Pengertian Nahwu ()
Nahwu adalah ilmu yang mempelajari kaidah untuk mengenal fungsi-fungsi kata yang
masuk pada kalimat, mengenal hukum akhir kata, dan untuk mengenal cara mengirob.
(Mulakhos Qowaidul Lughoh).
Contoh kalimat:
= melihat = Ahmad
= Ibrahim.
Dari kalimat di atas,
Di dalam ilmu nahwu, akan dipelajari bahwa setelah kata kerja (dalam kalimat tersebut kata
kerjanya ), maka:
Sehingga kalimat tersebut diartikan, Ahmad melihat Ibrahim, bukan Ibrahim melihat
Ahmad, karena Ahmad sebagai subjek (yang berharokat akhir dhommah) dan Ibrahim
sebagai objek (yang berharokat akhir fathah).
Cara mengirobnya:
adalah kata benda berfungsi subjek yang rofa dan tanda rofanya dengan dhommah.
adalah kata benda berfungsi objek yang nashob dan tanda nashobnya dengan fathah
Pembahasan tentang Irob rofa, nashob, jar, dan jazm akan dipelajari lebih detail pada
pembahasan-pembahasan berikutnya.
Pelajaran Nahwu 1 ()
Kata ()
Kata (dalam ilmu nahwu diistilahkan al-kalimah) terdiri dari 3 jenis.
( asadun) = singa,
( zahrotun) = bunga,
( qomarun) = bulan,
( Alqoohiroh) = Kairo,
( yaumun) = hari,
( istiqlaalun) = kemerdekaan.
.
Kita dapat mengenal isim pada kalimat dengan ciri-ciri berikut:
Berakhiran kasroh, seperti , maka kata
adalah isim, sebab
berakhiran kasroh.
Berakhiran tanwin, seperti
, maka kata adalah isim, sebab
berakhiran tanwin.
Diawali dengan alim lam, seperti
, maka kata
adalah
isim sebab diawali alim lam.
( min) = dari,
( ila) = ke,
( fi) = di,
( bi) = dengan,
( wa) = dan,
( aw) = atau,
Pelajaran Nahwu 2 ()
Setelah mempelajari kata (isim, fiil, dan huruf). kita masuki pembahasan baru, yaitu kalimat
sempurna. Dalam bahasa arab diistilahkan dengan
( jumlah mufidah).
Kalimat Sempurna ( )
Kalimat sempurna adalah setiap lafadz yang terdiri dari dua kata atau lebih dan memberikan
makna yang sempurna.
Misalnya :
o Lafadz ( Qooma Zaidun) = Zaid berdiri, terdiri dari dua kata dan memberikan
makna yang sempurna, maka dinamakan kalimat sempurna.
Lafadz ( Abu Aliyyin) = Bapaknya Ali , terdiri dari dua kata, tapi tidak memberikan
makna sempurna (tidak ada keterangan yang menjelaskan keadaan Bapak Ali), sehingga tidak
dapat dikatakan kalimat sempurna, baru dikatakan kalimat sempurna jika lafadznya
( Abu Aliyyin Mariidhun) = Bapaknya Ali sakit.
Peringatan!
Lafadz ( Ijlis) = duduklah, sekalipun hanya terdiri dari satu kata, tetapi dikategorikan
kalimat sempurna, sebab asal kalimatnya adalah
( Ijlis anta) = duduklah kamu,
hanya saja kata ( anta) nya tidak disebutkan.
Untuk selanjutnya kita ganti istilah kalimat sempurna dengan istilah jumlah mufidah.
1. Jumlah Ismiyyah.
Yaitu jumlah yang diawali dengan isim. Seperti:
( Ahmadu thoolibun) = Ahmad adalah seorang siswa. Jumlah
(kalimat) tersebut diawali dengan sehingga dinamakan jumlah
ismiyyah.
2. Jumlah Filiyyah.
Yaitu jumlah yang diawali dengan fiil. Seperti:
Perhatian!
Pelajaran Nahwu 3 ()
Pengertian Irob ()
Irob adalah perubahan akhir kata karena perbedaan amil yang masuk pada kata
tersebut, baik secara lafadz (jelas) atau muqoddaroh (tersembunyi). (Sumber: matan Al
Ajrumiyyah)
o perubahan
Maksudnya adalah perubahan dari dhommah ke fathah, dari fathah ke kasroh, dari
dhommah ke sukun, dst.
o akhir kata
Irob hanya membahas akhir kata saja, tidak di depan dan tidak di tengah kata.
o secara lafadz
Tanda akhir katanya jelas, terlihat, dan terbaca, seperti dhommah, fathah, kasroh.
atau muqoddaroh.
Tanda akhir katanya tidak terlihat dan tidak terbaca, dan ini dialami oleh kata-kata yang
berakhiran huruf illah (huruf berpenyakit). Huruf-huruf illah ada 3 : alif ( / ), ya (), dan
wawu ().
Contoh Irob
o Kalimat
( jaa-a Zaidun) = Zaid telah datang.
o Kalimat
( ro-aitu Zaidan) = Saya melihat Zaid.
Kata Zaid ( )pada ketiga kalimat di atas mengalami perubahan di akhir katanya secara
lafadz (jelas terlihat dhommah, fathah, dan kasrohnya). Jika kata Zaid ( )diganti dengan
Musa ( ), maka perubahannya tidak secara lafadz, tetapi secara muqoddaroh, karena
kata
mengandung huruf illah di akhirnya , yaitu alif (). Maka kalimatnya akan
menjadi:
Perhatikan, kata ( )tidak terlihat mengalami perubahan, namun sebenarnya kata Musa
( )pada ketiga kalimat di atas mengalami perubahan (dhommah, fathah, dan kasroh)
seperti yang dialami oleh kata Zaid , akan tetapi perubahannya secara muqoddaroh
(tersembunyi).
Macam-macam Irob
Tadi sudah sekilas disinggung tentang macam-macam irob. Irob terdiri dari 4 macam:
1. Rofa ()
1. Nashob ( )
1. Jazm (
)
Catatan
o Catatan pertama:
isim (kata benda) hanya memiliki 3 jenis irob, yaitu rofa, nashob,
dan jarr.
fiil madhi (kata kerja masa lampau), irobnya tidak ada, karena fiil
madhi tidak bisa mengalami perubahan pada akhir katanya.
huruf, irobnya juga tidak ada, huruf dihukumi mabni seperti fiil madhi, yaitu
tidak bisa mengalami perubahan pada akhir katanya.
o Catatan kedua:
Ada beberapa isim yang tidak bisa mengalami perubahan di akhir katanya,
seperti ( hadza) = ini, ( alladzi) = yang, ( mataa) = kapan, dll.
Isim-isim ini dinamakan isim mabni, sementara isim-isim yang dapat
mengalami perubahan di akhir katanya (yang memiliki irob) dinamakan isim
murob.
o Catatan ketiga:
Tidak semua tanda rofa itu dhommah, tanda nashob itu fathah, tanda jarr itu
kasroh, tanda jazm itu sukun.
Tanda-tanda tersebut hanya berlaku untuk isim mufrod (seperti Zaid dan
Musa pada contoh di atas) dan jama taksir (yang bukan ghoiru munshorif).
Adapun isim-isim lainnya, seperti isim mutsanna, isim jama muannats salim,
isim jama mudzakkar salim, isim asmaa-ul khomsah, isim ghoiri munshorif,
isim maqshur, dan isim manqush memiliki tanda-tanda rofa, nashob, dan jarr
yang agak berbeda. InsyaAllah akan dibahas pada Pelajaran Nahwu 4 (tanda-
tanda irob untuk semua isim tersebut).
Catatan keempat:
Tidak semua yang rofa itu subjek, Tidak semua yang nashob itu objek, dan Tidak
semua yang jarr itu yang diawali oleh huruf jarr.
Nanti akan dibahas pada pelajaran berikutnya, kedudukan-kedudukan apa saja yang
menyebabkan isim (kata benda) ber-irob rofa, nashob, dan jarr. Dan apa saja yang
menyebabkan fiil mudhori (kata kerja sekarang/masa depan) ber-irob rofa, nashob,
dan jazm. Sebagai bayangan,
o isim yang ber-irob rofa, selain fail (subjek), juga naibul fail, mubtada, khobar, isim
kaana, dan khobar inna..
o isim yang ber-irob nashob, selain mafulun bihi (objek), juga khobar kaana, isim
inna, maful muthlaq, istitsna, haal, tamyiz, dll
o isim yang ber-irob jarr, selain majrur (yang didahului oleh huruf jarr), juga mudhof
ilaihi.
o fiil (mudhori) yang ber-irob nashob adalah yang didahului oleh alat-alat penashob,
seperti ( an), ( hatta), dll.
o fiil yang ber-irob jazm adalah yang didahului oleh alat-alat penjazm, seperti ( lam),
dll.
o fiil yang ber-irof rofa adalah yang tidak didahului oleh alat penashob ataupun alat
penjazm.
Isim mabni adalah isim yang harokat / huruf terakhirnya TIDAK dapat berubah walaupun
kedudukannya berubah di dalam kalimat.
Misalnya : kalimat ( haadzihi = ini), di dalam kalimat tidak akan pernah mengalami
perubahan harokat/ huruf di akhir katanya, jadi selalu ( haadzihi)
Macam-macam isim mabni terdiri dari dhomir, isim isyaroh, isim maushul, isim syarat, isim
istifham, dll. Pembahasan mengenai isim mabni ini akan diuraikan pada Pelajaran Shorof 4
yang akan datang, insyaAllah.
Sementara Isim murob adalah isim yang harokat / huruf terakhirnya dapat berubah dengan
berubahnya kedudukannya di dalam kalimat.
Misalnya: kalimat
( ar-rajul = seorang laki-laki) di dalam kalimat bisa berakhiran
dhommah (ar-rajulu), atau berakhiran fathah (ar-rajula), atau berakhiran kasroh (ar-rajuli).
Perubahan akhir kata ini bergantung pada kedudukannya (sebagai subjek, objek, mubtada,
khobar, dll) di dalam kalimat, atau sesuai dengan irobnya
Macam-macam isim murob terdiri dari isim mufrod, mutsanna, jama mudzakkar salim,
jama muannats salim, jama taksir, isim maqshur, isim manqush, isim ghoiru munshorif, dan
asma-ul khomsah.
Keterangan :
o kolom pertama :
> menunjukkan jenis-jenis isim murob yang terdiri dari isim mufrod, isim maqshur,
manqush, dst
o kolom kedua:
> menerangkan tanda rofa dari masing-masing isim murob beserta contohnya.
o kolom ketiga:
> menerangkan tanda nashob dari masing-masing isim murob beserta contohnya.
o kolom keempat:
> menerangkan tanda jarr dari masing-masing isim murob beserta contohnya.
Kenapa ( muslimaini) ? Karena kata Muslimaini itu diawali dengan huruf jar
(yaitu bi). Secara kaidah (yang nanti akan lebih dijelaskan lagi), bahwa setiap kata
yang didahului oleh huruf jar adalah ber-irob jar (atau khofadh), dan karena ia ber-
irob jar maka tandanya dengan ya (sesuai dengan tabel di atas), sehingga
penulisannya ( muslimaini).
Jadi, tidak semua tanda rofa itu dhommah, tanda nashob itu fathah, dan tanda jar itu kasroh.
Tanda-tanda asli itu hanya berlaku pada isim mufrod dan jama taksir saja (coba lihat pada
tabel di atas). Ada sebagian isim yang mirip dengan tanda asli tersebut seperti isim jama
muannats salim dan isim ghoiru munshorif. Hafalkanlah tabel di atas dengan cara Anda
Catatan:
Tidak semua yang rofa itu subjek, Tidak semua yang nashob itu objek, dan Tidak semua
yang jarr itu yang diawali oleh huruf jarr.
Nanti akan dibahas pada pelajaran berikutnya, kedudukan-kedudukan apa saja yang
menyebabkan isim (kata benda) ber-irob rofa, nashob, dan jarr. Sebagai bayangan,
isim yang ber-irob rofa, selain subjek (fail), juga naibul fail, mubtada, khobar, isim kaana,
dan khobar inna..
isim yang ber-irob nashob, selain objek (mafulun bihi), juga khobar kaana, isim inna, maful
muthlaq, istitsna, haal, tamyiz, dll
isim yang ber-irob jarr, selain yang didahului oleh huruf jarr (majrur), juga mudhof ilaihi.
Misal
Pada kalimat ( taallama Ahmadu al-lughutal arobiyyata fil
masjidi ) = Ahmad belajar bahasa arab di masjid.
Kata ber-Irob rofa sebab sebagai subjek (fail) dengan tanda dhommah (diakhir
katanya). Karena ber-Irob rofa, maka kata kata tersebut dikatakan marfu. Isim menjadi
marfu dalam 6 keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai subjek (fail).
Kata ber-Irob nashob sebab sebagai objek (maful bih) dengan tanda fathah. Karena ber-
Irob nashob, maka kata kata tersebut dikatakan manshub. Isim menjadi manshub dalam
11 keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai objek (maful bih).
Kata ber-Irob jar sebab didahului huruf jar (yaitu )dengan tanda kasroh. Karena
ber-Irob jar, maka kata kata tersebut dikatakan majrur. Isim menjadi majrur dalam 2
keadaan, diantaranya didahului huruf jar.
1. Mubtada ()
Yaitu isim marfu yang terletak di awal kalimat.Misal :
( Alkitaabu jadiidun)
= Buku itu baru
Kata =( buku) merupakan mubtada, karena terletak di awal kalimat.
1. Khobar Mubtada ()
Yaitu yang menyempurnakan makna mubtada.
Pada kalimat
di atas, kata =( baru) merupakan khobar, karena
menyempurnakan makna mubtada
1. Fail ()
Yaitu isim marfu yang terletak setelah fiil lil malum (setelah kata kerja aktif) dan
menunjukkan pada orang atau sesuatu yang melakukan perbuatan atau yang
mensifati perbuatan tersebut. Dengan kata lain, Fail = subjek.Misal :
( Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.
Kata =( siswa) merupakan fail, karena terletak setelah kata kerja aktif
(yaitu membaca), dan yang orang yang melakukan perbuatan (yang membaca
adalah siswa), jadi siswa itu sebagai subjek.
1. Naibul Fail ()
Yaitu isim marfu yang terletak setelah fiil mabni lil majhul (setelah kata kerja pasif) dan
menempati kedudukan fail setelah dihapusnya fail tersebut.Misal : ( Quriat
ar-Risaalatu) = Surat itu telah dibaca.
Kata =( surat) merupakan naibul fail, karena terletak setelah kata kerja pasif
(yaitu dibaca)
1. Khobar Kaana ()
Yaitu setiap khobar mubtada yang dimasuki oleh kaana atau saudaranya.Misal :
( Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru.
1. Isim Inna ()
Yaitu setiap mubtada yang dimasuki oleh inna atau saudaranya.Misal :
( inna al kitaabu jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.
Kata =( buku) merupakan isim inna, karena karena kata tersebut awalnya
mubtada, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan mubtada lagi, tetapi
isim inna
1. Maful Bih ()
Yaitu isim manshub yang menunjukkan pada orang atau sesuatu yang dikenai suatu
perbuatan. Dengan kata lain, maful bih = objek.Misal :
( Qoro-a at-
Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.
Kata =( surat) merupakan maful bih, karena yang dibaca adalah surat,
jadi surat itu sebagai objek (maful bih).
1. Maful Muthlaq ( )
Yaitu isim manshub yang merupakan isim mashdar yang disebutkan untuk
menekankan perbuatan, atau menjelaskan jenis atau bilangannya.Misal :
( hafizhtu ad darsa hifzhon) = Saya benar-benar menghafal pelajaran.
1. Maful Li ajlih ( )
Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah fiil untuk menjelaskan sebab terjadinya
perbuatan (merupakan jawaban dari mengapa perbuatan itu terjadi)Misal :
( hadhoro Aliyyun ikrooman li Muhammadin) = Ali hadir karena
memuliakan Muhammad.
1. Maful Maah ( )
Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah wawu yang maknanya bersama untuk
( istaiqozhtu wa tagriida
menunjukkan kebersamaan.Misal :
at-Thuyuuri) = Saya bangun bersamaan dengan kicauan burung-burung.
1. Maful Fih ( )
Yaitu isim manshub yang disebutkan untuk menjelaskan zaman (waktu) atau tempat
terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari kapan atau dimana
( saafarot at-thooirotu lailan) =
perbuatan tersebut terjadi).Misal :
Pesawat itu mengudara di malam hari.
1. Haal ()
Yaitu isim nakiroh lagi manshub yang menjelaskan keadaan fail atau keadaan maful
bih ketika terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari bagaimana
terjadinya perbuatan tersebut)Misal : ( jaa-a al waladu baakiyan) =
Anak itu datang dalam keadaan menangis.
1. Munada ()
Yaitu isim yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat nida (kata panggil).Misal
: ( yaa rojulan) = Wahai seorang lelaki!
1. Tamyiiz ()
Yaitu isim nakiroh lagi mansub yang disebutkan untuk menjelaskan maksud dari kalimat
sebelumnya yang rancu.Misal : ( Istaroitu Isyriina kitaaban) = Saya
membeli dua puluh buku.
( khorojtu minal
1. Di dahului oleh huruf jar () Misal :
manzili) = Saya keluar dari rumah.
1. Mudhof Ilaih ()
( Isytaroitu
Yaitu isim yang disandarkan ke isim sebelumnya.Misal :
khotima hadiidin) = Saya membeli cincin besi.
Tambahan
Selain keadaan-keadaan tersebut, ada satu keadaan yang dapat menyebabkan suatu isim
menjadi marfu, atau manshub, atau majrur, tergantung kata sebelumnya, jika kata
sebelumnya marfu maka isim tersebut menjadi marfu, jika manshub maka manshub, dan
jika majrur maka majrur. Keadaan tersebut dinamakan Taabi ().
Misal :
( jaa-a rojulun kariimun) = Telah datang seorang lelaki yang mulia
( ra-aitu rojulan kariiman) = Saya melihat seorang lelaki yang mulia
Perhatikan setiap kata ( kariim) pada tiga kalimat di atas, irobnya sesuai dengan kata
sebelumnya.
Pada kalimat pertama irobnya rofa karena sebelumnya (yaitu ) ber-irob rofa.
Pada kalimat kedua, irobnya nashob karena sebelumnya (yaitu )ber-irob nashob.
Demikian juga pada kalimat ketiga, irobnya jar karena sebelumnya (yaitu ) ber-irob jar.
Taabi ( )ini dibagi menjadi empat jenis, yaitu naat (), athof (), taukid (),
dan badal ().
Pada tiga contoh kalimat di atas, termasuk jenis naat.
Pelajaran Nahwu 6 : Mubtada dan Khobar ()
Mubtada ()
Definisi:
Keterangan:
Perhatikan bahwa kata pertama pada ketiga contoh kalimat di atas (yaitu : Ar-rojulu,Ar-
rojulaani, Ar-rijaalu) adalah mubtada. Setiap mubtada harus marfu. Umumnya mubtada
terletak di awal kalimat, namun terkadang tidak (pada kasus-kasus tertentu). Secara umum
juga, mubtada itu marifah (bukan nakirah), seperti pada ketiga contoh di atas, mubtada-
mubtadanya marifah dengan tanda adanya alif laam. Kecuali pada kasus-kasus tertentu
mubtada bisa nakirah.
Khobar Mubtada ()
Definisi:
Khobar adalah setiap kata atau kalimat yang menyempurnakan makna mubtada.
Misalnya seperti pada kalimat di atas, (yaitu muslimun,muslimaani, dan muslimuuna), ketiga
kata tersebut adalah khobar, yang menyempurnakan makna mubtada. Seandainya tidak ada
khobar tersebut, maka kalimat di atas tidak akan dipahami maksudnya.
Di dalam bahasa Indonesia, setiap kalimat minimal harus berpola S P (Subjek Prediket),
bisajuga S P O atau S P O K. Masih ingat pelajaran bahasa Indonesia kan? :)
Nah, di dalam bahasa Arab, kalau ada mubtada maka khobar harus ada, polanya M K
(Mubtada Khobar),kalau tidak ada khobar maka belum menjadi kalimat yang sempurna.
Paham?
Kaedah Khobar:
1. Khobar harus sesuai dengan mubtada dalam hal jumlah (mufrod, mutsanna, ataujamanya).
Bingung? Kalau bingung, coba baca pelajaran sebelumnya ya. Atau bisa tanya di bagian
komentar. Lanjut? OK! Misalnya pada contoh dii atas, jika mubtadanya mufrod (seperti Ar-
rojulu), maka khobarnya pun harus mufrod, yaitu muslimun. Jika mubtadanya mutsanna
(seperti muslimaani), maka khobarnya pun harus mutsanna, yaitu muslimaani. Jika
mubtadanya jama (sepertiAr-rijaalu), maka khobarnya pun harus jama, yaitu muslimuuna.
Sudah paham sekarang?
2. Khobar harus sesuai dengan mubtada dalam hal jenis (mudzakkar atau muannats nya).
Misalnya,
Penerangan
Fail itu hampir sama dengan subjek (di dalam bahasa Indonesia), hanya saja fail harus
terletak setelah fiil (kata kerja). Jadi kalau kita mau buat kalimat Ahmad duduk, dalam
bahasa arab kata kerjanya diawal sebelum fail (subjek), ( jalasa Ahmadu). Fail
terdapat pada jumlah filiyyah (kalimat yang diawali dengan fiil), sementara pada jumlah
ismiyyah (kalimat yang diawali dengan isim), seperti ( Ahmadu jalasa), maka kata
bukan dikatakan fail, tapi mubtada, karena kata merupakan isim yang terletak di
depan kalimat, sementara fail harus terletak setelah fiil.
Kaedah-kaedah Fail
1. Jika failnya muannats, maka fiilnya ditambah ta tanits (kadang hukumnya wajib,
kadang boleh-boleh saja)
Perhatikan, walaupun isimnya (failnya) berbentuk mutsanna atau jama sekalipun tapi fiil
tetap dalam keadaan mufrod.
Contoh kalimat:
( Qoro-tu al-kitaba) = Saya membaca buku. Maka kata al-kitaba (buku) adalah
objek.
Pada ayat di atas, kata jual beli dan riba adalah mafulun bih. Kata jual beli
adalah mafulun bih dari kata kerja menghalalkan, dan riba adalah mafulun bih dari kata
kerja mengharamkan.
Kaedah-kaedah Mafulun bih:
Mafulun bih dapat berupa:
1. Isim murob seperti contoh di atas. Kata al-kitab, al-baia, ar-riba, dll adalah contoh isim
murob.
2. Isim mabni (Dhomir muttasil, dhomir munfashil, isim isyaroh, isim maushul). Contoh :
(roaituka) = Saya melihat kamu. Dhomir ka (kamu) adalah dhomir muttasil yang
menempati kedudukan nashob sebagai mafulun bih).