ICHTYOLOGI
Rani Ekawaty,S.Pi.,M.Env.Man
Disusun oleh :
Kelompok 05
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, pada akhirnya penulis
dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum ichtyologi. Adapun laporan akhir
praktikum ichtyologi ini untuk memenuhi tugas Ichtyologi di Fakultas Kelautan
dan Perikanan, Universitas Udayana.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu
dalam penulisan laporan akhir praktikum ichtyologi ini, terima kasih kepada Ayu
Putu Wiweka Krisna Dewi S,ST.Pi.,MP , Endang Wulandari S,S.Pi.,MP , serta
Rani Ekawaty,S.Pi.,M.Env.Man selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Ichtyologi
dan Penanggungjawab Praktikum Ichtyologi yang telah memberikan tugas ini
kepada penulis serta Ahmad Fauzi selaku Asisten Dosen mata kuliah Ichtyologi
yang telah membantu jalannya praktikum ichtyologi.
Penulis sangat berharap laporan akhir prktikum ichtyologi ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai
ciri meristik, morfologi, dan morfometrik pada ikan. Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan akhir praktikum ichtyologi
ini terdapat kekurangan - kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan.
Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun dan guna lebih menyempurnakan laporan
akhir praktikum ichtyologi ini.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER..............................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................
DAFTAR ISI......................................................................
2
DAFTAR GAMBAR..............................................................
DAFTAR TABEL................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1...........................................................................Latar Belakang
.................................................................................................
1.2.........................................................................................Tujuan
.................................................................................................
1.3......................................................................................Manfaat
.................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Ikan........................................................................
2.2 Bentuk Tubuh Ikan................................................................
2.3 Bentuk dan Tipe Mulut Ikan..................................................
2.4 Gigi Ikan................................................................................
2.5 Bentuk Tulang Tapis Insang...................................................
2.6 Sisik Ikan.............................................................................
2.7 Sirip Ikan.............................................................................
2.8 Sirip Ekor Ikan.....................................................................
2.9 Meristik Ikan.......................................................................
2.10 Morfometrik Ikan..............................................................
2.11 Ikan Tongkol ( Euthynnus affinis ).....................................
2.12 Ikan Kakatua ( Chlorurus sordidus )..................................
2.13 Ikan Barracuda ( Sphyraena barracuda )..........................
2.14 Ikan Kerapu Lumpur ( Ephinepelus bleekeri )...................
2.15................................................ Ikan Lele Lokal ( Clarias batrachus
.............................................................................................
2.16 Ikan Pari Kelapa ( Trygon sephen )...................................
3.2 Bahan..................................................................................
3.2.1 Bahan Praktikum Pertemuan I.......................................
3.2.1 Bahan Praktikum Pertemuan II.......................................
3.2.1 Bahan Praktikum Pertemuan III.......................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Klasifikasi............................................................................
4.1.1 Praktikum I....................................................................
4.1.2 Praktikum II...................................................................
4.1.3 Praktikum III..................................................................
4.2 Perhitungan Meristik..................................................................
3
4.2.1 Hasil Perhitungan Meristik Ikan klasifikasi Ikan Kakatua
(Chlorurus sordidus) dan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis).............
4.2.2 Hasil Perhitungan Meristik Ikan klasifikasi Ikan Kerapu Lumpur (
Ephinepelus bleekeri) dan Ikan Barakuda ( Sphyraena barracuda ).....
4.2.3 Hasil Perhitungan Meristik Ikan klasifikasi Ikan Lele Lokal
( Clarias batrachus) dan Ikan Pari Kelapa ( Trygon sephen ).............
4.3 Perhitungan Morfometrik...........................................................
4.3.1 Hasil Pengukuran Morfometrik pada Praktikum I ................
4.3.1 Hasil Pengukuran Morfometrik pada Praktikum II................
4.3.1 Hasil Pengukuran Morfometrik pada Praktikum III...............
4.4 Pengamatan Morfologi...............................................................
4.4.1 Pengamatan Morfologi Ikan Kakatua (Chlorurus sordidus) dan Ikan
Tongkol (Euthynnus affinis)..........................................................
4.4.2 Pengamatan MorfologiIkan Kerapu Lumpur ( Ephinepelus bleekeri) dan
Ikan Barakuda ( Sphyraena barracuda )...........................................
4.4.3 Pengamatan Morfologi Ikan Lele Lokal ( Clarias batrachus) dan Ikan
Pari Kelapa ( Trygon sephen )........................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.........................................................................
5.2 Saran..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRA
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR TABEL
5
Tabel 4.13 Pengamatan Morfologi Ikan Kakatua (Chlorurus sordidus) dan
Ikan Tongkol (Euthynnus affinis).......................................................
Tabel 4.14 Pengamatan Morfologi Ikan Kerapu Lumpur ( Ephinepelus
bleekeri) dan Ikan Barakuda ( Sphyraena barracuda )......................
Tabel 4.15 Pengamatan Morfologi Ikan Lele Lokal ( Clarias batrachus)
dan Ikan Pari Kelapa ( Trygon sephen )................................................................
6
7
BAB 1
PENDAHULUAN
1
ilmiah (Nelson, 2006). Dengan jumlah sebesar itu, ikan menduduki persentase
terbesar (48,1%) di antara hewan vertebrata. Dari beberapa catatan ternyata di
Indonesia spesies ikan air tawar yang telah teridentifikasi sekitar 1000 spesies,
sedangkan ikan air laut sekitar 2700 spesies, dan diperkirakan masih ada spesies
yang belum teridentifikasi. Saat ini masih banyak spesies baru, dan temuan
spesies baru ini akan terus berlangsung (Rahardjo, 2011).
1.2 Tujuan
Adapun beberapa tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui ciri morfologi pada ikan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui ciri meristik pada ikan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui ciri morfometrik pada ikan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari beberapa jenis ikan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan
mengenali ciri morfologi, meristik, dan morfometrik yang terdapat pada tubuh
ikan. Selain itu, praktikan juga diharapkan dapat mengetahui klasifikasi dari ikan
yang dipraktikumkan. Adapun manfaat dari hasil laporan praktikum ini
diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan informasi bagi
pihak-pihak yang memerlukannya dan dapat juga diterapkan dalam berbagai
kepentingan yang berhubungan dengan praktikum ini dimasa yang akan datang .
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.2 Bentuk dan bagian tubuh ikan hiu secara umum
(Sumber: Majid, 2004)
3
Gambar 2.3 Bentuk dan bagian tubuh ikan pari secara umum
(Sumber: Majid, 2004)
Pada ikan pada umumnya bagian tubuh dibagi menjadi tiga bagian yakni
bagian kepala, badan dan ekor, namun pada setiap jenis ikan ukuran bagian-
bagian tubuh tersebut berbeda-beda tergantung jenis ikannya. Adapun organ-organ
yang terdapat pada setiap bagian tersebut adalah:
1. Bagian kepala yakni bagian dari ujung mulut terdepan hingga hingga ujung
operkulum (tutup insang) paling belakang. Adapun organ yang terdapat pada
bagian kepala ini antara lain adalah mulut, rahang, gigi, sungut, cekung hidung,
mata, insang, operkulum, otak, jantung, dan pada beberapa ikan terdapat alat
pernapasan tambahan, dan sebagainya.
2. Bagian badan yakni dari ujung operkulum (tutup insang) paling belakang
sampai pangkal awal sirip belang atau sering dikenal dengan istilah sirip dubur.
Organ yang terdapat pada bagian ini antara lain adalah sirip punggung, sirip
dada, sirip perut, hati, limpa, empedu, lambung, usus, ginjal, gonad, gelembung
renang, dan sebagainya.
3. Bagian ekor, yakni bagian yang berada diantara pangkal awal sirip
belakang/dubur sampai dengan ujung terbelakang sirip ekor. Adapun yang ada
pada bagian ini antara lain adalah anus, sirip dubur, sirip ekor, dan pada ikan-
ikan tertentu terdapat scute dan finlet, dan sebagainya (Rahardjo, 1985).
4
Gambar 2.4 Bagian tubuh ikan
(Sumber: Bond, 1979)
2.2 Bentuk Tubuh Ikan
Bentuk tubuh ikan sangat bervariasi meskipun pola dasarnya sama, yaitu
kepala, badan, ekor. Umumnya bilateral simetris, kecuali ordo
Pleurponectifomes yang mempunyai non bilateral simetris, misalnya ikan ilat-
ilat (Cyonoglossusmonopus). Bentuk tubuh ikan akan beradaptasi dengan cara,
tingkah laku, dan kebiasaan hidup di dalam suatu habitat hidup ikan (Rahardjo,
1985).
Menurut Nontji (1993), untuk mengetahui atau menduga cara hidup ikan
dapat diketahui dengan mengamati bentuk tubuh dari ikan. Bentuk tubuh ikan
terdiri dari:
5
5. Filiform (seperti benang), terdapat pada family Nemichtyuae. Bentuk
tubuh panjang seperti benang dan sangat tipis.
6. Globiform (bentuk bola), bentuk bola akan tampak ketika ikan dalam
keadaan bahaya karena ikan akan mengembangkan tubuhnya semaksimal
mungkin. Contohnya family Tetraodontidae.
7. Taeniform (seperti pita), terdapat pada family Trachypterydae dan
Trichiuridae.
8. Sagitiform (bentuk pipih), contohnya pada ikan Pike dari family
Esociadae dan family Lepisostidae. Bentuk tubuh ikan memanjang, sirip
tunggalnya terletak jauh di belakang dekat sirip ekor.
9. Bentuk kombinasi, contohnya pada family Claridae dan Pengasiudae.
Mempunyai kepala yang picak, badan yang membundar dan lonjong
serta bagian ekor yang pipih.
6
Gambar 2.6 Bentuk-bentuk tubuh kombinasi. A. Famili Pegasidae; B. Famili
Ostraciidae; C. Famili Ictaluridae; D. Famili Syngnathidae (ikan Tangkur kuda)
(Sumber: Bond, 1979)
2.3 Bentuk dan Tipe Mulut Ikan
Bentuk dan tipe mulut merupakan penyesuaian terhadap makanan yang
menjadi kesukaannya. Ukuran dari mulut ikan juga memberikan petunjuk
terhadap kebiasaan makanannya. Bibir yang kecil tanpa adanya modifikasi
biasanya makanannya bentuknya kecil sedangkan mulut dengan tipe inferior dan
bibir yang berdaging tebal memperoleh makanan dengan cara menghisap
(Rahardjo, 1985).
Menurut Rahardjo (1985), mulut ikan dibagi menjadi empat tipe yaitu:
1. Tipe Terminal, yaitu mulut ikan terletak di ujung kepala ikan.
2. Tipe Sub terminal, yaitu mulut ikan terletak di dekat ujung kepala ikan.
3. Tipe Superior, yaitu mulut ikan terletak di bagian atas kepala.
4. Tipe Inferior, yaitu mulut ikan terletak di bagian bawah kepala.
7
Gambar 2.7 Tipe-tipe utama letak mulut (a) terminal, (b) sub-terminal, (c)
inferior, dan (d) superior
Menurut May dan Maxwell (1986), tipe gigi pada ikan dapat dibedakan
menjadi 6, yaitu : (a) tricuspid, (b) conical, (c) canince, (d) incisor, (e) viliform
dan (f) molariform. Selain keenam gigi tersebut pada beberapa ikan dilengkapi
dengan gigi tambahan diantaranya gigi langit-langit (palatine feeth), gigi pharinx
(pharingeal feeth) dan gigi vormer, pada jenis ikan tertentu memiliki lebih dari
satu tipe gigi.
8
penggrogot, dan ikan pemakan tumbuh tumbuhan (herbivora) pada umumnya
tumbuh medium. Artinya tidak pendek dan juga tidak panjang, agak lentur, serta
agak jarang. Hal ini dapat dilihat pada ikan tawes dan ikan mujair.
9
3. Ganoid, sisik ganoid tumbuh dari atas dan bawah. Terdiri dari beberapa
lapisan :
1) ganoid, yang materialnya terdiri dari garam-garam anorganik
2) cosmine, lapisannya kuat dan noncellular
3) isopedine, yang terdiri dari substansi tulang, terdapat pembuluh-
pembuluh kecil.
4. Cycloid, disebut juga sisik lingkaran, membentuk gerigi pada bagian
belakang, memiliki bentuk bulat, tipis transparan dan mengandung
dentine. Susunan sisik seperti gunting sehingga mengurangi gesekan
dengan air maka dari itu ikan dapat berenang dengan cepat.
5. Ctenoid, disebut juga sisik sisir, sisik ini memiliki bentuk gerigi, hampir
sama dengan cycloid, namun bagian posteriornya dilengkapi dengan ctenii.
10
penjaga keseimbangan. Sirip yang berjumlah sepasang fungsinya sebagai alat
gerak, sedangkan sirip ekor untuk kemudi (Rahardjo, 1985).
Menurut Rahardjo (1985), pada ikan terdapat lima macam sirip, yaitu:
1. Pinna dorsalis (dorsal fin)
Adalah sirip yang berada di bagian punggung ikan dan berfungsi dalam
stabilitas ikan ketika berenang. Bersama-sama dengan pinna analis
membantu ikan untuk bergerak memutar.
2. Pinna pectoralis (pectoral fin)
Adalah sirip yang terletak di posterior operculum atau pada pertengahan
tinggi pada kedua sisi tubuh ikan. Fungsi sirip ini adalah untuk pergerakan
maju, ke samping dan diam (mengerem).
3. Pinna ventralis (ventral fin)
Adalah sirip yang berada pada bagian perut. ikan dan berfungsi dalam
membantu menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu, juga berfungsi
dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.
4. Pinna analis (anal fin)
Adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah posterior
anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan.
5. Pinna caudalis (caudal fin)
Adalah sirip ikan yang berada di bagian posterior tubuh dan biasanya
disebut sebagai ekor. Pada sebagian besar ikan, sirip ini berfungsi sebagai
pendorong utama ketika berenang (maju) clan juga sebagai kemudi ketika
bermanuver.
6. Adipose fins
Adalah sirip yang keberadaannya tidak pada semua jenis ikan. Letak sirip
ini adalah pada dorsal tubuh, sedikit di depan pinna caudalis.Sirip Ekor
Ikan.
11
Gambar 2.11 Posisi sirip-sirip pada tubuh ikan
(Sumber: Lagler et al ., 1977)
2.8 Sirip Ekor Ikan
Kent (1954) membagi bentuk ekor ikan atas empat macam. Pembagian ini
berdasarkan perkembangan arah ujung belakangnotochord atau vertebrae, yaitu:
12
terdapat pada ikan Dipnoi dan Latimeria menadoensis (Pouyaud,
Wirjoatmodjo, Rachmatika, Tjakrawidjaja, Hadiaty & Hadie, 1999).
13
6. Forked / Furcate (bercagak), misalnya pada ikan cipa-cipa (Atropus
atropos (Bloch & Schneider, 1801)).
7. Lunate (bentuk sabit), misalnya pada ikan tuna mata besar (Thunnus obesus
(Lowe, 1839)).
8. Epicercal (bagian daun sirip atas lebih besar), misalnya pada ikan cucut
martil (Eusphyra blochii (Cuvier, 1816)). - Hypocercal (bagian daun sirip
bawah lebih besar), misalnya pada ikan terbang (Exocoetus
volitans Linnaeus, 1758).
14
Penghitungan sirip yang sering digunakan dalam identifikasi adalah sirip
punggung, sirip perut, sirip dubur, dan sirip dada. Sedang sirip ekor hanya
dihitung pada kelompok ikan tertentu. Perhitungan sirip dibedakan antara jumlah
jari-jari keras dan jari-jari lunak (Nurdawati dkk., 2007).
Sifat-sifat dari Meristik yaitu:
a Sirip
Pada pokoknya bentuk sirip ikan ada 2 macam, yakni sirip tunggal
seperti : sirip ekor (caudal fin), sirip punggung (dorsal fin) dan sirip dubur
(anal fin) serta sirip berpasangan, yakni : sirip dada (pectoral fin) dan sirip
perut (ventral fin). Berdasarkan letak siripnya ikan diberi nama dan
dilambangkan dengan huruf awal dari nama sirip tersebut. Misalnya, C
(sirip ekor = caudal fin), A (sirip dubur = anal fin), dll (Affandi, 1992).
b Jari-Jari Sirip
Jari-jari sirip ikan terdiri dari 3 jenis yang dapt dilihat secara visual dengan
menggunakan loope atau mikrsocope, yaitu :
- Jari-jari keras : berbentuk seperti duri, tajam, keras, tidak berkuku,
tidak beruas dan pejal. Dalam penulisan jumlahnya dinyatakan dengan
angka romawi besar. Contoh : I, III, IV, V, X
- Jari-jari lunak : dari aspek lateral terlihat ada sebagian vertikal-
simetris, berbentuk seperti tulang rawan, dapat dibengkokkan,
berbuku-buku, beruas-ruas. Dalam penulisan jumlahnya dinyatakan
dengan angka arab (angka biasa). Contoh : 1, 2, 3, dll.
- Jari-jari lunak mengeras : bentuk lateral seperti duri yang sisi posterior
atasnya bergigi halus, bentuk frontal terdiri dari 2 bagian vertikal,
simetris. Tidak keras, tidak bercabang serta beruas-ruas. Dalam
penulisan jumlahnya dinyatakan dengan angka romawi kecil. Contoh :
iii, iv, v.
Rumus sirip yaitu suatu rumus yang menggambarkan bentuk-bentuk
dan jumlah serta bentuk jari-jari sirip. Menghitung jari-jari sirip yang
berpasangan dilakukan rumus pada sirip yang terletak pada sisi sebelah
kiri. Cara penuliasn rumus sirip adalah :
- Tulis lambag dari sirip yang dimaksud, misal D (Dorsal fin)
- Tulis jumlah jari-jari sirip yang terdapat, berturut-turut dari jari-jari
keras, jari-jari lunak mengeras dan jari-jari lunak sesuai dengan
aturan penulisan. Contoh : D IV.ii.5
- Jika dari sejumlah sampel ikan jumlah jari-jari sirip bervariasi,
dapat ditulis jumlah paling sedikit dan paling banyaknya. Contoh :
D III IV. ii iii. 5-6
- Jika jenis ikan tersebut memiliki 2 sirip dorsal dapat ditulis ; D1
VI.ii D2 ii. 7, (Affandi, 1992).
15
c Garis rusuk Lateral dan Garis rusuk Transversal (Linea Lateralis dan
Linea transversalis)
Pada sisi lateral ikan terlihat adanya satu atau lebih garis
memanjang, melengkung ke atas atau ke bawah, lengka atau terputus, yang
dibentuk oleh barisan sisik berpori dan dikenal sebagai linea lateralis
(ditulis L1 atau LL).
Perhitungan sisik pada linea lateralis ini dimulai dari ujung anterior
tutup insang terbelakang hingga bagian caudal peduncle (pangkal batang
ekor). Jika ada lebih dari satu linea lateralis maka yang dihitung adalah
yang terletak di tengah, sedangkan jika linea lateralis itu tidak jelas atau
tidak ada maka jumlah sisik yang dhitung yaitu ditempat biasanya garis
rusuk itu berada. Jumlahnya ditulis dengan huruf arab (angka biasa).
Contoh penulisannya :
L L 30 32 ( L L terdiri dari 30 32 sisik)
L L 18 -20 ; 12 -14 ( Jika L L terputus) berarti L L terdiri dari 18 20 sisik
berpori di bagian anterior dan sebanyak 12 14 sisik berpori di bagian
posterior yang terputus dengan bagian anteriornya.
Selain linea lateralis, sifat lain yang penting adalah garis rusuk
transversalis (ditulis Ltr) yang menunjukkan jumlah barisan sisik yang
terletak dibagian dorsal ventral (atas bawah) linea lateralis. Ltr dihitung
dengan cara menarik sebuah garis lurus searah miringnya barisan sisik
vertikal mulai dari anterior dasar sirip dorsal ke arah ventral hingga perut.
Apabila garis ini mulai dasar sirip perut maka jumlah sisik Ltr dibawah
sisik berpori dihitung dengan menarik garis lurus dari anterior dasar sirip
dubur ke arah dorsal. Sisik dibagian dorsal ataupun ventral biasanya
mencangkup kedua sisi tubuh, sehingga dalam penulisan bagian ini
dianggap mempunyai 0,5 sisik. Contoh : Ltr 4,5.1.5,5 artinya linea
tranversalis terdiri dari 4,5 buah sisik dorso-tranversal (antara bagian
dorsal sampai sisik berpori), 1 buah sisik berpori dan 5,5, buah sisik
ventral-tranversal (barisan sisik antara sisik berpori sampai bagian ventral)
(Affandi, 1992).
Morfometrik merupakan salah satu cara untuk mendeskripsikan jenis ikan dan
menentukan unit stok pada suatu perairan dengan berdasarkan atas perbedaan
morfologi spesies yang diamati. Pengukuran morfometrik dapat dilakukan antara
lain panjang standar, moncong atau bibir, sirip punggung, atau tinggi batang ekor
(Rahmat, 2011).
16
Karakterisasi populasi bisa dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya
menggunakan analisis morfometrik (Tschibwabwa, 1997; Sudarto, 2003;
Gustiano, 2003). Morfometrik adalah perbandingan ukuran relatif bagian-bagian
tubuh ikan yang mencerminkan perbedaan morfologi antar individu dan data yang
dihasilkan adalah data yang tidak terpisah atau continous data (Manly, 1989 diacu
oleh Muflikah dan Arif, 2009).
Bagian tubuh yang diukur yaitu :
1 TL (Total Lenght) : panjang total
tubuh, jarak antara bagian anterior
kepala sampai bagian posterior ekor
2 FL (Forked Lenght): jarak antara
bagian anterior kepala sampai bagian
lekukan ekor (bila ekor ikan tersebut
forked)
3 SL (standart lenght): jarak antara
bagian anterior kepala sampai dengan
pangkal ekor (batas terakhir ekor dapat
digerakkan)
4 PreDL (PreDorsal Lenght) : jarak
antara bagian anterior kepala sampai
bagian anterior dasar sirip dorsal
5 OrbL (Orbital Lenght) : jarak
antara kedua bagian terluar kelopak mata
6 EyeL (Eye Lenght) : Garis tengah
dari rongga mata
7 CpedL (Caudal Peduncle Lenght) : jarak
antara pangkal ekor denagn bagian
posterior dasar sirip dubur
8 Panjang rahang atas: Panjang
bagian atas rahang ikan
9 Panjang rahang bawah :
panjang bagian bawah rahang ikan
10 HdL (Head Lenght) : jarak
antara bagian anterior kepala dengan
bagian posterior operculum
11 SntL (Snout Lenght) : jarak
antara bagian anterior kepala dengan
bagian anterior kelopak mata
12 Post Orbital Lenght : jarak
antara bagian posterior kelopak mata
dengan bagian posterior operculum
17
13 Tinggi Kepala : jarak terbesar
antara dorsal dan ventral bagian kepala
14 Tinggi Badan : jarak terbesar
antara dorsal dan ventral bagian tubuh
ikan
15 Tinggi Pipi : jarak antara
rongga mata dengan bagian anterior dari
operculum
16 Tinggi bawah mata : jarak
antara kelopak mata bawah dengan
rahang bawah
17 Tebal badan / kepala : jarak
terbesar antara kedua sisi badan / jarak
terbesar antara dua tutup keping insang
antara kedua sisi kepala
18 Panjang dasar Sirip D / A : jarak
antara pangkal jari-jari pertama dan
tempat selaput sirip dibelakang jari-jari
terakhir bertemu dengan badan. Jarak ini
diukur melalui badan sirip.
19 Tinggi sirip D / A : panjang
terbesar menurut arah jari-jari sirip dari
pangkal ke ujung sirip
20 Panjang sirip P / V :
panjang terbesar menurut arah jari-
jari sirip dari ujung sampai pangkal
(Affandi et al., 1992).
18
Gambar 2.14Pengukuran morfometrik dalam identifikasi ikan
Sumber : chaerudin,2008
Gambar 2.15 Ikan Tongkol ( Euthynnus affinis )
Menurut saanin, 1984 klasifikasi ikan tongkol ini adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
19
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Famili : Scombridae
Genus : Euthynnus
Ikan tongkol ini memiliki bagian kepala memanjang dan agak meruncing
dengan mulut yang meruncing kebawah, selain itu memiliki bagian kelapa
berawarna abu abu yang mengkilat. Bagian badan memanjang dengan bentuk
pipih disertai dengan adanya sirip punggung, dubur, perut dan juga dada pada
bagian pangkal melengkung pada tubuh. sehingga bagian sirip tersebut dapat
dilipat masuk kedalam lekukan tersebut. Dan bagian belakang dari sirip punggung
dan sirip dubur tersebut merupakan sirip tambahan kecil yang disebut dengan
finlet. ( Djunhanda, 1981 ).
20
Menurut saanin, 1984 klasifikasi ikan tongkol ini adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Scaridae
Genus : chlorurus
jenis kelamin ikan kakatua selalu jantan. Warna ikan pada tahap awal
didominasi warna coklat dan abu-abu, sedangkan pada tahap terminal warna ikan
kakatua berubah menjadi biru, hijau dan merah muda, keterpaduan warna ini
sangat kompleks. Jadi untuk keperluan identifikasi ikan kakatua biasanya
didasarkan pada pola warna (FAO 2001).
Selama ini, para peneliti mengalami kesulitan bertahun-tahun untuk
mengidentifikasi ikan kakatua dan kebanyakan peneliti bergantung pada
morfologi eksternal yaitu pola warna sebagai kriteria yang paling mendasar untuk
identifikasi. Pendekatan seperti ini menyulitkan mengingat sebagian besar spesies
ikan kakatua memiliki pola warna yang kompleks, yang disebabkan oleh
perubahan seksual. Identifikasi dengan cara mengawetkan spesimen sangat
terbatas karena pola-pola warna biasanya hilang jika di awetkan (Bellwood 1994).
Secara umum ikan kakatua termasuk ikan karang, sebagian besar ikan
karang memiliki tubuh yang kecil, jenis ikan dengan ukuran lebih besar dari 200-
21
300 mm jarang ditemui. Hal ini memungkinkan mereka berlindung di celah-celah
sempit karang, lubang, cekungan dan di antara daun-daun lamun. Adaptasi lain
yaitu bentuk tubuhnya cenderung disesuaikan agar bisa berlindung di dasar
perairan (Wooton,1992). Ikan kakatua memilik efek positif pada kesehatan
terumbu karang (Barclay,2009). Variasi dalam pola dan intensitas warna
dipengaruhi oleh sejumlah faktor ekologi termasuk kedalaman, jenis substrat,
kekeruhan dan waktu (Venkataramani & Jayakumar, 2006).
Sumber : Assa,2015
Gambar 2.6.1 Ikan barakuda Sphyraena barracuda
22
memegangnya. Sirip punggung pertama memiliki 5 duri, dan yang kedua 10 duri.
Terdapat sekitar 75-90 sisik sepanjang garis lateral. Insang ikan barakuda hampir
berbentuk bulatan. Rahang lebih pendek dari pada rahang bawah. Seekor ikan
Barakuda besar dewasa memiliki bercak hitam yang tidak beraturan pada sisi
bawah perutnya, terutama yang didekat ekor (Suryanto, 2013)
Warna punggung ikan barakuda abu-abu kebiruan, warna badan bagian bawah
keperak-perakan, terdapat 18-23 ban-ban yang membentuk sudut melintang badan
melalui garis rusuk. Kedua sirip punggungnya biru kehitaman dan pada ujung
sirip dubur warnanya agak gelap. Warna sirip-siripnya kuning ke abu-abuan, pada
bagian ujung dari sirip punggung kedua, dubur, dan ekor, berwarna putih
(Purnomowati dkk, 2008).
Ikan barakuda banyak ditemui didaerah perairan dangkal pada selat-selat,
semenanjung dan teluk-teluk dipantai, Terdapat dihampir semua lautan tropis dan
subtropis kecuali Samudera Pasifik Timur. Penyebarannya banyak ditemukan di
lepas pantai dan perairan pantai sekitar karang, dermaga, bangkai kapal
tenggelam, Gosong Pasir dan Padang Lamun (Suryanto, 2013). Beberapa spesies
yang cukup besar, seperti barakuda Eropa, barracouta atau SPET (S.
sphyraena), ditemukan di Laut Mediterania dan timur Atlantik, barakuda
India (S. jello) dan commerson barakuda (S. commersoni),terdapat di lautan India
dan Semenanjung Melayu dan Nusantara (Rocky, 2012).
23
Phylum : chordata
Subphylum : vertebrata
Kelas : actinopterygii
Subkelas : gnathostomata
Ordo : peciformes
Subordo : percoidei
Family : serranidae
Genus : ephinepelus
Species : Ephinepelus bleekeri
Ikan kerapu yang paling terkenal dan sering dibudidayakan di Indonesia
adalah Ikan kerapu lumpur. Adapun ciri-ciri kerapu lumpur secara morfologi
yaitu bentuk tubuh agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam,
maxillary lebar di luar mata, gigi-gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris,
terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada
bagian dorsal dan posterior (Purba, 1990). Warna dasar tubuh kerapu adalah
cokelat muda, yang sesuai dengan lingkungan hidupnya.
Ikan Kerapu Lumpur makanan utamanya adalah ikan-ikan kecil lainnya.
Warna dasar tubuh kerapu adalah coklat muda yang sesuai dengan lingkungan
hidupnya. Bulatan-bulatan merah atau cokelat terdapat pada kepala bagian atas,
tubuh, dan sirip. Pada kerapu besar jalur dan bulatan itu menghilang. Penyebaran
ikan ini sangat luas, mulai dari Laut Merah dan Afrika Selatan hingga Indonesia,
Philipina, Jepang, Hawaii, dan Australia (Ratna dkk., 2001). Selain itu, Ikan
kerapu lumpur memiliki badan yang berwarna dasar sawo matang dan pada
bagian bawah agak keputihan. Terdapat garis menyerupai pita yang berwarna
gelap, yang melintang pada badannya dalam jumlah sekitar 4-6 buah. Saat masih
muda, pada seluruh tubuhnya terdapat noda-noda berwarna merah sawo
(Murtidjo, 2002).
Ikan kerapu hidup di perairan pantai hingga mencapai kedalaman 60
meter. Terumbu karang yang banyak di temukan di perairan Indonesia
merupakan tempat hidupnya. Biasanya ikan ini berdiam diri di celah-celah batu
menanti mangsa. Makanan utamanya adalah ikan-ikan kecil lainnya. Habitat
ikan kerapu lumpur adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis Ulva
24
reiculata dan Gracilaha spp., Dan setelah dewasa hidup di perairan yang lebih
dalam dengan dasar yang terdiri atas pasir berlumpur (Purba, 1990).
Larva kerapu pada umumnya menghindari permukaan air pada siang hari,
sebaliknya pada malam hari lebih banyak ditemukan di permukaan air.
Penyebaran vertikal tersebut sesuai dengan sifat ikan kerapu sebagai organisme
yang pada siang hari lebih banyak bersembunyi di liang-liang karang sedangkan
pada malam hari aktif bergerak di kolom air untuk mencari makan (Anidiastuti,
2004).
25
batrachus juga memiliki empat pasang sungut yang terletak di sekitar mulut.
Sepasang sungut hidung, sepasang sungut mandibular luar, sepasang sungut
mandibular dalam, dan sepasang sungut maxilar. Secara anatomi dan morfologi
Clarias batrachus terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala,badan dan ekor.
Clarias batrachus memiliki ukuran kepala hampir seperempat dari ukuran
panjang tubuhnya dan bentuknya pipih ke bawah (depressed). Bagian atas dan
bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat yang membentuk ruangan rongga di
atas insang serta didalam ruangan ini terdapat alat pernapasan tambahan Clarias
batrachus berupa Arborescent Organ ( Affandy 1992). Clarias batrachus tergolong
ikan karnivora yang memiliki alat bantu pernafasan atau Arborescent organ,
sehingga sanggup hidup dalam kondisi oksigen terbatas dan tahan terhadap
kondisi limbah, Clarias batrachus dapat hidup dengan baik didataran rendah
sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu tinggi (Murtidjo 2001).
26
Gambar 2.20 Ikan Pari Kelapa ( Trygon sephen )
Ikan pari kelapa yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Ridwan dan
Murniarti, 1985):
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Chondrichtyes
Sub kelas : Elasmobranchii
Ordo : Batoidei
Famili : Trigonidae
Genus : Trygon
Spesies : Trygon sephen
Ikan Pari adalah ikan air laut yang memiliki sirip ekor seperti cambuk.
Ikan ini tidak mempunyai sirip punggung,sirip perut, sirip dada dan sirip
anus.Tetapi ikan pari mempunyai ekor seperti cambuk yang mempunyai duri
yang berbisa Ikan pari (batoid) adalah jenis ikan demersal yang mempunyai ciri
tubuh berbentuk belah ketupat, ekor seperti cambuk, bersirip ekor yang kecil
ujungnya, kulit p terdapat duri-duri beracun dan selaput kulit bagian bawah yang
menonjlicin dan berduri. Pada punggungnya yang berwarna merah sawo matang
mengkilaol berwarna biru (Kamalla.n 1988).
Pari termasuk ikan Agnatha (Ikan tidak memiliki rahang).Ikan pari
mempunyai mata dan lubang hidung yang terletak pada bagian atas atau bagian
depan dari kepalanya.Sedangkan mulut ,celah insang dan lekuk hidung terletal di
bagian bawah dari kepala ikan tersebut. (Kottelate, 1993).
Last dan Stevens (2009) menyatakan bahwa Ikan pari (famili Dasyatidae)
mempunyai variasi habitat yang sangat luas dengan pola sebaran yang unik.
Daerah sebaran ikan pari adalah perairan pantai dan kadang masuk ke daerah
pasang surut. Ikan pari biasa ditemukan di perairan laut tropis. Di perairan tropis
Asia Tenggara (Thailand, Indonesia, Papua Nugini) dan Amerika Selatan
(Sungai Amazon). Di perairan laut, ikan pari mempunyai peran ekologis yang
27
sangat penting, terutama sebagai predator bentos. Namun beberapa aspek biologi
(misalnya: reproduksi, diet dan fisiologi) ikan pari belum dikaji secara
menyeluruh (Allen, 2000)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
28
3.1.1 Praktikum I
Hari, Tanggal : Rabu, 15Maret 2017
Waktu : Pukul 16.00 WITA
Tempat : Laboratorium Perikanan Fakultas Kelautan dan Perikanan
3.1.2 Praktikum II
Hari, Tanggal : Senin, 20Maret 2017
Waktu : Pukul 16.00 WITA
Tempat : Laboratorium Perikanan Fakultas Kelautan dan Perikanan
3.2 Alat
Tabel 3.1 Alat Yang Digunakan Dalam Praktikum
29
4 Benang Untuk mengukur bagian
tubuh ikan
6 Talenan Sebagaitempatmeletakkanika
n
30
12 Nampan Sebagai tempat meletakkan
alat dan bahan
3.3 Bahan
3.3.1 Bahan Praktikum Pertemuan Ke I
Tabel 3.2 Bahan Yang Digunakan Dalam Praktikum Pertemuan Ke I
31
o
1 Ikan Kerapu Lumpur Sebagaisampe
(Ephinephelusbleeker l yang diamati
i)
32
BAB IV
4.1 Klasifikasi
4.1.1 Praktikum I
A. Klasifikasi
Hasil dari praktikum 1 adalah klasifikasi Ikan Kakatua (Chlorurus
sordidus) dan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) adalah sebagai berikut dengan
didasari oleh sumber Forsskal, 1775.
Tabel 4.1 Kasifikasi Ikan Kakatua (Chlorurus sordidus) dan Ikan Tongkol
(Euthynnus affinis)
33
Genus Chlorurus Euthynnus
B. Literatur
Berikut adalah literatur Ikan Kakatua (Chlorurus sordidus) dan Ikan
Tongkol (Euthynnus affinis) yang berrhasil kami temukan dengan didasari oleh
sumber Forsskal, 1775 dan Choenrudin, 2008.
Tabel 4.2 Literatur Ikan Kakatua (Chlorurus sordidus) dan Ikan Tongkol
(Euthynnus affinis)
4.1.2 Praktikum II
A. Klasifikasi
Hasil dari praktikum 1 adalah klasifikasi Ikan Kerapu Lumpur (
Ephinephelus bleekeri) dan Ikan Barakuda (Sphyraena Barracuda) adalah sebagai
berikut dengan didasari oleh sumber Va, Ilant, 1878 dan Zipcodezoo, 2014.
Tabel 4.3 Klasifikasi Ikan Kerapu Lumpur ( Ephinephelus bleekeri) dan
Ikan Barakuda (Sphyraena Barracuda)
34
Klasifikasi Ikan Kerapu Lumpur Ikan Barakuda
( Ephinephelus bleekeri)
(Sphyraena
Barracuda)
B. Literatur
Tabel 4.4 Literatur Ikan Kerapu Lumpur ( Ephinephelus bleekeri) dan Ikan
Barakuda (Sphyraena Barracuda)
35
4.1.3 Praktikum III
A. Klasifikasi
Hasil dari praktikum 1 adalah klasifikasi Ikan Lele Lokal (Clarias
batrachus) dan Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus) adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Klasifikasi Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus) dan Ikan Lele
Lokal (Clarias batrachus)
B. Literatur
36
Berikut adalah literatur Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus) dan Ikan Pari
Kelapa (Trygon sephen) yang berhasil kami temukan dengan didasari oleh sumber
dari Zakir, 2000 dan White, et al ,2006.
Tabel 4.6 Literatur Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus) dan Ikan Pari
Kelapa (Trygon sephen)
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Meristik Ikan klasifikasi Ikan Kakatua (Chlorurus
sordidus) dan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
37
Panjang Sirip V 1,2 cm 0,7 cm
Rumus Sirip
D. III.iii.3 D. viii
C. V-X.ii-iii.3-4
P. III-IV.iv-v.10 P. xxii
A . III.ii.4 A. Xi
Rumus L L 15 cm 15 cm
38
mengeras, ikan ini juga memilii linear lateralis yang berbentuk menyambung
sebnayak 1 buah.
Rumus Sirip
D. IX, xv D. D1 V D2 II.viii
P. 13 P. II. viii. 5
A . xi A . V. V
C . XV. Xiii
39
Dalam praktikum kedua ini kelompok kami menemukan bahwa Ikan
Kerapu Lumpur ( Ephinephelus bleekeri) memiliki Rumus sirip dengan sirip
dorsal sembilan buah tulang keras dan 15 buah tulang lunak mengeras, pada sirip
pectoral 13 tulang yang lunak, pada sirip anal terdapat 11 tulang keras melunak,
ikan ini juga memiliki 3 buah linear lateralis yang bentuknya terputus-putus.
Sedangkan pada Ikan Barakuda (Sphyraena Barracuda) memiliki lima tulang
keras di sirip dorsal pertama dan dua tulang mengeras serta delapan tulang lunak
mengeras pada sirip dorsal kedua, pada sirip pectoral terdapat dua tulang lunak
mengeras, delapan tulang lunak mengeras serta lima tulang lunak, pada sirip
ventral terdapat delapan tulang keras dan 3 tulang lunak mengeras, serta pada sirip
anal terdapat lima tulangmengeras, dan 5 tulang lunak mengeras, ikan ini juga
memilii linear lateralis yang berbentuk menyambung sebanyak 1 buah.
4.2.3 Hasil Perhitungan Meristik Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus) dan
Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus)
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Meristik Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus) dan
Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus)
Panjang Sirip A Cm Cm
Panjang Sirip D Cm Cm
Panjang Sirip P Cm Cm
Panjang Sirip V Cm Cm
Panjang Sirip C Cm Cm
Tinggi Sirip A Cm Cm
Tinggi Sirip D Cm Cm
Tinggi sirip P Cm Cm
40
Tinggi Sirip V Cm Cm
Rumus Sirip
Rumus L L
Bentuk / Jumlah L L
Ltr
TL 25,4 cm 26,5 cm
SL 21,5 cm 23,7 cm
FL - -
Hd L 6,3 cm 6,5 cm
41
Tinggi Kepala 5,7 cm 7,5 cm
42
4.3.2 Hasil Pengukuran Morfometrik Pada Praktikum II
TL 24,3 cm 25,4 cm
SL 23,7 cm 21,5 cm
FL - -
Hd L 6,5 cm 6,3 cm
43
cm, jarak antara kedua bagian terluar kelopak mata sebesar 4,0 cm, jarak antara
pangkal ekor denagn bagian posterior dasar sirip dubur sebesar 11,1 cm, tinggi
badan sebesar 7,0 cm, tinggi kepala sebesar 5,0 cm, tinggi pipi sebesar 5,0 cm,
tinggi bawah mata sebesar 2,1 cm, tebal badan sebesar 13,2 cm, dan tebal kepala
sebesar 12 cm.
TL
SL
FL -
Hd L
Pre D L
Snt L
44
Post Orb L
Eye L
Orb L
C Ped L
Tinggi Badan
Tinggi Kepala
Tinggi Pipi
Tebal badan
Tebal kepala
Pada praktikum ini kelompok kami menemukan bahwa Ikan Lele Lokal
(Clarias batrachus) memiliki panjang total tubuh cm, jarak antara bagian anterior
kepala sampai dengan pangkal ekor sebesar cm, jarak antara bagian anterior
kepala sampai bagian lekukan ekor sebesar cm, jarak antara bagian anterior kepala
dengan bagian posterior operculum sebesar cm, jarak antara bagian anterior
kepala sampai bagian anterior dasar sirip dorsal sebesar cm, jarak antara bagian
anterior kepala dengan bagian anterior kelopak mata sebesar cm, jarak antara
bagian posterior kelopak mata dengan bagian posterior operculum sebesar cm,
garis tengah dari rongga mata sebesar cm, jarak antara kedua bagian terluar
kelopak mata sebesar cm, jarak antara pangkal ekor denagn bagian posterior dasar
sirip dubur sebesar cm, tinggi badan sebesar cm, tinggi kepala sebesar cm, tinggi
pipi sebesar cm, tinggi bawah mata sebesar cm, tebal badan sebesar cm, dan tebal
kepala sebesar cm.
Sedangkan ikan Pari Kelapa (Trygon sephen ) memiliki panjang total
tubuh cm, jarak antara bagian anterior kepala sampai dengan pangkal ekor sebesar
cm, jarak antara bagian anterior kepala sampai bagian lekukan ekor sebesar cm,
jarak antara bagian anterior kepala dengan bagian posterior operculum sebesar
cm, jarak antara bagian anterior kepala sampai bagian anterior dasar sirip dorsal
sebesar cm, jarak antara bagian anterior kepala dengan bagian anterior kelopak
45
mata sebesar cm, jarak antara bagian posterior kelopak mata dengan bagian
posterior operculum sebesar cm, garis tengah dari rongga mata sebesar cm, jarak
antara kedua bagian terluar kelopak mata sebesar cm, jarak antara pangkal ekor
denagn bagian posterior dasar sirip dubur sebesar cm, tinggi badan sebesar cm,
tinggi kepala sebesar cm, tinggi pipi sebesar cm, tinggi bawah mata sebesar cm,
tebal badan sebesar cm, dan tebal kepala sebesar cm.
Tabel 4.13 Pengamatan Morfologi Ikan Kakatua (Chlorurus sordidus) dan Ikan
Tongkol (Euthynnus affinis)
Lain-lain - Finlet
Gambar Ikan
46
Pada praktikum ini kami menemukan ikan kakatua memiliki bentuk tubuh
compressiform, bentuk mulut terminal, bentuk gigi incisor, bentuk sisik cycloid,
jenis insang pemakan segala, bentuk ekor double emarginate, tipe ekor
homocercal, sedangkan ikan tongkol memiliki bentuk tubuh fussiform, memiliki
bentuk mulut superior, bentuk gigi viliform, bentuk sisik nya adalah ctenoid, jenis
insang pemakan plankton, bentuk ekor lunate dan tipe ekornya homocercal, serta
memiliki organ tambahan yang bernama finlet.
47
Lain- - -
lain
Gambar
Ikan
4.4.3 Pengamatan Morfologi Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus) dan Ikan
Lele Lokal (Clarias batrachus)
Tabel 4.15 Pengamatan Morfologi Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus) dan Ikan
Lele Lokal (Clarias batrachus)
48
Bentuk Sub terminal Inferior
Mulut
Bentuk - -
Sisik
Gambar
Ikan
49
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini, dapat diketahui cara menentukan ciri morfologi pada ikan
dengan cara mengamati bentuk tubuh dan bentuk organ luar pada ikan seperti
mengamati letak mulut, bentuk gigi, jenis ingsang, tipe ekor, dan bentuk ekor. Dan
untuk menentukan ciri meristik pada ikan biasanya melalui perhitungan atau
menghitung jumlah sisik pada bagian tubuh tertentu dan jumlah jari-jari sirip.
Sedangkan untuk menentukan ciri morfometrik dapat melalui pengukuran dengan
cara mengukur bagian-bagian tubuh ikan atau perbandingan dari ukuran bagian-
bagian tubuh ikan itu, adapun bagian tubuh yang diukur antara lain : Total length,
Forked Length, Standart Length, PreDorsal Length, Orbital Length, Eye Length,
Caudal Penducle Length, Head Length, Snout Length, PostOrbital Length, Tinggi
Badan, Tinggi Kepala, Tinggi Pipi, Tebal Badan, Panjang sirip, dan Tinggi Sirip.
Dan untuk mengetahui klasifikasi jenis ikan yang dimaksud melalui cara
identifikasi dengan mempelajari, meneliti, menguraikan dan menganalisaidentitas
50
dari seekor ikan sehingga dapat menentukan sifat atau ciri-ciri ikan tersebut yang
pada akhirnya dapat menentukan nama ilmiah ikan yang diidentifikasi.
Dikarenakan keanekaragamannya hasil pengamatan, identifikasi, perhitungan
dan pengukuran. Maka kami mengelompokkannya berdasarkan ikan yang
dipraktikumkan :
1. Ikan Tongkol
Ikan Tongkol yang mempunyainama ilmiah (Euthynnus affinis) memiliki
bentuk tubuh torpedo (fussiform), memiliki letak mulut superior, memiliki
bentuk gigi viliform, jenis insang pemakan plankton (plankton feeder),
memiliki bentuk sisik ctenoid, tipe ekor homocercal dan bentuk ekor lunate or
crescent. Ikan tongkol mempunyai organ tambahan berupa finlet yang terdapat
pada bagian pangkal ekor yang berfungsi sebagai penyeimbang saat berenang.
Ikan tongkol memiliki panjang total tubuh 26,5 cm, dan warna tubuhnya abu-
abu. Rumus sirip pada ikan ini adalah D-viii; P-xxii; V-III,2; A-xi.
2. Ikan Kakaktua
Ikan Kakaktua mempunyai nama ilmiah (Chlorurus sordidus), yang memiliki
bentuk tubuh pipih (compressed), memiliki letak mulut terminal, memiliki
bentuk gigi incisor, jenis insang pemakan campuran (omnivora), memiliki
bentuk sisik cycloid scales, tipe ekor homocercal dan bentuk ekor double
emarginate. Panjang total tubuh Ikan Kakatua 25,4 cm dan waran tubuhnya
hijau. Rumus sirip pada ikan kakaktua yaitu V 1II,I,2 V2 II,I,2; A III,ii,4; C V-X,
ii-iii, 3-4.
4. Ikan Barakuda
51
Ikan Barakuda mempunyai nama ilmiah (Sphyraena baracuda ) memiliki
bentuk tubuh seperti anak panah (sagittiform), memiliki letak mulut superior,
memiliki bentuk gigi canince, jenis insang seperti ikan buas (karnivora),
memiliki bentuk sisik cycloid scales, tipe ekor homocercal dan bentuk ekor
forked. Panjang total tubuh ikan barakuda 55 cm dan memiliki warna tubuh
abu-abu keperakan.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam melaksanakan praktikum, praktikan diharapkan tenang saat
melakukan pengamatan supaya suasana menjadi kondusif dan menggunakan
waktu sebaik-baiknya agar praktikan dapat memahami praktikum sepenuhnya
yang dilakukan dan praktikan diharapkan lebih teliti dan aktif agar lebih
52
memahami proses dan hasil praktikum supaya mendapatkan ilmu yang bermanfaat
dari praktikum itu sendiri.
53