PENDAHULUAN
(SJS/TEN) merupakan reaksi alergi obat yang berat yang ditandai oleh kelainan
disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas atau reaksi kompleks imun, disertai gejala
umum yang berat. Steven Johnsons Syndrome dan Toxic Epidermal Necrolysis
klinis TEN lebihberat dibandingkan SJS, pada TEN terjadi plak eritema yang
Penelitian yang dilakukan pada pasien SJS dan NET di Instalasi Rawat
Inap Kemuning RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama 4 tahun sejak 1 Januari
2011 sampai dengan 31 Desember 2014 didapatkan bahwa NET selama periode
2011 -2014 adalah 9 (0,6%) dari total keseluruhan pasien di Instalasi Rawat Inap
Kemuning periode 2011 - 2014 yakni 1550 pasien. Jenis kelamin terbanyak pasien
SSJ dan NET adalah perempuan, 21 (75%) dan 6 (66,7%). Distribusi usia pasien
SSJ dan NET, usia terbanyak adalah usia 25-44 tahun 14 (50,4%) SSJ dan 4
(44,25%) NET.8
batuk produktif sakit kepala, sakit menelan, nyeri dada, muntah, pegal otot, dan
artralgia yang bervariasi dalam derajat beratnya. Setelah itu akan timbul lesi kulit,
mukosa, dan mata yang dapat diikuti kelainan visceral. Kelainan kulit dapat
berupa eritema, papula, vesikel, atau bula secara simetris berupa lesi kecil sampai
1
kelainan luas pada hampir seluruh tubuh. Lesi kulit biasanya pertama kali terlihat
di muka, leher, dagu dan badan. Kulit juga menjadi lebih mudah terkena infeksi
sekunder. Predileksi pada area ekstensor tangan dan kaki serta muka yang meluas
ke seluruh tubuh sampai kulit kepala. Pada keadaan lanjut dapat terjadi erosi,
ulserasi, kulit mengelupas, dan pada kasus yang berat pengelupasan kulit dapat
antara manifestasi klinis dengan pemberian obat tertentu, dan apakah gejala klinis
dicurigai dan mengatasi gejala klinis yang timbul. Selanjutnya harus dipikirkan
melihat hal tersebut diatas sehingga perlulah ditinjau kembali pengenalan dan cara
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. K
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : IRT
No. RM : 209711
2.2. Anamnesis
Keluhan utama :
Pasien datang ke poli dengan keluhan bercak kemerahan dan lepuh hampir
diseluruh badan. Keluhan pertama kali dirasakan sejak 5 hari yang lalu
Kemudian 4 hari yang lalu kulit menjadi melepuh hampir diseluruh badan,
kulit yang melepuh terasa perih dan panas. Dihari yang sama bagian bibir
3
menjadi luka, terasa perih. Pada bagian mata juga menjadi merah.badan
terasa demam sejak 4 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan jika terasa
nyeri saat menelan makanan atau minuman.dan pasien merasa nyeri saat
Riwayat pengobatan
Pasien berobat karena sakit kepala biasanya sampai pingsan, dan mendapat
Riwayat alergi
Riwayat atopi
Status generalis
4
GCS : 4-5-6
Nadi : 80x/menit
Suhu : 365 c
Status dermatologis
Distribusi : generalisata
5
2. Lokasi : kaki dan tangan
6
3. Lokasi : telapak tangan dan telapak kaki
bervariasi 5 x 5 cm
7
4. Lokasi : bibir
Distribusi : terlokalisir
Distribusi : terlokalisir
8
2.4 Diagnosis banding
2.5 Diagnosis
2.7 Penatalaksanaan
Infus ciprofloxacin 2 x 1
Infus parasetamol 3 x 1
Injeksi ranitidine 2 x 1
Kompres NS
2.8 Saran
9
2.9 follow up
3/10/2017
S : pasien mengeluh kulit terasa perih, badan terasa panas, makan dan
O : Ku : lemah
Nadi : 60x/menit
Suhu : 365 c
Pernapasan : 24x/menit
Status dermatologis
Distribusi : generalisata
erosi
10
A : TEN ec carbamazepin dan clobazam
Injeksi sanmol 3 x 1
Injeksi ranitidine 2 x 1
Kompres NS
4/10/2017
O : Ku : lemah
Nadi : 83x/menit
Suhu : 366 c
Pernapasan : 24x/menit
Status generalis
Distribusi: generalisata
11
Ruam : - Bula dinding kendor, berisi cairan, berbatas tidak
terdapat erosi
Infus ciprofloxacin 2 x 1
Injeksi ranitidine 2 x 1
Kompres NS
12
5/10/2017
O : Ku : lemah
Nadi : 90x/menit
Suhu : 37c
Pernapasan : 22x/menit
Status generalis
Distribusi: generalisata
13
A : TEN ec carbamazepin dan clobazam
Infus ciprofloxacin 2 x 1
Injeksi ranitidine 2 x 1
Kompres NS
Diet TKTP
6/10/2017
S : lepuhan terasa panas, perih (+), nyeri telan (-), mata merah(-), makan
O : Ku : lemah
Nadi : 82x/menit
Suhu : 367 c
Pernapasan : 22x/menit
Status dermatologis
Distribusi : generalisata
erosi.
14
A : TEN ec carbamazepin dan clobazam
Injeksi ranitidine 2 x 1
Kompres NS
Diet TKTP
15
7/10/2017
S : lepuhan terasa panas, perih (+), nyeri telan (-), mata merah(-), makan
O : Ku : lemah
Nadi : 82x/menit
Suhu : 367 c
Pernapasan : 22x/menit
Status dermatologis
Lokasi : punggung
Distribusi : generalisata
erosi
16
A : TEN ec carbamazepin dan clobazam
Infus ciprofloxacin 2 x 1
Injeksi ranitidine 2 x 1
Kompres NS
Diet TKTP
8/10/2017
S : lepuhan terasa panas, perih (+),nyeri telan (-), mata merah(-), makan
O : Ku : lemah
Nadi : 80x/menit
Suhu : 365 c
Pernapasan : 20x/menit
Status dermatologis
17
A : TEN ec carbamazepin dan clobazam
Infus ciprofloxacin 2 x 1
Injeksi ranitidine 2 x 1
Kompres NS
Diet TKTP
9/10/2017
S : lepuhan terasa perih ,nyeri telan (-), mata merah (-), makan dan minum
O : Ku : lemah
Nadi : 80x/menit
18
Suhu : 367 c
Pernapasan : 20x/menit
Status dermatologis
Lokasi : wajah
Distribusi : generalisata
yang luas.
ukuran bervariasi 10 x 10 cm
19
A : TEN ec carbamazepin dan clobazam
Infus ciprofloxacin 2 x 1
Injeksi ranitidine 2 x 1
Kompres NS
Diet TKTP
10/10/2017
S : lepuhan terasa perih ,nyeri telan (-), mata merah (-), makan dan minum
O : Ku : cukup
Nadi : 82x/menit
Suhu : 368 c
Pernapasan : 20x/menit
Infus ciprofloxacin 2 x 1
Injeksi ranitidine 2 x 1
Kompres NS
Diet TKTP
20
Status dermatologis
Lokasi : wajah
Distribusi : generalisata
11/10/2017
Pasien dipulangkan dari rumah sakit karena keadaan umumnya sudah membaik
serta disarankan untuk kontrol poli pada minggu depan, pasien mendapatkan obat
Methylprednisolon 32 mg - 0 0
Cetirizine 10 mg 2x1
21
BAB III
PEMBAHASAN
Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) adalah reaksi kulit dan mukosa akut
dan berat ditandai nekrosis dan pengelupasan epidermis yang luas. Toxic
hanya yang berbeda dalam luas permukaan kulit yang terkena, karena itu
kematian SJS 5-12%. Penyakit ini dapat terjadi pada setiap usia, terjadi
peningkatan resiko pada usia di atas 40 tahun. Perempuan lebih sering terkena
Pada tanggal 2 November 2017 Pasien Ny. K (32 tahun) dirawat di ruang
flamboyan dengan keluhan bercak kemerahan dan lepuh hampir diseluruh badan.
Keluhan pertama kali dirasakan sejak 5 hari yang lalu sebelum datang ke poli.
Awalnya muncul bercak kemerahan diwajah. Kemudian 4 hari yang lalu kulit
menjadi melepuh hampir diseluruh badan, kulit yang melepuh terasa perih dan
panas. Dihari yang sama bagian bibir menjadi luka, terasa perih. Pada bagian mata
juga menjadi merah, badan terasa demam sejak 4 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan jika terasa nyeri saat menelan makanan atau minuman.dan pasien
merasa nyeri saat buang air kecil. Pada tanggal 23 Oktober 2017 pasien sempat
22
berobat karena sakit kepala biasanya sampai pingsan, dan mendapat obat
perjalanan penyakit, disertai hubungan waktu yang jelas dengan konsumsi obat
tersangka dan gambaran klinis kulit dan mukosa. Diagnosa tersebut ditegakkan
carbamazepin pada tanggal 23 Oktober 2017 (5 hari yang lalu). Obat yang
dikonsumsi pasien yaitu carbamazepin merupakan salah satu obat yang beresiko
tinggi terhadap terjadinya TEN. Berikut merupakan daftar obat yang bereiko
23
Gambar 3.1 Daftar obat penyebab SJS-TEN
24
Selain obat etiologi terjadinya TEN dapat disebabkan juga karena Virus
leukimia).7
fisik didapatkan epidermolisis hanya ditemukan pada <10% dari luas permukaan
LPB, sedangkan TEN bila epidermolisis >30% LPB.4 berdasarkan teori tersebut
pada tanggal 2 November 2017 Ny K (32 tahun) di diagnosa dengan TEN karena
TEN.
Gambar 3.2 Perbandingan luas epidermolisis antara SJS, SJS/TEN dan TEN
25
Menurut Evita halim, (2016) dikatakan gejala SJS-TEN timbul dalam
waktu 8 minggu setelah awal pajanan obat. Sebelum terjadi lesi kulit, dapat timbul
gejala non-spesifik, misanya demam, sakit kepala, batuk/pilek dan malaise selama
1-3 hari. Lesi kulit akan tersebar secara simetris pada wajah, badan dan bagian
proksimal dari ekstremitas, berupa makula eritematosa atau purpura, dapat pula
dijumpai lesi target. Dengan bertambahnya waktu, lesi kuliat bertambah luas dan
Lesi pada mukosa berupa eritema dan erosi biasanya dijumpai minimal pada 2
lokasi, yaitu mulut dan konjungtiva, dapat juga ditemukan erosi di mukosa
genitalia. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap Ny. K ditemukan pada
wajah, badan dan punggung dengan ruam yaitu bula dinding kendor, berisi cairan,
berbatas tidak tegas, bentuk tidak beraturan, ukuran bervariasi, terdapat erosi.
(presentasi obat melalui MHC class-1 restricted menyebabkan ekspansi klonal sel
granzime B (tetapi tidak melalui Fas atau Trail) dan menyebabkan apoptosis.3
26
Temuan baru, sel NK yang mempunyai reseptor fungsional aktif
CD94/NKG2C+, dideteksi dalam cairan lepuh dan dalam sirkulasi pasien NE. Sel
ditemukan dalam lesi kulit pasien NE. Apoptosis keratinosis terjadi karena sel
FasL. Interaksi Fas dengan FasL pada permukaan sel keratinosit akan
melalui apoptosis.3
Didapati pula protein sitolitik, granulysin (dihasilkan oleh sel T CD8+ dan
sel NK) yang akan memperparah apoptosis keratinosit. Kadar granulysin dalam
cairan lepuh lebih banyak 2-4 x kadar perforin, granzyme B dan FasL berkorelasi
> 10mmol/L dan glukosa > 14mmol/L dianggap penanda keparahan penyakit.5
Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan lab pada tanggal 1 November 2017
transaminitis
27
Salah satu diagnosa banding dari SJS-TEN adalah Fix Drug Eruption
(FDE). Fix Drug Eruption (FDE) merupakan salah satu erupsi kulit yang sering
dijumpai dan berkaitan dengan penggunaan obat. Lesi dapat berupa makula atau
plak eritema keunguan dan kadang disertai vesikel atau bula pada bagian tengah
metamizol. Beda dari SJS-TEN adalah Ciri khas FDE yaitu berulang pada
predileksi yang sama setelah pajanan obat penyebab, karena itu pasien ini dapat
didiagnosa banding dengan FDE. Pada pasien ini dapat didiagnosa banding
1. Kortikosteroid
2. Kontrol infeksi
Perawatan asepsis
Infus
28
4. Obat topikal
Kasa framycetine 1%
Pada pasien ini telah diterapi dengan pemberian infus RL 20 tpm hal
tersebut untuk mengontrol keseimbanga cairan pada pasien. Selain itu juga diberi
injeksi methyl prednisolon 3x62,5 mg, injeksi ranitidin 2x50 mg dimana untuk
mengurangi rasa sakit perut pasien, dan infus Cifrofloxacin 2x 200mg sebagai
kontrol infeksi. Untuk lesi yang belum kering, dikompres dengan larutan NS dan
disarankan pasien diet TKTP. Penatalaksanaan pada pasien Ny. K sudah sesuai
dengan yang ada di teori dengan harapan penyembuha bisa terjadi dengan
optimal.
29
Tabel 3.1 Tabel SCORTEN
tidak ada hasil dari serum bicarbonate. Tetapi, melihat perkembangan pasien
prognosis dari pasien ini baik. Pasien yang mengalami penyembuhan re-epitelisasi
terjadi dalam waktu rata rata 3 , minggu gejala sisa yang sering terjadi adalah skar
pada mata dan gangguan penglihatan. Kadang kadang terjadi skar pada kulit,
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Dzuilfikar DLH. 2011. tatalaksana alergi obat pada anak di unit gawat
darurat. Departemen Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran
Universitas PadjadjaranRumah Sakit Dr Hasan SadikinBandung.
2. DIANA SEPTIANI. 2011. Hubungan antara terapi sulfadoksin dengan
kejadian sindrom steven-johnson di rsu dr.soedarso pontianak periode
1 januari 2007 - 31 desember 2010. Program studi pendidikan dokter
fakultas kedokteran universitas tanjungpura pontianak 2011.
3. M. Athuf Thaha. 2010. Nekrolisis Epidermal. Jurnal Kedokteran &
Kesehatan. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
4. Evita Halim Effendi. 2016. Steven Johnson Sindrom dan Nekrolisis
Epidermal Toksik. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin-Edisi Ketujuh.
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. hal
199-200
5. Zuhrial Zubir dan Reny Fahila. 2012. Sindroma Steven Johnson dan
Nekrolisis Epidermal toksik.
6. Windy Keumala. 2016. Erupsi Obat Alergik. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin-Edisi Ketujuh. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. hal 190-195
7. Sukanto, Hutomo dan Pohan. 2005. Nekrolisis Epidermal Toksik.
Pedoman Diagnosa dan Terapi SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Surabaya. hal 26-27
8. Yuli Wahyu, Rahmawati. 2016. Studi Retrospektif: Sindrom Stevens-
Johnson dan Nekrolisis Epidermal Toksik. Departemen / Staf Medik
Fungsional Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo
Surabaya.
31