Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PEMISAHAN KATION GOLONGAN IV


DOSEN PENGAMPU : Intan Lestari S.Si., M.Si.

DISUSUN OLEH

Nazrina Diannisa (F1C112001)


Widi Hartati (F1C112035)
Sebastian Siregar (F1C112038)
Atika Zulfa (F1C112043)
Lusi Arni Septia (F1C112046)

KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2013
KATA PENGANTAR

Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan


dari-Nya, meminta ampunan dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nya dari
kejahatan diri kita serta keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Karena hidayah-Nya pula, Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah


dengan judul Pemisahan kation golongan IV ini sebagai tugas dari mata kuliah
Kimia Analitik I tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih
kepada Ibu Intan Lestari S.Si., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Kimia
Analitik I yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan; rekan-rekan, serta
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya.

Akhirnya penulis mohon kritik dan saran untuk lebih sempurnanya makalah ini.
Selanjutnya penulis berharap makalah yang sederhana ini bermanfaat, terutama bagi
yang membutuhkannya.

Jambi, November 2013

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................

II. PEMBAHASAN...............................................................................................................
2.1 Analisis Kualitatif..............................................................................
2.2 Reaksi-reaksi Pada Kation Golongan IV...........................................
2.3 Skema Pemisahan dan Identifikasi Kation Golongan IV..................

III. PENUTUP.......................................................................................................................
3.1 Kesimpulan......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu


unsur kimia dalam suatu cuplikan yang tidak diketahui. Analisis kualitatif
merupakan salah satu cara yang efektif untuk mempelajari unsur-unsur kimia serta
ion-ionnya dalam larutan.

Dalam metode analisis kualitatif digunakan beberapa pereaksi diantaranya


pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Kedua pereaksi ini dilakukan untuk
mengetahui jenis anion atau kation suatu larutan. Klasifikasi ini didasarkan atas
apakah suatu kation bereaksi dengan regensia-regensia ini dengan membentuk
endapan atau tidak. Sedangkan metode yang digunakan dalam anion tidak
sistematik kation. Namun skema yang digunakan juga bukan skema yang kaku,
karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan.

Analisis kation dilakukan dengan dua cara yaitu pemisahan dan identifikasi.
Pemisahan dilakukan dengan mengendapkan kation dari larutannya. Endapan yang
dihasilkan dipisahkan dengan larutannya dicuci dan dibuat larutan dengan cara
memusing dengan sentrifius lalu membagi dua hasil penyaringan. Larutan yang
masih memiliki kation lain kemudian diendapkan lagi sehingga dibetuk kelompok
kation baru. Jika dalam kelompok tersebut masih ada kation lain, proses
pengendapan dilakukan lagi sehingga memiliki satu kation saja. Jenis konsentrasi
pereaksi serta pengaturan pH larutan dilakukan untuk memisahkan kation menjadi
beberapa kelompok.

Kation golongan IV terdiri dari Barium, Stronsium, dan Kalsium. Kation


golongan ini tidak bereaksi dengan Asam klorida, Hidrogen sulfida, ataupun
Amonium sulfida; tetapi Amonium karbonat membentuk endapan-endapan putih.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut, dapat disusun pertanyaan yang akan menjadi fokus
pembahasan dalam makalah ini, yaitu

Bagaimana proses pemisahan dan identifikasi kation golongan IV ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analitik I
2. Menjelaskan tentang kation golongan IV (Ca2+, Sr3+, Ba3+) berdasarkan reaksinya
dengan berbagai reagen kimia
3. Mengajak pembaca untuk lebih memahami tentang kation golongan IV

PEMBAHASAN

2.1 Analisis kualitatif

Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Banyak ion-ion terlarut yang kita temui di sekitar kita
misalnya pada air laut, sungai, limbah, atau pun dalam bentuk padatannya seperti pada
tanah dan pupuk. Unsur logam dalam larutannya akan membentuk ion positif atau
kation, sedangkan unsur non logam akan membentuk ion negatif atau anion.
Metode yang digunakan untuk menentukan keberadaan kation dan anion tersebut dalam
bidang kimia disebut analisis kualitatif. Untuk senyawa anorganik disebut analisis
kualitatif anorganik.

Analisis kualitatif itu membahas identifikasi zat-zat urusannya adalah unsur atau
senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada dasar pokoknya
tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur.
Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada
dalam sampel atau contoh. Kimia analitik pada dasarnya menyangkut pada penentuan
komposisi kimiawi suatu materi. Dalam kimia analitik modern aspek-aspeknya juga
telah meliputi identifikasi suatu zat eludasi struktur dan analisis kuantitatif
komposisinya.

Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam


analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan dengan
warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan penyaringan
atau pun sentrifus. Endapan tersebut terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh
dengan zat yang bersangkutan.
Kelarutan suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan
jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti tekanan, suhu,
konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut.

Perubahan kelarutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti


penting dalam analisa kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam wadah
terbuka pada tekanan atmosfer.
Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada
beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan
karena suhu ini dapat digunakan sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya,
pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb dapat dilakukan dengan mengendapkan ketiganya
sebagai garam klorida, kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I) dengan
memberikan air panas. Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb sehingga
endapan tersebut larut sedangkan kedua kation lainnya tidak.

Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam
campuran larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion asing.
Umumnya kelarutan endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan
dalam prakteknya ini dilakukan dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang
berlebih. Tetapi penambahan pereaksi berlebih ini pada beberapa senyawa
memberikan eek yang sebaliknya yaitu melarutkan endapan. Hal ini terjadi karena
adanya pembentukan kompleks yang dapat larut dengan ion sekutu tersebut.

Sedangkan adanya ion asing menyebabkan kelarutan endapan menjadi sedikit


bertambah, kecuali jika terjadi reaksi kimia antara endapan dengan ion asing.
Penambahan ion asing seperti penambahan asam atau basa kuat dan ligan dapat
menyebabkan endapan menjadi larut kembali, Contohnya pada reaksi berikut:
Ni(OH)2(s) + 2H+ Ni2+ + 2H2O
AgCl (s) + 2NH3 Ag(NH3)2+ + Cl-
Perubahan kelarutan karena komposisi pelarut mempunyai sedikit arti
penting dalam analisis kualitatif. Meskipun kebanyakan pengujian dilakukan dalam
larutan air, dalam beberapa hal lebih menguntungkan jika digunakan pelarut lain
misalnya pelarut organik seperti alkohol,eter, dan lain-lain.

Hasil kali kelarutan suatu endapan yang dipangkatkan dengan bilangan


yang sama dengan jumlah masing-masing ion bersangkutan menghasilkan tetapan yang
dikenal dengan Ksp. Misalnya, jika endapan perak klorida ada dalam kesetimbangan
dengan larutan jenuhnya:
AgCl Ag+ + Cl-

Maka Ksp = [Ag+]1[Cl-]1

Tetapan ini dalam analisis kualitatif mempunyai nilai yang berarti, karena tidak
saja dapat menerangkan, tetapi juga dapat membantu meramalkan reaksi-reaksi
pengendapan. Jika hasil kali ion lebih besar dari hasil kali kelarutan suatu endapan,
maka akan terbentuk endapan, sebaliknya jika hasil kali ion lebih kecil dari hasil kali
kelarutan maka endapan tidak akan terbentuk. Berdasarkan nilai Ksp ini maka kation-
kation dapat dipisahkan menjadi beberapa kelompok kecil yang selanjutnya dapat
memudahkan identifikasi masing-masing kation.

Suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation akan mengendap dan sebagian


larut. Maka setelah dilakukan penyaringan terhadap endapan terbentuk dua kelompok
campuran yang massa masing-masingnya kurang dari campuran sebelumnya. Reaksi
yang terjadi saat pengidentifikasian menyebabkan terbentuknya zat-zat baru yang
berbeda dari zat semula

Didalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu diantaranya :
1. Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida
encer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg.
2. Golongan II : Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi
membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral
encer. Ion golongan ini adalah Hg, Bi, Cu, cd, As, Sb, Sn.
3. Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer,
ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun
kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral /
amoniakal. Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn.
4. Golongan IV : Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation
ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium
klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca,
Sr.
5. Golongan V : Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-
regensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir.
Kation golongan ini meliputi : Mg, K, NH4+.

2.2 Reaksi Identifikasi Kation Golongan IV

Kation-kation golongan keempat tidak bereaksi dengan asam klorida, hidrogen


sulfida ataupun amonium sulfid, tetapi amonium karbonat (jika ada amonia atau ion
amonium dalam jumlah yang sedang) membentuk endapan-endapan putih. Uji ini harus
digolongkan dalam larutan netral atau basa jika tak ada amonia atau ion amonium,
magnesium juga akan mengendap. Endapan-endapan putih yang terbentuk dengan
reagen golongan adalah : barium karbonat BaCO3, Stronsium karbonat SrCO3, dan
kalsium karbonat BaCO3.

Barium (Ba)
Barium adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat, yang stabil dalam udara
kering.

Reaksi-reaksi :
1. Barium bereaksi dengan air dalam udara yang lembab, membentuk oksida atau
hidroksida. Barium melebur pada 710oC. Logam ini bereaksi dengan air pada
suhu ruang, membentuk Barium hidroksida dan hidrogen.
Ba + 2H2O Ba2+ + H2 + 2OH-
Asam encer melarutkan Barium dengan mudah dengan mengeluarkan hidrogen.
Ba + 2H+ Ba2+ + H2

2. Larutan amonia
tak terjadi endapan barium hidroksida karena kelarutannya relatif tinggi. Jika
larutan yang basa itu terkena udara luar, sedikit karbondioksida akan terserap
dan terjadi kekeruhan yang ditimbulkan oleh barium karbonat. Sedikit
kekeruhan mungkin terjadi ketika menambahkan reagensia; ini disebabkan oleh
sejumlah kecil amonium karbonat, yang sering terdapat dalam reagensia yang
telah lama.

3. Larutan amonium karbonat


endapan putih barium karbonat, yang larut dalam asam asetat dan dalam asam
mineral encer.
Ba2+ + CO32- BaCO3
Endapan larut sedikit dalam larutan garam-garam amonia dari asam-asam kuat;
ini disebabkan karena ion amonium, sebagai suatu asam kuat, bereaksi dengan
basa, yaitu ion karbonat, CO32-, dengan mengakibatkan terbentuknya ion
hidrogen karbonat, HCO3-, maka konsentrasi ion karbonat dari larutan menjadi
berkurang.
NH4+ + CO32- NH3 + HCO3-
atau
NH4+ + BaCO3 NH3 + HCO3- + Ba2+
Jika jumlah endapan barium karbonat sangat kecil, ia bisa larut dengan baik
dalam garam amonium yang berkonsentrasi tinggi.

4. Larutan amonium oksalat


endapan putih barium oksalat Ba(COO)2, yang hanya sedikit larut dalam air
(0,09 g/liter; Ks = 1,7 x 10-7), tapi dilarutkan dengan mudah oleh asam asetat
encer (perbedaan dari kalsium) dan oleh asam mineral.
Ba2+ + (COO)22- Ba(COO)2

5. Asam sulfat encer


endapan putih barium sulfat BaSO4 hampir tak larut dalam asam encer dan
dalam larutan amonium sulfat, dan larut cukup baik dalam asam sulfat pekat
mendidih. Dengan mengendapkan dalam larutan yang mendidih, atau lebih baik
lagi dengan menambahkan pula amonium asetat, diperoleh bentuk yang lebih
mudah disaring:
Ba2+ + SO42- BaSO4
BaSO4 + H2SO4 (pekat) Ba2+ + 2HSO4-
Jika barium sulfat dididihkan dengan larutan natrium karbonat pekat, terjadi
transformasi parsial menjadi barium karbonat yang kurang larut, menurut
persamaan :
BaSO4 + CO32- BaCO3 + SO42-
Karena reaksi ini reversibel, transformasi ini tak sempurna. Jika campuran
disaring dan dicuci ( jadi menghilangjkan natrium sulfat) dan residu dididihkan
dengan sejumlah larutan natrium karbonat yang baru saja dibuat, lebih banyak
lagi barium sulfat akan berubah menjadi karbonat yang bersangkutan.

6. Larutan kalsium sulfat jenuh


endapan segera dari barium sulfat putih. Fenomena yang serupa terjadi jika
dipakai reagensia strontium sulfat jenuh.
Penjelasan atas reaksi-reaksi ini adalah sebagai berikut : dari ketiga alkali tanah
sulfat, barium sulfatlah yang paling sedikit larut. Dalam larutan kalsium atau
strontium sulfat jenuh, konsentrasi ion sulfat cukup tinggi untuk menimbulkan
pengendapan dengan barium yang berjumlah agak banyak, karena hasil kali
konsentrasi-konsentrasi ion melampaui nilai hasil kali kelarutannya:
SO42- + Ba2+ BaSO4

7. Larutan kalium kromat


endapan kuning barium kromat, yang praktis tak larut dalam air (3,2 mg/ liter,
Ks = 1,6 x 10-10).
Ba2+ + CrO42- BaCrO4
Endapan tak larut dalam asam asetat encer (perbedaan dari strontium dan
kalsium) tetapi dapat larut dengan mudah dalam asam mineral.
Penambahan asam pada larutan kalium kromat menyebabkan warna kuning dari
larutan berubah menjadi jingga-kemerahan, disebabkan terbentuknya dikromat:
2CrO42- + 2H+ Cr2O72- + H2O
Dengan penambahan basa (misalnya ion-ion OH-) kepada larutan dikromat,
reaksi atom berlangsung dari kanan ke kiri karena ion hidrogen hilang diikat
oleh ion OH-, maka kromat akan terbentuk.

8. Reagensia rhodizonat
Membentuk endapan cokelat kemerahan , yaitu garam barium dari asam
rodisonat dalam larutan netral. Garam barium sama sama bereaksi dengan asam
reagensia ini sepertigaram stronsium, bedanya garam barium tidak larut dalam
asam klorida encer.
reaksi dengan reagensia ini dilakukan dengan cara meneteskan larutan uji yang
netral atau sedikit asam di atas kertas reaksi tetes dan kemudian di tambahkan
setetes reagensia, maka akan di dapat noda cokelat kemerahan. Jika larutan
mengandung barium, maka saat noda tersebut di tetesi dengan setetes asam
klorida 0.5M akan terbentuk noda merah terang.
9. Etanol bebas air dan eter
campuran 1+1 dari pelarut-pelarut ini melarutkan barium nitrat anhidrat atau
barium klorida (perbedaan dari strontium dan kalsium). Garam-garam ini harus
dipanaskan 180oC sebelum pengujian, untuk menghilangkan semua air kristal.
Uji ini bisa dipakai untuk memisahkan barium dari strontium dan atau kalsium.

10. Uji kering (pewarnaan nyala)


Garam-garam barium bila dipanaskan dalam nyala bunsen yang tak cemerlang
(yang kebiru-biruan), memberi warna hijau-kekuningan pada nyala. Karena
kebanyakan garam barium, kecuali kloridanya, tak mudah menguap, kawat
platinum harus dibasahi asam klorida pekat sebelum dicelupkan ke dalam zat itu.
Sulfat mula-mula direduksi menjadi sulfida dalam nyala reduksi, lalu dibasahi
asam klorida pekat, dan dimasukkan kembali ke dalam nyala.

Strontium (Sr)
Strontium adalah logam putih-perak, yang dapat ditempa dan liat. Strontium lebur
pada 771oC. Sifat-sifatnya serupa dengan sifat-sifat barium.

Reaksi-reaksi :
1. Larutan amonia : tak ada endapan.

2. Larutan amonium karbonat


Sr2+ + CO32- SrCO3 (endapan putih strontium karbonat )
Strontium karbonat agak kurang larut dibanding barium karbonat; lain
daripada ini; ciri-ciri khasnya (kelarutan yang sedikit dalam garam-garam
amonium terurai oleh asam), adalah serupa dengan ciri-ciri khas barium
karbonat.

3. Asam sulfat encer


Sr2+ + SO42- SrSO4 (endapan putih strontium sulfat )
Kelarutan endapan tak dapat diabaikan (0,097 gr/L, Ks = 2,8 x 10-7).
Endapan tak larut dalam larutan amonium sulfat bahkan dengan
mendidihkan sekalipun (perbedaan dari kalsium), dan larut sedikit dalam
asam klorida mendididh. Ia hampir sempurna diubah menjadi karbonat yang
bersangkutan, dengan mendidihkan larutan karbonat pekat:
SrSO4 + CO32- SrCO3 + SO42-
Strontium karbonat kurang larut dibanding strontium sulfat
(kelarutan 5,9 mg SrCO3 L-1; Ks = 1,6 x 10-9 pada suhu ruang)
Setelah menyaring larutan, endapan dapat dilarutkan dalam asam klorida,
jadi ion-ion strontium dapat dipindahkan ke dalam larutan itu.

4. Larutan kalsium sulfat jenuh


endapan putih strontium sulfat, terbentuk dengan lambat-lambat dalam
keadaan dingin, tetapi lebih cepat dengan mendidihkan (perbedaan dengan
barium)

5. Larutan amonium oksalat


Sr2+ + (COOH)22- Sr(COO)2 (endapan putih strontium oksalat)
Endapan hanya sedikit sekali larut dalam air (0,039 gr/L, Ks = 5 x 10-8).
Asam asetat tak menyerangnya; namun asam-asam mineral melarutkan
endapan.

6. Larutan kalium kromat


Sr2+ + CrO42- SrCr4 (endapan kuning strontium kromat)
Endapan larut agak banyak dalam air (1,2 gr/L, Ks = 3,5 x 10-5), maka tak
terjadi endapan dalam larutan strontium yang encer. Endapan larut dalam
asam asetat (perbedaan dari barium) dan dalam asam-asam mineral, oleh
sebab-sebab yang sama, seperti yang diuraikan pada barium.

7. Etanol bebas air dan eter


campuran 1+1 dari pelarut-pelarut ini, tidak melarutkan strontium nitrat
anhidrat, tetapi melarutkan strontium klorida anhidrat. Uji dapat dipakai
untuk pemisahan kalsium, strontium, dan barium.
Uji ini dapat dilakukan sebagai berikut: endapkan strontium sebagai
karbonat. Saring endapan, larutkan satu bagian darinya dalam asam klorida,
dan satu bagian lain dalam asam nitrat. Uapkan kedua larutan di atas kaca
arloji sendiri-sendiri sampai kering, panaskan residu sampai 180oC selama
30 menit, dan coba larutkan residu dalam ml pelarut.

8. Uji kering (pewarnaan nyala).


Senyawa-senyawa stroantium yang mudah menguap, terutama kloridanya,
memberi warna merah-karmin yang khas pada nyala bunsen yang tak
cemerlang.

Kalsium (Ca)
Kalsium adalah logam putih perak, yang agak lunak. Yang melebur pada 845oC
ia terserang oleh oksigen atmosfer dan udara lembab, pada reaksi ini terbentuk
kalsium oksida dan kalsium hidroksida. Kalsium menguraikan air dengan
membentuk kalsium hidroksida dan hidrogen.

Kalsium membentuk kation kalsium (II), Ca 2+, dalam larutan-larutan air. Garam-
garamnya biasanya berupa bubuk putih dan membentuk larutan yang tak bewarna,
kecuali bila anionnya berwarna. Kalsium klorida padat bersifat higroskopis dan
sering digunakan sebagai zat pengiring. Kalsium klorida dan kalsium nitrat larut
dengan mudah dalam etanol atau dalam campuran 1+1 dari etanol bebas-air dan
dietil eter.
Reaksi-reaksi :
1. Larutan amonia
tak ada endapan, karena kalsium hidroksida larut cukup banyak. Dengan zat
pengendap yang telah lama dibuat, mungkin timbul kekeruhan karena
terbentuknya kalsium karbonat.

2. Larutan amonium karbonat


Ca2+ + CO32- CaCO3 ( endapan amorf putih kalsium karbonat )
Dengan mendidihkan, endapan menjadi berbentuk kristal. Endapan larut dalam
air yang mengandung asam karbonat berlebihan (misalnya, air soda yang baru
dibuat), karena pembentukan kalsium hidrogen karbonat yang larut :
CaCO3 + H2O + CO2 Ca2+ + 2HCO3-
Dengan mendidihkan, endapan muncul lagi karena karbondioksida keluar
selama proses itu sehingga reaksi berlangsung kearah kiri. Ion-ion barium dan
sromtium bereaksi serupa.

Endapan larut dalam asam, bahkan dalam asam asetat :


CaCO3 + 2H+ Ca2+ + H2O + CO2
CaCO3 + 2H3COOH Ca2+ + H2O + CO2 + 2CH3COO-
Kalsium karbonat larut sedikit dalam larutan garam-gaaram amonium dari asam
kuat.

3. Asam sulfat encer


Ca2+ + SO42- CaSO4 (endapan putih kalsium sulfat)
CaSO4 larut cukup berarti dalam air (0,61 gram Ca2+, 2,06 gram CaSO4 atau
2,61 gram CaSO4.2H2O l-1, Ks = 2,3 x 10-6) yaitu larut lebih banyak dari pada
barium

4. Kalsium sulfat jenuh


tak terbentuk endapan ( berbeda dengan barium dan stronsium ).

5. Larutan barium kromat


tidak terbentuk endapan dari larutan encer dan tidak pula dari larutan pekat
dengan adanya asam asetat.

6. Larutan amonium oksalat (NH4)2C2O4


Terbentuk endapan putih kalsium oksalat, segera dari larutan pekat dan lambat
dari larutan encer.
Ca2+ + (COO)22- Ca(COO)2
Proses pengendapan di permudah dengan menjadi larutan bersifat basa dengan
amonia.
Endapan praktis tidak larut dalam air, tak larut dalam asam asetat, tetapi larut
dengan mudah dalam asam asam mineral.

7. Larutan K2CrO4
Terbentuk endapan CaCrO4 yang berwarna kuning ketika di tambahkan K 2CrO4
dan alkohol.
Ca2+ + CrO42- CaCrO4
Endapan akan larut ketika di tambahkan asam asetat encer (CH3COOH)
CaCrO4 + 2H+ Ca2- + H2CrO4
Kalsium mudah di identifikasi dengan mengendapkan sebagai CaC2O4

2.3 Skema Pemisahan dan Identifikasi Kation Kelompok IV

Larutan dari hasil filtrat golongan III


Ditambahkan HNO3
Ditambahkan NH4Cl
Ditambahkan (NH4)2CO3

BaCO3, SrCO3, CaCO3 Larutan untuk kation golongan V


(endapan berwarna putih)
Dicuci dengan sedikit air panas,
buang air cucian
Ditambahkankan CH3COOH
Ditambahkan K2CrO4
Larutan dipanaskan

Larutan
BaCrO4
kuning)
(endapan berwarna Dicuci dengan sedikit air panas,
buang air cucian
Laruran diendapkan dalam HCl pekat
Diuapkan sampai hampir kering
Dilakukan uji nyala : memberi warna hijau
kekuningan (positif terdapat Ba2+)

Larutan
Ditambahkan NH3
Ditambahkan Na2CO3

SrCO3 dan CaCO3


Dicuci
(endapan berwarna putih) dengan sedikit air panas,
buang air cucian
Dilarutkan dalam CH3COOH
Ditambahkan (NH4)2SO4 dan
dipanaskan

SrSO4
(endapan warna Putih)
Dicuci dengan sedikit air panas,
buang air cucian
Laruran diendapkan dalam HCl
Diuapkan sampai hampir kering
Dilakukan uji nyala : memberi warna merah
keunguan (positif terdapat Sr2+)

Larutan
Ditambahkan (NH4)2C2O4

CaC2O4
(endapan berwarna
putih)
Dilakukan uji nyala : memberi warna
merah bata (positif Ca2+)

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kation dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat kation tersebut


terhadap beberapa reagensia tertentu.

Kation golongan IV terdiri dari kalsium (Ca), stronsium (Sr) dan


barium (Ba).

Salah satu cara identifikasi kation adalah pemisahan kation golongan


IV dengan menggunakan ammonium karbonat sebagai reagensia.

Kation golongan IV memiliki karakteristik menghasilkan endapan


putih ( CaCO3, SrCO3, BaSO3) jika di reaksikan dengan ammonium
karbonat.
DAFTAR PUSTAKA

Haryad, 1990, ilmu kimia analikit, Jakarta, PT.gramedia

Svehla, 1985, buku teks analisis anorganik kualitatif makro dan semimakro, Jakarta,
PT.Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai