Oleh
1513023007
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
JudulPercobaan : Argentometri
NPM : 1513023007
Kelompok : 1 ( satu)
Mengetahui,
Asisten
NurNgafifahJamil
1413023047
I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Reaksi pengendapan telah digunakan luas dalam kimia analitik, dalam titrasi,
dalam penentuan gravimetrik dan dalam pemisahan sampel menjasi
komponen-komponennya. Argentometri merupakan metode yang umum untuk
menetapkan kadar haogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk
endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode
argentometri disebut juga dengan metode pengendapan karena pada
argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau
endapan.
Istilah argentometri diturnkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak.
Jadi, argentometri salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu
larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan
ion Ag+. Macam-macam cara pengendapan pada titrasi argentometri ada tiga
cara yang dikenal yaitu metode Mohr, metode Volhard, dan metode Vajans.
Untuk lebih memehami mengenai argentometri maka dilakukanlah percobaan
ini.
1.2 Tujuan Percobaan
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak.
Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam
suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan
dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi
indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat AgNO3. Dengan
mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat
tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan
(Underwood, 1992).
Reaksi pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu keadaan
tertentu.Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka
kesimpulan yang lebihumum mengenai pengendapan dasar larutan adalah
Pengendapan terjadi jika Q > Kspy Pengendapan tak terjadi jika Q < Kspy
Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp (Petrucci, 1989).Jika suatu garam memiliki
tetapan hasil kali larutan yang besar, maka dikatakan garam tersebut mudah larut.
Sebaliknya jika harga tetapan hasil kali larutan dari suatu garam tertentu sangat
kecil, dapat dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut. Harga tetapan hasil
kali kelarutan dari suatu garam dapat berubah dengan perubahan
temperatur.Umumnya kenaikan temperatur akan memperbesar kelarutan suatu
garam, sehingga harga tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut juga akan
semakin besar (Petrucci, 1989).
Pada metode Mohr, titrasi halide dengan AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4. Pada
titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion
Ag+ yang berlebih diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata.
Larutan harus bersifat netral atau sedikit bas, tetapi tidak boleh terlalu basa sebab
Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH)2. Jika larutan terlalu asam maka titik akhir
titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi CrO4- berkurang.Pada kondisi yang cocok,
metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada konsentrasi klorida yang
rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih larut
disbanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Indikator tersebut
biasanya digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl2, dengan titik akhir akhir
terbentuknya endapan garam Ba yang berwarna merah.
Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh
metode volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama titrasi,
AgSCN terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN yang berlebih
bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+. Pada metode
volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah asam karena pada
suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang ditambahkan ke
larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut kemudian dititrasi
balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator (Khopkar, 1990).
Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat
yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna.
Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan
memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Indikator ini ialah asam lemah
atau basa lemah organic yang dapat membentuk endapan dengan ion perak.
Misalnya flouresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan,
flouresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :
HFI H+ + FI-
Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda. Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning,
sehingga titik akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar tiga macam perubahan,
yakni (i) endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan terlihat
menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan (iii) larutan
yang semula kuning hijau hampir tidak berwarna lagi (Harjadi, 1990).
Aksi dari indikator-indikator ini disebabkan oleh fakta bahwa pada titik ekuivalen,
indikator itu diadsorpsi oleh endapan dan selama proses adsorpsi terjadi suatu
perubahan dalam indikator yang menimbulkan suatu zat dengan warna berbeda,
maka dinamakan indikator adsorpsi. Zat-zat yang digunakan adalah zat-zat warna
asam, seperti warna deret flouresein misalnya flouresein an eosin yang digunakan
sebagai garam natriumnya.
Untuk titrasi klorida, boleh dipakai flouresein. Suatu larutan perak klorida dititrasi
dengan larutan perak nitrat, perak klorida yang mengendap mengadsorpsi ion-ion
klorida. Ion flouresein akan membentuk suatu kompleks dari perak yang merah
jambu (Bassett, 1994).
statif lengkap.
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali adalah NaCl p.a,
AgNO3, K2CrO4 5 %, HNO3, nitro benzen, laratan ammonium ferisulfat,
flourenscein, garam dapur dan akuades.
Erlenmeyer
- Dipipet 10 ml larytan di atas dengan menggunakan pipet gondok,
Hasil
2. Penentuan kadar tiosianat (caraVolhard)
Buret
- Dibuat larutan KSCN 0,1 N standarisasi dengan larutan AgNO3
Labu Erlenmeyer
- Dipipet 10 ml lautan klorida secara kuantitatif
- Dikocok kuat-kuat
Hasil
3. Menentukan kadar klorida (cara Fajans)
Labuerlenmeyer
Hasil
Adapun hasil pengamatan dari praktikum kali ini adalah sebagia berikut.
[NaCl] = 0,1 N
Penyelesaian :
N AgNO3 =
N AgNO3 =
N AgNO3 =0,139 N
Penyelesaian :
mmol SCN- = V x M
= 0,8 ml x 0,1 M
= 0,08 mmol
% SCN- =
% SCN- =
% SCN- = 4,784 %
4.3 Pembahasan
Karena pada percobaan ini AgNO3 ditambah terus-menerus maka akan ada
kelebihan ion Ag+ yang akan bereaksi dengan K2CrO4 membentuk endapan
merah. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Pada penentuan normalitas AgNO3 cara Mohr digunakan reagen yaitu K2CrO4
yang berfungsi sebagai indikator dan untuk mendeteksi adanya kelebihan
Ag+.
Pada percobaan ini endapan disaring karena apabila endapan putih yaitu
berupa AgCl tidak saring maka endapan tersebut akan bereaksi dengan SCN -
dan akan menghasilkan ion Cl-. Reaksinya adalah sebagai berikut:
AgCl(s) + SCN-(aq) AgSCN(aq) + Cl-(aq)
Karena disaring maka reaksi ini tidak terjadi. Kemudian karena AgNO 3 yang
ditambahkan lebih banyak dari NaCl maka terdapat kelebihan Ag + yang akan
bereaksi dengan SCN- sehingga terbentuk endapan putih. Reaksinya adalah
sebagai berikut:
Adapun fungsi reagen pada percobaan penentuan kadar tiosulfat dengan cara
Volhard adalah sebaga berikut. Fungsi HNO3 yaitu untuk memberikan
suasana asam. Fungsi KSCN yaitu untuk mendeteksi adanya kelebihan ion
Ag+. Fungsi FeCl3 yaitu untuk mendeteksi adanya kelebihan SCN-. Fungsi
AgNO3 yaitu untuk bereaksi dengan ion klorida membentuk AgCl. Dan pada
percobaan ini dilakukan penyaringan endapan, penyaringan ini dilakukan
karena jika AgCl di tambahkan dengan SCN- akan membentuk ion Cl- dan ion
Cl- ini akan mempengaruhi hasil percobaan.
kelebihan Ag+.
5. Pada percobaan kedua dengan cara Volhard, campuran filtrat dan FeCl3
Day, RA. Jr dan Al Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif edisi kelima.
Jakarta: Erlangga
PERTANYAAN
argentometri.
Jawab:
Pengendapan yang terjadi tidak sempurna sehingga zat yang tidak