Anda di halaman 1dari 28

Latar Belakang Rusunawa

E.1 PENDAHULUAN

Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah


laju urbanisasi yang mencapai 4,4 % per tahun membuat
kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,
sementara itu ketersediaan lahan menjadi semakin
langka. Kelangkaan ini menyebabkan semakin mahalnya harga
lahan di pusat kota, sehingga mendorong masyarakat berpeng-
hasilan menengah-bawah tinggal di kawasan pinggiran kota yang
jauh dari tempat kerja. Kondisi ini menyebabkan meningkatkan
biaya transportasi, waktu tempuh, dan pada akhirnya akan
menurunkan mobilitas dan produktivitas masyarakat.
Sedangkan sebagian masyarakat tinggal di kawasan yang tidak jauh
dari pusat aktivitas ekonomi, sehingga menyebabkan ketidak-
teraturan tata ruang kota dan dapat menumbuhkan kawasan
kumuh baru.

Untuk mendekatkan kembali masyarakat berpenghasilan menengah-


bawah ke pusat aktivitas kesehariannya dan mencegah
tumbuhnya kawasan kumuh di perkotaan, maka direncanakan suatu
pembangunan hunian secara vertikal, berupa Rumah Susun
(Rusun). Dengan pembangunan Rusun di pusat-pusat kota, dengan
intensitas bangunan tinggi, diharapkan dapat mendorong
pemanfaatan lahan dan penyediaan PSU yang lebih efisien dan
efektif.

Namun semenjak Gerakan Nasional Pengembangan Sejuta Rumah


(GNPSR) dicanangkan pada tahun 2003, pencapaian pasokan
Rumah Susun bagi masyarakat berpenghasilan menengah-
bawah masih berjalan lambat. Untuk itu diperlukan upaya
percepatan pembangunan Rusun, baik milik maupun sewa, yang
tidak jauh dari pusat aktivitas masyarakat, khusunya di kawasan
perkotaan dengan jumlah penduduk lebih dari 1,5 jiwa.

Diharapkan percepatan pembangunan Rusun ini dapat


mempercepat pemenuhan kebutuhan rumah yang layak dan
terjangkau bagi masyarakat, peningkatan efisiensi penggunaan
tanah sesuai peruntukan dan tata ruang, serta dapat meningkatkan
daya tampung, mobilitas, produktivitas, dan daya saing kota.

E- 1
E.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Perencanaan Rusun di Kota ............ dimaksudkan sebagai pedoman


bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dalam
penyelenggaraan pembangunan Rusun di kawasan perkotaan.

Sejalan dengan maksud tersebut, Kebijakan dan Rencana Strategis


ini bertujuan untuk :

1) Memberikan arah kebijakan, strategis dan rencana


tindak pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan;
2) Menciptakan keterpaduan dan keserasian gerak para pemangku
kepentingan dalam pembangunan rumah susun di
kawasan perkotaan; serta
3) Memberikan indikator kinerja pembangunan rumah susun
di kawasan perkotaan.

E.3 LANDASAN HUKUM

Landasan hukum Perencanaan ..........Rusun di Kota adalah


sebagai berikut :

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun


1945;
2) Undang-Undang No.16 tahun 1985 tentang Rumah
Susun;
3) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok –
pokok Agraria;
4) Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan
dan
Permukiman;
5) Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan
Ruang;
6) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan
Pembangunan Nasional;
7) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
8) Peraturan Presiden RI No 7 Tahun 2005 tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2004 – 2009;
9) Keputusan Presiden RI No 22 Tahun 2006 tentang Tim
E- 2
Koordinasi
Percepatan Pembangunan Rumah Susun di Kawasan
Perkotaan;
10) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat N0. 4 Tahun
2006 tentang Rencana Strategis Kementerian Negara Perumahan
Rakyat Tahun 2005-2009.

E- 3
E.4 PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004 Badan


Pusat Statistik, menyebutkan bahwa : terdapat 55,0 juta keluarga
dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 217,1 juta jiwa. Sebanyak 5,9
juta keluarga belum memiliki rumah. Sementara setiap tahun
terjadi penambahan kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga
baru rata-rata sekitar
820.000 unit
rumah.

Pesatnya urbanisasi di kota-kota besar dan metropolitan telah


menyebabkan permasalahan ketersediaan lahan bagi
perumahan. Akibat langka dan semakin mahalnya tanah di perkotaan,
pembangunan perumahan baru layak huni bagi masyarakat
berpenghasilan rendah cenderung menjauh dari tempat kerja (urban
sprawl). Keadaan ini menimbulkan ketidakteraturan penataan
ruang dan kawasan, permasalahan mobilitas manusia dan
barang, beban investasi dan operasi dan pemeliharaan PSU,
penurunan produktifitas kerja, serta berdampak buruk terhadap
kondisi sosial dan lingkungan.

Lahan merupakan masalah utama pembangunan perumahan


sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan hak dasar rakyat.
Terbatasnya lahan perkotaan menyebabkan pemerintah kota dituntut
untuk dapat memanfaatkan lahan secara efisien dengan
meningkatkan intensitas penggunaannya. Tuntutan akan
penggunaan lahan perkotaan cenderung semakin meningkat
seiring diterapkannya otonomi daerah. Hal ini antara lain
disebabkan Pemerintah Kota dituntut untuk dapat memanfaatkan
sumber daya ruang dan tanah secara maksimal bagi peningkatan
pendapatan daerah, di sisi lain adanya tuntutan masyarakat
yang semakin kritis dalam mendapatkan pelayanan umum, termasuk
penyediaan sarana dan prasarana sosial, budaya, taman dan ruang
terbuka hijau.

Selain langka dan mahalnya harga tanah/lahan di pusat kota


untuk pembangunan perumahan serta keterbatasan pasokan
Rusun dikarenakan beberapa permasalahan mendasar berupa :
beban biaya yang tinggi dalam pengurusan proses perijinan (ijin
pemanfaatan ruang, ijin lokasi, sertifikasi tanah, dan ijin mendirikan
bangunan); beban pajak; keterbatasan dukungan prasarana, sarana,
dan utilitas (PSU); serta masih tingginya beban bunga pinjaman.

Sedangkan dari sisi permintaan Rusun, masih terkendala antara


lain: terbatasnya daya beli masyarakat berpenghasilan menengah-

E- 4
bawah, terbatasnya penyediaan uang muka, rendahnya kemampuan
meminjam

E- 5
akibat tenor pinjaman yang pendek, serta permasalahan sosial
dan budaya.

E.5 MISI DAN KEBIJAKAN

Misi dan Kebijakan pembangunan Rusun didasarkan pada


sasaran utama pembangunan perumahan yang telah diamanatkan
dalam RPJMN Tahun 2004-2009, yakni peningkatan pemenuhan
kebutuhan rumah yang layak huni serta peningkatan kualitas
lingkungan perumahan dan permukiman.

Pada dasarnya, pembangunan perumahan dan permukiman


merupakan tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah,
sebagai salah satu unsur pemangku kepentingan, bertindak selaku
pemberdaya (enabler), pendorong dan fasilitator, untuk
penciptaan iklim yang kondusif bagi berlangsungnya
pembangunan Rusun perkotaan oleh seluruh pemangku
kepentingan.

Berlandaskan hal-hal tersebut di atas, maka Misi dan Kebijakan


pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan adalah
sebagai berikut :

1) Menciptakan iklim yang kondusif bagi percepatan


pembangunan
Rusun, dengan arah kebijakan:
menyelenggarakan tata kepemerintahan dan tata
kelola perusahaan yang baik;
mendorong percepatan pembangunan rumah susun di
kawasan perkotaan.
2) Meningkatkan pendaya-gunaan sumber daya dan kapasitas
pelaku pembangunan, dengan arah kebijakan:
mendorong peranserta dan kapasitas Pemerintah daerah,
badan usaha/ masyarakat;
meningkatkan pendaya-gunaan sumber daya;
meningkatkan pendaya-gunaan dan pengelolaan rumah susun.
3) Mempercepat pembangunan rumah susun dan
meningkatkan kualitas kawasan perkotan, dengan arah kebijakan:
meningkat pemenuhan kebutuhan perumahan bagi
masyarakat berpenghasilan menengah-bawah;
meningkatkan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas perkotaan.

E- 6
E.6 TUJUAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN

Pembangunan Rusun bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan


Rusun layak huni dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan
menengah- bawah di kawasan perkotaan dengan penduduk di atas
1,5 juta jiwa, sehingga akan berdampak pada :

1) Peningkatan efisiensi penggunaan tanah, ruang dan daya


tampung kota;
2) Peningkatan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan
menengah- bawah dan pencegahan tumbuhnya kawasan kumuh
perkotaan;
3) Peningkatan efisiensi prasarana, sarana dan utilitas
perkotaan;
4) Peningkatan produktivitas masyarakat dan daya saing
kota;
5) Peningkatan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi
masyarakat berpenghasilan menengah-bawah.
6) Peningkatan penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan
ekonomi.

E.7 SASARAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN

Sasaran dari Perencanaan Rusun di Kota........, yakni


pemenuhan kebutuhan Rusun layak huni.

Prioritas utama pembangunan Rusun ditujukan pada kota-kota


dengan tingkat urbanisasi dan kekumuhan yang tinggi. Kota-kota
yang menjadi prioritas pembangunan, antara lain meliputi : Kota
............

Selain daripada itu, agar pembangunan Rusun mencapai


kelompok sasaran yang dituju, yakni masyarakat berpenghasilan
menengah- bawah, maka diperlukan upaya yang sinergis dan
sistematis dari seluruh pemangku kepentingan agar harga jual/sewa
Rusun dapat dijangkau oleh kelompok sasaran dimaksud. Melalui
berbagai penciptaaan iklim yang kondusif bagi berkembangnya
pembangunan Rusun.

Sasaran pembangunan Rusun juga dilakukan melalui pernaikan


sistem pasokan, antara lain berupa: fasilitasi pengadaan
tanah bagi pembangunan Rusun, berupa percepatan proses
pembebasan dan sertifikasi tanah; percepatan proses perijinan;
pengurangan/ penangguhan/pembebasan biaya perijinan dan beban
pajak, dukungan pembiayaan investasi pembangunan Rusun. Melalui
E- 7
perbaikan dari sisi permintaan, antara lain berupa: peningkatan
kapasitas dayabeli dan kapasitas meminjam masyarakat,
melalui upaya pemberdayaan

E- 8
masyarakat dan dukungan kebijakan fiskal yang dapat mendorong
tumbuhnya pasar Rusun di perkotaan.

E.8 PRINSIP DASAR PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN

Pembangunan Rusun di kawasan perkotaan didasarkan pada


konsep pembangunan berkelanjutan, yang menempatkan manusia
sebagai pusat pembangunan. Dalam pelaksanaannya, menggunakan
prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance)
dan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).

Prinsip dasar pembangunan Rusun meliputi


:

1) Keterpaduan : pembangunan Rusun dilaksanakan prinsip


keterpaduan kawasan, sektor, antar pelaku, dan
keterpaduan dengan sistem perkotaan;
2) Efisiensi dan Efektivitas : memanfaatkan sumber daya
yang tersedia secara optimal, melalui peningkatan intensitas
penggunaan lahan dan sumberdaya lainnya;
3) Penegakan Hukum : mewujudkan adanya kepastian hukum
dalam bermukim bagi semua pihak, serta menjunjung tinggi
nilai-nilai kearifan yang hidup di tengah masyarakat;
4) Keseimbangan dan Keberkelanjutan: mengindahkan
keseimbangan ekosistem dan kelestarian sumberdaya yang ada;
5) Partisipasi : mendorong kerjasama dan kemitraan
Pemerintah dengan badan usaha dan masyarakat untuk dapat
berpartisipasi dalam proses perencanaan, pembangunan,
pengawasan, operasi dan pemeliharaan, serta pengelolaan Rusun.
6) Kesetaraan : menjamin adanya kesetaraan peluang
bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah untuk
dapat menghuni Rusun yang layak bagi peningkatan
kesejahteraannya.
7) Transparansi dan Akuntabilitas : menciptakan
kepercayaan timbal-balik antara pemerintah, badan usaha
dan masyarakat melalui penyediaan informasi yang memadai,
serta dapat mempertanggung-jawaban kinerja pembangunan
kepada seluruh pemangku kepentingan.

E.9 DASAR PERENCANAAN RUMAH SUSUN

E- 9
Undang-Undang No.16 tahun 1985 tentang Rumah Susun
menyebutkan bahwa Rumah Susun adalah : bangunan gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi
dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam
arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan
yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah,
terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian
Bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

Rusun sebagai salah satu solusi pemenuhan kebutuhan


perumahan yang layak bagi masyarakat berpenghasilan menengah-
bawah. Memerlukan standar perencanaan Rusun sebagai dasar
pembangunannya.

Standar perencanaan Rusun ini diperlukan agar harga jual/sewa


Rusun dapat terjangkau oleh kelompok sasaran yang dituju, tanpa
mengurangi asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan,
keserasian Rusun dengan tata bangunan dan lingkungan kota.
Standar perencanaan Rusun di kawasan perkotaan adalah sebagai
berikut :
1) Kepadatan
Bangunan
Dalam mengatur kepadatan (intensitas) bangunan diperlukan
perbandingan yang tepat meliputi luas lahan peruntukan,
kepadatan bangunan, Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan
Koefisien Lantai Bangunan (KLB).
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah perbandingan antara
luas dasar bangunan dengan luas lahan/persil, tidak melebihi
dari 0.4;
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah perbandingan antara
luas lantai bangunan dengan luas tanah, tidak kurang dari 1,5;
Koefisien Bagian Bersama (KB) adalah perbandingan
Bagian
Bersama dengan dengan luas bangunan, tidak kurang dari 0,2.
2) Lokasi
Rusun dibangun di lokasi yang sesuai rencana tata ruang,
rencana tata bangunan dan lingkungan, terjangkau layanan
transportasi umum, serta dengan mempertimbangkan
keserasian dengan lingkungan sekitarnya.
3) Tata Letak
Tata letak Rusun harus mempertimbangkan keterpaduan
bangunan, lingkungan, kawasan dan ruang, serta dengan

E-
10
memperhatikan faktor-faktor kemanfaatan, keselamatan,
keseimbangan dan keserasian.

E-
11
4) Jarak Antar Bangunan dan
Ketinggian
Jarak antar bangunan dan ketinggian ditentukan berdasarkan
persyaratan terhadap bahaya kebakaran, pencahayaan dan
pertukaran udara secara alami, kenyamanan, serta kepadatan
bangunan sesuai tata ruang kota.
5) Jenis Fungsi Rumah
Susun
Jenis fungsi peruntukkan Rusun adalah untuk hunian dan
dimungkinkan dalam satu Rusun/ kawasan Rusun memiliki
jenis kombinasi fungsi hunian dan fungsi usaha.
6) Luasan Satuan Rumah
Susun
Luas sarusun minimum 21 m², dengan fungsi utama sebagai ruang
tidur/ruang serbaguna dan dilengkapi dengan kamar mandi
dan dapur.
7) Kelengkapan Rumah
Susun
Rusun harus dilengkapi prasarana, sarana dan utilitas
yang menunjang kesejahteraan, kelancaran dan kemudahan
penghuni dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
8) Transportasi
Vertikal
Rusun bertingkat rendah dengan jumlah lantai maksimum 6
lantai, menggunakan tangga sebagai transportasi vertikal;
Rusun bertingkat tinggi dengan jumlah lantai lebih dari 6
lantai, menggunakan lift sebagai transportasi vertikal.

Agar dapat menurunkan harga sewa dan jual Rusun,


pembangunan Rusun juga menerapkan teknologi bahan bangunan
dan konstruksi yang memenuhi standar pelayanan minimal dari aspek
keamanan konstruksi, kesehatan, dan kenyamanan, yang berbasis
potensi sumber daya dan kearifan lokal. Pemanfaatan potensi sumber
daya dan kearifan lokal ini diharapkan dapat mengurangi beban biaya
sosial yang terjadi pada saat persiapan, pelaksanaan pembangunan,
serta biaya operasi dan pemeliharaan Rusun.

E.10 PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN

Laju pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan, akibat


pertumbuhan alami maupun urbanisasi, telah menyebabkan
permasalahan perumahan dan permukiman yang semakin majemuk.
E-
12
Pesatnya pertumbuhan kota yang tidak diimbangi dengan kecepatan
penyediaan prasarana, sarana dan ulititas kota, serta ditambah
dengan ketidak-

E-
13
mampuan masyarakat untuk dapat memperbaiki perumahan dan
lingkungannya, menjadi salah satu penyebab tumbuhnya
beberapa kawasan kumuh perkotaan tidak jauh dari pusat-
pusat aktivitas masyarakat.

Data pada kawasan perkotaan, yakni Kota ..............,


menunjukkan bahwa : terdapat lebih dari 4.795 lokasi kawasan
kumuh dengan luasan tidak kurang dari 14.620 ha.

Sementara itu, data pasokan penyediaan Rumah Susun Sederhana


Sewa (Rusunawa) 2 tahun terakhir hanya mencapai pasokan
sebanyak 56,5 twinblock dengan kapasitas 4.300 sarusun selama 2
tahun atau hanya sebesar 18 % dari rata-rata sasaran tahunan
yang ditetapkan dalam RPJMN sebanyak 12.000 sarusun. Sedangkan
Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami) dari total target RPJMN
sebanyak 25.000 sarusun melalui mekanisme pasar, pasokannya
hanya mencapai 144 sarusun, atau hanya mencapai 1,44 % selama 2
tahun.

Pembangunan Rusun membutuhkan biaya investasi yang tinggi.


Baik yang menyangkut penyediaan tanah, bangunan, dan PSU.
Besarnya nilai investasi ini acapkali pula disertai dengan tambahan
beban biaya proses perijinan, tidak tranparannya peraturan,
berbelitnya birokrasi, sehingga menambah beban investasi
pembangunan Rusun. Untuk itu diperlukan upaya terobosan bagi
terselenggaranya percepatan pembangunan Rusun yang layak,
sehat dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan
menengah-bawah di kawasan perkotaan yang berpenduduk lebih
dari 1,5 juta jiwa.

E.10.1 Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah


Susun

Keputusan Presiden No. 22 Tahun 2006 menetapkan pembentukan


Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun di
Kawasan Perkotaan, dengan tugas pokok sebagai berikut :
a. merumuskan kebijakan, strategi dan program percepatan
pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan;
b. menetapkan langkah – langkah strategis yang diperlukan
dalam rangka pelaksanaan percepatan pembangunan rumah
susun di kawasan perkotaan;
c. mengkoordinasikan, memantau, dan melakukan
evaluasi pelaksanaan kebijakan percepatan pembangunan
rumah susun di kawasan perkotaan oleh menteri terkait dan
Pemerintah Daerah;

E-
14
d. menetapkan langkah – langkah upaya penyelesaian
permasalahan strategis di bidang perijinan, perpajakan,
pertanahan, pembiayaan dan infrastruktur yang terkait dengan
percepatan pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan;
e. memberikan arahan kepada Tim Koordinasi Daerah dalam
rangka percepatan pembangunan rumah susun di kawasan
perkotaan.
Dengan susunan keanggotaan Tim Koordinasi sebagai
berikut :
a. Ketua merangkap anggota : Menteri Koordinator
Bidang
Perekonomian;
b. Ketua Harian merangkap anggota : Menteri Negara
Perumahan
Rakyat;
c. Anggota : 1. Menteri Dalam
Negeri;
2. Menteri Keuangan;
3. Menteri Pekerjaan Umum;
4. Menteri Sosial;
5. Menteri Pertahanan;
6. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional
/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
7. Kepala Badan Pertahanan Nasional;
8. Direktur Utama Bank Tabungan Negara;
d. Sekretaris I : Sekrtetaris Menteri Negara Perumahan
Rakyat;
e. Sekrtetaris II : Deputi Menteri Koordinator
Bidang
Perekonomian,
Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah;

Penyelenggaran tugas Tim Koordinasi sehari-hari dibantu oleh


Tim Pelaksana yang diketuai oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat.
Sedangkan keanggotaan Tim Pelaksana, terdiri dari unsur eselon I
kementerian/lembaga dan pihak lain yang terkait, yang ditetapkan
oleh Ketua Tim Koordinasi.

Untuk menunjang pelaksanaan tugasnya, Tim Koordinasi dibantu


oleh Sekretariat, yang secara fungsional dilakukan oleh unit
kerja di lingkungan Kementerian Negara Perumahan Rakyat.
E-
1010
Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas Tim
Koordinasi, Gubernur membentuk Tim Koordinasi Daerah, yang
diketuai oleh Gubernur. Anggota Tim Koordinasi Daerah
adalah unsur-unsur

E-
1111
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten / Kota dan
Pejabat
Pemerintah terkait yang dipandang perlu, serta Badan
Usaha.

Sedangkan tugas pokok Tim Koordinasi Daerah adalah :


merumuskan kebijakan, strategi, dan program, dan menetapkan
langkah-langkah upaya pemecahan permasalahan percepatan
pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan di wilayahnya
sesuai kebijakan, strategi dan pedoman serta arahan yang ditetapkan
oleh Tim Koordinasi.

E.10.2 Rencana Strategis Percepatan Pembangunan


Rumah Susun

Rencana Strategis Percepatan merupakan cara untuk dapat


mencapai suatu tujuan dan sasaran pembangunan Rusun di kawasan
perkotaan, yang merupakan komitmen kebijakan dan program,
serta rencana tindak untuk pemecahan permasalahan
percepatan pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan.

Rencana Strategis Percepatan Pembangunan Rusun di


Kawasan
Perkotaan adalah sebagai berikut
:
1) Menyelenggarakan tata kepemerintahan yang baik,
melalui koordinasi percepatan pembangunan rumah susun, yang
meliputi koordinasi dan sinkronosasi pelaksanaan kebijakan;
pemantauan, pengendalian dan evaluasi kebijakan; serta
fasilitasi dan mediasi antara Pemerintah, badan usaha dan
masyarakat;
2) Mendorong percepatan pembangunan rumah susun di
kawaan perkotaan, melalui perumusuan, penetapan dan
sosialisasi kebijakan, peraturan dan norma, standard, pedoman
dan manusal (NSPM) pendukung percepatan pembangunan rumah
susun;
3) Mendorong peranserta dan kapasitas Pemerintah Daerah,
badan usaha dan masyarakat, melalui sosialisasi percepatan
pembangunan rumah susun; serta fasilitasi peningkatan
kapasitas Pemerintah, badan usaha dan masyarakat dalam
pembangunan rumah susun.
4) Meningkatkan pendaya-gunaan sumber daya, melalui fasilitasi
Pemerintah Daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan
Rencana Tindak Pembangunan Rumah Susun; serta fasilitasi
pembiayaan dan investasi pembangunan rumah susun.
E-
1212
5) Meningkatkan pendayagunaan dan pengelolaan rumah
susun, melalui pembentukan Badan Layanan Umum Rumah
Susun; serta fasilitasi penghunian dan pengelolaan rumah susun.
6) Meningkatkan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat
berpenghasilan menengah-bawah, melalui fasilitasi
perencanaan

E-
1313
kawasan rumah susun yang berbasis pada penataan ruang
wilayah perkotaan; fasilitasi dan stimulasi percepatan
pembangunan 1.000 unit menara Rusun; serta dukungan failitas
subsidi kredit pemilikan rumah susun.
7) Meningkatkan kualitas prasarana, sarana dan utilitas
perkotaan, melalui failitasi dan stimulasi penyediaan prasarana
dan sarana perkotaan; serta fasilitasi dan stimulasi
penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas kawasan dan
lingkungan rumah susun.

E.10.3 Indikator Kinerja Percepatan Pembangunan Rumah


Susun

Untuk mengukur pencapaian kinerja pembangunan Rusun,


diperlukan indikator yang dapat menunjukkan pencapaian kinerja
sebagai salah satu piranti pengendalian program dan kegiatan, serta
sebagai bahan masukan evaluasi kebijakan dan strategi
percepatan pembangunan Rusun di kawasan perkotaan.

Indikator kinerja percepatan pembangunan Rusun dituangkan


dalam Lampiran 1 : Rencana Strategis dan Indikator Kinerja
Percepatan Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan.

E.11 RENCANA PEMBANGUNAN DAN BIAYA

Perencanaan ......... Rusun di Kota ............. direncanakan sebanyak


1.000 unit menara Rusun di kawasan perkotaan yang berpenduduk
lebih dari
1,5 juta jiwa dengan tingkat kekumuhan yang tinggi.
Rencana pembangunan Rusun Tahun 2007-2011, diperlihatkan
dalam bagan berikut ini:

Biaya keseluruhan pembangunan Rusun diperkirakan sebesar Rp


56,889 trilyun selama 5 tahun. Sumber pembiayaannya berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Propinsi/Kabupaten/Kota
sebesar 6,154 trilyun, sedangkan sebesar Rp 50,735 trilyun
direncanakan berasal dari badan usaha dan masyarakat.

Porsi terbesar dana APBN dipergunakan untuk dukungan fasilitas


subsidi Kredit Pemilikan Rusun yang diperkirakan mencapai Rp
4,300 trilyun, serta bersama-sama dengan dana APBD, dengan
perkiraan dana sebesar Rp 1,700 trilyun dipergunakan untuk
kegiatan fasilitasi dan stimulasi peningkatan kualitas penyediaan
E-
1414
prasarana, sarana dan utilitas

E-
1515
kawasan perkotaan dan lingkungan Rusun. Sedangkan sisanya
sebesar Rp 0,154 trilyun, merupakan dukungan terhadap penciptaan
iklim yang kondusif terhadap percepatan pembangunan Rusun.

Sementara itu, sumber dana terbesar berasal dari badan usaha


dan masyarakat, yakni sebesar Rp 50,735 trilyun. Diharapkan
dapat membiayai keseluruhan pembangunan 1.000 unit Rusun di
kawasan perkotaan, termasuk biaya penyediaan tanah serta
prasarana, sarana, dan utilitas Rusun.

Perkiraan biaya pembangunan Rusun diperlihatkan dalam Lampiran 2


: Rencana Kerja dan Anggaran Pembangunan Rumah Susun di
Kawasan Perkotaan.

E-
1616
Lampiran 1 : RENCANA STRATEGIS DAN INDIKATOR
KINERJA PERCEPATAN PEMBANGUNAN
RUMAH SUSUN DI KAWASAN PERKOTAAN

E-
1717
RENCANA KERJA
TUJUAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA
POKOK
Misi 1 :
Menciptakan Iklim
yang Kondusif
bagi Percepatan
Pembangunan
Rumah Susun Koordinasi  Terlaksananya
Percepatan koordinasi dan
1.1 Pembanguna sinkronisasi pelaksanaan
Menyelenggaraka n Rumah kebijakan;
n tata Susun  Terlaksananya
kepemerintahan pemantauan,
dan tata kelola pengendalian, dan
perusahaan yang evaluasi
baik kebijakan;
 Terlaksananya fasilitasi
dan mediasi antara
Perumusan, Pemerintah, Badan
Penetapan, Usaha dan
dan Sosialisasi masyarakat.
Kebijakan,
1.2 Mendorong Peraturan, dan  Terbitnya Peraturan
percepatan NSPM /NSPM tentang :
pembangunan Pendukung 1. Kebijakan dan
rumah susun Percepatan Strategi Percepatan
di kawasan Pembangunan Pembangunan
perkotaan Rusun Rumah Susun;
2. Pertanahan, Tata
Ruang dan
Lingkungan Hidup;
Penyediaan tanah
bagi
pembangunan
Rusun;
Konsolidasi tanah
bagi
pembangunan
Rusun;
Penetapan lokasi
kawasan Rusun;
Penyelenggaraa
n pembangunan
Lisiba BS Rusun.
3. Fasilitasi dan mediasi
antara
Pemerintah,
Badan Usaha dan
Masyarakat;
Penyederhanaan
proses peruijinan
pembangunan
Rusun;
Kelembagaan
penyelenggaraa
n pembangunan
Rusun;
4. Pembiayaan dan
Investasi;
Penyusunan
studi

E-
1818
kelayakan
Rusun
Pembebasan
pengenaan PPn
Rusun;
Dukungan subidi
perumahan
melalui KP Rusun;
Pola bangunan
pembiayaan
Rusun bagi MBR;
Pola kerjasama
pembiayaan /
investasi
pemb. Rusun
5. Prasarana, Sarana
dan Utilitas
Perkotaan;
Penyediaan
prasarana dan
sarana
perkotaan;
Penyediaan
prasarana,
sarana dan
utilitas kawasan /
lingkungan
Rusun.
6. Sosialisasi dan
Pemberdayaan
Masyarakat;
Pendampingan
Misi 2 : dan
Meningkatkan Pemberdayaan
Pendayagunaan masyarakat
Sumberdaya Sosialisasi 7. Pembangunan;
dan Kapasitas percepatan Teknologi dan
Pelaku pembanguna rancang
Pembangunan n Rusun; bangun Rusun;
Fasilitasi Pola
2.1 Mendorong peningkatan pembangunan
peranserta kapasitas rusun di kawasan
dan kapasitas Permerintah perkotaan
Pemerintah dan 8. Pengelolaan.
Daerah, Badan Badan Usaha / Penghunian Rusun;
Usaha/ Masyarakat Pengelolaan
masyarakat dalam Rusun; Operasi
pembanguna dan pemeliharaan
n Rusun. Rusun.

Fasilitasi Pemda
dalam
penyusunan
2.2 Meningkatkan dan
pendaya- pelaksanaan
gunaan sumber Rencana Tindak
daya Pembangunan  Terlaksananya
Rusun; sosialisasi percepatan
pembangunan Rusun;
 Terlaksananya fasilitasi
peningkatan kapasitas
Permerintah dan
Fasilitasi Badan Usaha /
Masyarakat dalam
pembangunan
Rusun.
 Terlaksananya
fasilitasi Pemda dalam
penyusunan dan
pelaksanaan Rencana
Tindak Pembangunan
pembiayaan
Rusun;
dan inveatasi.
2.3 Meningkatkan Pembentukan
pendaya- Badan Layanan
gunaan dan Umum Rusun;
pengelolaan
Rusun

 Terlaksananya
Misi 3 : fasilitasi pembiayaan
Mempercepat dan inveatasi.
Pembangunan  Terlaksananya
Fasilitasi
Rumah Susun Pembentukan Badan
penghunian
dan Layanan Umum
dan Rusun
Meningkatkan pengelolaan
Kualitas Kawasan
Rusun.
Perkotaan.
Fasilitasi
perencanaan
3.1 Meningkatkan
kawasan
pemenuhan
kebutuhan Rusun yang
perumahan berbasis pada
bagi penataan  Terlaksananya
masyarakat ruang wilayah fasilitasi penghunian
berpenghasilan perkotaan, dan pengelolaan
menengah – Fasilitasi dan Rusun;
bawah. stimulasi  Terlaksananya
percepatan fasilitasi perencanaan
pembangunan kawasan Rusun yang
1.000 unit berbasis pada
Rusun; penataan ruang
Fasilitas subsidi wilayah perkotaan;
Kredit
Pemilikan
Rusun.  Terlaksananya fasilitasi
dan stimulasi
percepatan
Fasilitasi dan pembangunan 1.000
3.2 stimulasi unit Rusun;
Meningkatka Pembentukan  Terlaksananya fasilitas
n kualitas Badan Layanan subsidi Kredit
prasarana, Umum Rusun; Pemilikan Rusun.
sarana, Fasilitasi dan
dan utilitas stimulasi
perkotaan. penyediaan,
 Terlaksananya fasilitasi
Penyediaan sarana dan
dan stimulasi
prasarana dan utilitas kawasan penyediaan prasarana
sarana / lingkungan dan sarana perkotaan;
perkotaan; Rusun.

 Terlaksananya fasilitasi
dan stimulasi
penyediaan, sarana
dan utilitas kawasan /
lingkungan Rusun
E - 17

Anda mungkin juga menyukai