisasi sekarang ini, industri farmasi dituntut untuk dapat bersaing
dengan industri farmasi baik dalam maupun luar negeri agar dapat memperebutkan pangsa
pasar dan memenuhi kebutuhan obat bagi masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan
meningkatkan pemenuhan kebutuhan obat yang bermutu bagi masyarakat. Berdasarkan hal
tersebut, diperlukan pedoman bagi industri farmasi untuk dapat menghasilkan produk yang
bermutu yaitu dengan CPOB (cara pembuatan obat yang baik). Pada tahun 2006,
pemerintah telah memperbarui cpob ini, yang kemudian lebih dikenal dengan cpob terkini
atau cgmp (current gmp).
Produksi obat di apotik jauh lebih mudah bandingakan dengan produksi industri,
tidak perlu mengadakan kajian preformulasi secara khusus tetapi cukup dengan
menerapkan dan memahi dasar dasar preformulasi, sehingga di dapatkan sebuah produk
obat yang sesuai. Preduksi obat di apotik dapat meliputi peracikan obat atas permintaan
tertulis dokter dalam sebuah resep atau melakukan pengemasan ulang sediaan obat dalam
skala kecil untuk memenuhi kebutuhan pasar yang tersedia.
Sedian farmasi yang beraneka ragam jenisnya tentulah harus dipertimbangkan dan di
perhatikan dalam mendesainnya sehingga di dapat suatu sediaan yang stabil, efektif dan
aman. Tahapan yang tidak kalah pentingnya dari proses sediaan farmasi adalah
preformulasi sediaan farmasi.

Pengkajian preformulasi ini berpusat pada sifat sifat fisika kimia zat aktif serta
bahan tambahan obat yang dapat mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu
bentuk sediaan farmasi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud preformulasi?
2. Bagaimana preformulasi tablet Isoxsuprine Hidroklorida?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui maksud preformulasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana preformulasi tablet Isoxsuprine Hidroklorida.
1.4. Manfaat Penulisan
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan berguna, khususnya
bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Studi Preformulasi
2.1.1. Defenisi preformulasi
Studi preformulasi adalah tahap pertama dalam pembentukan tablet atau aktivitas
formulasi dengan pertimbangan yang hati-hati dari data preformulasi. Preformulasi
penting bagi formulator untuk mendapatkan profil fisika-kimia yang lengkap dari
bahan-bahan aktif yang tersedia sebelum memulai suatu aktifitas perkembangan
formulai seluruh informasi ini diketahui sebagai preformulasi (Lieberman, 1990).
Preformulasi dapat dideskripsikan sebagai tahap perkembangan yang mana ahli
farmasi mengkatagorikan sifat fisika kimia dari bahan obat dalam pertanyaan yang
manadianggap penting dalam formulasi yang stabil, efektif dan bentuk yang aman.
Beberapa parameter seperti ukuran kristal dan bentuk, sifat ph, solubility, sifat ph
stabilitas, polymorphisin, efek pembagian, permaebilitas obat dan disolusi dievaluasi
selamaevaluasi tersebut mungkin saja terjadi. Interaksi dengan berbagai bahan bahan
inert yang dimaksudkan untuk penggunaan dalam bentuk akhir, yang mana diketahui.
Data yang didapat dari evaluasi ini berhubungan dengan data yang didapat dari
pendahuluan farmakologi dan studi biokimia dan memberikan ahli farmasi informasi
yang mengizinkan pemilihan dari dosis yangoptimum mengandung bahan bahan inert
yang paling diminati perkembanganya dalam perkembangan (Gennaro, 1998).
2.1.2. Tujuan Preformulasi
Tujuan dasar dari aktivitas preformulasi adalah untuk menyiapkan dasar rasional
untuk metode preformulasi, untuk memaksimalkan kesempatan dalam mengoptimalkan
sebuah produk obat dan penampilannya. Dari sudut pandang seorang formulator tablet,
informasi preformulasi yang paling penting adalah studi kestabilan zat tambahan obat.
Pertanyaan berikutnya, untuk obat baru. Sebuah obat dimana formulasinya memiliki
pengalaman yang kurang adalah untuk memilih bahan,zat tambahan yang mana baik
secara kimia fisika cocok dengan obatnya (Lieberman, 1990).
Penerangan formula menggunakan pengalaman dan pengetahuan mengetahui
bahan tambahan untuk menjaga ukuran tablet ini seminimal mungkin tanpa
mengorbankan bagian bagian yang perlu. Formulasi dari tablet membutuhkan
pertimbangan antara lain (Lieberman, 1990) :

1. Ukuran dari dosis atau kuantias dari bahan aktif.


2. Stabilitas dari bahan aktif.
3. Kelarutan dari bahan aktif.
4. Kerapatan dari bahan aktif.
5. Kemampuan pengampaan dari bahan aktif.
6. Penyeleksian bahan tambahan.
7. Metode dari granulasi.
8. Karakter dari granulasi.
9. Kempa tablet, tipe, ukuran, dan kapasitas.
10. Kondisi lingkungan (kontaminasi dan kontrol kelembaban).
11. Stabilitas dari produk obat.
12. Ketersediaan.
2.1.3. Data yang harus disediakan pada studi preformulasi
Langkah pertama pada pemotongan tablet atau aktifitas perumusan adalah
pertimbangan yang teliti sebelum perumusan data ini sangat penting karena mempunyai
identifikasi sifat kimia fisika lengkap dari bahan aktif yang tersedia. Sebelum memulai
pengembangan kegiatan perumusan. Biasanya yang bertanggung jawab pada penelitian
kimia di daerah itu di tunjukkan untuk menyediakan data-data zat obat adalah seperti
dibawah ini (Lieberman, 1990) :
a Stabilitas (zat padat): cahaya, suhu, kelembaban
b Stabilitas (zat larutan): stabilitas bahan tambahan obat (Deferensial Thermal
c

Analisis atau metode dipercepat lain)


Sifat fisika mekanis: ukuran partikel, curah dan tekanan densitas bentuk kristal

d
e

fotomikrograf, titik leleh, rasa, warna, bentuk dan bau.


Sifat fisika mekanis: kelarutan dan pH larutan/dispersi cair, pelarut lainnya)
Disolusi in vitro: obat murni, obat pil murni, dialisis obat murni, penyerapan obat,
efek dari bahan tambahan dan surfaktan.

2.1.4. Studi organoleptik yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet
Program preformulasi yang khas harus dimulai sesuai engan bahan obat.
Penggambaran istilah warna, bau, dan rasa pada obat baru harus di cacat. Ini penting
guna menetapkan standar istilah penggambaran perintah kelengkapan guna menghindari
kebingungan yang berbeda antara ilmu pengetahuan yang digunakan dengan beberapa
istilah penggambaran kelengkapan (Lieberman, 1990).
2.1.5. Analisis kemurnian dan ukuran partikel pada preformulasi untuk sediaan tablet
Kemurnian bahan obat adalah ada atau tidaknya bahan pengotor, kebanyakan
berupa sintetik, biasanya diuji dengan : Grade HPLC (Tingkat kemurnian tingkat tinggi,

Grade analisis atau Pro analisis (PA), Pharmaceutical Grade (PG) sedang, Technical
Grade (TG) rendah. Salah satu tingkat untuk melakukan studi adalah menguji tingkat
kemurnian dari bahan baku yang akan dijadikan sebagai zat aktif sediaan tablet. Pada
pabrik-pabrik biasanya diuji terlebih dahulu tingkat kemurnian bahan baku untuk
membuat tablet dengan HPLC, kromatografi lapis tipis. Salah satu parameter yang
menunjukkan kemurnian, yaitu titik lebur dari bahan baku tersebut.
Ukuran partikel sangat penting dan kecocokan ukuran partikel preformulasi dapat
menentukan fungsi preformulasi yang baik (Banker, 1995).
2.1.6. Bentuk dan luas permukaan partikel yang dilakukan pada preformulasi untuk
sediaan tablet
Pengetahuan mengenai bentuk dan luas permukaan suatu partikel dikehendaki
bentuk partikel mempengaruhi aliran dan sifat-sifat pengemasan dari suatu serbuk, juga
mempunyai beberapa pengaruh terhadap luas permukaan. Luas permukaan persatuan
berat atau volume merupakan suatu karakteristik serbuk yang penting jika seorang
mempelajari absorbsi permukaan dan laju disolusi (Marten, 1993).
Diketahui bahwa makin luas permukaan per gram partikel, makin kecil dam
partikel tersebut. Penurunan ukuran partikel meningkatkan luas permukaan efektif dan
bahan tersebut dalam kontak dengan lapisan pelarut stasioner dan laju larutan. Makin
tinggi kelarutan, makin laju disolusi. Tapi penurunan ukuran atau peningkatan luas
permukaan efektif tidak selalu mengakibatkan lebih cepatnya disolusi. Jika diserbukkan
lebih dan bila obat bersifat hidrofobik, agregasi mungkin dapat sesudah itu dan ini dapat
mengakibatkan kesulitan-kesulitan dari pembasah dan disolusi (Marten, 1993).
2.1.7. Sifat aliran serbuk yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet
Sifat aliran serbuk sangat penting untuk operasi tablet yang efisien. Aliran yang
baik dari bubuk atau granulasi yang akan di kompresi diperlukan untuk menjamin
keseragaman bobot pencamporan yang efisien dan dapat diterima untuk tablet kompresi.
Jika obat diindentifikasi pada tahap preformulasi kurang mengalir, masalah ini dapat
dipecahkan dengan memilih bahan pembantu yang sesuai. Dalam beberapa kasus,
serbuk obat sebelum pengempaan harus diperbaiki sifat alirannya, selama evaluasi
preformulasi bahan obat. Oleh karena itu, segi karakteristiknya harus dipalajari terutama
ketika dosis besar obat harus diantisipasi (Lieberman, 1990).
2.1.8. Sifat higroskopitas yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet
Zat obat banyak menunjukkan kecenderungan untuk menyerap kelembaban.
Jumlah kelembaban tersebut tetap terabsorbsi oleh berat pada sampel anhidrat dalam

kesetimbangan dengan kelembaban di udara pada suhu tertentu yang disebut sebagai
kadar air. Pentingnya kelembaban terabsorbsi untuk stabilitas padatan telah dibahas.
Selain itu, keseimbangan kadar air dapat mempengaruhi liran dan karakteristik bubuk
kompresi dan kerasnya tablet akhir dan granulasi.
Secara umum, senyawa higroskopis harus disimpan dalam sebuah tempat tertutup.
Sebaiknya dengan pengeringan. Absorbsi isoterm menunjukkan keseimbangan
kelembaban dari bahan obat dan bahan tambahan sebagai fungsi dari tekanan uap yang
relatif dapat ditentukan dengan menempatkan sampel dalam desikator yang memiliki
kondisi kelembaban yang berbeda. Pengolahan yang tepat dan kondisi penyimpanan
sampel mungkin dipilih berdasarkan absobsi isoterm. Studi preformulasi harus
dilakukan dengan bentuk bahan yang akan digunakan dalam perumusan akhir.
Kelembaban dari zat tambahan. Juga dapat mempengaruhi sifat fisikokimia dari bentuk
sediaan padat. Analisis absorbsi isoterm terhadap bahan tambahan, seperti turunan
selulosa dan pati yang menunjukkan adanya air yang mungkin ada dalam dua bentuk
terikat (solid like) dan bebas (Lieberman, 1990).
2.1.9. Sifat kristal yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet
Banyak bahan obat yang lebih dari satu kristal dengan ruang kiri yang berbeda.
Sifat ini dikenal degan polimorfisme. Perbedaan bentuk kristal dapat disebut polimorp.
Kadang-kadang, baik suatu kristal padat, mengikat molekul pelarut yang berada dalam
sebuah ruang kiri yang berisi dalam sebuah stoikiometri tetap. Menghasilkan solvair
atau pseudo plomifulsune mungkin tersedia dalam bentuk polimorf tertentu melalui
manipulasi sesuai kondisi kristalisasi. Keadaan ini termasuk sifat alami pelarut,
temperatur, dan faktor lainnya. Biasanya, zat terlarut mengendap dalam larutan, maka
molekul dari hasil padatan sudah tidak tergolong dalam kesatuan tetap. Tetapi kurang
lebih dalam susunan yang acak, keadaan ini dikenal dengan bentuk amorf. Biasanya
kristalnya, mendadak akan mengubah komposisi dari pelarut pada proses kristalisasi,
atau hasil proses liopilisasi dari sebuah bentuk amorf (Lieberman, 1990).
2.1.10. Desain Formulasi
1. Tujuan bentuk sediaan tablet
Tujuan utama dari desain bentuk sediaan adalah untuk mencapai sebuah respon
terapi yang diramalkan dari suatu formulasi yang mana bisa dibuat dalam skala besar
dengan menghasilkan produk yang berkualitas, untuk memastikan kualitas produk,

banyak ciri khas yang diperlukan. Stabilitas kimia dan fisika, dengan pengawetan
yang sesuai untuk melawan kontaminasi mikroba jika diperlukan, keseragaman dosis
obat, penerimaan termasuk pembuat resep dan pasien, kemasan yang cocok dan
pelabelan idealnya, bentuk sediaan harus juga mandiri dari pasien untuk pasien
walaupun dalam prakteknya fitur ini sulit untuk dicapai. Perkembangan masa depan
dalam desain bentuk sediaan mungkin baik untuk mencoba beberapa tuntutan
(Aulton, 1988).
2. Faktor yang harus dipertimbangkan sebelum zat aktif dapat diformulasi dengan
berhasil kedalam bentuk sediaan
a Pertimbangan biofarmasetikal dalam mendesain bentuk dosis
Ilmu biofarmasetik, hubungannya degan sifat fisika, kimia dan ilmu biologi
dapat diaplikasikan pada obat, bentuk dosis dan penggunaan obat. Dengan jelas,
pemahaman prinsip ini sangat penting dalam mendesain bentuk dosis utama
dengan melihat penyerapan obat, baik distribusi obat, metabolisme dan ekskresi.
Umumnya bahan obat harus dalam bentuk laporan sebelum diabsorbsi melalui
membran dan kulit, dalam lambung dan paru-paru mengalir ketubuh. Obat
menembus selaput ini dengan dua cara yaitu dengan difusi pasif dan mekanisme
pengangkutan yang khusus. Dalam difus pasif ; obat harus dikontrol untuk
megendalikan penyerapan, proses ditandai dengan konsentrasi selaput dengan
molekul obat yang menghantar dari daerah tinggi ke daerah yang rendah. Daya
larut lipid dari obat sangat mempengaruhi tingkat difusi. Beberapa mekanisme
pengangkutan khusus mencakup aktif dan memudahkan pengangkutn ketika
menyerap, obat dapat berefek mengobati, sekalipun begitu, penghubung harus
diangkut dalam cairan tubuh (Aulton, 1988).
b Faktor-faktor obat dalam mendesain bentuk sediaan
Masing-masing tipe dari bentuk sediaan memerlukan pembelajaran yang
hati-hati dari sifat fisika dan kimia dari bahan obat untuk mencapai suatu
kestabilan, produk yang efisien. Sifat ini seperti disolusi, ukuran partikel/kristal.
Bentuk polimorf, stabilitas padatan dan interaksi bahan tambahan obat, dapat
memiliki efek yang berbobot dalam ketersediaan fisiologi dan sifat fisika dan
kimia dari obat. Dengan mengombinasikan data tersebut dari pembelajaran
farmakologi dan biokimia, bentuk sediaan yang paling sesuai dan bahan tambahan
dapat diseleksi untuk formulasi dari bentuk sediaan yang dipilih (Aulton, 1988).

Bahan
Organoleptik

Proses penekanan
Temperatur

Prosedurproduksi
Kristalisasi

Ukuranpartikel

Tekanan

Pengendapan

Area permukaan

Mekanik

Penyaringan

Kelarutan

Radiasi

Emulsifikasi

Disolusi

Kerapatancairan

Penggilingan

Koefesienpemisah

Gas

Campuran

Konstantaionisasi

Penguapan

Mengerikan

Bahankristal

Granulasi

Polimorfisme

Pengempaan

Stabilitas

Autodosing

(bahan lain)

Penyangga
Penyimpanan
Transport

3. Dua kegiatan utama dalam mendesain tablet


a Produk desain tablet memerlukan 2 aktivitas utama, yaitu (Lieberman, 1990)
Pertama, aktivitas formulasi dimulai dengan mengidentifikasi bahan tambahan
b

yang sangat cocok untuk bentuk dasar dari suatu formulasi obat.
Kedua, mutu dari bahan tambahan dalam bahan dasar formula harus lebih optimal

dipilih untuk memenuhi kualitas semua proses/produk yang terbatas.


4. Faktor yang mempengaruhi eksipien yang digunakan dalam formula tablet
Jenis dari bahan tambahan yang digunakan biasanya sangat bergantung pada
nomor preformulasi obat, pemasaran, ekonomi, dan faktor kualitas produk/ proses
antara lain (Lieberman, 1990) :
a Preformulasi
Secara fisika dan kimia bahan tambahan ini tidak cocok dengan obat yang
tidak menyatu dengan bahan formulasi tablet. Ilmu preformulasi juga dapat
memberikan informasi tentang aliran dan bahan dari sebagian besar obat. Bahan
tambahan cenderung untuk memperbaiki aliran dan bahan pengikat yang dapat
digunakan untuk evaluasi untuk aliran yang buruk, bahan campuran yang
b

mengikat yang kurang baik secara berturut-turut.


Medis

Sebuah alasan dibahas profil suatu tablet dapat segera diketahui pada
perkembangan tablet dengan cepat, terkontrol dan kombinasi antara kecepatan dan
kontrol memerlukan pembahasan secara keseluruhan yang berbeda yang
mendekati perkembangan formulasi. Kecepatan tablet biasanya memerlukan
tingkata yang tinggi dari disentegrasi. Biasanya pengguanaan kontrol sebuah
formulasi dari polimer-polimer atau parafin matriks.
Banyak contoh yang menyatakan bahwa disolusi merupakan faktor The tatelimiting utuk absorbsi suatu obat. Itu mungkin merupakan kebutuhan sebuah
formulasi untuk memilih bahan tambahan yang mungin menaikan disolusi obat
dan meningkatkan absorbsi. Solvangdan finholt mempelajari bahan pengikat dan
ukuran partikel pada obat pada laju disolusi berebagai jenis obat. Permukaan
bahan yang aktif seperti sodium loirilsulfat mungkin dibutuhkan untuk menaikan
tingkat pembahasan dari obat. Kemungkinan pengguanaan disintegrasi dapat
memperbaiki laju disolusi pelicin hidrofobik mungkin hanya digunakan pada
tingkat rendah atau tidak sama sekali.
Target dari keberhasilan suatu obat untuk berbagi tempat dalam sistem
gastrointestinal terkadang diperlukan utntuk meningkatkan kestabilan obat,
keamanan atau khasiat. Obat dengan suasana asam tidak dapat digunakan untuk
lambung. Penggunaan dari tablet salut enjterik merupakan metode paling baik
pada pelepasan obat di usus. Lapisan tablet yang disalut harus diformulasikan
untuk mempertahankan kekerasan dari proses penyalutan dan menjadikan bahan
lapisan yang seragam dengan bahan penyalut. Pengguanaan alkali sebagai bahan
tambahan dalam tablet yang menurunkan integrasi dari tablet salut enterik.
c

Pemanasan
Bentuk dosis sebuah tablet biasanya tidak berpengaruh besar terhadap
kesuksesan penjualan pada produk asli. Bagaimanapun, semua tablet minimal
harus memiliki kriteria yang baiuk. Penampilan dari tablet dapat dievaluasi dari
warna, tekstur, bentuk, ukuran, dan lapisan (ketika dipresentasikan), dan berbagai
informasi mendesain tablet (obat). Penampilan obat dapat disesuaikan warna,
tekstur, tiap bahan tambahan yang terkandung pada formula tablet. Laktosa, kanji
dan kristal selulosa kecil terlihat putih atau bening ketika dikempa. Pengencer

anorganik seperti kalsium sulfat, kalsium fosfat, dan berbagai produk serbuk pada
warna tablet yang alami. Interaksi obat dengan bahan tambahan pada waktu
tertentu bisa mengubah penampilan dari tablet. Penggunaan pewarna mungkin
dibutuhkan untuk memperbaiki tampilan suatu tablet. Secara relatif, sejumlah
besar dari stearat dan berat molekul besar glikolisis polisilen menghasilkan
glikosida tablet.
Sifat tablet (aliran dan pengempaan) dari foremulasi tablet mengandung
beberapa persen bahan aktif ( < 100 mg) terutama sifat tablet dari formulasi bahan
tambahan. Formulator mempunyai frekuensi obat dari pemilihan jumlah bahan
tambahan obat yang tidak lebih selama proses formulasi. Bagaimanapun, jika
formula tablet aktif mempunyai sedikit pilihan bahan tambahan. Untuk
memudahkan menelan dan tetap elegan, ukuran tablet dan berat tablet harus
dibatasi dalam membuat formulasi. Formulasi tablet aktif dengan persentase yang
besar hanya dapat mengandung kualitas minimal dari bahan tambahan. Bahan
tambahan harus dilakukan menurut funsinya pada lever rendah secara relatif.
Pengguanaan bahan pengikat lebih efektif seperti mikrokristalin selulosa
mungkin dapat dibutuhkan untuk pembuatan tablet. Tablet dengan persentase
tinggi dari frekuensi aktif membutuhkan metode granulasi yang simple
penggunaannya karena bahan tambahan tidak akan dilakukan sesuai fungsinya
pada level rendah pada metode kompresi.
Bagian pemasaran mungkin meminta sebuah produk lapisan tablet. Kualitas
dari lapisan tablet sangat disesuaikan oleh formulasi tablet yang digunakan. Tablet
dengan resistensi yang rendah atau abrasi (kerapuhan yang tinggi) akan
menghasilkan lapisan yang kasar dan tidak beraturan. Bahan tambahan yang
hidrofilik dapat mempertebal lapisan dan meningkatkan adhesi.
d

Ekonomi
Salah satu faktor yang sering kali dilupakan dalam perkembangan formula
tablet adalah harga dari bahan dasar dan proses pembuatannya. Pengempaan
secara langsung biasanya merupakan metode yang lebih ekonomis dari produksi
tablet yang sebelumnya dibahas. Bahan tambahan yang berlebih yang digunakan
pada pengempaan langsung, harga dari proses granulasi biasanya lebih besar.

Kualitas proses / produk


Bahan tambahan dapat diseleksi dengan memproduksi tablet yang sesuai
atau standar tinggi kualitas in-house tablet yang terspesifikasi. Seorang formulator
harus terlibat dalam pembuatan tablet spesifik dan mampu menyediakan gagasan
dalam spesifikasi yang kritis.
Tipe pengujian penampilan pada tablet meliputi variasi berat, kekerasan,
variasi, waktu disintegrasi, disolusi, kadar air, potensi, keseragaman kadar.
Untuk memberikan suatu efek obat sistemik setelah peleburannya dalam
penyerapan usus dan sebagainya. Setiap kelas obat diperhatikan dengan sangat
hati-hati harus diberikan untuk formulasi produk dan desain sebagai metode
produksi untuk menghasilkan produk yang manjur dan dapat diandalkan.

5. Bahan pengisi
Bahan pengisi adalah jumlah dosis tunggal dari komposisi aktif sangat kecil
dan bahan inert ditambahkan untuk meningkatkan massa tablet agar menghasilkan
ukuran tablet yang praktis untuk pengempaan (Gennaro, 1998).
Zat pengisi tablet yang sering digunakan (Lieberman, 1990) :
Tidak larut
Kalsium sulfat, dihidrat

Larut
Laktosa

Kalsium fosfat dibasic

Sukrosa

Kalsium fosfat, tribasic

Dekstrosa

Kalsium karbonat

Manitol

Pati

sarbitol

Modifikasi pati (pati karboksimetil)


Mikrokristalin selulosa
Sifat tablet komparatif terhadap beberapa bahan pengisi (Banker, 1995)
6. Bahan pengikat
Bahan pengikat merupakan bahan yang memberikan kualitas kohesi untuk
serbuk dalam menjamin keutuhan tablet setelah kompresi (Gennaro, 1998). Bahan
pengikat merupakan bahan yang ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan
selama granulasi basah untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan
kohesi bagi tablet yang dicetak langsung (Lachman, 1994).
7. Bahan Penghancur

Bahan penghancur adalah untuk memfasilitasi pecahnya tablet setelah


digunakan atau sesuai yang diinginkan (Lieberman, 1990). Agen penghancur dapat
ditambahkan sebelum digranulasi atau mengumpulkan langkah pelumas sebelum
kompresi kompresi atau pengolahan adalah langkah yang baik (Lieberman, 1990).
8. Bahan anti lekat, pelincir, dan pelican
a. Bahan pelincir
Secara umum bahan pelincir yang baik dalah pelumas yang sedikit yang
dapat meningkatkan aliran granulasi dai nopper ke dalam mekanisme umpan dan
akhirnya kedalam rongga mata. Pelincir dapat meminimalkan tingkat gelombang
dan kelaparan sering ditunjukkan oleh formula pemadatan langsung kecepatan
tinggi menekan tablet memerlukan, halus bahkan aliran bahan kerongga hati.
Ketika aliran sangat miskin, glidants tidak efektif (Lieberman, 1990).
b. Bahan pelican
Fungsi utama dari pelicin adalah untuk mengurangi gesekan antara dinding
mati dan tepi tablet sebagai tablet yang dikeluarkan. Kurang cukupnya pelicin
menghasilkan oleh mesin tablet sering dan dapat menyebabkan kerusakan pori
yang lebih rendah, jalur cepat dan lebih rendah (Lieberman, 1990).
c. Bahan pewarna
Warna yang dimasukkan kedalam tablet umumnya untuk satu atau lebih dari
tiga tujuan. Pertama, warna dapat digunakan untuk mengidentifikasi serupa yang
tampak dalam lini produk, atau dalam kasus dimana produk dari penampilan yang
sama ada di baris produsen yang berbeda. Ini mungkin penting ketika produk
identifikasi adalah masalah. Kedua, warna bisa membantu meminimalkan
possibility dari mixups selama pembuatan ketiga, dan mungkin paling tidak
penting adalah penambahan pewarna untuk tablet untuk estetika atau nilai
pemasarannya (Lieberman, 1990).
9. Bahan pengaroma dan pemanis
Rasa dan pemanis biasanya digunakan untuk meningkatkan rasa mengunyah
2.2.

tablet. Cook ditinjau dari pemanis alami dan sintesis (Lieberman, 1990)
Sediaan tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat yang
dibuat dengan pemadatan, kedua permukaannya rata atau cembung. Menurut FI Edisi IV,
tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi.

2.2.1. Macam macam sediaan obat tablet


1. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi
padaserbuk atau granul menggunakan pons atau cetakan baja.
2. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendahpada
lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan krista yang terbentuk
selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yangdiberikan.Berdasarkan
tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :
3. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang
biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien seperti.
b. Tablet Kempa Multi atau Kempa Ganda
Tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal
sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas dua atau lebihlapisan. Disebut juga
sebagai tablet

berlapis.

Keuntungannya

dapat memisahkan

zat

aktif

yang inkompatibel (tidak tersatukan).


c. Tablet Lepas Lambat
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut
melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan
dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah
cukup untuk beberapa waktu tertentu (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12
jam, dsb).
d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap
cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus yang pelepasan
zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.
e. Tablet Salut Gula
Tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna
maupun tidak. Tujuannya untuk melindungi zat aktif terhadaplingkungan udara
(O2, kelembaban), menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
f. Tablet Salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari bahan
polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan
tidak perlu berkali-kali.
g. Tablet Effervesen

Tablet kempa jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena


mengeluarkan CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum..
h. Tabel Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah
sebelum ditelan. Tablet kempa digunakan dalam rongga mulut antara lain, tablet
bukal, tablet sublingual, tablet hisap atau lozenges, dental cones (Kerucut Gigi).
Sedangkan tablet kempa digunakan melalui liang tubuh yaitu tablet rectal, tablet
vaginal
4. Tablet Kempa untuk Implantasi
Tablet implantasi atau pelet dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet
harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (untuk KB, mencegah
kehamilan).
5. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain
a. Tablet Triturat untuk Dispensing
Adalah tablet yang disiapkan untuk penggunaan tertentu, berbentuk kecil
umumnya silindris digunakan untuk memberikan jumlah zat aktif terukur yang
tepat untuk peracikan obat (FI IV).
b. Tablet Hipodermik
Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul
dengan menambahkan pelarut steril (FI IV)
c. Tablet Dispending
Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu, oleh
ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan
konsentrasi tertentu.
6. Berdasarkan Distribusi Obat Dalam Tubuh
a. Bekerja local
b. Bekerja sistemik (peroral)
Yang bekerja short-acting (jangka pendek)
Yang bekerja long-acting (jangka panjang)
Tablet jangka panjang dapat dibedakan menjadi Delayed Action Tablet (DAT)
dam Repeat Action Tablet (RAT)
7. Berdasarkan Jenis Bahan Penyalut
Tujuan penyalutan tablet :
a. Melindungi zat aktif yang bersifat higroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruh
udara, kelembaban, atau cahaya.
b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik.
d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.
Macam-macam tablet salut :

a. Tablet salut biasa/salut gula (dragee)


Disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak
larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau titanium dioksida yang
b. Tablet salut selaput (film-coated tablet)
Disalut dengan hidroksi propel metilslulosa, metilselulosa, hidroksi propel
selulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG.
c. Tablet salut kempa
Tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri
atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti,
kemudian dicetak kembali bersama granulat kelompok lain sehingga terbentuk
tablet berlapis (multi layer tablet).
d. Tablet salut enterik (enteric-coated tablet)/tablet lepas tunda
Jika obat dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau
dapat mengiritasi mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enterik yang
bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
e. Tablet lepas lambat (sustained-release tablet)
Tablet yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tetap tersedia
selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.
2.2.2. Komponen sediaan tablet
1. Zat aktif
2. Eksipien/bahan tambahan

a. Bahan pengisi (diluent)


Berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau
dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa.
Contoh :laktosa, pati, kalsium fosfat, dibase, selulosa mikrokristal.
b. Bahan pengikat (binder)
Berfungsi memberikan gaya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi
dan menambah daya kohesi pada bahan pengisi. Contoh : gom akasia, gelatin,
sukrosa, povidon, metilselulosa, CMC, selulosa mikrokristal, pasta pati
terhidrolisis.
c. Bahan penghancur/pengembang (disintegrant)
Berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Contoh : pati, asam
alginat, selulosa mikrokristal.
d. Glidan

Yaitu bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk.


Umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi.Contoh :
silika pirogenik koloidal.
e. Bahan pelicin (lubrikan)
Berfungsi mengurangi gesekan selama pengempaan tablet dan juga berguna
untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan Contoh : senyawa asam
stearat dengan logam. Contoh: Mstearat, asam stearat, talk, minyak nabati
terhidrogenasi.
f. Bahan penyalut (coating agent)
3. Ajuvan
a. Bahan pewarna (coloring agent), berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk
identitas produk.
b. Bahan pengaroma (flavour)
c. Berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak enak.
2.2.3. Keuntungan dan kerugian sediaan tablet
1. Keuntungan Sediaan Tablet:
Tablet dipasaran mudah diberikan dalam dosis yang tepat jika diinginkan dosis

dapat dibagi rata dan akan memberikan efek yang akurat.


Tablet tidak mengandung alcohol
Tablet dapat dibuat dalam berbagai dosis.
Sifat alamiah dari tablet yaitu tidak dapat dipisahkan, kualitas bagus dan dapat

dibawa kemana-mana, bentuknya kompak, fleksibel dan mudah pemberiannya.


Secara umum, bentuk pengobatan dangan menggunakan tablet lebih disukai

karena bersih, praktis dan efisien.


Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan yang
terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas

kandungan yang paling lemah.


Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
ditenggorokan, terutama bila tersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet

tidak segera terjadi.


Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti

pelepasan diusus atau produk lepas lambat.


Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara

besar-besaran.
Tablet oral mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan
bantuan segelas air.

Untuk anak-anak dan orang-orang secara kejiwaan, tidak mungkin menelan tablet,
maka tablet tersebut dapat ditambahkan penghancur, dan pembasah dengan air

lebih dahulu untuk pengolahannya.


Dapat dibuat tablet kunyah dengan bahan mentol dan gliserin yang dapat larut dan

rasa yang enak, dimana dapat diminum, atau memisah dimulut.


Konsentrasi yang bervariasi.
2. Kerugian Sediaan Tablet
Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak sadar).
Formulasi tablet cukup rumit, antara lain.
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya,

flokulasi, atau rendahnya berat jenis.


Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar
atau tinggi, absorbs optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi dari

sifat tersebut, akan sulit diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa).


Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat
aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan
menkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini, siaan kapsul menjadi lebih baik
daripada tablet.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Preformulasi Isoxsuprine HCl
Isoksuprin (digunakan sebagai isoksuprin hidroklorida) adalah obat yang dipakai
sebagai vasodilator pada manusia (dengan nama dagang Duvadilan) dan equines.
Isoksuprin adalah agonis beta-adrenergic yang menyebabkan relaksasi langsung dari rahim
dan otot polos pembuluh darah melalui reseptor beta-2. Isoxsuprine HCl ini termasuk
dalam kategori obat mukolitik.
Obat ini memiliki efek melebarkan dan melemaskan pembuluh darah sehingga
meningkatkan aliran darah ke organ tertentu, terutama otak, lengan, dan tungkai. Efek ini
dapat membantu meringankan gejala gangguan fungsi otak serta sensasi kesemutan, kebas,
atau dingin pada anggota gerak. Isoksuprin HCl juga dapat digunakan untuk mengobati
nyeri menstruasi dan mencegah persalinan prematur karena dapat melemaskan otot rahim.
Penggunaan Isoksuprin HCl perlu berhati hati pada penderita gangguan pembuluh darah
otak berat, kematian otot jantung berat, peningkatan tekanan pada bola mata, ibu hamil dan
ibu menyusui.
Isoksuprin HCl dapat meningkatkan denyut jantung, menyebabkan perubahan
tekanan darah, dan mengiritasi saluran pencernaan. Karena itu, harus digunakan dengan
hati-hati jika dikombinasikan dengan obat lain yang mempengaruhi tekanan darah, seperti
obat penenang dan obat bius.
Pada manusia, Isoksuprin HCl digunakan pada manusia untuk pengobatan persalinan
prematur, yaitu tokolitik sebuah, dan untuk pengobatan insufisiensi serebral vaskular,
fenomena Raynaud, dan kondisi lainnya. Obat ini tersedia hanya dengan resep dokter.
3.1.1. Deskripsi Isoxsuprine HCL

Nama obat
Nama generic
Nama IUPAC

: Duvidalin
: Isoxsurprine HCL
: 4 - [1 hydroxyl 2 - ( 1 phenoxypropan 2 ylamino) propyl]

phenol; hydrochloride

Rumus struktur : C18H23NO3.HCl


Sinonim
: Isoxsuprine hydrochloride; Duvadilan; Isolait; Suprilent; Vasodilan;

Vasoplex;
Gambar struktur :

3.1.2. Sifat Kimia


Berat Molekul
: 337.8411
Titik lebur
: kurang dari 200oC
Titik didih
: 484.2C at 760 mmHg
Titik nyala
: 246.6C
Kelarutan dalam air
: Larut dalam air 25oC, dengan kelarutan 2% w/v
Log P
: 2,57
pKa
: 9,65
pH
: antara 4,5 dan 6
Ikatan hydrogen donor
:4
Ikatan hydrogen akseptor
:4
Ikatan rotasi
:7
Massa monoisotop
: 337.144471 g / mol
Topological Polar Permukaan : 61,7 A ^ 2
Berat atom
: 23
kompleksitas
: 299
Ikatan ovalen
:2
Logam berat
: tidak lebih dari 20 bpj
3.1.3. Sifat Fisika
Kandungan : Isoxsuprine Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 97,0% dan

tidak lebih dari 103,0% C18H23NO3.HCl dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : isoxsuprine HCl berbentuk serbuk hablur putih, tidak berbau dan

memiliki rasa pahit. Melebur pada suhu kurang dari 200oC disertai dengan peruraian.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan agak sukar larut dalam etanol
Wadah dan penyimpanan : harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dengan suhu

kurang dari 40oC, lebih baik antara 15-30oC.


Baku pembanding : Isoksuprin hidroklorida BPFI, dilakukan pengeringan pada suhu
105oC selama 1 jam sebelum digunakan.

Cemaran senyawa organic : mudah menguap


Susut pengeringan : tidak lebih dari 0,5% , pengeringan dilakukan pada suhu 105 o

selama 1 jam
Sisa pemijaran : tidak lebih dari 0,2%
3.1.4. Sifat Farmakologis
Ikatan protein : 90%
Half life : Dewasa sekirtar 1,25 jam
Neonatus (setelah pemberian pada ibu (menghambat persalinan permatur)

dalam waktu ekat 1,5 sampai 3 jam. Dan less mature 6 sampai 8 jam.
Toksikologi :
1. Interaksi : penggunaan dengan merokok dapat mengganggu efek terapi dari
isoksuprin karena nikotin mengkonstriksi pembuluh darah.
2. Penangkal dan Pengobatan Darurat : Memberi jalan napas. Hisap jika perlu.
Perhatikan tanda-tanda insufisiensi pernapasan dan membantu ventilasi jika
diperlukan. Berikan oksigen dengan masker nonrebreather pada 10 sampai 15 L /
min. Memantau edema paru dan diobati jika perlu, Memantau shock dan diobati
jika perlu, Mengantisipasi kejang dan diobati jika perlu, Kontaminasi mata,
basuh mata segera dengan air. Mengairi setiap mata terus menerus dengan,.
Jangan gunakan bila muntah. Pertimbangkan intubasi Orotracheal atau
nasotrakeal untuk kontrol jalan nafas pada pasien yang tidak sadar, memiliki
edema paru berat, atau dalam penangkapan pernapasan. teknik ventilasi tekanan
positif dengan katup perangkat masker tas mungkin bermanfaat. Memonitor
irama jantung.
3. Toksisitas pada Manusia: Efek perkembangan isoksuprin (I) dilihat pada 20 bayi
lahir dengan berat sangat rendah dan dan 40 bayi prematur sebagai kontrol.
Neonatus lahir setelah terapi jangka pendek yang memiliki hasil pada 2 tahun

usia mirip dengan bayi prematur tanpa paparan obat.


Simpatomimetik : Obat memberi efek merangsang postganglionik saraf simpatik
adrenergik. Termasuk di sini adalah obat yang langsung merangsang reseptor
adrenergik dan obat yang bekerja secara tidak langsung dengan memprovokasi

pelepasan adrenergik.
Agen tokolitik : Obat yang mencegah persalinan prematur dan kelahiran dewasa
dengan menekan kontraksi uterus (tokolisis). Agen yang digunakan untuk menunda

aktivitas uterus dini termasuk magnesium sulfat, beta-mimetik, oksitosin antagonis,

calcium channel inhibitor, dan adrenergik agonis beta-reseptor.


Adrenergik beta-Agonis : Obat yang selektif mengikat dan mengaktifkan reseptor

beta-adrenergik.
Agen vasodilator : Obat yang digunakan untuk menyebabkan pelebaran pembuluh

darah.
Mekanisme kerja/efek : Vasospastik terapi tambahan dan pengobatan kepikunan
dengan gejala tambahan, isoksuprin menghasilkan vasodilatasi perifer dengan efek
langsung pada otot polos pembuluh darah, terutama dalam otot rangka dengan sedikit
efek pada aliran darah kulit. Efeknya karena stimulasi reseptor beta-adrenergik
namun dapat dihalangi oleh agen pemblokir beta-adrenergik. Tenaga kerja (prematur)
inhibitor dan anti dismenore-isoksuprin menghasilkan relaksasi uterus melalui efek
langsung pada otot polos. Efek lain yaitu stimulasi jantung isoksuprin-yang diinduksi
mengarah ke peningkatan denyut jantung dan curah jantung. Isoksuprin menginduks

vasodilatasi perifer yang menyebabkan penurunan resistensi pembuluh darah perifer.


Interaksi obat: penggunaan pada perokok berat dapat mengganggu efek terapi dari

isoksuprin karena nikotin mengkonstriksi pembuluh darah.


Penggunaan terapi : Adrenergik beta-Agonis; simpatomimetik; Agen tokolitik; Agen
vasodilator. Isoksuprin juga digunakan untuk pengelolaan persalinan prematur yang
mengancam kehamilan pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Penggunaan obat
ini tidak dianjurkan sebelum minggu ke-20 kehamilan. Untuk isoksuprin menjadi
paling efektif, dianjurkan bahwa terapi harus dimulai segera setelah diagnosis
persalinan prematur dikonfirmasi. Khasiat dalam tenaga kerja lanjutan belum
ditetapkan. Penggunaan pada pasien dengan membran pecah harus menanggung
risiko infeksi intrauterin.
Isoksuprin telah digunakan dalam pengobatan dismenore. FDA telah
mengklasifikasikan isoksuprin sebagai obat yang mungkin efektif untuk indikasi
yang berlabel, yang meliputi bantuan dari gejala yang berhubungan dengan
insufisiensi serebrovaskular dan penyakit pembuluh darah perifer, yaitu, obliterans
arteriosklerosis, thromboangiitis obliterans (penyakit Buerger), dan penyakit
Raynaud. klasifikasi ini mengharuskan pengajuan penelitian yang memadai dan
terkendali dengan baik untuk memberikan bukti efektivitas substansial.

Pada mata glaukoma dengan resistensi tinggi yang tidak normal akan keluar
air, peninggian tekanan okular mungkin lebih besar, dan ini dapat digunakan sebagai

tes untuk glaucoma.


Peringatan obat : Kecuali dalam keadaan khusus, obat ini (isoksuprin hidroklorida)
tidak boleh digunakan setelah melahirkan. Hanya digunakan pada Gangguan jantung,
terutama yang berkaitan dengan aritmia, atau hipertiroidisme maternal (isoksuprin
dapat memicu aritmia atau gagal jantung, penyakit jantung okultisme) atau
korioamnionitis (infeksi intrauterin) atau perdarahan atau kematian janin intrauterin
atau eklampsia (toksemia) dan pre-eklampsia berat atau hipertensi pulmonal.
Isoksuprin memiliki dua aktivitas adrenergic beta-1 dan beta-2. hipotensi ibu
dan tachycardia adalah efek samping yang sering terjadi. Hipokalsemia,
hipoglikemia, hipotensi, ileus, dan kematian neonatal akan meningkat setelah
pemberian isoksuprin.
Efek samping lainnya dari isoksuprin termasuk gemetar, gugup, lemah, pusing,
muka merah, palpitasi sementara, takikardia, nyeri dada, hipotensi, tekanan perut,
mual, muntah, distensi usus, dan ruam parah.
penelitian retrospektif bayi bawaan pada usia kehamilan 26-35 minggu untuk
menentukan efek terapi isoksuprin pada neonatus ibu untuk persalinan prematur.
Hipokalsemia, hipoglikemia, bukti ileus, hipotensi dan kematian neonatal lebih
umum pada bayi ini.
Isoksuprin telah dilaporkan menyebabkan edema paru noncardiogenik. Jika
ruam terjadi pada pasien yang diberi isoksuprin, pemberian obat tersebut harus
dihentikan. Isoksuprin sebaiknya tidak diberikan segera setelah melahirkan atau
dengan adanya pendarahan arteri.
Studi awal telah menunjukkan bahwa pemberian isoksuprin tidak berpengaruh

pada terjadinya sindrom gangguan pernapasan pada bayi premature.


Indeks bias; ALPHA 1,508; BETA 1,648; GAMMA 1.670
Biotransformasi : Sebagian terkonjugasi dalam darah.
Eliminasi : Terutama dalam urin.
Indikasi : Gangguan pembuluh darah seperti aterosklerosis, penyakit Buerger,
penyakit Raynaud, dan gangguan aliran darah ke otak atau anggota gerak. Duvadilan
juga dapat digunakan untuk mengobati nyeri menstruasi dan mencegah persalinan
prematur karena dapat melemaskan otot rahim.

Kontrindikasi : isoxsuprine HCl dikontraindikasikan pada penderita alergi


Isoxsuprine, penderita perdarahan dari pembuluh darah arteri, wanita dalam proses
persalinan, wanita setelah melahirkan, dan penderita perdarahan setelah melahirkan.
Penggunaan Isoxsuprine perlu berhati hati pada penderita gangguan pembuluh
darah otak berat, kematian otot jantung berat, peningkatan tekanan pada bola mata,

ibu hamil dan ibu menyusui.


Efek samping : Jika digunakan dalam dosis kecil, kebanyakan orang tidak mengalami
efek samping pada penggunaan Isoxsuprine HCl. Isoxsuprine HCl diketahui dapat
menyebabkan efek samping berupa rasa panas pada wajah (flushing), gangguan
pencernaan, pusing, dan lemah. Efek samping yang lebih serius antara lain ruam
kulit, nyeri dada, penurunan tekanan darah, serta peningkatan denyut jantung. Jika
efek samping ringan menetap terus menerus atau terjadi efek samping serius,
segera berobat ke dokter. Isoxsuprine HCl dapat menyebabkan kantuk, sehingga
tidak disarankan menjalankan mesin atau menyetir setelah minum obat ini. Reaksi
alergi terhadap Isoxsuprine HCl jarang terjadi; gejala alergi berupa ruam kulit,
kesulitan bernapas, atau pembengkakan pada wajah, lidah, dan tenggorokan. Orang
yang mengkonsumsi Isoxsuprine HCl perlu menginformasikan penggunaannya

kepada dokter jika akan menjalankan operasi atau prosedur medis lainnya.
Peringatan : Isoxsuprine HCl termasuk golongan obat keras, sehingga pada

peringatannya adalah Harus dengan Resep Dokter.


Dosis Pemberian Obat : Isoxsuprine HCl tersedia dalam bentuk tablet 20 mg. Dosis
dewasa yaitu 3 4 x 1 tablet. Obat ini dapat diminum sebelum atau setelah makan.
Batasi konsumsi alkohol saat mengkonsumsi obat ini karena terdapat interaksi antara

Isoxsuprine HCl dan alkohol. Digunakan 3-4 kali sehari.


3.1.5. Farmakokinetik
Absorbsi, Distribusi dan Ekskresi:
isoxsuprine hidroklorida hampir sepenuhnya diserap dari saluran pencernaan. Setelah
pemberian secara obat oral, kadar obat pada plasma paling tinggi terjadi dalam 1 jam
dan bertahan selama sekitar 3 jam. Isoxsuprine melintasi plasenta. Obat ini sebagian
terkonjugasi dalam tubuh dan diekskresikan dalam urin.
3.1.6. Rancangan Formulasi
Bahan aktif
: Isoxsuprine HCl
Bahan pengisi
: Laktosa
Bahan pengikat : amilum

Bahan penghancur : gelatin


Bahan pelicin
: Talk
Contoh obat di pasaran yaitu tablet Duvadilan.
3.1.7. Alasan pemilihan Bahan
Laktosa
Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah
menjadi bentuk lebih sederhana yaitu galaktosadan glukosa. Laktosa ada di dalam
kandungan susu, dan merupakan 2-8% bobot susu keseluruhan.
Nama resmi : Lactosum
Sinonim : Lactosum, gula susu, milk sugar, saccharum laktis, melk suiker.
Nama kimia : O-b-D-Galactopyranosyl-(1,4)-b-D-glucopyranose [63-42-3]
Berat molekul : 342,30
Rumus Molekul : C12H22O11
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak
berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau
Kelarutan: Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut
dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
klorofom dan dalam eter.
Kegunaan : Bahan pengisi
Stabilitas : Pertumbuhan jamur dapat terjadi pada kondisi lembab (80% RH
keatas). Laktosa dapat mengembangkan warna coklat pada penyimpanan,
reaksi dapat dipercepat dengan kondisi hangat, kondisi lembab. Pada 80 oC
dan RH 80%, tablet yang mengandung laktosa anhidrat telah terbukti mampu
memperluas 1,2 kalinya setelah sehari. Laktosa anhidrat harus disimpan
dalam wadah tertutup di tempat yang sejuk dan kering.
Penyimpanan : simpan dalam wadah yang tertutup baik
Inkompatibilitas : Laktosa anhidrat tidak kompatibel dengan oksidasi kuat.
Kapan campuran yang mengandung leukotrien antagonis dan hidrofobik
laktosa anhidrat atau laktosa monohidrat disimpan selama 6 minggu pada
40oC dan 75% RH. Campuran yang mengandung laktosa anhidrat

menunjukkan penyerapan kelembaban yang lebih besar dan terjadi degradasi


obat.
Kejernihan dan warna larutan : Larutkan 3 g dalam 10 ml air mendidih,
terbentuk larutan jernih, tidak berwarna atau hamper tidak berwarna dan tidak
berbau.
Batas mikroba : Angka lempeng total tidak lebih dari 100 per g dan tidak
boleh mengandung Salmonella sp dan Escherichia coli.
Rotasi jenis : Antara +54,8o dan +55,5o, dihitung terhadap zat anhidrat.
Kandungan air : Tidak lebih dari 1% untuk bentuk anhidrat dan tidak lebih
dari 5,5% untuk bentuk hidrat
Sifat pemijaran : Tidak lebih dari 0,1%
Logam berat : Tidak lebih dari 5 bpj.
Alasan menggunakan laktosa sebagai bahan pengisi adalah karena laktosa
merupakan bahan pengisis yang paling umum digunakan dalam formulasi
obat/tablet. Laktosa ini menunjukkan stabilitas yang paling bagus dalam

kombinasi hasil paling banyak obat.


Amilum
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk
fotosintesis) dalam jangka panjang.
Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam
komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan
amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat
pada tes iodinsedangkan amilopektin tidak bereaksi. Penjelasan untuk gejala ini
belum pernah bisa tuntas dijelaskan.
Nama resmi : Amilum
Nama lain : Pati
Sinonim : Amido, amidon, amilo, amylum, solani amylum, tritici amylum.
Rumus molekul : (C6H 10O5) n , dimana n = 3001000
Rumus struktur :

Pemerian : Pati/amilum tidak berbau dan berasa, halus, serbuk/bubuk


berwarna putih, dimana terdiri dari butiran bulat atau bulat telur sangat kecil.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (96%) dan dalam air
dingin. Starch/ amilum larut dalam air panas pada suhu tinggi atau suhu
gelatinisasi. Pati parsial larut dalam dimetilsulfoksida dan dimetilformamida.
Penyimpanan : Simpan pada wadah tertutup
Kesetabilan : Pati/amilum kering stabil jika dilindungi dari kelembaban
tinggi. Pati adalah dianggap kimia dan mikrobiologis lembam di bawah tidak
stabil dan mudah dimetabolisme oleh mikroorganisme, oleh karena itu perlu
persiapan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk granulasi basah.
Fungsi : Bahan pengikat
Inkompatibilitas : Pati inkompatibilitas dengan zat pengoksidasi kuat dan
iodin.
Alasan amilum digunakan sebagai bahan pengikat adalah karena pati adalah
bahan tambahan yang digunakan sebagai pengisi pada sediaan tablet. Tepung yang
dapat diperoleh dari jagung dapat digunakan sebagai pengisi tablet. Dan yang

umum digunakan adalah pati.


Gelatin
Gelatin adalah zat kimia padat, tembus cahaya, tak berwarna, rapuh (jika
kering), dan tak berasa, yang didapatkan dari kolagen yang berasal dari berbagai
produk sampingan hewan. Gelatin umumnya digunakan sebagai zat pembuat gel
pada makanan, farmasi,fotografi, dan pabrik kosmetik.
Gelatin merupakan campuran antarapeptida dengan protein yang diperoleh
dari hidrolisis kolagen yang secara alami terdapat pada tulang atau kulit binatang.
Gelatin komersial biasanya diperoleh dari ikan, sapi, dan babi. Dalam
industri pangan, gelatin luas dipakai sebagai salah satu bahan baku dari permen
lunak, jeli, dan es krim.
Nama resmi : Gelatinum
Sinonim : Byco, gelatine, instagel, kolatin, solugel.
Pemerian : Lembaran, kepingan, atau potongan, atau sebuk kasar sampai
halus, kuning lemah atau coklat terang , warna bervariasi tergantung ukuran
partikel. Larutannya berbau lemah seperti kaldu. Gelatin tipe A menunjukkan
titik isoelektrik antara pH 7 dan pH 9, gelatine tipe B menunjukkan titik
isoelektrik antara pH 4,7 dan pH 5,2.

Kelarutan: Tidak larut dalam air dingin, mengembang dan lunak bila dicelup
dalam air, menyerap air secara bertahap sebanyak 5 sampai 10 kali beratnya,
larut dalam air panas, larut dalam asam asetat 6N dan dalam campuran panas
gliserin dan air, tidak larut dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter, dalam
minyak lemak dan dalam minyak menguap.
Kegunaan : Bahan penghancur
Stabilitas : Gelatin kering stabil di udara. Solusi gelatine berair juga stabil
untuk waktu yang lama jika disimpan dalam kondisis dingin tapi mereka
tunduk degradasi bakteri. Pada suhu sekitar diatas 50oC, solusi gelati berair
dapat mengalami depolimerasi lambat dan penurunan kekuatan gel dapat
terjadi ulang. Depolimerasi menjadi lebih cepat pada suhu 65oC, dan
kekeuatan gel dapat dikurangi setengahnya jika solusi dipanaskan pada 80oC
selama 1 jam. Tingkat dan luasnya depolimerasi tergantung pada berat
molekul gelatine, dengan berat molekul rending membusuk lebih dulu.
Penyimpanan : simpan dalam wadah yang tertutup baik dan ditempat kering.
Inkompatibilitas : Gelatin merupakan bahan amfoter dan akan bereaksi
dengan kedua asam dan basa. Hal ini juga menunjukkan pada protein dan
dengan demikian menunjukkan sifat kimia karakteristik bahan-bahan
tersebut, misalnya, gelatine mungkin dihidrolisis oleh kebanyakan system
proteolitik untuk menghasilkan komponen asam amino.
Batas mikroba : Jumlah bakteri tidak boleh lebih dari 1000 per g, uji terhadap
Salmonella sp dan Escherichia coli memberikan hasil negative.
Sifat pemijaran : Tidak lebih dari 2,0%
Logam berat : Tidak lebih dari 50 bpj.
Alasan menggunakan gelatine sebagai bahan penghancur adalah karena
gelatine lebih konsisten daripada kedua gom alam lebih mudah dipersiapkan
dalam bentuk larutan dan tablet yang terbentuk kerasnya sama dengan bila
memakai akasia dan tragakan.

Talk
Talek atau talk ialah mineral yang memiliki kekerasan 1 skala Mohs,
menjadikannya sebagai mineral paling lembut. Merupakan silikat magnesium
terhidrasi
Nama resmi : Talcum
Sinonim : Talk, talcum, talcum venetum, speksteenpeder.

Rumus Kimia : Mg3Si10(OH)2


Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu. Berkilat,
mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
Kelarutan: Tidak hamper dalam hamper semua pelarut.
Kegunaan : Bahan pelicin
Stabilitas : Talk merupakan bahan yang stabil dan dapat disterilkan dengan
pamanasan pada 160oC selama tidak kurang dari 1 jam. Hal ini juga dapat
disterilkan oleh paparan etilen oksida atau radiasi gamma.
Penyimpanan : simpan dalam wadah yang tertutup baik
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan senyawa surfaktan.
Kejernihan dan warna larutan : Larutkan 3 g dalam 10 ml air mendidih,
terbentuk larutan jernih, tidak berwarna atau hamper tidak berwarna dan tidak
berbau.
Batas mikroba : Angka lempeng total tidak lebih dari 500 per g.
Susutt pemijaran : Tidak lebih dari 6,5%
Logam berat : Tidak lebih dari 40 bpj.
Alasan menggunakan talk sebagai bahan pelicin adalah karena talk
mengurangi gesekan logam (tidak menempel pada tempat cetakan tablet) dan
gesekan tablet (atau masa yang dibatasi). Memudahkan pengeluaran tablet.

Anda mungkin juga menyukai