garam, dan pholis yang artinya suka. Jadi, bakteri halofilik merupakan bakteri yang
spesies Vibrio. Kelompok halofilik ringan ini sering dijumpai pada ikan dan
Sedangkan bakteri halofilik ekstrim biasanya tampak berwarna merah atau merah
muda dan berasal dari kelompok bakteri Halobacterium dan Halococcus serta
sering tampak pada makanan yang telah diawetkan dengan penggaraman. (Fardiaz,
1992).
halotoleran (tahan garam). Golongan bakteri ini dapat hidup dengan atau tanpa
garam. Garam yang dibutuhkan oleh halotoleran sekitar 5% atau lebih. Kelompok
bahan pangan dan menimbulkan bau busuk dan tengik. Akibatnya bahan pangan
daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu
kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat
(Anonima, 2009)
berfungsi sebagai pengawet yang dapat memperpanjang umur simpan dari bahan
pangan tersebut. Alasan mengapa garam digunakan sebagai bahan pengawet adalah
· Karena garam dapat mengikat air yang terdapat dalam bahan pangan, sehingga
aktifitas air (Aw) dalam bahan pangan tersebut menjadi rendah, dan
mikroorganisme yang terdapat dalam bahan pangan tersebut akan susah untuk
bertumbuh.
· Garam (NaCl), mengandung ion Cl- yang memiliki kadar toksisitas yang tinggi
tersebut.
· Garam yang terdapat dalam bahan pangan dapat mempengaruhi tekanan osmotik
menjadi lisis.
kandungan Kalium chlorida (KCl) yang tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini
Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan untuk uji halofilik adalah
ikan peda dan ikan teri. Ikan peda merupakan produk fermentasi spontan dengan
jumlah dan jenis mikroba yang bervariasi. Ikan peda dapat dibuat dari ikan
kembung (Rastrelliger sp.), ikan lemuru (Sardinella sp.), ikan layang (Decapterus
sp.) atau ikan selar (Caranx sp.). Menurut Anonimb (2009), mikroba yang berperan
selama proses fermentasi adalah mikroba yang berasal dari ikan itu sendiri.
Mikroflora yang ditemukan pada ikan kembung terutama adalah bakteri gram
penggaraman dan pemeraman terjadi proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri
dan Micrococcus. Proses pembuatan ikan peda dilakukan dengan cara seperti yang
dilampirkan sebelumnya.
Ikan peda termasuk pada bahan pangan dengan kadar garam ekstrim yaitu
dan merupakan elektrolit yang mampu memecah ikatan air dalam protein. Akibat
mengandung garam NaCl tinggi minimal 98%. Bila garam yang digunakan
menghasilkan peda yang kurang baik. Selain itu garam pada pembuatan ikan peda
ini digunakan sebagai antibakteri dan untuk menyeleksi serta menumbuhkan hanya
Ikan teri (Stolephorus spp.) adalah sekelompok ikan laut kecil yang
memiliki nilai ekonomi tinggi, merupakan anggota keluarga dari Engraulidae. Ikan
teri sama seperti jenis ikan laut lainnya, ikan teri juga memiliki kandungan protein
tinggi. Nama ini mencakup berbagai ikan dengan warna tubuh perak kehijauan atau
2. Mempertkuat gigi.
Ikan teri termasuk jenis ikan yang rentan terhadap kerusakan (pembusukan),
apabila dibiarkan cukup lama akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisik,
kimiawi dan mikrobiologi. Oleh karena itu, ikan teri yang sudah ditangkap harus
proses pengawetan terhadap ikan teri ini adalah melalui pengasinan (Anonim b,
2009).
Menurut Perdana (2009), untuk membuat ikan teri yang dikeringkan dengan
dilakukan penyiangan atau pembuangan isi perut. Jadi ikan cukup dibersihkan dari
· Untuk memperoleh rasa asin, maka teri yang sudah dibersihkan direndam dalam
larutan garam dengan konsentrasi 0.5–1% atau tergantung dari tingkat keasinan teri
· Ikan teri yang sudah direndam dalam air garam kemudian ditiriskan dan
ikan teri yang sudah direndam dalam air garam di atas rak penjemuran. Pengeringan
buatan.
dengan sampel ikan peda dan ikan teri yang diinokulasikan pada media Nutrien
+ 10% NaCl, dan NA + 15% NaCl ke dalam cawan petri. Kemudian, buatlah angka
delapan untuk mencampur media dengan sampel agar merata. Tujuan daari
untuk medium yang tidak ditambah NaCl adalah untuk mendeteksi pertumbuhan
bakteri non-koliform. Langkah selanjutnya yaitu inkubasi selama dua hari pada
suhu 30°C.
2 3
NA + 15%
- - -
NaCl
NA - - -
NA + 10%
38 - 3,8 . 103
NaCl
NA + 15% < 3,0 . 104
1 -
NaCl (1,0 . 102)
Ikan Peda
Dari hasil yang didapat maka pada sampel ikan peda dapat diketahui bahwa
dengan bertambahnya kadar NaCl yang digunakan pada media, maka jumlah koloni
menurun. Bentuk dan warna bakteri yang tumbuh bervariasi, antara lain bulat putih,
mendapat perlakuan pewarnaan gram adalah dua bakteri yang paling dominan
tumbuh, yaitu yang berbentuk bulat dan berwarna putih pada media NA + 10%
NaCl serta bakteri berbentuk lonjong dan berwarna putih yang tumbuh pada media
NA.
bawah mikroskop didapat bakteri berbentuk coccus dan berwarna merah yang
dengan flagella polar. Bakteri ini berbentuk bulat, gram negatif dan dalam
perumbuhannya membutuhkan O2 (aerobic). Dapat mensintesis faktor-faktor
pertumbuhan dan vitamin. Beberapa species bersifat proteolitik dan lipolitik, dan
NA + 10% NaCl. Ketika diamati di bawah mikroskop, tidak terlihat jelas bentuk
dan warna dari bakteri ini. Hal ini dikarenakan sel bakteri yang sangat tipis sehingga
tidak dapat terlihat oleh mikroskop atau karena kesalahan praktikan saat
menginokulasikan sel bakteri pada objek glass. Dugaan sementara bakteri yang
Pediococcus, atau Pseudomonas, karena dilihat dari bentuk sel bakterinya yang
berbentuk coccus.
berbentuk coccus, gram positif, berpasangan, tetrad atau kelompok kecil, aerobic,
katalase positif dan tidak berspora. Bakteri ini mempunyai suhu optimal untuk
species bersifat proteolitik dan beberapa bersifat lipolitik. Beberapa species tahan
suhu pasteurisasi). Bakteri ini banyak ditemukan pada debu dan air serta berbagai
termasuk bakteri asam laktat (BAL) dengan ciri non-motil (tidak bergerak) dan
memiliki bentuk sferis. Genus Pediococcus termasuk golongan fakultatif anaerob
dan untuk hidup memerlukan lingkungan yang kaya nutrisi serta mengandung
faktor pertumbuhan dan gula yang dapat difermentasi. Bakteri ini tergolong
dan pH optimum ± 6. Spesies dan galur dari genus ini berbeda dalam toleransi atau
Ikan Teri
pengamatan terhadap ikan teri. Pengamatan pertama dilakukan terhadap ikan teri
yang diletakkan pada media NA. Pada pengenceran 10-2 dan 10-3 tidak ditemukan
adanya koloni yang tumbuh. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada sampel ikan
ditemukan 3 koloni bakteri yang tumbuh dan pada pengenceran 10-3 ditemukan
adanya koloni sebanyak 16 koloni dengan bentuk dan warna yang bermacam-
macam. Ada yang berwarna putih dengan bentuk bulat dan berwarna putih oranye
dengan bentuk bulat pula. Selain itu, ditemukan pula pertumbuhan khamir pada
pengenceran 10-2 berwarna putih dengan bentuk menjari. Maka nilai SPC
dominan tumbuh yaitu bakteri yang berbentuk bulat dan berwarna putih. Lalu,
diamati di bawah mikroskop. Koloni yang tumbuh merupakan bakteri gram positif
karena ketika diamati di bawah mikroskop ternyata berwarna ungu dan berbentuk
basil. Bakteri tersebut diduga adalah bakteri jenis Halobacterium. Menurut Buckle
(1987), bakteri ini termasuk bakteri jenis halofilik yang dapat tumbuh pada
konsentrasi NaCl dengan kisaran 3,5% sampai jenuh. Bakteri ini dapat ditemui pada
air laut dan larutan garam. Pada ikan teri sendiri, kerusakan yang disebabkan karena
permukaan ikan.
tumbuh pada makanan yang mengandung garam dalam jumlah yang tinggi. Bentuk
sel nya bulat atau oval, membentuk pelikel pada daging asin kering.
NaCl. Pada pengenceran 10-2 ditemukan koloni sebanyak 38 koloni dan pada
berbentuk bulat dan berwarna putih. Maka nilai SPC nya adalah 3,8 x
103 cfu/g. Sedangkan, dengan media NA + 15% NaCl, pada pengenceran 10-
2
ditemukan 1 koloni yang tumbuh dan pada pengenceran 10-3 tidak ditemukan
adanya koloni yang tumbuh. Maka perhitungan SPC nya adalah 1,0 x 102 cfu/g .
mikroskop. Sel bakteri yang mendapat perlakuan pewarnaan gram adalah bakteri
yang paling dominan tumbuh, yaitu bakteri dengan bentuk bulat dan berwarna
putih. Setelah diamati di bawah mikroskop ternyata koloni yang tumbuh berbentuk
basil dan merupakan gram positif, sama seperti pengamatan sebelumnya. Bakteri
Kerusakan pada ikan asin dapat disebabkan oleh bakteri halofilik yang
mampu mengubah tekstur maupun rupa daging ikan. Selain disebabkan oleh bakteri
halofilik, kerusakan mikrobiologi pada ikan asin juga dapat disebabkan oleh jamur,
1. Pink Spoilage
merahan. Bakteri tersebut dengan cepat akan menguraikan daging ikan dan
menimbulkan bau busuk dan tengik. Akibatnya daging akan menjadi lunak dan
berwarna keabu-abuan serta mudah lepas dari tulangnya. Jenis bakteri penyebab
2. Dun Spoilage
yang terjadi biasanya pada ikan asin yang mempunyai kadar air di bawah 17%.
3. Rust Spoilage
Untuk mencegah terjadinya ketengikan pada ikan asin, garam
4. Saponifikasi
5. Taning
sangat lambat atau penyebarannya di dalam tubuh ikan kurang merata. Ciri-
ciri ikan yang terserang taning, timbulnya noda atau bercak merah
sepanjang tulang punggung ikan dan timbulnya bau yang sangat busuk.
6. Salt Burn
berlebihan pada saat penggaraman. Apabila ikan asin dijemur, bagian luar
adalah terjadinya penarikan air yang sangat cepat pada bagian luar, sehingga
sel tubuh ikan akan berkoagulasi dan mengakibtakan proses difusi air dari sel-sel
ikan asin. Tidak menutup kemungkinan juga timbulnya jamur pada produk ikan
asin yang dihasilkan. Dari beberapa mikroorganisme yang merusak, ada yang bisa
dihilangkan dengan mudah yaitu pencucian saja. Tapi untuk bakteri pembusuk dan
As Safe (GRAS). Efek antimicrobial dari TSP telah diuji pada beberapa tipe
makanan berbasis daging, ayam, ikan dan daging domba. TSP membunuh
membran terluar dari sel bakteri karena terdiri dari pH alkali yang dapat dengan
mudah melepasnya dari kandungan intraseluler dan pada akhirnya sel akan
KESIMPULAN
tumbuh.
3. Garam bisa mengubah tekanan osmosis pada bakteri sehingga menyebabkan lisis
tinggi yang menyebabkan bakteri tidak tumbuh, menghambat respirasi dan juga
aktivitas bakteri.
6. Bakteri yang tumbuh pada sampel ikan teri diduga adalah bakteri
jenis Halobacterium yang berbentuk basil dan merupakan bakteri gram positif.