Anda di halaman 1dari 23

No.

Dok :
LEMBAGA MATERI TARBIYYAH 21/MT/LKMT/02
KAJIAN MANHAJ MARHALAH MUAYYID
TARBIYAH ______________ Pokok Bahasan : Quwwatul Maal
( LKMT) MADAH : No.Kode Pb. : 2.1.1.21.036
FIQH DAWAH
Status Revisi : 0/0
Jumlah Halaman : 22

I. Tujuan Umum Madah:


Terbentuknya pribadi muslim yang memiliki keahlian dan kemampuan dalam berdawah
pada setiap ruang lingkup dan berbagai kondisi, memiliki kemampuan untuk membina orang
lain, mampu menghadapi dan mengatasi tantangan, problematika serta merasakan pentingnya
amal jama'i dan amal untuk mengkhidmat Islam an pentingnya bergabung pada jamaah untuk
menegakkan agama Allah di muka bumi dengan terpenuhinya karakteristik dasar bagi
seorang muslim

II. Tujuan Teori (cognitive)


1. Menjelaskan urgensi quwwatul maal untuk bekal dawah
2. Menjelaskan Kewajiban Berjihad di jalan Allah
3. Menjelaskan bahwa Jihad yang Sempurna adalah dengan kekuatan harta sendiri
4. Menjelaskan bahwa waktu dan kekeyaan adalah harta kita
5. Menjelaskan bahwa harta yang kita miliki bukan seutuhnya milik kita
6. menjelaskan bahwa membiayai dawah dengan harta kita adalah jihad yang
besar

III. Tujuan Afektif dan Psikomotorik (Praktik)


1. Mengajak manusia berjihad dengan harta mereka
2. Membiayai dakwah dengan harta kita
3. Termotivasi untuk memberikan perhatian, ide dan pemikiran terhadap segala bentuk
program yang akan memberikan nilai tambah pada para pemuda muslim.
4. Mau dan mampu berperan dalam pembinaan pemuda.

IV. Pilihan Kegiatan


Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan dalam halaqah adalah :

1. Kegiatan Pembuka
Mengkomunikasikan tema dan tujuan kajian Quwwatul Maal

2. Kagiatan Inti:
a. Kajian materi Ila Syabab
b. Berdikusi dan tanya tentang Quwwatul Maal ( lihat tujuan Kognitif, afektif
dan psikomotor)
c. Penekanan dari murobbi tentang nilai dan hikmah yang terkandung di
dalammateri tersebut

3. Kegiatan Penutup:
a. Tugas mandiri (lihat kegiatan pendukung)

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 1
b. Evaluasi
V. Kegiatan Pendukung (Pilihan)
1. Melakukan daurah Fun Rising
2. Melakukan daurah pelatihan dakwah.
3. Syiar unfaq.
4. Menulis makalah yang menjelaskan Quwwatul Maal menuju kebangkitan umat
5. Menulis cerita pendek (cerpen) yang menerapi segala hambatan dan rintangan yang
dihadapi para da'I dalam kehidupan dan dakwahnya.
6. Memberikan ceramah yang menjelaskan bahwa urgensi dan pengaruh Quwwatul
Maal dalam kebangkitan umat
7. Mengumpulkan perjalanan dan pengalaman para dai dalam perjalanan sejarah yang
berkenaan dengan . Quwwatul Maal

VI. Sarana Evaluasi dan Mutabaah


1. Ujian pengetahuan sekitar paket mata pelajaran.
2. Mengevaluasi dan memberikan catatan yang sesuai dengan prilaku umum dengan
mencapai target dakwah.
3. Mengevaluasi dan memberikan catatan kesertaan dalam kegiatan pendukung.
4. Mengevaluasi latihan dengan target tujuan-tujuan moral.
5. Mengevaluasi persiapan pemikiran dari pelaksanaan tugas untuk merealisasikan
pencapaian target paket kajian dalam kelas.

VII. Tujuan pengayaan dzatiyah


1. Memberikan pemahaman dan kesadaran bahwa untuk leading di masa depan harus mau
melakukan pembinaan pemuda dari sejak dini dan kemandirian dalam ekonomi
2. Memberikan kesadaran bahwa hanya pemuda dengan kriteria tertentulah yang bisa
menjadi pilar kebangkitan umat.
3. Menumbuhkan semangat membina para pemuda dengan acuan order SDM masa depan
yang sudah diprediksi dan diantisipasi sejak dini.
4. Menanamkan keyakinan bahwa hanya dengan penyebaran pemahaman Islam yang
syamilah umat ini bisa diselamatkan dari kehancuran.
5. Menanamkan keyakinan bahwa umat ini membutuhkan kegiatan dawah islam yang
memiliki program tarbiyatul umah untuk mengantarkan umat ini setahap demi setahap
menuju kesempurnaannya sebagai khoiro ummah.

VIII. Referensi
1. Kitab: Kaedah-kaedah dakwah kepda Allah [Dr. Hammam Said]
2. Kitab: Nurul Yaqin [Al-Khudhari]
3. Amar Maruf dan nahi munkar. Kar. Jalaluddin Al-Umari.
4. Dakwah Islam kewajiban syariat dan kepentingan manusia. Kar. Dr. Shadiq Amin.
5. Thariq Dakwah. Kar. Syeikh. Mustafa Masyhur.
6. Problematika Dakwah dan Dai. Kar. Fathi Yakan.
7. Kaifa Nadun Nas. Kar. Fathi Yakan.
8. Kaifa Nadun Nas. Kar. Abdul BadiI Shaqar.
9. Tujuan-tujuan Utama bagi Dai. Kar. A. Qathan, Jassim Muhalhil.
10. Wa bilhaqi shadamna fi wajhith thughyan Mahmud Abdul Wahhab Fayid.
11. Fikih Dakwah. Kar. Syeik Mustafa Masyhur.
12. Buku catatan harian dakwah dan dai. Kar. Hasan Albanna.
13. Risalah Dakwatuna. Kar. Albanna.
14. Bagaimana mendakwahi orang lain. Kar. Dr. Abdul Badi shaqar.

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 2
15. Dakwah kepada llah. Kar. Dr. Taufiq Al-Wai.
16. Islam dan Kondisai perekonomian kita. Kar. Abdul Qadir Audah.
17. Undang-undang kesatuan peradaban. Kar. Al-Ghazali.
18. Syarah Ushul Isyrin. Kar. Al-Qaradhawi.
19. Risalah Asyabab Imam Syahid Hasan Al Bana

IX. Muhatawa

Unsur-unsur Kekuatan dalam Islam (Al Anaashiru Quwwatil Islamiyah)


Quwwatul Maal-Kekuatan Finansial


SUATU hari Abdullah bin Abbas memakai pakaian paling indah dan mahal, berharga
10.000 dirham. Beliau bermaksud mengadakan dialog dengan kaum Khawarij yang
memberontak. Orang Khawarij adalah golongan yang kuat beribadat tetapi meminggirkan
ilmu dan tidak mau mempelajari al-Quran, fiqh dan hadits Rasulullah SAW. Mereka
terkenal sebagai kaum yang picik, fanatik, puritan dan membenci siapa saja yang
berseberangan paham dengan mereka.

Abdullah bin Abbas mandi dan memakai parfum paling harum, menyikat rambutnya serta
mengenakan pakaian indah dan bersih. Beliau akan berhadapan dengan orang-orang picik
yang memakai baju tebal dan tambalan, muka yang berdebu serta kusut masai.

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 3
Mereka berkata, Kamu adalah anak bapak saudara Rasulullah SAW. Mengapa kamu
memakai pakaian seperti ini? Abdullah bin Abbas menjawab, Apakah kalian lebih tahu
mengenai Rasulullah SAW dibanding saya? Mereka berkata, Tentulah kamu yang lebih
tahu. Abdullah berkata lagi, Demi Allah yang jiwaku dalam genggaman-Nya,
sesungguhnya aku telah melihat Rasulullah SAW berpakaian dengan mengenakan
perhiasan berwarna merah dan itu adalah sebaik-baik perhiasan.

Aisyah pada suatu ketika melihat sekumpulan pemuda berjalan dalam keadaan lemah,
pucat dan kelihatan malas. Beliau bertanya, Siapakah mereka itu? Sahabat menjawab,
Mereka itu adalah kumpulan ahli ibadat. Kemudian Aisyah berkata, Demi Allah, yang
tiada Tuhan selain-Nya. Sesungguhnya Umar bin al-Khattab adalah orang yang lebih
bertakwa dan lebih takut kepada Allah dibanding mereka itu. Kalau beliau berjalan,
beliau berjalan dengan cepat dan tangkas. Apabila bercakap, beliau dalam keadaan
berwibawa, jelas kedengaran percakapannya dan apabila beliau memukul, pukulannya
terasa sakit.

Pemahaman picik kaum khawarij adalah akibat memahami Islam secara tidak kaffah
(menyeluruh), memberatkan masalah ibadat yang sebenarnya mudah, sampai ke tahap
berlebih-lebihan dan menyusahkan diri.

Begitulah keadaan sebahagian umat Islam yang lupa kepada wasiat Rasulullah SAW yang
disampaikan kepada sahabatnya, Muaz bin Jabal ketika beliau dikirim menjadi Duta
dakwah ke negeri Yaman. Kata Nabi saw: Wahai Muaz, mudahkanlah setiap urusan,
jangan memberat-beratkannya.

Apakah Islam mengajarkan untuk membenci dunia? Kalau begitu, mengapa Abu Bakar
al-Siddiq berbangga dengan harta kekayaannya untuk membela agama Allah? Begitu juga
dengan Abdul Rahman bin Auf dan Uthman bin Affan yang mengeluarkan hartanya
untuk membiayai jihad di jalan Allah dengan dana dari kantong mereka sendiri.

Adakah Rasulullah SAW melarang mereka bekerja sungguh-sungguh untuk meraih


keuntungan duniawi?

Bahkan di dalam al-Quran, Allah menegaskan bahwa jihad dalam menegakkan agama
Allah wajib memiliki bekal persiapan. Firman-Nya : Dan siapkanlah untuk menghadapi
mereka dengan apa saja dar segala jenis kekuatan yang dapat kamu sediakan dari
pasukan berkuda yang lengkap untuk menggetsrksn musuh Allah dan musuh-musuhmu.
(Surah al-Anfal, ayat 60)

Bagaimanakah Islam akan menang jika umatnya adalah mereka yang berada dalam skala
Negara Dunia Ketiga? Negara miskin dan terbelakang serta dikuasai oleh musuhnya.
Apabila mereka hendak membeli makanan, mereka terpaksa meminta belas kasih orang
lain.

Apakah zuhud itu berarti membiarkan dunia dimiliki dan dikuasai oleh musuh Allah?
Sedangkan Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah berkata: Apabila emas seberat

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 4
gunung diamanahkan kepadaku, aku tidak akan tidur selagi ia tidak habis dimanfaatkan
untuk umat Islam.

Sebagai panduan bersama, ingatlah pandangan Shaikhul Islam al-Imam Ibnu Taimiyah.
Beliau berkata: Zuhud itu adalah kamu meninggalkan perbuatan yang tidak berfaedah
untuk akhiratmu.

Harta yang halal hendaklah dipastikan dikeluarkan juga pada tempat yang halal. Jangan
mencari pada sumber yang halal' tetapi membelanjakannya pada jalan maksiat. Atau
kebalikannya, mengambil dari sarang penyamun dan membelanjakannya untuk ibadat.

Itu semua bertentangan dengan perintah Allah. Orang beriman percaya harta adalah
titipan dan amanah Allah, pinjaman sementara dan apabila Allah menghendaki akan
lenyaplah harta itu dari tangan kita. Cukuplah harta itu ada dalam genggaman, tetapi
tidak menguasai hati kita.

Al-Imam Ahmad bin Hanbal ketika ditanya mengenai seorang lelaki yang memiliki harta
kekayaan sebanyak 100.000 dinar uang emas. Dapatkah dia dikatakan sebagai seorang
yang zahid? Beliau menjawab: Lelaki itu dikatakan zuhud apabila ada dua sifat: Tidak
terlalu bergembira ketika hartanya bertambah; Tidak terlalu berduka-cita apabila
hartanya berkurang.

Nikmatilah dunia dan segala kesenangannya tetapi pastikan harta yang dimiliki tidak
menahan langkah di akhirat kelak dan melambatkan perjalanan ke pintu syurga. Karena
semakin banyak harta, maka dapat dipastikan semakin rumit pula hisab perhitungan yang
dilakukan, kecuali harta yang halal yang dibelanjakan untuk keridhaan Allah.

Boleh jadi para koruptor dapat menutupi hasil kejahatan dari pandangan manusia. Maka
bagaimana dengan pengadilan Allah di akhirat kelak? Dapatkah mereka
menyembunyikan hasil kejahatan mereka?

Islam menggalakkan umatNya bekerja sungguh-sungguh untuk meraih keuntungan


duniawi. Semua kekayaan yang dianugerahkan Allah hendaklah dibelanjakan di jalan
Allah. Rasulullah saw berpesan agar umat Islam tidak memberatkan masalah ibadat yang
sebenarnya mudah dilakukan, sampai pada tahap berlebih-lebihan sehingga menyusahkan
diri sendiri. Islam menghendaki umatnya kaya dengan harta benda agar tidak ditindas
karena kemiskinan hanya membuat kita terus menjadi bangsa yang selalu mengemis
mencari bantuan asing.

Allah telah mewajibkan jihad secara tegas kepada setiap Muslim. Tidak ada alasan bagi
orang Islam untuk meninggalkan kewajiban ini. Islam mendorong umatnya untuk
berjihad dan melipat gandakan pahala orang-orang yang berpartisipasi di dalamnya
apalagi yang mati syahid.

Jihad pun dapat dilakukan dengan harta benda (amwaal). Yaitu dengan zakat, infak,
shadaqah, mengorbankan harta untuk membangun sarana pendidikan, sarana ekonomi,

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 5
sarana kesehatan, dan lain-lain yang bertujuan untuk membangun kekuatan umat. Hal ini
ditegaskan pada dalam surat Al Anfal ayat 60:


:

"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan
Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan)."

Dalam ayat tersebut Allah menegaskan agar kaum muslimin senantiasa melakukan
berbagai persiapan (baca: tidak asal-asalan) untuk menghadapi setiap upaya konspirasi
kebatilan yang dijalankan oleh musuh-musuh Allah. Persiapan-persiapan tersebut
hendaklah bersifat menyeluruh dengan mencakup semua lini kekuatan dan aspek
kehidupan umat.

Sudah saatnya Islam melaksanakan jihad secara terencana dan terorganisasi, dan bukan
semata-mata mengandalkan emosi. Jihad yang terorganisasilah yang akan dapat
menggentarkan musuh-musuh Allah.

Kita semua paham bahwa ada 5 (lima) kekuatan yang harus dimiliki kembali oleh umat
Islam kalau kita mau maju. Kekuatan tersebut adalah kekuatan iman, kekuatan ilmu,
kekuatan persaudaraan, kekuatan harta dan kekuatan angkatan perang. Seluruh kekuatan
ini ternyata memang ada dalam masyarakat Rasulullah. Kita akan membahas satu
kekuatan yang dapat kita jadikan pelajaran dalam pembinaan umat ini, yaitu kekuatan
harta (Quwwatul Maal).

A. Harta itu milik Allah (Al Maalu Lillah)


Allah SWT adalah Dzat yang memberikan jaminan rejeki kepada kita, ini menunjukkan
bahwasanya Allah pun berhak mengatur peruntukan rejeki yang ada pada kita. Manusia
yang tidak menyadari akan hal ini menganggap bahwasanya rejeki itu adalah hasil kerja
kerasnya sendiri tanpa ada campur tangan Allah SWT. Perilaku ini digambarkan oleh
Allah SWTketika menceritakan tentang kepicikan Karun. Allah berfirman:


:

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 6
Karun berkata,Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada
padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah
membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak
mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu,
tentang dosa-dosa mereka. (QS. Al-Qashash: 78)

Tuntutan yang dikehendaki Allah terkait dengan harta kita adalah dalam bentuk Infaq di
jalan Allah SWT untuk menegakkan agama-Nya di muka bumi ini.

Dari Abu Hurairah ra. katanya, Rasulullah saw bersabda: Kelak bumi akan
memuntahkan jantung hatinya berupa tiang-tiang emas dan perak. Maka datanglah
seorang pembunuh seraya berkata: Karena inilah aku jadi pembunuh. Kemudian
datang pula si perompak, lalu berkata: Karena inilah aku putuskan hubungan
silaturrahim. Kemudian datang pula si pencuri seraya berkata: Karena inilah tanganku
dipotong Sesudah itu mereka tinggalkan saja harta kekayaan itu, tiada mereka
mengambilnya sedikitpun. (Muslim)

Pada dasarnya semua manusia menyenangi kekayaan dan harta benda. Kadangkala
karena mengejar harta, didominasi hawa nafsu dan bisikan syaitan malah ada manusia
yang sampai rela berbunuh-bunuhan, merampok, korupsi bahkan memutuskan
silaturrahim. Dunia dicipta sebagai ujian buat manusia, siapakah yang paling bertakwa.
Sesungguhnya harta dunia tidak akan membawa arti apa-apa jika tidak dimanfaatkan ke
jalan yang diridhai Allah.

Hakikat harta diterangkan Rasulullah saw seperti sabdanya yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah:

"Seorang hamba (manusia) berkata, 'Hartaku, hartaku!' Padahal hartanya itu


sesungguhnya ada 3 jenis: (1) Apa yang dimakannya lalu habis. (2) Apa yang dipakainya
lalu lusuh. (3) Apa yang disedekahnya lalu tersimpan untuk akhirat. Selain yang 3 itu,
semuanya akan lenyap atau ditinggalkan kepada orang lain". (Muslim)

Harta pada dasarnya bersifat netral. Ia tidak mulia atau hina, baik atau buruk. Ia lebih
sebagai ujian bagi sifat dasar manusia terhadap Allah SWT. Dengan harta itu, mampukah
ia menjadi hamba yang lebih dekat kepadaNya, atau justru menjadi budak harta yang
terlena dan teperdaya olehnya. Pendek kata, ia merupakan cobaan bagi keimanan dan
ketaatan hamba kepada Sang Pencipta. Firman Allah SWT:
:
''Sesungguhnya hartamu dan anakanakmu hanyalah cobaan (bagimu). Di sisi Allahlah
pahala yang besar.'' (AtTaghabun: 15).

Ayat di atas tidak hanya memastikan bahwa harta adalah ujian, namun juga menunjukkan
sesungguhnya harta juga jenis kenikmatan duniawi lainnya seberapa pun besarnya, tidak

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 7
memiliki nilai sama sekali di hadapan Allah. Sebanyak apa pun harta yang dimiliki
seseorang, ia tetap kecil di hadapan Allah dan tidak kekal. Tapi, yang bernilai adalah
ketika harta itu bisa difungsikan dengan tepat, sesuai dengan yang Allah amanatkan. Jika
demikian, maka pahala di sisi Allahlah yang menjadi balasannya.
:
" atakanlah: Kesenangan di dunia ini hanya sebentar (sementara). Dan, akhirat itu lebih
K
baik untuk orangorang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.''
(AnNisaa': 77).

Begitulah Allah SWT menjelaskan hakikat harta dan segala kenikmatan dunia lainnya.
Sebagai ujian, ia ditimpakan kepada siapa saja, lintas strata, dan tanpa pandang bulu:
orang kaya, orang miskin, cendekiawan, pejabat, dan bahkan agamawan. Masingmasing
diuji dengan harta yang ada pada mereka.

Kesadaran memahami kehidupan dunia sebagai ujian semacam ini perlu dibangun agar
harta tidak membutakan mata hati dan memalingkan manusia dari Allah SWT.

:

''Hai orangorang yang beriman, jangan sampai harta-hartamu dan anak-anakmu


melalaikanmu dari Allah. Siapa yang terlalaikan oleh harta dan anak, maka mereka
itulah orangorang yang rugi.'' (AlMunafiqun: 9).

Karena itu, sikap terbaik dalam menjalani hidup adalah berperilaku zuhud. Zuhud adalah
sikap di mana kita tidak merasa bangga, buta hati, dan teperdaya dengan harta dan segala
kenikmatan dunia. Sebaliknya, kita juga tidak merasa kehilangan dan berduka ketika
segala kenikmatan tersebut dicabut dari kita. Allah berfirman:

:
''Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya
kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.'' (Al-Hadid: 23).

Orang yang bersikap zuhud niscaya akan selalu tenang menjalani hidup dan selalu merasa
cukup dan puas dengan apa yang ada pada dirinya. Ia tidak sombong dan terlena dengan
harta karena menyadari betul ia hanyalah amanat dari Allah untuk dipergunakan dengan
tepat.

Seorang sufi menyatakan, ''Kekayaan itu adalah kepuasan.'' Yakni, puas dengan apa yang
ada pada kita. Suburnya korupsi di negeri ini, antara lain, karena banyak dari kita yang
rakus, tidak amanah, dan telah diperbudak oleh harta. Orang yang demikian tidak akan
ada puasnya. Sebab, ia sudah dikendalikan oleh harta dan bukan dia yang mengendalikan
harta.

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 8
B. Kebutuhan Jihad akan Harta (Ihtiyajatul Jihad)
Jihad yang sempurna dilakukan dengan jiwa, harta dan lisan. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW, Berjihadlah kalian menghadapi kaum musyrikin (kafirin) dengan
harta, jiwa dan lisan kalian. (HR. Abu Daud dan lainnya)

Itulah jihad yang sempurna dan totalitas. Namun demikian, dalam keadaan tertentu bisa
saja ada sesuatu yang menghalangi orang untuk dapat berjihad secara langsung. Dalam
keadaan demikian tidak berarti ia tidak mengambil bagian dalam jihad sama sekali. Ibnul
Qayyim Al-Jauzi berpendapat dalam Zaadul Maad bahwa apabila seseorang tidak
berangkat ke medan jihad (tidak berjihad dengan jiwa)maka ia tetap wajib berjihad
dengan harta.

Di antara keutamaan berjihad dengan harta adalah dicatat sebagai orang yang ikut
berjihad dan merupakan shadaqah yang paling utama. Rasulullah SAW bersabda,
Barang siapa menyiapkan kendaraan perang di jalan Allah berarti ia telah ikut
berperang, dan barang siapa meninggalkan perang tetapi menggantinya dengan
kebaikan berarti ia pun telah ikut berperang. (HR. Bukhari,Muslim, Abu Daud dan
Tirmidzi).

Bahkan dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa mengkarantina
kuda perang untuk berjihad di jalan Allah, maka kenyang dan kotorannya (maksudnya
segala upaya untuk mengenyangkannya dan tenaga untuk membersihkan kotorannya)
akan ditimbang oleh Allah pada hari kiamat. (HR. Bukhari)

Hudzaifah Ibnul Yaman, yang biasa dikenal sebagai shohibussirri (intel) Rasulullah
SAW, senantiasa mencemaskan hal-hal yang akan membawa kepada fitnah dan
kerusakan. Dalam kaitan amar maruf nahi munkar, beliau mengingatkan bahwa orang-
orang yang menentang kemunkaran dengan hati, lisan dan perbuatannya adalah bentuk
keimanan yang sempurna. Barang siapa menghadapi denganhati dan lisannya tetapi tidak
dengan perbuatannya maka ia telah terjatuh satu kakinya. Barang siapa menghadapi
kemunkaran dengan hati dan tidak dengan lisan dan perbuatan maka sudah terjatuh kedua
kakinya. Dan barang siapa menghadapi kemunkaran tidak dengan hatinya, lisannya dan
perbuatannya maka ia telah menjadi mayat.

Hudzaifah menganggap orang-orang yang tidak memiliki kepedulian dalam melawan


kemunkaran dan tidak memberikan kontribusi apa-apa dalam penentangan terhadap
kezhaliman sama dengan orang mati. Sebuah perumpamaan yang sangat tepat mengingat
keberadaannya sudah tidak lagidiperhitungkan dalam barisan kaum Muslimin, wujuduhu
ka adamihi (eksistensinya tidak diakui), iatelah mati sebelum ajalnya tiba.Orang-orang
seperti itu kelak pada gilirannya akan digantikan oleh Allah dengan generasi yang lebih
baik, sebagaimana firman-Nya:

:

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 9
Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan
Allah. Maka diantara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia
hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allahlah yang Maha Kaya sedangkan
kamulah orang-orang yang membutuhkan(Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia
akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu
(ini). ( Qs. Muhammad ayat 38)

Seorang mukmin sejati, pantang untuk digantikan dan pantang untuk mundur dari
gelanggang dakwah dan jihad fii sabilillah. Karena dengan demikian dia akan hancur
dipermainkan oleh musuhmusuhAllah dalam keadaan terhina. Sebaliknya ia akan
senantiasa memompa semangatnya untukberjihad di jalan Allah dan menegakkan dakwah
baik dengan hati, lisan dan perbuatannya. Laa izzataillaa bijihaadin (tidak ada kemuliaan
kecuali dengan jihad).

:
Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin
kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah
mengetahui orang-orang yangbertaqwa. (Qs. At-Taubah: 44)

Seorang dai seyogianya menjadi titik sentral dari orang-orang yang mengikutinya. Dalam
hal mobilisasi infak untuk aktivitas dakwah banyak potensi yang masih terbuka lebar
tanpa harus berebutlahan. Bagaimana tidak, menurut perhitungan para ahli jika benar-
benar umat ini memobilisasi danazakat akan didapatkan dana segar sebesar 7 trilyun
untuk membangun umat. Dan jika ditambah denganinfak tidak kurang dana yang
terkumpul sekitar 35 trilyun rupiah. Sebuah angka yang menjadi modalbagi kebangkitan
umat di masa mendatang.

Semoga Allah senantiasa memberikan keistiqamahan kepada kita dalam meniti jalan
dakwah inibetapa pun beratnya ujian yang harus dihadapi. Dan semoga Allah
memberikan quwwatut tatsir pada diri kita, sehingga lebih banyak lagi orang yang
tertarik kepada kita dan menyerahkan hartanya untuk penegakan dakwah dan jihad fii
sabilillaah.

C. Jihad harta upaya perimbangan dalam menghadapi musuh


dakwah
Sebagaimana telah diterangkan terdahulu, jihad dengan harta merupakan jihad yang
melengkapi bentuk jihad lainnya. Dengan demikian, segala bentuk jihad Islam pasti
memerlukan jihad harta ini. Di sinilah peranannya yang sangat vital untuk mensukseskan
misi-misi jihad lainnya. Tanpa ditunjang harta, jihad lainnya akan terhambat ataupun
tidak mustahil menemui kegagalan.

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 10
Dr. Said Hawwa dalam bukunya Jundullah menulis tentang jihad harta ini,
Sebenarnya jihad dengan harta (jihad bil-mal) ini merupakan bagian vital dari jihad-
jihad yang lain. Risalah dakwah tidak akan berjalan dengan sempurna tanpa adanya
bantuan logistik dan dana yang kuat, lebih-lebih ketika sedang mempersiapkan kekuatan
dalam rangka menghadang ke- kuatan musuh. Setiap gerak dakwah tidak bisa terlepas
dari masalah dana, sebab dalam pelaksanaannya, dakwah memerlukan sarana dan
prasarana, apalagi untuk berdakwah di zaman sekarang ini.

Jihad lisan memerlukan banyak dana guna mencetak buku, surat kabar, pamflet, majalah,
dan sebagainya, sedangkan jihad pendidikan memerlukan banyak dana untuk membiayai
pembentukan lembaga-lembaga pendidikan dan pengajaran representatif yang ditunjang
peralatan secara me- madai serta tenaga-tenaga pendidik yang profesional.

Jihad fisik dengan berbagai macamnya memerlukan banyak dana untuk pengadaan
senjata, peralatan tempur yang canggih, logistik, dan biaya tunjangan untuk para syuhada.
Jadi jelaslah, jihad yang tidak didukung oleh kekuatan dana yang memadai akan
mengalami berbagai kegagalan. Oleh karena itu, dalam berbagai ayat Al-Quran, Allah
SWT mengaitkan jihad dengan harta dalam suatu rangkaian kalimat

Untuk melaksanakan jihad dengan harta ini, seorang muslim yang telah memenuhi syarat
untuk mernbelanjakan hartanya di jalan Allah, harus mengeluarkannya sebagaimana yang
telah diperintahkan Islam, baik di medan dakwah, pendidikan, politik, sosial, peperangan,
dan medan jihad lainnya. Berikut ini akan dinukilkan beberapa pendapat ulama tentang
masalah ini, terutama yang sering dilupakan/dilalaikan kaum muslimin.

Di sini tidak dibahas bentuk-bentuk pembelanjaan, seperti membangun masjid, madrasah,


menyantuni fakir miskin, membiayai peperangan, dan hal-hal yang sudah umum
diketahui masyarakat, namun beberapa hal yang kurang disentuh, bahkan sering
ditelantarkan karena salah pengertian.

Dr. Yusuf al-Qaradhwi dalam Fiqhuz-Zakah menulis tentang beberapa bentuk jihad masa
kini yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut :
Mendirikan pusat-pusat kegiatan Islam yang representatif di negara Islam, sebagai
pusat taklim dan tarbiyah bagi generasi muda Islam, menyampaikan/mengajarkan
ajaran Islam secara sharih jelas dan benar, membentengi akidah dari bahaya
kemusyrikan dan kekufuran, memelihara kemumian pola pikir islami agar tidak
tergelincir, serta mempersiapkan diri untuk membela Islam dan menghalau musuh-
musuhnya.
Mendirikan pusat kegiatan bagi kepentingan penyiaran dakwah Islam ke luar
(nonmuslim) di semua benua, terutama yang sedang berkecamuk dalam berbagai
macam pergolakan pemikiran dan ideologi.
Mendirikan unit usaha di bidang percetakan, baik berupa surat kabar, majalah
tabloid, maupun brosur-brosur, untuk menangkis berita-berita dari luar yang merusak
dan memutarbalikkan fakta kebenaran Islam, membuka tabir kebohongan musuh-
musuh Islam, serta menjelaskan Islam yang sebenarnya.

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 11
Termasuk di dalamnya adalah penyebaran buku-buku Islam dari penulis-penulis
Islam yang bersih, yang mampu menyebarkan ide/pikiran Islam dan membangkitkan
semangat umat Islam, yang mampu mengungkap mutiara-mutiara Islam yang selama
ini tertutupi oleh derasnya buku-buku Islam karya para orientalis, islamolog-
islamolog Barat dan Timur yang kafir. Untuk semua itu, diperlukan tenaga-tenaga
tangguh, berdedikasi, jujur, amanah, beridealisme dan bercita-cita tinggi, ber-iltizam
padamanha Islam, bekerja penuh perhitungan, dan ikhlas karena Allah semata.

Dr. Said Hawwa menulis dalam bukunya Kai lam Namdhi Baidan an Ihtiyajat al-Ashr,
Sebagai konklusi dari banyak ukuran syariat, saya berpendapat bahwa sekarang ini
dibenarkan memberikan zakat kepada lima kelompok dengan tetap menjaga pelaksanaan-
pelaksanaan zakat yang lain, fatwa, dan takwa. Mereka itu adalah sebagai berikut
Gerakan-gerakan jihad Islam. Gerakan-gerakan dakwah dan para dai yang menyuruh
kapada Allah; Pendidikan yang melahirkan tokoh-tokoh agama.; Pendidikan yang
melahirkan cendekiawan-cendekiawan spesialis dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan
yang dibutuhkan kaum muslimin; Jamaah-jamaah Islam Internasional.

Jika masyarakat Islam memiliki universitas yang mengelola masalah-masalah ini dan
memang memenuhi syarat karena di situ terdapat banyak tenaga ahli yang dapat
dipercaya, di samping universitas ini melaksanakan putusan fatwa yang berwawasan luas
yang mementingkan kesejahteraan warga masyarakat, maka membantu lembaga ini
merupakan langkah yang paling mendekati orang yang mendekat kepada Allah menuju
jalan yang hendak ditempuh.

Syekh Muhammad Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar menulis, Wajib dipelihara
dalam aturan lembaga infak dan zakat bahwa sabilillah tetap mempunyai hak atasnya
karena mereka memiliki suatu sasaran, yaitu berbuat untuk mengembalikan hukum Islam.
Tindakan ini lebih baik (lebih penting) daripada perang karena mereka memelihara
hukum Islam dari serangan orang-orang kafir. Cara lain dalam berdakwah serta membela
hukum Islam apabila sulit untuk mempertahankannya dengan pedang, kekuatan, dan
perang, adalah dengan lisan dan tulisan.

Selanjutnya, beliau menulis, Yang benar, sabilillah adalah kepentingan-kepentingan


umum kaum muslimin yang menegakkan kepentingan agama dan negara, bukan pribadi-
pribadi. Adapun proses perjalanan haji individu-individu (masyarakat) tidak termasuk
dalam kategori ini karena haji hanya diwajibkan kepada orang-orang yang mampu saja;
di sainping itu, haji merupakan fardhu ain seperti halnya shalat dan puasa, bukan
termasuk kepentingan-kepentingan dunia-kenegaraan.

Akan tetapi, syiar haji dan pelaksanaan umat termasuk kategori ini sehingga bisa dibiayai
dari jatah sabilillah ini guna mengamankan jalur-jalur transportasi yang akan dilalui
dalam perjalanan haji, menyediakan air, makanan, dan sasaran-sasaran mudik untuk para
jamaah haji kalau memang tidak ada dana lain.

Selanjutnya dia menulis,Orang-orang yang berjuang fi sabilillah mencakup kepentingan-


kepentingan syariat secara umum yang merupakan inti persoalan agama dan negara yang

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 12
terpenting, yaitu mendahulukan persiapan perang dengan membeli senjata dan logistik
untuk para pasukan, sarana-sarana angkutan, mempersiapkan para pejuang, dan
sebagainya. Di antara langkah sabilillah yang terpenting di zaman ini adalah
mempersiapkan dai dan mengirimkan mereka ke negara-negara kafir dengan dikelola
oleh organisasi-organisasi yang manajemennya teratur rapi, yang memberikan dana yang
cukup kepada mereka.

Asy-Syahid Sayyid Quthb dalam Fi Zhilaalil-Quran menulis, Sabilillah adalah pintu


lebar yang mencakup semua kepentingan masyarakat yang ingin merealisasikan kalimat
Allah. Yang paling penting di antaranya adalah mempersiapkan jihad, mempersiapkan
dan melatih para sukarelawan, mengutus dai Islam, menjelaskan hukum-hukum dan
syariat-syariat Islam kepada segenap manusia, mendirikan sekolah-sekolah dan
universitas-universitas yang mendidik putra-putri Islam secara islami dan benar, sehingga
kita tidak perlu menitipkan mereka di sekolah-sekolah pemerintah yang mengajarkan
segala ilmu pengetahuan kecuali Islam, maupun sekolah-sekolah yang dikelola oleh para
misionaris yang mengikis keimanan mereka sejak anak-anak padahal mereka tidak punya
daya penangkal untuk menghadapi pendangkalan iman itu.

Demikianlah beberapa medan jihad yang perlu diperhatikan oleh kaum muslimin saat ini
dalam membelanjakan hartanya di jalan Allah. Sangat perlu kita bahas, di antara yang
disebutkan itu, manakah yang lebih utama (afdhal), karena Islam memerintahkan kepada
pengikutnya agar mencari yang lebih utama dalam membelanjakan harta ini. Said Hawwa
dalam Kai Lam Namdhi menulis. Firman Allah SWT,

:
"Allah menganugerahkan al-hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-
Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan, barangsiapa yang dianugerahi al-
hikmah itu, dia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak...., (Qs. Al-
Baqarah: 269)

Ayat di atas diturunkan dalam konteks ayat-ayat yang memerintahkan agar berinfak yang
disebut dalam surah al-Baqarah, sebab ayat ini mendahului firmanNya,

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik.... (Qs. Al-Baqarah: 267)

Di antara hikmah yang paling menonjol dari konteks ayat-ayat tersebut adalah
meletakkan infak-infak sesuai dengan tempatnya. Itulah fenomena hikmah yang paling
tinggi karena memang akan melahirkan banyak kemaslahatan dan jasa.

Pada kenyataannya, masih banyak hartawan muslim yang kurang jeli dalam
membelanjakan hartanya di jalan Allah. Sebagai contoh, banyak hartawan Timur Tengah
yang jika menginfakkan hartanya kepada negara-negara miskin, hanya mau
memberikannya kepada masjid ataupun madrasah dalam pembangunan fisiknya.
Walaupun sudah banyak masjid dibangun bahkan dengan megahnya, namun sedikit sekali

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 13
dimanfaatkan jamaah, baik untuk shalat berjamaah maupun aktivitas-aktivitas keislaman
lainnya.

Semua ini tentu akibat dari ketidak mengertian, kebodohan, dan kemalasan mereka.
Apalah artinya masjid megah dengan segala kelengkapannya jika tidak bermanfaat
membimbing manusia menuju hidayah Islam. Apakah yang terpenting, bangunan megah
sebuah masjid ataukah mendidik manusia-manusia yang akan memanfaatkannya?
Membangun gedung megah itukah yang lebih afdhal ataukah membiayai pendidikan
ulama dan dai yang akan mengarahkan mereka? Di sinilah hartawan muslim dituntut
kejeliannya.

Mengenai masalah ini, Said Hawwa menulis dalam Kai Lam Namdhi, Akan kami
buatkan tiga ilustrasi:
potret orang yang membantu orang yang tunawicara, tunarungu, dan tunanetra;
potret orang yang membela seorang pekerja yang tidak mempunyai bahan
makanan;
potret orang yang menyisihkan zakatnya untuk melahirkan seorang alim yang
mengajak kepada Allah.
Tak pelak lagi, barangsiapa yang membantu yang mana pun juga dari tiga ilustrasi
tersebut, dia adalah orang yang bijak dan berjasa. Akan tetapi, dari ketiga ilustrasi itu,
manakah yang paling banyak hikmah dan pahalanya?

Orang yang menyeru kepada Allah dengan berbekal ilmu dan pengalaman, yang
menyebabkan Allah membuka sekian banyak kalbu, akal, dan kantong manusia, akan
melahirkan banyak limpahan rahmat yang hanya Allah yang mengetahuinya, kemudian
menghidupi banyak keluarga, bahkan bangsa. Berkat nasihat-nasihat yang
disampaikannya, banyak orang yang terdorong membayar zakat dan menerima agama
Allah. Dari aspek ini dan aspek-aspek lain, jelaslah bahwa potret yang ketigalah yang
paling banyak manfaat dan pahalanya.

Andaikata seseorang mengeluarkan zakatnya untuk membiayai seorang dai yang


mengajak kepada Allah di suatu wilayah yang didominasi oleh kebodohan, kefasikan,
kemaksiatan, dan kemurtadan, lalu si dai berhasil mengajak orang-orang tersebut dan
generasi-generasinya kembali ke dalam pangkuan Islam, bukankah Anda sependapat
bahwa orang-orang tersebut dan generasi-generasinya berada dalam barisan orang yang
bersedekah itu? Bukankah pahala orang ini dan hikmahnya lebih besar dibandingkan
saudara kita yang ada dalam potret terdahulu padahal masing-masing dari kedua orang ini
telah memperbaiki usahanya?

Selanjutnya, beliau menulis, Ada banyak kondisi di mana kita dianjurkan untuk
bersedekah dalam membangun masjid-masjid. Ada banyak kondisi yang
memperbolehkan kita memberikan fatwa agar kita menyerahkan zakat/infak untuk
membantu kondisi itu. Barangsiapa menyerahkan zakat kepada salah satu dari dua
kondisi itu, berarti ia mendapat yang baik.

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 14
Akan tetapi, ada ukuran-ukuran syariat yang harus kita tempatkan dalam perhitungan ini,
misalnya keluarga, tetangga, dan penduduk setempat didahulukan atas pihak-pihak lain;
orang yang lebih rajin menjalankan kewajiban didahulukan atas yang lain; kewajiban-
kewajiban yang terbengkalai harus mendapat perhatian lebih khusus; menghidupkan
kewajiban-kewajiban yang ditinggalkan orang didahulukan atas kepentingan-kepentingan
lainnya; menegakkan kewajiban-kewajiban fardhu ain dan fardhu kifayah harus
mendapat perhatian khusus, dan sebagian fardhu kifayah harus didahulukan bergantung
pada waktu dan tempat.

Semua itu harus dicamkan betul oleh seorang pembayar zakat ketika hendak
menyerahkan zakatnya. Ketepatan menjatuhkan pilihan kepada siapa zakat dan sedekah
itu akan diserahkan, merupakan salah satu fenomena kebajikan dirinya. Kalau ia tepat
menyerahkannya kepada bidang yang paling bermanfaat, berarti ia berhak mendapat
pahala yang paling banyak. Dalam keadaan bagaimanapun juga, ia akan mendapat pahala
asalkan niatnya benar.

Demikianlah beberapa kaidah yang perlu diperhatikan oleh para hartawan muslim dalam
membelanjakan hartanya di jalan Allah agar apa yang dilakukannya mendapat balasan di
sisi Allah. Dengan demikian, jelaslah bahwa untuk menginfakkan harta di jalan Allah
harus benar-benar jeli dalam memperhitungkannya. Setiap tempat dan kondisi tertentu
berbeda pelaksanaannya dengan tempat dan kondisi lainnya, sebagaimana dikemukakan
Said Hawwa.

Sebagai ilustrasi, dalam sebuah negara yang mayoritas penduduknya muslim terdapat
banyak ulama dan sarana pendidikan Islam, namun tidak dapat berbuat banyak karena
dikuasai pemerintah kuffar yang dilengkapi dengan fasilitas militer. Dalam kondisi
seperti ini, membebaskan negara tersebut dari pemerintah kuffar harus diutamakan.
Semua pembelanjaan harus dikerahkan ke sana, seperti melatih pasukan/tentara Islam,
mempersenjatai mereka dengan segala kelengkapannya, mendidik ulama dan dai yang
mengarahkan umat agar berjihad, dan memperlengkapi sarana menuju ke sana adalah
lebih utama dari pekerjaan lainnya.

Apalah artinya membangun masjid besar, sarana pendidikan lengkap jika akan
dipergunakan memperkuat kekuasaan pemerintah kuffar tersebut ataupun tidak dapat
difungsikan sebagaimana dikehendaki Islam.

Dalam kondisi seperti ini, membelanjakan harta untuk pembebasan ini adalah lebih utama
daripada yang lainnya karena pembebasan negara dari cengkeraman pemerintah kuffar
adalah pintu menuju pelaksanaan ajaran Islam secara sempurna dan murni. Karenanya,
membantu gerakan-gerakan Islam yang akan membebaskan bumi ini dari cengkeraman
pemerintah-pemerintah kuffar dan kaki tangannya adalah pekerjaan yang sangat besar
dan mulia, memiliki hikmah tertinggi di hadapan Allah. Semua usaha menuju ke arah
sana harus dibantu sepenuhnya oleh hartawan muslim yang menghendaki hikmah.

Demikian pula halnya ketika umat Islam tidak memiliki ahli dalam bidang-bidang
tertentu yang akan memperkuat kejayaan Islam, membelanjakan harta untuk melahirkan

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 15
ahli spesialis tersebut adalah utama. Apalah artinya kelengkapan fasilitas yang dimiliki
umat Islam jika tidak ada yang mengelolanya secara maksimal.

D. Distribusi Infak fi sabilillah (Pengaturan Sumber Dana)

Kebanyakan kaum muslimin ataupun gerakan-gerakan Islam dewasa ini kurang


memperhatikan pengaturan dana yang kontinu dalam menjalankan aktivitas
perjuangannya. Jika ada, itu pun hanya keija sambilan yang kurang diperhatikan. Mereka
hanya mengharapkan sumbangan dari donaturnya, baik sebagai anggota maupun
simpatisan. Mereka kurang mengembangkan potensi perekonomian Islam dan kaum
muslimin untuk melancarkan sumber dana, yang mana ini pun merupakan salah bentuk
jihad yang harus dilaksanakan.

Pada saat kaum muslimin belum memiliki negara yang dapat menjamin dana perjuangan
dan langkanya para hartawan muslim yang seharusnya menjadi donatur bagi perjuangan
Islam, mereka yang kaya telah terjangkiti penyakit kikir sehingga tidak mau
mengeluarkan hartanya di jalan Allah. Di samping itu, ada pula hartawan muslim yang
berkeinginan mengeluarkan hartanya mem- bantu perjuangan Islam, namun dihantui
ketakutan penangkapan dan penyiksaan dari penguasa-penguasa zalim vang anti-Islam.
Masih banyak lagi faktor yang menahan hartawan muslim mengeluarkan hartanya di
jalan Allah. Hal ini jelas akan menyusahkan perjuangan Islam karena kekurangan dana.
Banyak program pokok dalam perjuangan terbengkalai akibat ketiadaan dana.
Bagaimanapun, dana sangat penting bagi keberhasilan misi perjuangan.

Sementara itu, musuh-musuh Islam, pasukan-pasukan thagut, terus melancarkan operasi


penghancuran dan penghapusan Islam dengan berbagai fasilitas dan tunjangan dana besar
dari para donaturnya yang memiliki jaringan internasional. Apakah karena ketiadaan dana
ini menyebabkan pejuang-pejuang fi sabilillah mundur dari perjuangannya dan
membiarkan pengikut-pengikut iblis yang dilaknat Allah itu menyesatkan manusia.
Apakah ketiadaan dana ini mendorong mereka mengemis pada musuh-musuh Islam
untuk memberikan dana bagi perjuangannya dengan syarat mereka harus melacurkan
akidahnya, atau hanya pasrah saja menunggu dana dari donatur; jika dana sudah tersedia,
baru menjalankan aktivitas perjuangan.

Semua ini adalah pekerjaan orang-orang frustasi, orang-orang yang kalah mentalnya
dalam berinteraksi dengan kejahiliahan. Inilah sifat tercela yang harus dijauhi pejuang-
pejuang fi sabilillah. Kita yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Allah Yang Mahakaya
dan Mahakuasa pasti akan mendatangkan bantuan-Nya, namun apakah bantuan itu akan
datang dengan sendirinya tanpa ikhtiar sungguh-sungguh dari pejuang-pejuang suci ini.
Bukankah Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berusaha semaksimal
kemampuannya untuk menegakkan din-Nya, kemudian dengan usaha sungguh-sungguh
itulah Allah mendatangkan bantuannya, sebagaimana disebutkan Al-Quran,

:
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Qs. Muhammad: 7)

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 16
Dengan demikian, Allah hanya akan menolong hamba-hamba-Nya yang sudah berikhtiar
dengan seluruh kemampuannya, bukan orang-orang yang patah semangat kemudian tidak
berbuat.

Untuk menanggulangi kekurangan dana dalam perjuangan, saat ini diperlukan usaha-
usaha perekonomian yang dapat menghasilkan dana, baik dalam usaha perdagangan,
pabrik, jasa, maupun usaha-usaha halal lainnya. Tentu, usaha ini dikelola sesuai dengan
perkembangan sistem perekonomian modern yang sesuai dengan Islam, dilaksanakan
oleh orang-orang yang amanah dan bertanggungjawab, memiliki komitmen yang kuat
terhadap perjuangan Islam dan profesional di bidangnya, di bawah kontrol lembaga
perjuangan Islam, baik secara langsung jika hal ini memungkinkan maupun tersembunyi.

Sangat bijak jika pergerakan Islam melaksanakan usahanya secara sembunyi (rahasia),
terutama di negara-negara yang penguasanya anti-Islam, tidak terang-terangan secara
langsung mengatasnamakan lembaga perjuangannya dalam aktivitas perekonomian,
misalnya atas nama pribadi yang dibiayai dan dikontrol lembaga. Cara semacam ini
menjaga kemungkinan musuh-musuh Islam yang ingin menghancurkan perjuangan dari
sumber kekuatan ekonomi karena mereka senantiasa berusaha untuk itu dengan
menghalalkan segala cara.

Usaha-usaha perekonomian itu harus dilakukan dengan menjalankan sistem


perekonomian Islam. Baik berupa syirkah, mudharabah, murabahah, qiradh, dan
sejenisnya yang tidak terkontaminasi sistem ekonomi non-Islam. Misalnya, beberapa
anggota pergerakan yang memiliki kelebihan harta mengumpulkan modal untuk
dijalankan. Kemudian dari keuntungan usaha tersebut disisihkan bagian untuk dana
perjuangan. Atau seseorang/beberapa orang yang memiliki modal dan yang lainnya
mendirikan usaha. Keuntungan dari usaha itu dibagi antara pemberi modal dan yang
menjalankannya kemudian disisihkan bagian untuk perjuangan Islam.

Atau sebuah pergerakan Islam yang memiliki dana cukup, kemudian membuka usaha
sebagai bagian dari aktivitasnya sebagai sumber dana perjuangan; dan lain-lain bentuk
perekonomian yang tidak bertentangan dengan syariat Islam dan dijalankan dengan
manajemen modern dan profesional.

Dengan usaha-usaha pengaturan dana melalui perekonomian ini, para pejuang fi


sabilillah tidak perlu bersusah payah mengemis pada orang-orang kikir ataupun musuh-
musuhnya dan tidak perlu terlalu mengharapkan bantuan yang belum pasti datangnya.
Dengan usaha yang bersungguh-sungguh dan mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya,
rahmat dan pertolongan Allah akan senantiasa datang kepada pejuang di jalan Allah.
Selain itu, dapat dilihat keberhasilan yang telah diperoleh pejuang-pejuang di jalan Allah
yang menaruh perhatian besar terhadap pengaturan sumber dana ini, bahkan
menjadikannya sebagai bagian dari perjuangan yang mesti digarap, tidak kalah pentingya
dengan jihad lainnya.

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 17
Sebagai contoh, Imam Syahid Hasan al-Banna sangat menaruh perhatian pada aspek
perekonomian ini. Gerakannya mampu mengorganisasi usaha-usaha perekonomian,
bahkan pabrik-pabrik besar, sebagai sumber dana perjuangannya. Usahanya itu dikelola
oleh jamaah secara profesional. Demikian pula halnya dengan gerakan ekonomi yang
dikelola gerakan al-Arqam, yang berpusat di Malaysia, dengan pabrik-pabrik dan usaha
perdagangan yang cukup maju serta dikelola secara profesional oleh pribadi-pribadi
berdedikasi tinggi. Dengan usahanya itu, gerakan Arqam mampu berkembang ke
beberapa negara.

Berapa banyak gerakan Islam yang gulung tikar ataupun susah berkembang karena
kurang memperhatikan pengaturan sumber dana secara profesional, tidak menggarap
sektor perekonomian sebagaimana menggarap bagian-bagian perjuangan lainnya,
sedangkan ekonomi adalah kunci dari keberhasilan perjuangan secara menyeluruh. Kini,
sudah saatnya lembaga-lembaga perjuangan Islam, bahkan merupakan tuntutan yang
mesti dilakukan, untuk memiliki lembaga khusus yang bergerak dalam bidang ekonomi
dalam rangka menunjang dana perjuangan dengan mengikuti kaidah-kaidah
perekonomian modern yang sesuai dengan Islam.

Untuk membahas persoalan ini secara rinci diperlukan keterlibatan para pakar ekonomi
dan bisnis serta manajemen yang komitmen terhadap perjuangan Islam dalam rangka
menuju kejayaan Islam dan umatnya. Di antara seruan Allah SWT dalam memobilisasi
kaum Muslimin untuk berjihad di jalan-Nya adalah dalam Surat At-Taubah ayat 41:

- :
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan
berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui. (QS. At-Taubah: 41)

Infak di jalan Allah menjadi sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan dalam jihad
fiisabilillah, baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit. Dalam ayat
tersebut secara gamblang disebutkan bahwa berjihadlah dengan harta dan jiwamu.

Para shahabat radhiyallahu anhum berlomba-lomba menginfakkan harta mereka setiap


kali seruan infak datang kepada mereka. Abu Bakar menginfakkan seluruh hartanya
kepada Rasulullah, Umar menginfakkan separuh hartanya kepada Rasulullah, Utsman bin
Affan pernah menginfakkan seribu ekor unta berikut isinya. Pantaslah para muassis
dakwah pada zaman sekarang ini pun mengandalkan penggalangan dana dari infak para
pendukungnya dengan slogan shunduuqunaa juyuubuna. Tidak mengandalkan kepada
uluran tangan dan belas kasihan orang lain. Asy-Syahid Hasan Al-Banna pernah menolak
pemberian dari kerajaan Inggris untuk aktivitas dakwah beliau.

Mengapa kita diharuskan berjihad dengan harta kita? Hal itu disebabkan karena kebatilan
pun untuk bisa eksis, didukung oleh para pendukung kebatilan (orang-orang kafir) yang
berani mengeluarkan biaya besar. Allah berfirman:

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 18


Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk
menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian
menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka
Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan, (QS. Al-Anfal: 36)

Oleh karena itu, pelalaian akan infak di jalan Allah ini akan menyebabkan surutnya
kembali cahaya Islam dan tertutupinya kebenaran Islam. Tertutup oleh kegelapan
kebatilan dan kezhaliman yang mengobral harta mereka untuk melawan kebenaran.

Perhatikanlah dalam penggalan sejarah ketika para sahabat berkeinginan meminta


dispensasi kepada Rasulullah untuk tidak lagi berinfak dan meninggalkan dakwah yang
telah maju di Madinah untuk sekadar memetik keuntungan duniawi. Permintaan
dispensasi tersebut dijawab oleh Allah dengan sebuah penegasan untuk berinfak di jalan
Allah SWT.

"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Baqarah: 195)

Semoga Allah SWT senantiasa melapangkan rezki kepada kita dan memberikan kekuatan
kepada kita untuk berinfak di jalan Allah SWT dalam menegakkan agama Allah di muka
bumi ini.

SUPLEMEN
PROFIL HARTAWAN MUSLIM GENERASI ISLAM PERTAMA

Generasi Islam pertama yang dibina Rasulullah saw. adalah sebaik-baik generasi Islam
yang seluruh kehidupannya merupakan teladan kaum muslimin sepanjang masa. Mereka
adalah generasi yang diturunkan Allah kepada umat manusia, hidup di bawah bimbingan
wahyu Allah dan pendidikan Rasulullah sehingga mereka dijuluki sebagai umat terbaik
yang diturunkan Allah ke muka bumi. Mereka adalah generasi-generasi agung, yang
keagungannya menjadi mercusuar sepanjang zaman.

Demikian pula, mereka adalah pejuang-pejuang agung yang rela mengorbankan jiwa raga
dan hartanya untuk menegakkan keadilan dan kedamaian di muka bumi. Mereka adalah
sebaik-baik teladan dalam perjuangan di jalan Allah. Karenanya, tidaklah sempurna
pembahasan mengenai jihad dengan harta jika perjuangan sud mereka dalam
mengorbankan hartanya di jalan Allah tidak dikemukakan. Pada bagian ini akan
dikemukakan profil para pejuang di jalan Allah yang telah mengeluarkan hartanya untnk
perjuangan Islam.

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 19
1. Khadijah ra., Ummahatul Muminin Pertama

Dalam tarikhnya, Ibnu Atsir menulis, Siti Khadijah adalah seorang niagawati yang
mempunyai kedudukan terhormat dan memiliki harta kekayaan besar. Dalam mengelola
perniagaannya, ia mempekerjakan kaum pria untuk menjualkan barang-barang
dagangannya dengan menerima sebagian dari keuntungan yang didapatnya. (3) (Lihat
Muhammad al-Ghazali, Fiqhus Sunnah, hlm. 132)

Niagawati kaya raya ini lalu menikah dengan seorang pemuda calon pemimpin besar
umat manusia, Muhammad al-amin. Allah telah memilih pendamping yang sangat tepat
bagi misi-misi besar yang diembannya kelak, seorang wanita terhormat, kaya raya,
cerdas, tegas, bijaksana, dan rela mengorbankan hartanya untuk mendukung perjuangan
suaminya tercinta. Khadijah r.a. adalah profil hartawan muslimah agung yang
pengorbanannya sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata.

Ketika suami tercintanya menjauhi dunia untuk ber-tahannuts, mencari kebenaran hakiki
di kesunyian Gua Hira, dengan penuh pengorbanan, disiapkannya seluruh kemampuan
yang dimilikinya. Seluruh harta benda miliknya dikorbankan kepada perjuangan suci
suaminya untuk membebaskan umat manusia dari kesesatan dan kejahiliahan. la tidak
pernah mengeluh dan menghitung-hitung berapa besar yang dikeluarkannya untuk
perjuangan suaminya ketika wahyu telah turun.

Khadijah r.a., bangsawan kaya raya yang telah mengorbankan seluruh miliknya untuk
perjuangan menegakkan risalah Islam yang diemban suaminya tercinta, Muhammad
Rasulullah. Dengan pengorbanannya, ia rela hidup menderita, senantiasa kekurangan,
meninggalkan kemewahan duniawi, menjadi miskin demi menegakkan keyakinannya;
sampai ia wafat di tengah-tengah kemiskinan dan kekurangan suami dan para pengikut
setianya. Sesungguhnya, pantaslah Rasulullah mencintai orang yang telah mengorbankan
segala-galanya untuk kejayaan Islam seperti Khadijah, istrinya tercinta.

Tiada kata-kata yang lebih indah untuk melukiskan pengorbanan sucinya kecuali kata-
kata sang kekasihnya, Muhammad Rasulullah, orang yang langsung merasakannya,
Demi Allah, tiada ganti yang lebih baik darinya, yang beriman kepadaku di saat semua
orang ingkar, yang membenarkanku ketika semua mendustakanku, yang mengorbankan
hartanya di saat semua berusaha menahannya, dan...darinyalah aku mendapatkan
keturunan....

Berbahagialah Khadijah r.a., seorang hartawan muslimah yang telah hidup bersama Islam
dan menghidupkan Islam dengan apa yang dimiliknya dan rela meninggal di tengah-
tengah keislamannya dalam mendukung perjuangan suci suaminya. Pantaslah ia
mendapatkan kedudukan terhormat di mata Rasul-Nya dengan pengorbanan yang telah
diberikannya sehingga menimbulkan kecemburuan istri-istrinya yang lain, walaupun
Khadijah telah wafat.

2. Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar ibnul-Khaththab

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 20
Abu Bakar ash-Shiddiq adalah salah seorang bangsawan dan hartawan Quraisy yang
mengikuti Rasulullah di awal dakwah Islam. Dengan kekayaan yang dimilikinya, Abu
Bakar telah banyak berbuat untuk menjayakan perjuangan Islam, membantu saudara-
saudara seimannya yang lemah, membebaskan mereka dari perbudakan dan kesulitan-
kesulitan ekonomi lainnya. Kederma- wanan Abu Bakar tidak dapat ditandingi oleh para
sahabat lainnya karena ia telah mengorbankan seluruh harta bendanya untuk perjuangan
Islam. Dalam sebuah riwayat disebutkan sebagai berikut.

Umar ibnul-Khaththab ra., berkata, Rasulullah menyuruh kami supaya bersedekah.


Kebetulan ketika itu, aku mempunyai harta. maka kataku dalam hati, Sekarang, aku
dapat mengungguli Abu Bakar sekalipun aku tidak pernah mengunggulinya. Aku pun
datang membawa separo hartaku. Rasulullah bertanya, Berapa engkau tinggalkan
untuk keluargamu? Sebanyak itu pula, jawabku. Datanglah Abu Bakar membawa
seluruh hartanya dan Rasulullah bertanya kepadanya, Berapa engkau tinggalkan untuk
keluargamu?Jawabnya, Aku tinggalkan buat mereka Allah dan Rasul-Nya. Aku (Umar)
berkata, Aku tidak akan dapat mengungguli Anda buat selama-lamanya. (HR Abu
Dawud dan Tirmidzi)

Kedermawanan mereka berdua, Abu Bakar dan Umar, tidak perlu dikomentari panjang
lebar lagi. Riwayat tersebut telah menggambarkannya dengan indah dan tuntas. Mereka
tidak pernah menahan harta bendanya jika; hal itu untuk kepentingan Islam dan
perjuangannya; mereka selalu berlomba- lomba untuk mengeluarkannya.

3. Utsman bin Affan

Ketika Perang Tabuk (perang terbesar ketika itu antara kaum muslimin dan tentara
Romawi pada bulan Rajab tahun 9 H) diperintahkan oleh Rasulullah pada musim panas
yang terik, perjalanan yang ditempuh amat jauh dan jumlah musuh sangat besar.
Demikian pula perlengkapan yang dipersiapkan harus memadai. Rasulullah lalu
menganjurkan kepada para sahabat untuk mengeluar- kan sumbangan menurut
kemampuan masing-masing.

Para sahabat berlomba-lomba mengeluarkan infak, demikian juga kaum wanita berlomba
mengeluarkan barang perhiasannya dan menyerahkannya kepada Rasulullah guna
membantu persiapan angkatan perang, namun sumbangan itu tidak seberapa banyak dan
belum mencukupi persiapan guna menghadapi tentara Romawi yang demikian besar dan
tangguh.

Ketika Rasulullah memandang pasukan yang besar dan panjang dari para sahabat, beliau
bersabda, Barangsiapa yang dapat membiayai mereka. Allah akan mengampuninya.
Mendengar jaminan ampunan Allah itu, tampillah Utsman dari arah yang tidak diduga
dari dalam barisan panjang itu, menyanggupkan diri untuk membiayai seluruh keperluan
pasukan perang yang terkenal dengan nama Jaisul Usrah pasukan di waktu susah.

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 21
Berkata Ibnu Syihab az-Zuhri sehubungan dengan infak Utsman bin Affan itu, Utsman
telah menyerahkan kepada Jaisul Usrah dalam Perang Tabuk sejumlah 940 ekor unta
ditambah dengan 60 ekor kuda untuk membulatkan jumlah menjadi seribu ekor.

Berkata Hudzaifah al-Yamani, Utsman datang kepada Rasulullah saw. dengan membawa
uang untuk Jaisul Usrah dengan dicurahkan di atas telapak tangannya. Rasulullah pun
membolak-balikkan uang itu dengan tangannya seraya bersabda, Allah telah
mengampuni dosa-dosamu, yang kamu wahai Utsman, baik yang kamu sembunyikan
maupun nyatakan, begitupun apa yang akan terjadi nanti sampai kiamat

Ketika Rasulullah dan para sahabatnya baru berhijrah ke Madinah, mereka langsung
mendapat ujian dari Allah dengan menghadapi kesulitan air, sehingga ada di antara para
sahabat yang berkata, Kami tidak tahan tinggal di tempat ini, sambil menunjuk tempat
yang banyak airnya milik orang Yahudi, sebuah mata air tawar yang suka dijuahya
dengan satu gantang gandum untuk setimba air.

Rasulullah sangat mengharapkan kiranya di antara sahabat ada yang bersedia membeli
telaga itu sehingga air dapat dialirkan kepada kaum muslimin tanpa memungut bayaran.
Tampillah sekali lagi Utsman bin Affan untuk memenuhi harapan Rasulullah itu dan
membeli separo dari telaga itu dengan harga 12.000 dirham. Cara pemanfaatannya
dengan bergiliran, satu hari Yahudi dan satu hari untuk kaum muslimin. Karena orang
Yahudi itu mengharapkan pendapatan yang lebih banyak, ia menawarkan kepada Utsman
bin Affan untuk membeli yang sebagian lagi, lalu dibelilah seluruhnya, sehingga
melimpah ruahlah air itu untuk kaum muslimin.

4. Abdurrahman bin Auf

Diriwayatkan dari Anas r.a. bahwa ketika Aisyah di rumahnya tiba-tiba terdengar suara
getaran dan hiruk pikuk di luar rumah. Aisyah bertanya, Suara apakah itu? Dijawab
oleh seseorang, Itu suara kafilah Abdurrahman bin Auf yang baru tiba dari Syam
membawa barang dagangannya kira-kira tujuh ratus unta, yang menimbulkan suara
demikian. Aisyah berkata, Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, Saya telah
melihat Abdurrahman bin Auf masuk ke dalam surga dengan merangkak. Keterangan
ini sampai kepada Abdurrahman bin Auf, lalu ia berkata, Jika dapat, aku akan usahakan
untuk masuk sambil berdiri. Semua unta dengan muatannya lalu diinfakkan di jalan
Allah.

5. Ummahatul Muminin Aisyah RA.

Diriwayatkan bahwa pada suatu hari, Abdullah bin Zubair mengirim uang sebanyak
180.000 dirham kepada Aisyah r.a., sedangkan ketika itu ia tengah berpuasa. Uang itu
lalu dibagi-bagikan hingga petang dan tidak tersisa. Ketika sudah petang, Aisyah berkata
kepada hambanya, Sediakan untuk berbuka puasa. Disediakanlah roti dan minyak
zaitun oleh hambanya sambil berkata, Apakah engkau tidak dapat membeli daging dari
uang yang dibagi-bagikan itu walau hanya sedirham? Aisyah r.a. menjawab, Sudahlah,

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 22
jangan marah padaku. Sekiranya engkau mengingatkan, tentu aku dapat mengerjakan
itu.

6. Saad Ibn Ar-Rabi

Al-Bukhari meriwayatkan sebagai berikut. Setibanya kaum Muhajirin di Madinah,


Rasulullah saw. segera mempersaudarakan Abdurrahman bin Auf dengan Saad ibnur-
Rabi. Ketika itu, kepada Abdurrahman, Saad berkata, Aku termasuk orang Anshar
yang mempunyai banyak harta kekayaan dan kekayaan itu akan kubagi dua, separo untuk
Anda dan separo untukku. Aku juga mempunyai dua istri. Lihatlah mana yang Anda
pandang baik bagi Anda sebutkan namanya, ia akan segera kucerai dan sehabis masa
iddahnya, Anda kupersilakan menikahinya.

Abdurrahman menjawab, Semoga Allah memberkahi keluarga dan kekayaan Anda.


Tunjukkanlah kepadaku di manakah pasar kota kalian.

Demikianlah sedikit dari beberapa contoh agung para pejuang di jalan Allah yang telah
mengorbankan harta bendanya untuk menegakkan Islam di muka bumi. Seluruh generasi
Islam pertama adalah para pejuang sejati yang telah mengorbankan jiwa dan hartanya
untuk perjuangan di jalan Allah. Dada mereka yang telah dipenuhi oleh keimanan dan
keislaman, tidak akan ragu mengorbankan apa saja untuk kepentingan agamanya.

Perjuangan agung mereka tidak mungkin dapat diuraikan satu per satu, namun
perjuangan mereka pada hakikatnya adalah perjuangan suci yang dilandasi keimanan
mereka kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka sangat yakin bahwa semua pengorbanan
yang diberikan akan dibalas dengan surga dan segala kenikmatannya. Untuk mendapat
kenikmatan akhirat inilah, mereka berlomba-lomba mengeluarkan hartanya di jalan
Allah. Pengorbanan mereka yang agung dan mulia telah menjadikan Islam sebagai agama
yang menyelamatkan dunia.

Mereka yang memiliki harta benda dan mengaku sebagai orang yang beriman, tidak akan
menumpuk harta bendanya secara berlebih-lebihan sebagaimana yang telah dicontohkan
generasi Islam pertama, karena mereka mengetahui bahwa dunia ini adalah ladang untuk
menanam amal saleh agar dapat dipanen kelak di akhirat. Mereka yang telah diberi
kelebihan harta oleh Allah, namun dipergunakan untuk kepuasan duniawi dan tidak
dibelanjakan di jalan Allah, bukanlah termasuk orang-orang yang dirahmati Allah kelak.

Apalagi seperti saat ini, di mana musuh-musuh Islam telah menggalang dana besar untuk
menghancurkan Islam dan kaum muslimin, sedangkan para pejuang di jalan Allah sangat
kesusahan mendapatkan dana perjuangan mereka. Pada saat seperti ini, pengorbanan
mengeluarkan harta di jalan Allah akan mendapatkan ganjaran yang sangat besar dan
orang-orang yang tidak mengeluarkannya akan mendapat kemurkaan dan bencana besar.

_______________________________________________________
Materi tarbiyah Muayyid, madah Fiqih Dawah, Pb. Quwwatul Maal 23

Anda mungkin juga menyukai