Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Steven Johnsons Syndrome (SJS) dan Toxic Epidermal Necrolysis

(SJS/TEN) merupakan reaksi alergi obat yang berat yang ditandai oleh kelainan

kulit, mukosa orifisium (oral,konjungtiva dan anogenital), serta mata yang

disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas atau reaksi kompleks imun, disertai gejala

umum yang berat. Steven Johnsons Syndrome dan Toxic Epidermal Necrolysis

dibedakan berdasarkan beratnya manifestasi klinis keterlibatan kulit. Manifestasi

klinis TEN lebihberat dibandingkan SJS, pada TEN terjadi plak eritema yang

berat dan terlepasnya lapisan epidermis kulit.1

Penelitian yang dilakukan pada pasien SJS dan NET di Instalasi Rawat

Inap Kemuning RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama 4 tahun sejak 1 Januari

2011 sampai dengan 31 Desember 2014 didapatkan bahwa NET selama periode

2011 -2014 adalah 9 (0,6%) dari total keseluruhan pasien di Instalasi Rawat Inap

Kemuning periode 2011 - 2014 yakni 1550 pasien. Jenis kelamin terbanyak pasien

SSJ dan NET adalah perempuan, 21 (75%) dan 6 (66,7%). Distribusi usia pasien

SSJ dan NET, usia terbanyak adalah usia 25-44 tahun 14 (50,4%) SSJ dan 4

(44,25%) NET.8

Gejala prodromal berlangsung antara 1-14 hari berupa demam, malaise,

batuk produktif sakit kepala, sakit menelan, nyeri dada, muntah, pegal otot, dan

artralgia yang bervariasi dalam derajat beratnya. Setelah itu akan timbul lesi kulit,

mukosa, dan mata yang dapat diikuti kelainan visceral. Kelainan kulit dapat

berupa eritema, papula, vesikel, atau bula secara simetris berupa lesi kecil sampai

1
kelainan luas pada hampir seluruh tubuh. Lesi kulit biasanya pertama kali terlihat

di muka, leher, dagu dan badan. Kulit juga menjadi lebih mudah terkena infeksi

sekunder. Predileksi pada area ekstensor tangan dan kaki serta muka yang meluas

ke seluruh tubuh sampai kulit kepala. Pada keadaan lanjut dapat terjadi erosi,

ulserasi, kulit mengelupas, dan pada kasus yang berat pengelupasan kulit dapat

terjadi pada seluruh tubuh disertai paronikia dan pelepasan kuku.1

Diagnosis alergi obat seringkali sulit dibuktikan walaupun dugaannya

sudah kuat.Kesulitan terbesar adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

antara manifestasi klinis dengan pemberian obat tertentu, dan apakah gejala klinis

tersebut bukan merupakan bagian dari perjalanan penyakitnya sendiri.1

Dasar utama penanganan alergi obat adalah penghentian obat yang

dicurigai dan mengatasi gejala klinis yang timbul. Selanjutnya harus dipikirkan

juga upaya pencegahan terjadinya alergi obat kembali.1

Steven johnson syndrome (SJS) dan Toxic epidermal necrolysis (TEN)

merupakan kegawat daruratan dibidang kedokteran, untuk itu penulis tertarik

melihat hal tersebut diatas sehingga perlulah ditinjau kembali pengenalan dan cara

mendiagnosa serta penatalaksanaan yang tepat untuk penyakit SJS/TEN ini.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1. Identitas pasien

Nama : Ny. K

Umur : 32 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Alamat : Dsn. Wates rt41/16 ds kedawang-nguling

No. RM : 209711

Tgl. Pemeriksaan : 2 November 2017

2.2. Anamnesis

Keluhan utama :

Muncul bercak kemerahan dan lepuh hampir diseluruh badan

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke poli dengan keluhan bercak kemerahan dan lepuh hampir

diseluruh badan. Keluhan pertama kali dirasakan sejak 5 hari yang lalu

sebelum datang ke poli. Awalnya muncul bercak kemerahan diwajah.

Kemudian 4 hari yang lalu kulit menjadi melepuh hampir diseluruh badan,

kulit yang melepuh terasa perih dan panas. Dihari yang sama bagian bibir

3
menjadi luka, terasa perih. Pada bagian mata juga menjadi merah.badan

terasa demam sejak 4 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan jika terasa

nyeri saat menelan makanan atau minuman.dan pasien merasa nyeri saat

buang air kecil.

Riwayat penyakit dahulu

Belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada yang menderita sakit serupa.

Riwayat pengobatan

keluhan saat ini belum pernah diobati

Riwayat konsumsi obat

Pasien berobat karena sakit kepala biasanya sampai pingsan, dan mendapat

obat carbamazepin, clobazam, ranitidine, mecobalamin.

Riwayat alergi

Alergi obat (-)

Aleergi makanan (-)

Riwayat atopi

Asma bronkiale (-), Rhinitis alergi (-)

2.3. Pemeriksaan fisik

Status generalis

Keadaan umum : lemah

Kesadaran : compos mentis

4
GCS : 4-5-6

Tekanan darah : 110/70 mmhg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 365 c

Respiratory rate : 24x/menit

ODS : konjungtivits (+)

Status dermatologis

1. Lokasi : wajah, badan, punggung

Distribusi : generalisata

Ruam : - Bula dinding kendor, berisi cairan jernih, berbatas

tidak tegas, bentuk tidak beraturan, ukuran

bervariasi 10 x 5 cm, nikolsky sign (+)

- Erosi eritematosa, berbatas jelas, bentuk tidak

beraturan, ukuran bervariasi 3 x 3 cm, 10 x 5 cm

- Makula eritematosa sedikit ungu kehitaman

5
2. Lokasi : kaki dan tangan

Distribusi : tersebar merata

Ruam : - Papula eritema hiperpigmentasi, berbatas tegas, bentuk bulat,

ukuran < 1cm

- Makula eritematosa sedikit ungu kehitaman, berbatas tegas

yang multiple, ukuran bervariasi

6
3. Lokasi : telapak tangan dan telapak kaki

Distribusi : tersebar merata

Ruam : makula eritema, berbatas tegas, bentuk tidak beraturan, ukuran

bervariasi 5 x 5 cm

7
4. Lokasi : bibir

Distribusi : terlokalisir

Ruam : erosi eritematosa ditutupi krusta kehitaman

5. Lokasi : okuli dextra/sinistra

Distribusi : terlokalisir

Ruam : konjungtivitis (+)

8
2.4 Diagnosis banding

1. TEN ec carbamazepin dan clobazam

2. Fixed drug eruption generalisata ec carbamazepin dan clobazam

2.5 Diagnosis

TEN ec carbamazepin dan clobazam

2.6 pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah lengkap,SE, Rft, Lft, Albumin, Gda

2.7 Penatalaksanaan

Stop dan hindari obat yang menjadi faktor pencetus

Infus ringer laktat 20 tpm

Injeksi methylprednisolon 3 x 62,5 mg

Infus ciprofloxacin 2 x 1

Infus parasetamol 3 x 1

Injeksi ranitidine 2 x 1

Kompres NS

Konsul dokter spesialis mata untuk pengobatan mata

2.8 Saran

Hindari obat yang menjadi faktor pencetus

9
2.9 follow up

3/10/2017

S : pasien mengeluh kulit terasa perih, badan terasa panas, makan dan

minum masih sedikit, nyeri telan (-), bisa tidur.

O : Ku : lemah

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 110/70 mmhg

Nadi : 60x/menit

Suhu : 365 c

Pernapasan : 24x/menit

ODS : konjungtivits (+)

Status dermatologis

Lokasi : wajah, punggung

Distribusi : generalisata

Ruam :- bula dinding kendor, berisi cairan, berbatas tidak tegas,

bentuk tidak beraturan, ukuran 10 x 5 cm terdapat

erosi

- Erosi eritematosa, berbatas jelas, bentuk tidak

beraturan, ukuran bervariasi

10
A : TEN ec carbamazepin dan clobazam

P : Infus ringer laktat 20 tpm

Injeksi methylprednisolon 3 x 62,5 mg

Injeksi sanmol 3 x 1

Injeksi ranitidine 2 x 1

Kompres NS

4/10/2017

S : ruam-ruam terasa panas, perih (+), pengelupasan pada kulit

bertambah, makan dan minum masih sedikit.

O : Ku : lemah

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 120/70 mmhg

Nadi : 83x/menit

Suhu : 366 c

Pernapasan : 24x/menit

Status generalis

Lokasi : wajah, punggung

Distribusi: generalisata

11
Ruam : - Bula dinding kendor, berisi cairan, berbatas tidak

tegas, bentuk tidak beraturan, ukuran 15 x 10 cm

terdapat erosi

- Erosi eritematosa, berbatas jelas, bentuk tidak

beraturan, ukuran bervariasi 5 x 5 cm, 10 x 5 cm

A : TEN ec carbamazepin dan clobazam

P : IVFD ringer laktat 20 tpm

Infus ciprofloxacin 2 x 1

Injeksi methylprednisolon 3 x 62,5 mg

Injeksi ranitidine 2 x 1

Kompres NS

Diet bubur halus

12
5/10/2017

S : ruam-ruam terasa panas, perih (+), pengelupasan pada kulit bertambah,

mata sedikit perih, makan dan minum sudah agak banyak.

O : Ku : lemah

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 110/60 mmhg

Nadi : 90x/menit

Suhu : 37c

Pernapasan : 22x/menit

Status generalis

Lokasi : tangan dan kaki

Distribusi: generalisata

Ruam : papula eritema hiperpigmentasi, berbatas tegas, bentuk

bulat, ukuran < 1cm

13
A : TEN ec carbamazepin dan clobazam

P : IVFD ringer laktat 20 tpm

Infus ciprofloxacin 2 x 1

Injeksi methylprednisolon 3 x 62,5 mg

Injeksi ranitidine 2 x 1

Kompres NS

Diet TKTP

6/10/2017

S : lepuhan terasa panas, perih (+), nyeri telan (-), mata merah(-), makan

dan minum baik, tidur nyenyak.

O : Ku : lemah

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 110/70 mmhg

Nadi : 82x/menit

Suhu : 367 c

Pernapasan : 22x/menit

Status dermatologis

Lokasi : wajah, punggung, badan

Distribusi : generalisata

Ruam : bula dinding kendor, berisi cairan, berbatas tidak tegas,

bentuk tidak beraturan, ukuran 10 x 15 cm terdapat

erosi.

14
A : TEN ec carbamazepin dan clobazam

P : Infus ringer laktat 20 tpm

Injeksi methylprednisolon ( 62,5 mg 62,5 mg 0 )

Injeksi ranitidine 2 x 1

Kompres NS

Diet TKTP

15
7/10/2017

S : lepuhan terasa panas, perih (+), nyeri telan (-), mata merah(-), makan

dan minum baik, tidur nyenyak.

O : Ku : lemah

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 110/70 mmhg

Nadi : 82x/menit

Suhu : 367 c

Pernapasan : 22x/menit

Status dermatologis

Lokasi : punggung

Distribusi : generalisata

Ruam : bula dinding kendor, berisi cairan, berbatas tidak tegas,

bentuk tidak beraturan, ukuran 10 x 15 cm terdapat

erosi

16
A : TEN ec carbamazepin dan clobazam

P : IVFD ringer laktat 20 tpm

Infus ciprofloxacin 2 x 1

Injeksi methylprednisolon ( 62,5 mg 62,5 mg 0 )

Injeksi ranitidine 2 x 1

Kompres NS

Diet TKTP

8/10/2017

S : lepuhan terasa panas, perih (+),nyeri telan (-), mata merah(-), makan

dan minum baik, tidur nyenyak.

O : Ku : lemah

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 130/80 mmhg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 365 c

Pernapasan : 20x/menit

Status dermatologis

Lokasi : kaki dan tangan

Distribusi : tersebar merata

Ruam : papula eritema hiperpigmentasi, berbatas tegas, bentuk

bulat, ukuran < 1cm

17
A : TEN ec carbamazepin dan clobazam

P : IVFD ringer laktat 21 tpm

Infus ciprofloxacin 2 x 1

Injeksi methylprednisolon ( 62,5 mg 62,5 mg 0 )

Injeksi ranitidine 2 x 1

Kompres NS

Diet TKTP

9/10/2017

S : lepuhan terasa perih ,nyeri telan (-), mata merah (-), makan dan minum

baik, tidur nyenyak.

O : Ku : lemah

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 120/80 mmhg

Nadi : 80x/menit

18
Suhu : 367 c

Pernapasan : 20x/menit

Status dermatologis

Lokasi : wajah

Distribusi : generalisata

Ruam : - bula dinding kendor, berisi cairan, berbatas tidak tegas,

bentuk tidak beraturan, ukuran bervariasi terdapat erosi

yang luas.

- Erosi eritematosa, berbatas jelas, bentuk tidak beraturan,

ukuran bervariasi 10 x 10 cm

Lokasi : kaki dan tangan

Distribusi : tersebar merata

Ruam : papula eritema hiperpigmentasi, berbatas tegas, bentuk bulat,

ukuran < 1cm

19
A : TEN ec carbamazepin dan clobazam

P : IVFD ringer laktat 20 tpm

Infus ciprofloxacin 2 x 1

Injeksi methylprednisolon ( 62,5 mg - 0 - 0 )

Injeksi ranitidine 2 x 1

Kompres NS

Diet TKTP

10/10/2017

S : lepuhan terasa perih ,nyeri telan (-), mata merah (-), makan dan minum

baik, tidur nyenyak.

O : Ku : cukup

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 120/80 mmhg

Nadi : 82x/menit

Suhu : 368 c

Pernapasan : 20x/menit

A : TEN ec carbamazepin dan clobazam

P : IVFD ringer laktat 20 tpm

Infus ciprofloxacin 2 x 1

Injeksi methylprednisolon ( 62,5 mg - 0 - 0 )

Injeksi ranitidine 2 x 1

Kompres NS

Diet TKTP

20
Status dermatologis

Lokasi : wajah

Distribusi : generalisata

Ruam : - bula dinding kendor, berisi cairan, berbatas tidak tegas,

bentuk tidak beraturan, ukuran bervariasi terdapat

erosi yang luas.

- Erosi eritematosa, berbatas jelas, bentuk tidak

beraturan, ukuran bervariasi 10 x 10 cm

Lokasi : kaki dan tangan

Distribusi : tersebar merata

Ruam : papula eritema hiperpigmentasi, berbatas tegas, bentuk

bulat, ukuran < 1cm

11/10/2017

Pasien dipulangkan dari rumah sakit karena keadaan umumnya sudah membaik

serta disarankan untuk kontrol poli pada minggu depan, pasien mendapatkan obat

pada saat pulang yaitu :

Methylprednisolon 32 mg - 0 0

Cetirizine 10 mg 2x1

Ciprofloxacin 500 mg 2x1

Ranitidine 150 mg 2x1

21
BAB III

PEMBAHASAN

Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) adalah reaksi kulit dan mukosa akut

dan berat ditandai nekrosis dan pengelupasan epidermis yang luas. Toxic

Epidermal Necrolysis (TEN) dan Stevens Johnson Syndrome (SJS) mempunyai

kesamaan dalam gambaran klinis, histopatologi, obat penyebab dan patogenesis,

hanya yang berbeda dalam luas permukaan kulit yang terkena, karena itu

keduanya dinamai nekrolisis epidermal (NE).

SJS-TEN merupakan penyakit yang jarang, secara umum insiden SJS

adalah 1-6 kasus/juta penduduk/tahun, dan insiden TEN 0,4-1,2 kasus/juta

penduduk/ tahun. Angka kematian TEN adalah 25-35%, sedangkan angka

kematian SJS 5-12%. Penyakit ini dapat terjadi pada setiap usia, terjadi

peningkatan resiko pada usia di atas 40 tahun. Perempuan lebih sering terkena

dibandingkan laki laki dengan perbandingan 1,5:1

Pada tanggal 2 November 2017 Pasien Ny. K (32 tahun) dirawat di ruang

flamboyan dengan keluhan bercak kemerahan dan lepuh hampir diseluruh badan.

Keluhan pertama kali dirasakan sejak 5 hari yang lalu sebelum datang ke poli.

Awalnya muncul bercak kemerahan diwajah. Kemudian 4 hari yang lalu kulit

menjadi melepuh hampir diseluruh badan, kulit yang melepuh terasa perih dan

panas. Dihari yang sama bagian bibir menjadi luka, terasa perih. Pada bagian mata

juga menjadi merah, badan terasa demam sejak 4 hari yang lalu. Pasien juga

mengeluhkan jika terasa nyeri saat menelan makanan atau minuman.dan pasien

merasa nyeri saat buang air kecil. Pada tanggal 23 Oktober 2017 pasien sempat

22
berobat karena sakit kepala biasanya sampai pingsan, dan mendapat obat

carbamazepin, clobazam, ranitidine, mecobalamin.

Dasar diagnosa SJS-TEN adalah anamnesis yang teliti tentang kronologis

perjalanan penyakit, disertai hubungan waktu yang jelas dengan konsumsi obat

tersangka dan gambaran klinis kulit dan mukosa. Diagnosa tersebut ditegakkan

berdasarkan hasil anamnesa didapatkan riwayat konsumsi obat yaitu

carbamazepin pada tanggal 23 Oktober 2017 (5 hari yang lalu). Obat yang

dikonsumsi pasien yaitu carbamazepin merupakan salah satu obat yang beresiko

tinggi terhadap terjadinya TEN. Berikut merupakan daftar obat yang bereiko

terhadap terjadinya TEN.3

23
Gambar 3.1 Daftar obat penyebab SJS-TEN

24
Selain obat etiologi terjadinya TEN dapat disebabkan juga karena Virus

(Varisela, herpes, vaksinasi polio/morbili) dan keganasan (limfoma dan

leukimia).7

Selain anamnesa diagnosis SJS-TEN ditegakkan jika dari hasil pemeriksaan

fisik didapatkan epidermolisis hanya ditemukan pada <10% dari luas permukaan

badan (LPB)maka didiagnosa dengan SJS, SJS/TEN bila epidermolisis 10-30%

LPB, sedangkan TEN bila epidermolisis >30% LPB.4 berdasarkan teori tersebut

pada tanggal 2 November 2017 Ny K (32 tahun) di diagnosa dengan TEN karena

epidermolisis ditemukan >30%. Berikut gambar perbandingan epidermolisis SJS-

TEN.

Gambar 3.2 Perbandingan luas epidermolisis antara SJS, SJS/TEN dan TEN

25
Menurut Evita halim, (2016) dikatakan gejala SJS-TEN timbul dalam

waktu 8 minggu setelah awal pajanan obat. Sebelum terjadi lesi kulit, dapat timbul

gejala non-spesifik, misanya demam, sakit kepala, batuk/pilek dan malaise selama

1-3 hari. Lesi kulit akan tersebar secara simetris pada wajah, badan dan bagian

proksimal dari ekstremitas, berupa makula eritematosa atau purpura, dapat pula

dijumpai lesi target. Dengan bertambahnya waktu, lesi kuliat bertambah luas dan

berkembang menjadi nekrotik, sehingga terjadi bula kendor dengan tanda

nikolsky positif. Keparahan dan diagnosis bergantung pada luasnya epidermolisis.

Lesi pada mukosa berupa eritema dan erosi biasanya dijumpai minimal pada 2

lokasi, yaitu mulut dan konjungtiva, dapat juga ditemukan erosi di mukosa

genitalia. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap Ny. K ditemukan pada

wajah, badan dan punggung dengan ruam yaitu bula dinding kendor, berisi cairan,

berbatas tidak tegas, bentuk tidak beraturan, ukuran bervariasi, terdapat erosi.

Ruam tersebut muncul 5 hari setelah pasien mengkonsumsi obat (Carbamazepin)

hal tersebut mengarah ke diagnosa SJS-TEN.

Patofisiologi pasti terjadinya TEN belum sepenuhnya diketahui. Pola

imunologik lesi awal menunjukan adanya reaksi cell-mediated cytotoxicity yang

diperantarai sel T sitotoksik CD8+ yang mengekspresikan - T-cell receptors

(presentasi obat melalui MHC class-1 restricted menyebabkan ekspansi klonal sel

T CD8+). Sel T CD8+ mampu membunuh keratinosit melalui perforin dan

granzime B (tetapi tidak melalui Fas atau Trail) dan menyebabkan apoptosis.3

26
Temuan baru, sel NK yang mempunyai reseptor fungsional aktif

CD94/NKG2C+, dideteksi dalam cairan lepuh dan dalam sirkulasi pasien NE. Sel

tersebut berperan memicu sel T sitotoksik pada stadium akut NE.3

Interleukin-6 (IL-6), TNF-, IFN-, IL-18, dan Fas ligand (FasL)

ditemukan dalam lesi kulit pasien NE. Apoptosis keratinosis terjadi karena sel

tersebut selain mengekspresikan Fas pada permukaanya, mengekspresikan pula

FasL. Interaksi Fas dengan FasL pada permukaan sel keratinosit akan

menginduksi multimerisasi Fas dan mengirim sinyal cepat kematian keratinosit

melalui apoptosis.3

Didapati pula protein sitolitik, granulysin (dihasilkan oleh sel T CD8+ dan

sel NK) yang akan memperparah apoptosis keratinosit. Kadar granulysin dalam

cairan lepuh lebih banyak 2-4 x kadar perforin, granzyme B dan FasL berkorelasi

dengan keparahan NE.3

Kelainan hasil pemeriksaan laboratorium yang ditemukan pada SSJ/NET

adalah gangguan keseimbangan elektrolit, hipoalbuminemia, hipoproteinemia,

insufisiensi ginjal, azotemia prerenal, leukositosis ringan, anemia, neutropenia,

sedikit peningkatan enzim hepar dan amilase, hiperglikemia. Kehilangan cairan

transdermal masif bertanggung jawab terhadap ketidak seimbangan elektrolit,

hipoalbuminemiadan hipoproteinemia dan insufisiensi renal. Serum urea nitrogen

> 10mmol/L dan glukosa > 14mmol/L dianggap penanda keparahan penyakit.5

Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan lab pada tanggal 1 November 2017

dengan hasil hipokalemia (1,04 mm), hiponatrium (130,8 mmol/t) dan

transaminitis

27
Salah satu diagnosa banding dari SJS-TEN adalah Fix Drug Eruption

(FDE). Fix Drug Eruption (FDE) merupakan salah satu erupsi kulit yang sering

dijumpai dan berkaitan dengan penggunaan obat. Lesi dapat berupa makula atau

plak eritema keunguan dan kadang disertai vesikel atau bula pada bagian tengah

lesi. Predileksi tersering di daerah bibir, tangan, dan genitalia. Kemudian

meninggalkan bercak hiperpigmentasi yang lama hilang, bahkan sering menetap.

Obat penyebab sering menyebabkan FDE adalah tertrasiklin, naproxen dan

metamizol. Beda dari SJS-TEN adalah Ciri khas FDE yaitu berulang pada

predileksi yang sama setelah pajanan obat penyebab, karena itu pasien ini dapat

didiagnosa banding dengan FDE. Pada pasien ini dapat didiagnosa banding

dengan Fix Drug Eruption (FDE).6

Berdasarkan buku Pedoman Diagnosa dan Terapi (2005), penatalaksanaan

dari TEN adalah sebagai berikut :

1. Kortikosteroid

Dexamethasone 5-20 mg sehari iv (0,15-0,2 mg/KgBB/hari), diturunkan

bertahap secara cepat sesudah kulit membaik.

2. Kontrol infeksi

Perawatan asepsis

Antibiotik (spektrum luas, bakterisidal, jarang menimbulkan alergi)

Contoh Gentamycine 1-1,5 mg/kgBB/dosis iv 80 mg sehari 2-3 kali

3. Kontrol cairan dan elektrolit

Infus

Monitor intake dan output cairan

28
4. Obat topikal

Lesi basah dan eksudatif

Kompres larutan garam faal atau larutan PK

Lesi tidak eksudatif

Kasa framycetine 1%

Mulut : larutan borax glycerine 10%

Pada pasien ini telah diterapi dengan pemberian infus RL 20 tpm hal

tersebut untuk mengontrol keseimbanga cairan pada pasien. Selain itu juga diberi

injeksi methyl prednisolon 3x62,5 mg, injeksi ranitidin 2x50 mg dimana untuk

mengurangi rasa sakit perut pasien, dan infus Cifrofloxacin 2x 200mg sebagai

kontrol infeksi. Untuk lesi yang belum kering, dikompres dengan larutan NS dan

disarankan pasien diet TKTP. Penatalaksanaan pada pasien Ny. K sudah sesuai

dengan yang ada di teori dengan harapan penyembuha bisa terjadi dengan

optimal.

Dalam perjalanan penyakitnya SJS-TEN dapat mengalami penyulit yang

mengancam nyawaberupa sepsis dan multiple organ failure. Prognosis SJS-TEN

dapat diperkirakan berdasarkan SCORETEN, berikut tabelnya :

29
Tabel 3.1 Tabel SCORTEN

Pada pasien Ny. K tidak dapat dilakukan penghitungan SCORTEN karena

tidak ada hasil dari serum bicarbonate. Tetapi, melihat perkembangan pasien

selama dirawat di ruangan menunjukan perbaikan, sehingga dapat disimpulkan

prognosis dari pasien ini baik. Pasien yang mengalami penyembuhan re-epitelisasi

terjadi dalam waktu rata rata 3 , minggu gejala sisa yang sering terjadi adalah skar

pada mata dan gangguan penglihatan. Kadang kadang terjadi skar pada kulit,

gangguan pigmentasi dan gangguan pertumbuhan kuku.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Dzuilfikar DLH. 2011. tatalaksana alergi obat pada anak di unit gawat
darurat. Departemen Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran
Universitas PadjadjaranRumah Sakit Dr Hasan SadikinBandung.
2. DIANA SEPTIANI. 2011. Hubungan antara terapi sulfadoksin dengan
kejadian sindrom steven-johnson di rsu dr.soedarso pontianak periode
1 januari 2007 - 31 desember 2010. Program studi pendidikan dokter
fakultas kedokteran universitas tanjungpura pontianak 2011.
3. M. Athuf Thaha. 2010. Nekrolisis Epidermal. Jurnal Kedokteran &
Kesehatan. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
4. Evita Halim Effendi. 2016. Steven Johnson Sindrom dan Nekrolisis
Epidermal Toksik. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin-Edisi Ketujuh.
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. hal
199-200
5. Zuhrial Zubir dan Reny Fahila. 2012. Sindroma Steven Johnson dan
Nekrolisis Epidermal toksik.
6. Windy Keumala. 2016. Erupsi Obat Alergik. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin-Edisi Ketujuh. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. hal 190-195
7. Sukanto, Hutomo dan Pohan. 2005. Nekrolisis Epidermal Toksik.
Pedoman Diagnosa dan Terapi SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Surabaya. hal 26-27
8. Yuli Wahyu, Rahmawati. 2016. Studi Retrospektif: Sindrom Stevens-
Johnson dan Nekrolisis Epidermal Toksik. Departemen / Staf Medik
Fungsional Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo
Surabaya.

31

Anda mungkin juga menyukai