Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul Produksi ini dengan tepat waktu. Terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Studi Quran & Hadist bapak Dr. H. Ahmad Djalaluddin, Lc, M.
A., yang telah memberi bimbingan untuk menyusun makalah studi quran yang sesuai dengan
sistematika.

Penulis menyadari masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam makalah ini.
Diantaranya, penulis mengalami kesulitan saat mencari asbabun nuzul yang berkaitan dengan
ayat-ayat produksi yang penulis paparkan dalam makalah ini.

Semoga dengan segala kritik & saran yang akan disampaikan oleh pembaca, maka
penulis berharap makalah ini dapat lebih baik daripada sebelumnya.

Malang, 14 Maret 2017

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
1.3 Metode Penulisan........................................................................................... 3
PEMBAHASAN......................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Produksi dalam Al-Quran........................................................................4
2.2 Dasar Hukum Kegiatan Produksi.............................................................................9
2.3 Jenis terkait Produksi......................................................................................... 10
2.4 Tujuan Produksi................................................................................................ 11
2.5 Prinsip-prinsip Produksi...................................................................................... 11
PENUTUP.............................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produksi merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah perekonomian. Produksi
merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau
menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan
produksi memiliki kesinambungan dengan kegiatan lain yaitu konsumsi dan distribusi.

Dalam satu kegiatan ekonomi, jika produksi tidak jalan, maka tidak akan ada distribusi
apalagi konsumsi. Begitupun sebaliknya, jika tidak ada konsumsi dan distribusi maka
produksi hanya akan menghasilkan kerugian materi semata.

Di era saat ini, terjadi perbedaan pandangan antara produsen konvensional dengan
produsen muslim. Produsen konvensional selalu memanfaatkan kegiatan apapun yang
sifatnya untuk mengejar keuntungan dan belum terlalu memikirkan manfaat dan
mudharatnya. Hal ini membuat semakin banyaknya barang haram yang beredar di dunia.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pengertian produksi dalam Al-Quran?

1.2.2 Apa dasar hukum melakukan kegiatan produksi?

1.2.3 Apa saja jenis terkait produksi?

1.2.4 Apa tujuan produksi?

1.2.5 Apa prinsip-prinsip produksi?

1.3 Metode Penulisan


Makalah ini menggunakan metode kajian pustaka
Bahan yang digunakan adalah Al Quran, Buku tafsir, dan internet.
Penulis menggunakan tafsir tematik Jalalayn & Quraish Shihab.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Produksi dalam Al-Quran

Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata produksi dalam bahasa
Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu silatin (mewujudkan
atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu muayyanatin bi istikhdami muzayyajin min
anashir al-intaj dhamina itharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan
menuntut adanya bantuan pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu
yang terbatas). Pandangan Rawwas di atas mewakili beberapa definisi yang ditawarkan oleh
pemikir ekonomi lainnya.1

Hal senada juga diutarakan oleh Dr. Abdurrahman Yusro Ahmad dalam bukunya
Muqaddimah fi Ilm al-Iqtishad al-Islamiy. Abdurrahman lebih jauh menjelaskan bahwa
dalam melakukan proses produksi yang dijadikan ukuran utamanya adalah nilai manfaat
(utility) yang diambil dari hasil produksi tersebut. Produksi dalam pandangannya harus
mengacu pada nilai utility dan masih dalam bingkai nilai halal serta tidak membahayakan
bagi diri seseorang ataupun sekelompok masyarakat. Dalam hal ini, Abdurrahman merefleksi
pemikirannya dengan mengacu pada Q.S An-Nahl: 69

Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.

Tafsir Quraish Shihab: Kemudian Allah memberi petunjuk pada lebah untuk
menjadikan buah-buahan dari berbagai jenis pohon dan tumbuhan sebagai makanannya.
Berkat petunjuk yang telah diberikan oleh Tuhan itu, lebah menjalankan tugas-tugas
hidupnya dengan sangat mudah. Dari dalam perut lebah keluar sejenis minuman beraneka
warna dan berguna sekali bagi kesehatan manusia. Dan sesungguhnya pada ciptaan yang unik
itu terdapat pertanda akan wujud sang Pencipta Yang Mahakuasa lagi Mahabijaksana. Orang-
orang yang berakal akan merenungkan hal itu sebagai cara untuk mendapatkan kebahagiaan

1 Ahmad Al Haritsi, Fikih Ekonomi Umar, Pustaka Al Kautsar, hal. 37


abadi(1). (1) Madu merupakan jenis zat yang mengandung unsur glukosa dan perfentous
(semacam zat gula yang sangat mudah dicerna) dalam porsi cukup besar. Melalui ilmu
kedokteran modern didapat kesimpulan bahwa glukosa berguna sekali bagi proses
penyembuhan berbagai macam jenis penyakit melalui injeksi atau dengan perantaraan mulut
yang berfungsi sebagai penguat. Di samping itu, madu juga memiliki kandungan vitamin
yang cukup tinggi terutama vitamin B kompleks.2

An-Nahl merupakan surat ke-16 pada juz ke-14 serta merupakan kelompok surat
Makkiyah kecuali tiga ayat terakhir yang Madaniyyah. Mengenai ayat 69 dari surat An-Nahl
tidak terdapat petunjuk dari Al-Hadits yang menjelaskan latar belakang (asbabunuzul) ayat-
ayat tersebut. Adapun dalam ayat-ayat dalam surat ini yang terdapat asbabunnuzulnya adalah
ayat 1, 38, 41, 42, 75, 76, 80, 81, 82, 83, 91, 92, 103, 106, 110, 126, 127, dan 128). Ayat-ayat
yang terdapat asbabunnuzulnya tersebut kebanyakan membicarakan tentang nikmat Allah dan
mengenai orang-orang musyrikin.3 Terdapat pula ayat-ayat lain yang berkaitan dengan
produksi, diantaranya Surat Al-Hadid ayat 25, Surat Al-Ambiya Ayat 80, dan Surat Saba
Ayat 10-11.4

Surat Al-Hadid ayat 25:

Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti


yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat
kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan
2 Quraish Shihab, http://tafsirq.com/16-an-nahl/ayat-69#tafsir-quraish-shihab,
diakses 13 Maret 2017.

3 Qamaruddin Shaleh, dkk., Asbabun Nuzul, (Bandung: CV Diponegoro,1989), hal. 287-294.

4 Mardani, Ayat-ayat dan Hadis Ekonomi Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),
Ed. 1, hal 100.
besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-
Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

Tafsir Quraish Shihab: Kami benar-benar telah mengutus para rasul yang Kami pilih
dengan membawa beberapa mukjizat yang kuat. Bersama mereka juga Kami turunkan kitab
suci-kitab suci yang mengandung hukum, syariat agama, dan timbangan yang mewujudkan
keadilan dalam hubungan antarmanusia. Lalu Kami juga menciptakan besi yang dapat
dijadikan alat untuk menyiksa orang lain dalam peperangan di samping mempunyai banyak
manfaat lain pada masa damai. Itu semua agar manusia memanfaatkan besi dalam berbagai
kebutuhan hidupnya dan agar Allah, dari alam gaib, mengetahui siapa saja yang membela
agama dan rasul-rasul-Nya. Allah benar-benar Mahakuasa karena diri-Nya sendiri, dan tidak
memerlukan bantuan siapa pun. (1) (1) Besi merupakan salah satu dari tujuh unsur kimia
yang telah dikenal oleh ilmuwan-ilmuwan zaman dahulu yaitu emas, perak, air raksa, loyang,
timah hitam (plumbum), besi, dan timah, serta logam yang paling banyak tersebar di bumi.
Besi itu biasanya terdapat dalam komponen unsur kimia lain seperti dalam oksida, sulfida
(sulfat), zat arang dan silikon. Sejumlah kecil besi murni juga terdapat dalam batu meteor
besi. Ayat ini menjelaskan bahwa besi mempunyai kekuatan yang dapat membahayakan dan
dapat pula menguntungkan manusia. Bukti paling kuat tentang hal ini adalah bahwa
lempengan besi, dengan berbagai macamnya, secara bertingkat-tingkat mempunyai
keistimewaan dalam bertahan menghadapi panas, tarikan, kekaratan, dan kerusakan, di
samping juga lentur hingga dapat menampung daya magnet. Karenanya, besi adalah logam
paling cocok untuk bahan senjata dan peralatan perang, bahkan merupakan bahan baku
berbagai macam industri berat dan ringan yang dapat menunjang kemajuan sebuah
peradaban. Selain itu, besi juga mempunyai banyak kegunaan lain untuk makhluk hidup.
Komponen besi, misalnya, masuk dalam proses pembentukan klorofil yang merupakan zat
penghijau tumbuh-tumbuhan (terutama daun) yang terpenting dalam fotosintesis (proses
pemanfaatan energi cahaya matahari) yang membuat tumbuh-tumbuhan dapat bernapas dan
menghasilkan protoplasma (zat hidup dalam sel). Dari situlah zat besi kemudian masuk ke
dalam tubuh manusia dan hewan. Selanjutnya besi juga termasuk dalam komposisi kromatin
(bagian inti sel yang mudah menyerap zat warna) dari sel hidup, salah satu unsur yang berada
dalam cairan tubuh, dan salah satu unsur pembentuk hemoglobin (butir-butir darah merah).
Dan dari situ, besi memegang peranan penting dalam proses penembusan dan peran biologis
dalam jaringan. Selain itu semua, besi juga terdapat dalam hati, limpa, ginjal, anggota badan,
dan sumsum merah tulang belakang. Tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah tertentu yang
harus dipenuhi dari sumber apa saja. Kurangnya zat besi akan menimbulkan penyakit,
terutama anemia (kekurangan hemoglobin).5

Al Hadid merupakan surat ke-57 dalam Al Quran dan tergolong dalam surat
Madaniyyah dan terdiri dalam 29 ayat. Mengenai ayat ke-25 tidak terdapat Hadist yang
menjelaskan asbabun nuzulnya, adapun aya-ayat yang terdapat asbabun nuzul terdapat dalam
ayat ke 16, 28, dan 29.

Surat Al-Anbiya 80:

Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna
memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).

Tafsir Jalalayn: (Dan Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi) yaitu baju yang
terbuat dari besi, dialah orang pertama yang menciptakannya dan sebelumnya hanyalah
berupa lempengan-lempengan besi saja (untuk kalian) yakni untuk segolongan manusia (guna
melindungi diri kalian) jika dibaca Linuhshinakum, maka Dhamirnya kembali kepada Allah,
maksudnya, supaya Kami melindungi kalian. Dan jika ia dibaca Lituhshinahum, maka
Dhamirnya kembali kepada baju besi, maksudnya, supaya baju besi itu melindungi diri
kalian. Jika dibaca Liyuhshinakum, maka Dhamirnya kembali kepada Nabi Daud,
maksudnya, supaya dia melindungi kalian (dalam peperangan kalian) melawan musuh-musuh
kalian. (Maka hendaklah kalian) hai penduduk Mekah (bersyukur) atas nikmat karunia-Ku
itu, yaitu dengan percaya kepada Rasulullah. Maksudnya bersyukurlah kalian atas hal
tersebut kepada-Ku.6

Tafsir Quraish Shihab: Daud juga Kami ajari cara menganyam baju besi untuk kalian
pergunakan sebagai pelindung dari serangan keras bila terjadi perselisihan antara kelompok
kalian dengan yang lain.7

5 Quraish Shihab, http://tafsirq.com/57-al-hadid/ayat-25#tafsir-quraish-shihab,


diakses 13 Maret 2017.

6 Jalalayn, http://tafsirq.com/21-al-anbiya/ayat-80#tafsir-jalalayn, diakses 13


Maret 2017.
Al Anbiya merupakan surat ke-21 dalam Al Quran dan tergolong dalam surat Makkiyah
dan terdiri dari 112 ayat. Mengenai ayat ke-80 tidak terdapat Hadist yang menjelaskan
asbabun nuzulnya, adapun ayat-ayat yang terdapat asbabun nuzul terdapat dalam ayat ke 6,
34, dan 36, dan 101.

Surat Saba 10-11:

Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman):
"Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan
Kami telah melunakkan besi untuknya, (10). (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan
ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa
.yang kamu kerjakan.(11)

Tafsir Quraish Shihab Saba 10: Demi Allah, Kami telah memberikan karunia kepada
Dwd berupa hikmah dan kitab suci. Kami berkata, "Wahai gunung, bertasbihlah bersama
Dwd!" Kami menundukkan bangsa burung yang selalu bertasbih KEpada Allah demi
kepentingannya. Kami melunakkan besi baginya sehingga dengan mudah dapat dibentuk
sesuai keinginannya(1). (1) Nabi Daud a. s. adalah salah seorang nabi dan raja Ban Isra'il
yang hidup antara tahun 1010-970 S. M.8

Tafsir Quraish Shihab Saba 11: Kami mewahyukan kepadanya untuk membuat baju
besi yang bakal menjadi pelindung dari keganasan musuh dan memperkuat ikatannya dengan
rantai. Kami katakan kepadanya dan kepada para pengikutnya, "Kerjakanlah sesuatu yang
mendatangkan manfaat, bagi diri kalian sendiri dan bagi orang lain! Sungguh Kami Maha
7 Quraish Shihab, http://tafsirq.com/21-al-anbiya/ayat-80#tafsir-quraish-shihab,
diakses 13 Maret 2017.

8 Ibid, http://tafsirq.com/34-saba/ayat-10#tafsir-quraish-shihab, diakses 13 Maret


2017
Mengetahui apa yang kalian lakukan dan tidak satu pun perbuatan kalian yang samar bagi
Kami."9

Surat Saba merupakan surat ke-34 dalam Al Quran dan tergolong dalam surat
Makkiyah dan terdiri dalam 54 ayat. Mengenai ayat ke-10 & 11 tidak terdapat Hadist yang
menjelaskan asbabun nuzulnya, adapun ayat-ayat yang terdapat asbabun nuzul terdapat dalam
ayat ke 15, 16, dan 17, dan 34 yang menggambarkan keadaan kaum Saba yang
sesungguhnya.

2.2 Dasar Hukum Kegiatan Produksi

Konsep produksi di dalam ekonomi Islam tidak semata-mata bermotif maksimalisasi


keuntungan dunia, tetapi lebih penting untuk mencapai maksimalisasi keuntungan akhirat.
Hal ini tertulis dalam Surat Al Qasas 77.

Surat Al Qasas 77:

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.

9 Ibid, http://tafsirq.com/34-saba/ayat-11#tafsir-quraish-shihab, diakses 13 Maret


2017
Tafsir Jalalayn10: (Dan carilah) upayakanlah (pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepada kalian) berupa harta benda (kebahagiaan negeri akhirat) seumpamanya kamu
menafkahkannya di jalan ketaatan kepada Allah (dan janganlah kamu melupakan) jangan
kamu lupa (bagianmu dari kenikmatan duniawi) yakni hendaknya kamu beramal dengannya
untuk mencapai pahala di akhirat (dan berbuat baiklah) kepada orang-orang dengan
bersedekah kepada mereka (sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat) mengadakan (kerusakan di muka bumi) dengan mengerjakan perbuatan-
perbuatan maksiat. (Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan) maksudnya Allah pasti akan menghukum mereka.

Tafsir Quraish Shihab11: Dan jadikanlah sebagian dari kekayaan dan karunia yang Allah
berikan kepadamu di jalan Allah dan amalan untuk kehidupan akhirat. Janganlah kamu cegah
dirimu untuk menikmati sesuatu yang halal di dunia. Berbuat baiklah kepada hamba-hamba
Allah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu dengan mengaruniakan nikmat-Nya. Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di bumi dengan melampaui batas- batas Allah.
Sesungguhnya Allah tidak meridai orang-orang yang merusak dengan perbuatan buruk
mereka itu."

Al Qasas merupakan merupakan surat ke-28 dalam Al Quran dan tergolong dalam surat
Makkiyah dan terdiri dari 88 ayat. Mengenai ayat ke-77 tidak terdapat Hadist yang
menjelaskan asbabun nuzulnya, adapun ayat-ayat yang terdapat asbabun nuzul terdapat dalam
ayat ke 51, 52, dan 56, 57, 61 dan 85.

2.3 Jenis terkait Produksi

Kebutuhan Primer: Produksi Sandang, pangan, papan.

Kebutuhan Sekunder: Hiburan, alat masak, tempat tidur, dll.

Kebutuhan Tersier: Barang-barang mewah.

10 Ibid, http://tafsirq.com/28-al-qasas/ayat-77#tafsir-jalalayn, diakses 13 Maret


2017

11 Ibid, http://tafsirq.com/28-al-qasas/ayat-77#tafsir-quraish-shihab, diakses 13


Maret 2017
2.4 Tujuan Produksi

Menurut Nejatullah ash-Shiddiqi, tujuan produksi sebagai berikut12:


1. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu secara wajar
2. Pemenuhan kebutuhan keluarga
3. Bekal untuk generasi mendatang
4. Bantuan kepada masyarakat dalam rangka beribadah kepada Allah.

2.5 Prinsip-prinsip Produksi

Muhammad Al-Mubarak menjelaskan prinsip-prinsip produksi yang perlu


diperhatikan dalam produksi antara lain13:

1. Dilarang memproduksi dan memperdagangkan komoditas yang


tercela karena bertentangan dengan syariah (haram).
2. Dilarang melakukan kegiatan produksi yang mengarah kezaliman,
seperti riba di mana kezaliman menjadi illat hukum bagi haramnya
riba.
3. Segala bentuk penimbunan (ikhtikar) terhadap barang-barang
kebutuhan bagi masyarakat, adalah dilarang sebagai perlindungan
syariah terhadap konsumen dan masyarakat.
4. Memelihara lingkungan.

12 Mawardi, Ekonomi Islam, (Pekanbaru: Alaf Riau: 2007), hal 67-68.

13 Rustam Effendi, Produksi dalam Islam, (Yogyakarta: Magistra Insani Press,


2003), hal 14-21.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengertian produksi adalah suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai
guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam
memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah
bentuknya dinamakan produksi jasa.
Jenis produksi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu produksi kebutuhan primer, sekunder,
dan tersier.
Tujuan Produksi adalah untuk pemenuhan kebutuhan individu, keluarga, generasi
mendatang, dan bantuan masyarakat dalam rangka ibada kepada Allah SWT.
Prinsip produksi adalah jauh dari kezaliman, tidak merusak lingkungan, jujur, dan
barang produksi halal.
DAFTAR PUSTAKA

Al Haritsi, A. (2006). Fikih Ekonomi Umar. Jakarta. Pustaka Al


Kautsar.
Al-Quran
Mardani. (2014). Ayat-ayat dan Hadis Ekonomi Syariah. Jakarta.
Rajawali Pers.
Mawardi. (2007). Ekonomi Islam. Pekanbaru. Alaf Riau.
Rustam Effendi. (2003). Produksi dalam Islam. Yogyakarta. Magistra
Insani Press.
Shaleh, Q. dkk. (1989). Asbabun Nuzul. Bandung. CV Diponegoro.
Tafsirq.com

Anda mungkin juga menyukai