Anda di halaman 1dari 18

Pengenalan Ilmu Nahwu ()

Pengertian Nahwu ()
Nahwu adalah ilmu yang mempelajari kaidah untuk mengenal fungsi-fungsi kata yang
masuk pada kalimat, mengenal hukum akhir kata, dan untuk mengenal cara mengirob.
(Mulakhos Qowaidul Lughoh).

Mengenal fungsi-fungsi kata yang masuk dalam kalimat.Seperti fungsinya sebagai


subjek (fail), objek (mafulun bihi), dll.
Mengenal hukum akhir kata.Seperti ( Ahmadu), harokat akhirnya adalah
dhommah, karena diakhiri dengan u.
Mengenal cara mengirobnya.Irob di dalam ilmu nahwu ada 4, rofa, nashob, jar, dan
jazm. InsyaAllah akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya.

Contoh kalimat:

( roa ahmadu ibrohiima)

= melihat = Ahmad

= Ibrahim.
Dari kalimat di atas,

kata berharokat akhir dhommah (Ahmadu),dan kata berharokat akhir fathah


(Ibrohiima).

Di dalam ilmu nahwu, akan dipelajari bahwa setelah kata kerja (dalam kalimat tersebut kata
kerjanya ), maka:

kata benda yang berharokat akhir dhommah fungsinya sebagai subjek,


dan yang berharokat akhir fathah fungsinya sebagai objek.

Sehingga kalimat tersebut diartikan, Ahmad melihat Ibrahim, bukan Ibrahim melihat
Ahmad, karena Ahmad sebagai subjek (yang berharokat akhir dhommah) dan Ibrahim
sebagai objek (yang berharokat akhir fathah).

Cara mengirobnya:

( roa) adalah kata kerja

adalah kata benda berfungsi subjek yang rofa dan tanda rofanya dengan dhommah.

adalah kata benda berfungsi objek yang nashob dan tanda nashobnya dengan fathah
Pembahasan tentang Irob rofa, nashob, jar, dan jazm akan dipelajari lebih detail pada
pembahasan-pembahasan berikutnya.

Pelajaran Nahwu 1 ()
Kata ()
Kata (dalam ilmu nahwu diistilahkan al-kalimah) terdiri dari 3 jenis.

1. Isim ( = )kata benda.


Yaitu kata yang menunjukkan makna orang, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda mati,
tempat, waktu, atau kata benda abstrak.
Contoh:

( rojulun) = seorang lelaki,

( asadun) = singa,
( zahrotun) = bunga,

( qomarun) = bulan,
( Alqoohiroh) = Kairo,

( yaumun) = hari,

( istiqlaalun) = kemerdekaan.
.
Kita dapat mengenal isim pada kalimat dengan ciri-ciri berikut:


Berakhiran kasroh, seperti , maka kata
adalah isim, sebab
berakhiran kasroh.
Berakhiran tanwin, seperti
, maka kata adalah isim, sebab

berakhiran tanwin.


Diawali dengan alim lam, seperti
, maka kata
adalah
isim sebab diawali alim lam.

Di dahului huruf jar (kata depan), seperti , karena



merupakan huruf jar, maka kata setelahnya yaitu adalah isim.

1. Fiil ( = )kata kerja.


Yaitu kata yang menunjukkan suatu makna yang berkaitan dengan waktu (lampau,
sekarang, dan akan datang).
Contoh:

( kataba) = dia (lk) telah menulis.


( yaktubu) = dia (lk) sedang/akan menulis.


1. Huruf ( = ) kata depan, kata penghubung, atau kata sambung.


Yaitu kata yang tidak bisa dipahami maknanya kecuali jika disandingkan dengan kata lain.
Contoh:

( min) = dari,

( ila) = ke,

( fi) = di,


( bi) = dengan,

( wa) = dan,

( aw) = atau,

( tsumma) = kemudian, dll.

Pelajaran Nahwu 2 ()
Setelah mempelajari kata (isim, fiil, dan huruf). kita masuki pembahasan baru, yaitu kalimat
sempurna. Dalam bahasa arab diistilahkan dengan
( jumlah mufidah).

Kalimat Sempurna ( )
Kalimat sempurna adalah setiap lafadz yang terdiri dari dua kata atau lebih dan memberikan
makna yang sempurna.
Misalnya :

o Lafadz ( Qooma Zaidun) = Zaid berdiri, terdiri dari dua kata dan memberikan
makna yang sempurna, maka dinamakan kalimat sempurna.

Lafadz ( Abu Aliyyin) = Bapaknya Ali , terdiri dari dua kata, tapi tidak memberikan
makna sempurna (tidak ada keterangan yang menjelaskan keadaan Bapak Ali), sehingga tidak
dapat dikatakan kalimat sempurna, baru dikatakan kalimat sempurna jika lafadznya
( Abu Aliyyin Mariidhun) = Bapaknya Ali sakit.

Peringatan!

Lafadz ( Ijlis) = duduklah, sekalipun hanya terdiri dari satu kata, tetapi dikategorikan
kalimat sempurna, sebab asal kalimatnya adalah
( Ijlis anta) = duduklah kamu,
hanya saja kata ( anta) nya tidak disebutkan.

Untuk selanjutnya kita ganti istilah kalimat sempurna dengan istilah jumlah mufidah.

Pembagian Jumlah Mufidah


Jumlah mufidah di dalam bahasa arab terbagi kepada dua:

1. Jumlah Ismiyyah.
Yaitu jumlah yang diawali dengan isim. Seperti:
( Ahmadu thoolibun) = Ahmad adalah seorang siswa. Jumlah
(kalimat) tersebut diawali dengan sehingga dinamakan jumlah
ismiyyah.

o Demikian juga dengan kalimat


( Zainabu taktubu risalaatan) =
Zainab menulis sebuah surat.

2. Jumlah Filiyyah.
Yaitu jumlah yang diawali dengan fiil. Seperti:

( Saafaro Muhammadun) = Telah berpergian Muhammad. Jumlah


(kalimat) tersebut diawali dengan
( Saafaro), dimana merupakan
fiil, sehingga dinamakan jumlah filiyyah.

Demikian juga kalimat



( Dhoroba al-waladu kalban) = Telah
memukul anak itu seekor anjing

Perhatian!

Dalam Bahasa Indonesia, kedua jumlah filiyyah di atas diterjemahkan :

Muhammad telah berpergian;


Anak itu telah memukul seekor anjing

Pelajaran Nahwu 3 ()
Pengertian Irob ()
Irob adalah perubahan akhir kata karena perbedaan amil yang masuk pada kata
tersebut, baik secara lafadz (jelas) atau muqoddaroh (tersembunyi). (Sumber: matan Al
Ajrumiyyah)

o perubahan
Maksudnya adalah perubahan dari dhommah ke fathah, dari fathah ke kasroh, dari
dhommah ke sukun, dst.
o akhir kata
Irob hanya membahas akhir kata saja, tidak di depan dan tidak di tengah kata.

o karena perbedaan amil yang masuk ke dalam kalimat.


Perbedaan amil akan mengakibatkan perbedaan kedudukan suatu kata di dalam
kalimat. Jadi perubahan akhir kata disebabkan oleh kedudukannya (sebagai subjek,
objek, dst) yang berbeda-beda di dalam kalimat.

o secara lafadz
Tanda akhir katanya jelas, terlihat, dan terbaca, seperti dhommah, fathah, kasroh.

atau muqoddaroh.
Tanda akhir katanya tidak terlihat dan tidak terbaca, dan ini dialami oleh kata-kata yang
berakhiran huruf illah (huruf berpenyakit). Huruf-huruf illah ada 3 : alif ( / ), ya (), dan
wawu ().

Contoh Irob
o Kalimat
( jaa-a Zaidun) = Zaid telah datang.

Kata ( Zaidun) berakhiran dhommah. Kenapa dhommah?


Karena amil dari kalimat ini (yaitu = telah datang) menyebabkan
kedudukan Zaid menjadi subjek (yang datang adalah si Zaid). Secara kaidah
(yang nanti akan lebih dijelaskan lagi), bahwa subjek ber-irob rofa, dan
tanda rofa adalah dhommah.

o Kalimat
( ro-aitu Zaidan) = Saya melihat Zaid.

Kata ( Zaidan) berakhiran fathah. Kenapa fathah?


Karena amil dari kalimat ini (yaitu = saya melihat) menyebabkan
kedudukan Zaid menjadi objek (yang dilihat adalah si Zaid). Secara kaidah
(yang nanti akan lebih dijelaskan lagi), bahwa objek ber-irob nashob, dan
tanda nashob adalah fathah.

( marortu bi Zaidin) = Saya berpapasan dengan Zaid.


Kalimat

Kata ( Zaidin) berakhiran kasroh. Kenapa kasroh?


Karena amil dari kalimat ini adalah huruf jarr (yaitu :
( bi) = dengan), dan setiap
kata benda yang didahului oleh huruf jarr, maka irobnya adalah jarr (khofadh), dan
tandanya adalah dengan kasroh.

Kata Zaid ( )pada ketiga kalimat di atas mengalami perubahan di akhir katanya secara
lafadz (jelas terlihat dhommah, fathah, dan kasrohnya). Jika kata Zaid ( )diganti dengan
Musa ( ), maka perubahannya tidak secara lafadz, tetapi secara muqoddaroh, karena
kata
mengandung huruf illah di akhirnya , yaitu alif (). Maka kalimatnya akan
menjadi:

o ( jaa-a Muusaa) = Musa telah datang.

o ( ro-aitu Muusaa) = Saya melihat Musa.



( marortu bi Muusa) = Saya berpapasan dengan Musa.

Perhatikan, kata ( )tidak terlihat mengalami perubahan, namun sebenarnya kata Musa
( )pada ketiga kalimat di atas mengalami perubahan (dhommah, fathah, dan kasroh)
seperti yang dialami oleh kata Zaid , akan tetapi perubahannya secara muqoddaroh
(tersembunyi).

Macam-macam Irob
Tadi sudah sekilas disinggung tentang macam-macam irob. Irob terdiri dari 4 macam:

1. Rofa ()

Tanda aslinya adalah dhommah

1. Nashob ( )

Tanda aslinya adalah fathah

1. Jarr ( ) , untuk selanjutnya kita gunakan jarr.


) atau Khofad (

Tanda aslinya adalah kasroh

1. Jazm (
)

Tanda aslinya adalah sukun

Catatan
o Catatan pertama:
isim (kata benda) hanya memiliki 3 jenis irob, yaitu rofa, nashob,
dan jarr.

fiil mudhori (kata kerja masa sekarang/akan datang), irobnya juga


3, yaitu rofa, nashob, dan jazm.

fiil madhi (kata kerja masa lampau), irobnya tidak ada, karena fiil
madhi tidak bisa mengalami perubahan pada akhir katanya.

huruf, irobnya juga tidak ada, huruf dihukumi mabni seperti fiil madhi, yaitu
tidak bisa mengalami perubahan pada akhir katanya.

o Catatan kedua:

Tidak semua isim memiliki irob.

Ada beberapa isim yang tidak bisa mengalami perubahan di akhir katanya,
seperti ( hadza) = ini, ( alladzi) = yang, ( mataa) = kapan, dll.
Isim-isim ini dinamakan isim mabni, sementara isim-isim yang dapat
mengalami perubahan di akhir katanya (yang memiliki irob) dinamakan isim
murob.

o Catatan ketiga:

Tidak semua tanda rofa itu dhommah, tanda nashob itu fathah, tanda jarr itu
kasroh, tanda jazm itu sukun.

Tanda-tanda tersebut hanya berlaku untuk isim mufrod (seperti Zaid dan
Musa pada contoh di atas) dan jama taksir (yang bukan ghoiru munshorif).

Adapun isim-isim lainnya, seperti isim mutsanna, isim jama muannats salim,
isim jama mudzakkar salim, isim asmaa-ul khomsah, isim ghoiri munshorif,
isim maqshur, dan isim manqush memiliki tanda-tanda rofa, nashob, dan jarr
yang agak berbeda. InsyaAllah akan dibahas pada Pelajaran Nahwu 4 (tanda-
tanda irob untuk semua isim tersebut).

Catatan keempat:

Tidak semua yang rofa itu subjek, Tidak semua yang nashob itu objek, dan Tidak
semua yang jarr itu yang diawali oleh huruf jarr.

Nanti akan dibahas pada pelajaran berikutnya, kedudukan-kedudukan apa saja yang
menyebabkan isim (kata benda) ber-irob rofa, nashob, dan jarr. Dan apa saja yang
menyebabkan fiil mudhori (kata kerja sekarang/masa depan) ber-irob rofa, nashob,
dan jazm. Sebagai bayangan,

o isim yang ber-irob rofa, selain fail (subjek), juga naibul fail, mubtada, khobar, isim
kaana, dan khobar inna..
o isim yang ber-irob nashob, selain mafulun bihi (objek), juga khobar kaana, isim
inna, maful muthlaq, istitsna, haal, tamyiz, dll

o isim yang ber-irob jarr, selain majrur (yang didahului oleh huruf jarr), juga mudhof
ilaihi.

o fiil (mudhori) yang ber-irob nashob adalah yang didahului oleh alat-alat penashob,
seperti ( an), ( hatta), dll.

o fiil yang ber-irob jazm adalah yang didahului oleh alat-alat penjazm, seperti ( lam),
dll.

o fiil yang ber-irof rofa adalah yang tidak didahului oleh alat penashob ataupun alat
penjazm.

Pelajaran Nahwu 4 : Tanda-tanda Irob untuk


Isim Murob
Isim ditinjau dari irob dan bina (bisa atau tidaknya berubah pada huruf/harokat terakhirnya)
dibagi menjadi dua yaitu isim mabni dan isim murob.

Isim mabni adalah isim yang harokat / huruf terakhirnya TIDAK dapat berubah walaupun
kedudukannya berubah di dalam kalimat.
Misalnya : kalimat ( haadzihi = ini), di dalam kalimat tidak akan pernah mengalami
perubahan harokat/ huruf di akhir katanya, jadi selalu ( haadzihi)

Macam-macam isim mabni terdiri dari dhomir, isim isyaroh, isim maushul, isim syarat, isim
istifham, dll. Pembahasan mengenai isim mabni ini akan diuraikan pada Pelajaran Shorof 4
yang akan datang, insyaAllah.

Sementara Isim murob adalah isim yang harokat / huruf terakhirnya dapat berubah dengan
berubahnya kedudukannya di dalam kalimat.
Misalnya: kalimat
( ar-rajul = seorang laki-laki) di dalam kalimat bisa berakhiran
dhommah (ar-rajulu), atau berakhiran fathah (ar-rajula), atau berakhiran kasroh (ar-rajuli).

Perubahan akhir kata ini bergantung pada kedudukannya (sebagai subjek, objek, mubtada,
khobar, dll) di dalam kalimat, atau sesuai dengan irobnya

Macam-macam isim murob terdiri dari isim mufrod, mutsanna, jama mudzakkar salim,
jama muannats salim, jama taksir, isim maqshur, isim manqush, isim ghoiru munshorif, dan
asma-ul khomsah.

Berikut adalah tabel tanda-tanda irob untuk masing-masing isim murob :

Keterangan :

Pada tabel di atas, terdapat empat kolom.

o kolom pertama :
> menunjukkan jenis-jenis isim murob yang terdiri dari isim mufrod, isim maqshur,
manqush, dst
o kolom kedua:
> menerangkan tanda rofa dari masing-masing isim murob beserta contohnya.

o kolom ketiga:
> menerangkan tanda nashob dari masing-masing isim murob beserta contohnya.

o kolom keempat:
> menerangkan tanda jarr dari masing-masing isim murob beserta contohnya.

Misalnya : Isim mutsanna


Pada tabel di atas:
Tanda rofanya adalah dengan alif (), contohnya ( muslimaani)
Tanda nashob-nya adalah dengan ya (), contohnya ( muslimaini)
Tanda jar-nya adalah dengan ya ( )juga sama dengan tanda nashobnya, contohnya
(muslimaini).

Contoh penerapannya di dalam kalimat pada isim mutsanna tersebut:

o ( jaa-a Muslimaani) = Dua orang muslim telah datang.


Kalimat
Kenapa ( muslimaani) ? Karena kedudukan Dua orang muslim itu
sebagai subjek (yang datang adalah dua orang muslim). Secara kaidah (yang
nanti akan lebih dijelaskan lagi), bahwa subjek (fail) ber-irob rofa, dan
karena ber-irob rofa maka tandanya dengan alif (sesuai dengan tabel di atas),
sehingga penulisannya ( muslimaani).

o Kalimat ( ro-aitu Muslimaini) = Saya melihat dua orang muslim itu.



Kenapa ( muslimaani) ? Karena kedudukan Dua orang muslim itu
sebagai objek (yang dilihat adalah dua orang muslim). Secara kaidah (yang
nanti akan lebih dijelaskan lagi), bahwa objek ber-irob nashob, dan karena
ber-irob nashob maka tandanya dengan ya (sesuai dengan tabel di atas),
sehingga penulisannya ( muslimaini).

Kalimat ( marortu bi muslimaini) = Saya berpapasan dengan dua orang



muslim.

Kenapa ( muslimaini) ? Karena kata Muslimaini itu diawali dengan huruf jar
(yaitu bi). Secara kaidah (yang nanti akan lebih dijelaskan lagi), bahwa setiap kata
yang didahului oleh huruf jar adalah ber-irob jar (atau khofadh), dan karena ia ber-
irob jar maka tandanya dengan ya (sesuai dengan tabel di atas), sehingga
penulisannya ( muslimaini).

Jadi, tidak semua tanda rofa itu dhommah, tanda nashob itu fathah, dan tanda jar itu kasroh.
Tanda-tanda asli itu hanya berlaku pada isim mufrod dan jama taksir saja (coba lihat pada
tabel di atas). Ada sebagian isim yang mirip dengan tanda asli tersebut seperti isim jama
muannats salim dan isim ghoiru munshorif. Hafalkanlah tabel di atas dengan cara Anda

Catatan:

Tidak semua yang rofa itu subjek, Tidak semua yang nashob itu objek, dan Tidak semua
yang jarr itu yang diawali oleh huruf jarr.

Nanti akan dibahas pada pelajaran berikutnya, kedudukan-kedudukan apa saja yang
menyebabkan isim (kata benda) ber-irob rofa, nashob, dan jarr. Sebagai bayangan,

isim yang ber-irob rofa, selain subjek (fail), juga naibul fail, mubtada, khobar, isim kaana,
dan khobar inna..
isim yang ber-irob nashob, selain objek (mafulun bihi), juga khobar kaana, isim inna, maful
muthlaq, istitsna, haal, tamyiz, dll

isim yang ber-irob jarr, selain yang didahului oleh huruf jarr (majrur), juga mudhof ilaihi.

Pelajaran Nahwu 5: Isim-isim yang marfu (),


manshub (), dan majrur ()
Definisi marfu, manshub, dan majrur
Isim-isim yang marfu adalah isim-isim yang ber-irob rofa. Jama dari marfu adalah
marfuaat
Isim-isim yang manshub adalah isim-isim yang ber-irob nashob. Jama dari manshub adalah
manshubaat.
Isim-isim yang majrur adalah isim-isim yang ber-irob jar. Jama dari majrur adalah
majruroot.

Misal
Pada kalimat ( taallama Ahmadu al-lughutal arobiyyata fil
masjidi ) = Ahmad belajar bahasa arab di masjid.

Kata ber-Irob rofa sebab sebagai subjek (fail) dengan tanda dhommah (diakhir
katanya). Karena ber-Irob rofa, maka kata kata tersebut dikatakan marfu. Isim menjadi
marfu dalam 6 keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai subjek (fail).

Kata ber-Irob nashob sebab sebagai objek (maful bih) dengan tanda fathah. Karena ber-
Irob nashob, maka kata kata tersebut dikatakan manshub. Isim menjadi manshub dalam
11 keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai objek (maful bih).

Kata ber-Irob jar sebab didahului huruf jar (yaitu )dengan tanda kasroh. Karena
ber-Irob jar, maka kata kata tersebut dikatakan majrur. Isim menjadi majrur dalam 2
keadaan, diantaranya didahului huruf jar.

Keadaan-keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi


marfu, manshub, atau majrur

Isim-isim yang marfu


Suatu isim menjadi marfu dalam 7 keadaan:

1. Mubtada ()
Yaitu isim marfu yang terletak di awal kalimat.Misal :
( Alkitaabu jadiidun)
= Buku itu baru
Kata =( buku) merupakan mubtada, karena terletak di awal kalimat.

1. Khobar Mubtada ()
Yaitu yang menyempurnakan makna mubtada.
Pada kalimat
di atas, kata =( baru) merupakan khobar, karena
menyempurnakan makna mubtada

1. Isim kaana ( ) dan saudara-saudaranya


Yaitu setiap mubtada yang dimasuki oleh kaana atau saudara-saudaranya.Misal :

( Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru.
Kata
=( buku) merupakan isim kaana, karena kata tersebut awalnya
mubtada, setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan mubtada lagi, tetapi
isim kaana.

1. Khobar Inna ( ) dan saudara-saudaranya


Yaitu setiap khobar mubtada yang dimasuki oleh inna dan saudara-saudaranya.Misal
:
( inna al kitaaba jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.

Kata =( baru) merupakan khobar inna, karena karena kata tersebut


awalnya khobar mubtada, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan
khobar mubtada lagi, tetapi khobar inna

1. Fail ()
Yaitu isim marfu yang terletak setelah fiil lil malum (setelah kata kerja aktif) dan
menunjukkan pada orang atau sesuatu yang melakukan perbuatan atau yang
mensifati perbuatan tersebut. Dengan kata lain, Fail = subjek.Misal :
( Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.

Kata =( siswa) merupakan fail, karena terletak setelah kata kerja aktif
(yaitu membaca), dan yang orang yang melakukan perbuatan (yang membaca
adalah siswa), jadi siswa itu sebagai subjek.

1. Naibul Fail ()
Yaitu isim marfu yang terletak setelah fiil mabni lil majhul (setelah kata kerja pasif) dan
menempati kedudukan fail setelah dihapusnya fail tersebut.Misal : ( Quriat
ar-Risaalatu) = Surat itu telah dibaca.

Kata =( surat) merupakan naibul fail, karena terletak setelah kata kerja pasif
(yaitu dibaca)

Isim-isim yang manshub


Suatu Isim menjadi manshub dalam 11 keadaan:

1. Khobar Kaana ()
Yaitu setiap khobar mubtada yang dimasuki oleh kaana atau saudaranya.Misal :

( Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru.

Kata =( baru) merupakan khobar kaana, karena kata tersebut awalnya


khobar mubtada, setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan khobar
mubtada lagi, tetapi khobar kaana.

1. Isim Inna ()
Yaitu setiap mubtada yang dimasuki oleh inna atau saudaranya.Misal :

( inna al kitaabu jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.

Kata =( buku) merupakan isim inna, karena karena kata tersebut awalnya
mubtada, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan mubtada lagi, tetapi
isim inna
1. Maful Bih ()
Yaitu isim manshub yang menunjukkan pada orang atau sesuatu yang dikenai suatu
perbuatan. Dengan kata lain, maful bih = objek.Misal :
( Qoro-a at-
Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.

Kata =( surat) merupakan maful bih, karena yang dibaca adalah surat,
jadi surat itu sebagai objek (maful bih).

1. Maful Muthlaq ( )
Yaitu isim manshub yang merupakan isim mashdar yang disebutkan untuk
menekankan perbuatan, atau menjelaskan jenis atau bilangannya.Misal :

( hafizhtu ad darsa hifzhon) = Saya benar-benar menghafal pelajaran.

Kata ( penghafalan) merupakan maful muthlaq, karena merupakan isim


masdar yang berfungsi untuk menekankan perbuatan, bermakna benar-benar
menghafal

1. Maful Li ajlih ( )
Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah fiil untuk menjelaskan sebab terjadinya
perbuatan (merupakan jawaban dari mengapa perbuatan itu terjadi)Misal :

( hadhoro Aliyyun ikrooman li Muhammadin) = Ali hadir karena
memuliakan Muhammad.

Kata ( penghormatan) merupakan maful liajlih, karena menjelaskan


sebab Ali hadir, yaitu karena memuliakan ( ) Muhammad.

1. Maful Maah ( )
Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah wawu yang maknanya bersama untuk
( istaiqozhtu wa tagriida
menunjukkan kebersamaan.Misal :
at-Thuyuuri) = Saya bangun bersamaan dengan kicauan burung-burung.

Kata =( kicauan) merupakan maful maah, karena didahului oleh huruf


wawu maiyah, yang bermakna kebersamaan.

1. Maful Fih ( )
Yaitu isim manshub yang disebutkan untuk menjelaskan zaman (waktu) atau tempat
terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari kapan atau dimana
( saafarot at-thooirotu lailan) =
perbuatan tersebut terjadi).Misal :
Pesawat itu mengudara di malam hari.

Kata =( malam hari) merupakan maful fih, karena menjelaskan zaman


(waktu).

1. Haal ()
Yaitu isim nakiroh lagi manshub yang menjelaskan keadaan fail atau keadaan maful
bih ketika terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari bagaimana
terjadinya perbuatan tersebut)Misal : ( jaa-a al waladu baakiyan) =
Anak itu datang dalam keadaan menangis.

Kata =( menangis) merupakan haal, karena menjelaskan keadaan subjek.


1. Mustatsna ()
Yaitu isim manshub yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat istitsna untuk
menyelisihi hokum sebelumnya. Dengan kata lain, mustatsna = pengecualian.Misal :


( hadhoro at-Thulaabu illa Zaidan) = para siswa hadir kecuali
Zaid

Kata =( Zaid) merupakan mustatsna, karena didahului oleh =( kecuali)


yang merupakan alat istitsna.

1. Munada ()
Yaitu isim yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat nida (kata panggil).Misal
: ( yaa rojulan) = Wahai seorang lelaki!

Kata =( seorang lelaki) merupakan munada, karena didahului oleh =(


wahai) yang merupakan salah satu alat nida.

1. Tamyiiz ()
Yaitu isim nakiroh lagi mansub yang disebutkan untuk menjelaskan maksud dari kalimat
sebelumnya yang rancu.Misal : ( Istaroitu Isyriina kitaaban) = Saya
membeli dua puluh buku.

Kata =( buku) merupakan tamyiiz, karena buku tersebut menjelaskan dua


puluh, jikalau tidak ada kata buku, maka kalimat menjadi tidak jelas, Saya
membeli dua puluh.

Isim-isim yang majrur


Suatu isim menjadi majrur dalam 2 keadaan:

( khorojtu minal
1. Di dahului oleh huruf jar () Misal :
manzili) = Saya keluar dari rumah.

Kata =( rumah) merupakan isim majrur, karena didahului oleh ( min =


dari) yang merupakan huruf jar.

1. Mudhof Ilaih ()
( Isytaroitu
Yaitu isim yang disandarkan ke isim sebelumnya.Misal :
khotima hadiidin) = Saya membeli cincin besi.

Kata =( besi) merupakan mudhof ilaih, karena disandarkan kepada =(


cincin) yang maknanya cincin yang terbuat dari besi.

Tambahan
Selain keadaan-keadaan tersebut, ada satu keadaan yang dapat menyebabkan suatu isim
menjadi marfu, atau manshub, atau majrur, tergantung kata sebelumnya, jika kata
sebelumnya marfu maka isim tersebut menjadi marfu, jika manshub maka manshub, dan
jika majrur maka majrur. Keadaan tersebut dinamakan Taabi ().
Misal :
( jaa-a rojulun kariimun) = Telah datang seorang lelaki yang mulia


( ra-aitu rojulan kariiman) = Saya melihat seorang lelaki yang mulia

( marortu bi rajulin kariimin) = Saya berpapasan dengan seorang lelaki yang


mulia.

Perhatikan setiap kata ( kariim) pada tiga kalimat di atas, irobnya sesuai dengan kata
sebelumnya.
Pada kalimat pertama irobnya rofa karena sebelumnya (yaitu ) ber-irob rofa.
Pada kalimat kedua, irobnya nashob karena sebelumnya (yaitu )ber-irob nashob.
Demikian juga pada kalimat ketiga, irobnya jar karena sebelumnya (yaitu ) ber-irob jar.

Taabi ( )ini dibagi menjadi empat jenis, yaitu naat (), athof (), taukid (),
dan badal ().
Pada tiga contoh kalimat di atas, termasuk jenis naat.
Pelajaran Nahwu 6 : Mubtada dan Khobar ()

Mubtada ()
Definisi:

Mubtada adalah isim marfu yang terletak di awal kalimat.


Misal:

o (( ) Ar-rojulu muslimun) = Orang itu muslim

o (( ) Ar-rojulaani muslimaani) = Dua orang itu muslim

(( ) Ar-rijaalu muslimuuna) = Mereka itu muslim

Keterangan:

Perhatikan bahwa kata pertama pada ketiga contoh kalimat di atas (yaitu : Ar-rojulu,Ar-
rojulaani, Ar-rijaalu) adalah mubtada. Setiap mubtada harus marfu. Umumnya mubtada
terletak di awal kalimat, namun terkadang tidak (pada kasus-kasus tertentu). Secara umum
juga, mubtada itu marifah (bukan nakirah), seperti pada ketiga contoh di atas, mubtada-
mubtadanya marifah dengan tanda adanya alif laam. Kecuali pada kasus-kasus tertentu
mubtada bisa nakirah.

Khobar Mubtada ()

Definisi:

Khobar adalah setiap kata atau kalimat yang menyempurnakan makna mubtada.

Misalnya seperti pada kalimat di atas, (yaitu muslimun,muslimaani, dan muslimuuna), ketiga
kata tersebut adalah khobar, yang menyempurnakan makna mubtada. Seandainya tidak ada
khobar tersebut, maka kalimat di atas tidak akan dipahami maksudnya.

Di dalam bahasa Indonesia, setiap kalimat minimal harus berpola S P (Subjek Prediket),
bisajuga S P O atau S P O K. Masih ingat pelajaran bahasa Indonesia kan? :)

Nah, di dalam bahasa Arab, kalau ada mubtada maka khobar harus ada, polanya M K
(Mubtada Khobar),kalau tidak ada khobar maka belum menjadi kalimat yang sempurna.
Paham?

Kaedah Khobar:
1. Khobar harus sesuai dengan mubtada dalam hal jumlah (mufrod, mutsanna, ataujamanya).
Bingung? Kalau bingung, coba baca pelajaran sebelumnya ya. Atau bisa tanya di bagian
komentar. Lanjut? OK! Misalnya pada contoh dii atas, jika mubtadanya mufrod (seperti Ar-
rojulu), maka khobarnya pun harus mufrod, yaitu muslimun. Jika mubtadanya mutsanna
(seperti muslimaani), maka khobarnya pun harus mutsanna, yaitu muslimaani. Jika
mubtadanya jama (sepertiAr-rijaalu), maka khobarnya pun harus jama, yaitu muslimuuna.
Sudah paham sekarang?
2. Khobar harus sesuai dengan mubtada dalam hal jenis (mudzakkar atau muannats nya).

Misalnya,

Jika mubtadanya mudarrisah (pengajar wanita) pada kalimat (( ) Al-


Mudarrisatu Hadiroh) = Pengajar wanita itu datang. Maka khobarnya harus muannats juga
yaitu (Haadiroh, bukan Haadir).

Pelajaran Nahwu 7 : Fail ( )/ Subjek


Definisi Fail
Fail (subjek) adalah isim marfu yang terletak setelah fiil malum (kata kerja aktif) dan
merupakan pelaku dari suatu pekerjaan.

Penerangan

Fail itu hampir sama dengan subjek (di dalam bahasa Indonesia), hanya saja fail harus
terletak setelah fiil (kata kerja). Jadi kalau kita mau buat kalimat Ahmad duduk, dalam
bahasa arab kata kerjanya diawal sebelum fail (subjek), ( jalasa Ahmadu). Fail
terdapat pada jumlah filiyyah (kalimat yang diawali dengan fiil), sementara pada jumlah
ismiyyah (kalimat yang diawali dengan isim), seperti ( Ahmadu jalasa), maka kata
bukan dikatakan fail, tapi mubtada, karena kata merupakan isim yang terletak di
depan kalimat, sementara fail harus terletak setelah fiil.

Contoh-contoh Fail di dalam Al Quran

( idz qoola yuusufu) = ketika Yusuf berkata .. (QS Yusuf 2)


( idz jaa-akal munaafiquun) = Ketika Orang-orang munafik itu datang
kepadamu (QS Al Munafiquun : 1)

( wa qodoo robbuka alla tabuduu illa iyyahu) = Dan robbmu


menetapkan bahwa janganlah kalian menyembah selain Dia (QS Al Isro : 23)

Dan sangat banyak sekali contoh-contohnya.

Kaedah-kaedah Fail

1. Jika failnya muannats, maka fiilnya ditambah ta tanits (kadang hukumnya wajib,
kadang boleh-boleh saja)

Misal: ( hadorot al-mudarrisatu) = pengajar wanita itu telah


hadir
1. Jika failnya mufrod, atau mustanna, atau jama, maka fiil selalu dalam keadaan
mufrod
Misal :

( hadhoro al-mudarrisu) = Pengajar (lk2) itu telah hadir

( hadhoro al-mudarrisaani) = Dua orang pengajar


(lk2) itu telah hadir

( hadhoro al-mudarrisuuna) = Pengajar-pengajar


(lk2) itu telah hadir

( hadhorot al-mudarrisatu) = Pengajar (pr) itu telah


hadir

( hadhorot al-mudarrisataani) = Dua orang


pengajar (pr) itu telah hadir

( hadhorot al-mudarrisaatu) = Pengajar-pengajar (pr) itu


telah hadir

Perhatikan, walaupun isimnya (failnya) berbentuk mutsanna atau jama sekalipun tapi fiil
tetap dalam keadaan mufrod.

Pelajaran Nahwu 8 : Mafulun Bih ( ) / Objek


Definisi Mafulun bih
Mafulun bih adalah isim manshub yang menjadi objek pekerjaan fail.

Secara bahasa Indonesia disebut objek.

Contoh kalimat:

( Qoro-tu al-kitaba) = Saya membaca buku. Maka kata al-kitaba (buku) adalah

objek.

Salah satu contoh yang terdapat di dalam Al-Quran:

( Wa ahallallahul baia wa harromar ribaa) = Allah menghalalkan


jual beli dan mengharamkan riba (QS Al Baqoroh : 275).

Pada ayat di atas, kata jual beli dan riba adalah mafulun bih. Kata jual beli
adalah mafulun bih dari kata kerja menghalalkan, dan riba adalah mafulun bih dari kata
kerja mengharamkan.
Kaedah-kaedah Mafulun bih:
Mafulun bih dapat berupa:

1. Isim murob seperti contoh di atas. Kata al-kitab, al-baia, ar-riba, dll adalah contoh isim
murob.
2. Isim mabni (Dhomir muttasil, dhomir munfashil, isim isyaroh, isim maushul). Contoh :
(roaituka) = Saya melihat kamu. Dhomir ka (kamu) adalah dhomir muttasil yang
menempati kedudukan nashob sebagai mafulun bih).

Anda mungkin juga menyukai