Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

BAKAT BAHASA

Tugas ini Disusun Sebagai Salah Satu Tugas

Pada Mata Kuliah Psikolinguistik

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

KELOMPOK VI

IING SUGIANTO / 20167179126


AZIZIE / 20167179136
HAFIZH / 20167179
ZURYANA / 20167179

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

PASCA SARJANA

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI


2018

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya
terutama dalam bidang pendidikan. Namun seringkali kita melihat perkembangan prestasi anak
yang ternyata tergolong memiliki bakat istimewa. Setiap individu hendaknya mendapat
kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan,
kecerdasan, bakat, minatnya, latar belakang dan lingkungan fisik serta sosial masing-masing
siswa maka kemajuan belajar siswa yang setingkat (sekelas) mungkin tidak sama. Setiap anak
dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat
begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya.
Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkannya.
Psikologi Pendidikan adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan
terhadap anak didik dalam situasi pendidikan. Psikologi disebut juga dengan ilmu jiwa.
Mempelajari Psikologi Pendidikan sangat penting apalagi bagi seorang pendidik, guna supaya
terciptanya suatu kondisi belajar yang efektif. Berbicara mengenai Psikologi Pendidikan sangat
luas pembicaraannya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibatasi pada persoalan-persoalan
bakat bahasa.

RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang diangkat kali ini adalah :

1. Apakah yang dimaksud dengan Bakat?

2. Apa itu bakat bahasa?

3. Bagaimanakah Bakat Bahasa dan Kebahasaan dalam Belajar Bahasa saling mempengaruhi?
4. Bagaimana cara meningkatkan kecerdasan bahasa apabila kita bukan yang termasuk orang
yang mempunyai bakat bahasa?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bakat

Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan
khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, keterampilan khusus. Misalnya, berupa
kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik, dll. Seorang yang berbakat musik,
misalnya, dengan latihan yang sama dengan orang lain yang tidak berbakat musik, akan lebih
cepat menguasai keterampilan tersebut. Jadi, suatu kondisi yang khusus pada seseorang berupa
suatu potensi disertai latihan atau belajar, dapat mengembangkan suatu kemahiran tertentu yang
biasanya sifatnya khusus. Maka seseorang yang memiliki berupa potensi musik, bila ia belajar
musik akan lebih cepat mahir dibandingkan dengan orang lain yang tidak mempunyai potensi
music. Potensi adalah gaya yang tersedia pada seseorang yang memungkinkan berkembangnya
ciri-ciri tertentu, daya ini sudah ada sejak lahir, atau dibawa sejak lahir.[1] Bakat adalah
semacam perasaan dan perhatian, ia merupakan salah satu metode pikir. Bakat itu menjadi jelas
karena pengalaman, akan tetapi kita hanya condong kepada sebagian saja dari sekumpulan
aspek-aspek kegiatan yang kita alami dan lakukan. Terbentuknya bakat manusia terhadap
macam-macam kegiatan yang dilakukannya atau tidak terbentuknya bakat itu ditentukan oleh
banyak faktor. Sering kali bakat dan kemampuan berjalan seiring, hanya saja ada keadaan-
keadaan dimana keduanya muncul serentak. Jadi kemampuan dan bakat adalah dua faktor yang
berbeda dan terpisah antara satu bidang dengan bidang yang lainnya.[2] Menurut M. Ngalim
Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan disebutkan bahwa kata bakat lebih dekat
pengertiannya dengan kata Aptitude yang berarti kecakapan pembawaan, yaitu yang mengenai
kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang tertentu. William B. Michael memberi definisi
mengenai bakat sebagai berikut : An aptitude may be defined as a person’s capacity, or
hypothetical potential, for acquisition of a certain more or less weeldefined pattern of behavior
involved in the performance of a task respect to which the individual has had little or no previous
training (Michael, 1960: 59). Jadi Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan
individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai
hal tersebut. Woodworth dan Marquis memberikan definisi demikian: “aptitude is predictable
achievement and can be measured by specially devised test” (Woodworth dan Marquis, 1957:
58). Bakat (aptitude), oleh Woodworth dan Marquis dimasukkan dalam kemampuan (ability).
Menurutnya ability mempunyai tiga arti, yaitu : Achievement yang merupakan actual ability,
yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu. Capacity yang merupakan potential
ability, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan
individu, di mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training
yang intensif dan pengalaman. Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap/diukur
dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu. Dari contoh-contoh yang telah dikemukakan itu
terbukti bahwa tidak ada keseragaman pendapat diantara para ahli, mengenai soal “apakah bakat
itu”. Namun perbedaan-perbedaan pendapat mereka sebenarnya tidak sebesar rumusan-rumusan
tersebut. Rumusan-rumusan yang berbeda-beda tersebut sebenarnya merupakan penyorotan
masalah bakat itu dari sudut yang berbeda-beda. Jadi, disamping adanya perbedaan antara
pendapat yang satu dengan pendapat yang lain, pendapat-pendapat tersebut juga saling
melengkapi.

B. Bakat bahasa

Bakat bermacam-macam dan ada di setiap anak namun berbeda-beda. Salah satunya
bakat bahasa. Ada dua jenis bakat bahasa yang dibahas, yaitu bakat bahasa yang berhubungan
dengan pemerolehan bahasa pertama (language acquisition) dan bakat bahasa yang berhubung
dengan belajar bahasa kedua atau bahasa asing (language learning) (Brown, 1982: 31, van Els,
1984: 109).

Bakat bahasa pertama disebut juga bakat umum karena bakat bahasa pertama dimiliki
oleh setiap anak. Chomsky menyebutnya dengan singkatan LAD atau Language Acquisition
Device (alat pemerolehan bahasa).
Van Els, dkk berpendapat bahwa ada asumsi yang diyakini sebagai sesuatu yang khusus
dengan nama yang berbeda-beda seperti: “talenta”, “kecakapan khusus”, “pemberian” atau
“bakat” untuk belajar bahasa kedua yang dimiliki sejumlah pembelajar, yang relatif berbeda
dengan yang lain, sebagai penanda perbedaan individual dalam keberhasilan belajar bahasa
kedua. Semua anak normal lahir dengan kemampuan belajar bahasa.

Penelitian Skehan (1980) yang berfokus pada memori, salah satu aspek dari bakat
multidimensional, dan mencari korelasi antara nilai skor keragaman tes memori dan pengukuran
lain dari keberhasilan pembicara dewasa bahasa Inggris dalam belajar bahasa Arab. Berdasarkan
analisis data (1986) Skehan menemukan dua tipe perbedaan keberhasilan pembelajar bahasa:
secara relatif, kelompok muda bergantung pada memori dan kelompok usia tua lebih bergantung
pada kemampuan analitik.

Penelitian asal bakat dengan menguji hubungan antara tiga karakter tersembunyi:
pengembangan bahasa pertama, bakat, dan keberhasilan bahasa asing. Dari penelitian ini Skehan
menemukan korelasi positif dan signifikan antara beberapa indikasi bahasa pertama dan
sejumlah bakat. Menurut penelitian mereka dikatakan bahwa perbedaan individual dalam bakat
belajar bahasa berpengaruh pada kesuksesan belajar bahasa bagi anak dan orang dewasa dalam
beberapa cara.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bakat itu ada namun masih harus
dikembangkan danbawaan dari lahir, karena dimiliki oleh setiap anak. Namun untuk
mengembangkannya dibutuhkan keberanian, latihan, dukungan lingkungan, dan perlu
memahami hambatan dan mengatasinya dengan baik sehingga bakat itu menjadi berguna bagi
masa depan individu itu sendiri.
C. Bakat Bahasa dan Kebahasaan dalam Belajar Bahasa

Bakat bahasa hanya dapat dilihat dari dua hal yaitu penguasasan bahasa ibu dan
penguasaan bahasa kedua atau asing. Jadi semakin cepat seseorang itu menguasai keduanya bisa
dipastikan seseorang tersebut memiliki kemungkinan mempunyai bakat bahasa. Terutama bakat
yang berhubungan dengan penguasaan bahasa asing. Dalam rangka pengajaran bahasa dalam
berbagai rentangan kemampuan, Hawkins (1972) membahas hubungan bakat berbahasa asing
dan masalah kebahasaan dalam belajar bahasa. Dijelaskanya bahwa pengajaran bahasa tidak
terbatas hanya pada belajar pelajar yang berbakat saja. Akan tetapi juga pada mereka yang
kurang berbakat. Berkaitan dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, Hawkins
mengatakan : karena bahasa adalah alat untuk belajar, untuk berpikir, dan untuk menggunakan
perasaan, maka bahasa harus di ajarkan kepada pelajar-pelajar yang berkemampuan rendah.

Kemudian, bardasarkan hasil kajian estasio (1971), Hawkins menyarankan perlunya


perhatian hubungan antara pengalaman berbahasa dengan perkembangan kognisi.Menurut
Estacio, pengajaran bahasa kedua mempunyai efek langsung terhadap perkembangan proses
kognitif pelajar. Kedua alasan di atas saling menunjang dalam menentukan pengajaran bahasa
bagi pelajar-pelajar yang berkemampuan rendah. (Hawkins, 1972 : 12 - 20). Selanjutnya dalam
mengajarkan bahasa tersebut, Hawkins melihat dari segi bakat bahasa. Melalui pembahasanya
melalui kajian bakat bahsa yang dilakukan oleh Carroll dan Sapon yang telah dirangkumoleh
Pimalcur, yang kemudian di tunjang oleh kajian S.P Green dicarinya faktor yang palin tinggi
meramalkan kemampuan berbahasa. Ditemukan bahwa dari sepili jenis tes bakat bahasa, tes
pemahaman akan hubungan-hubungan gramatikal bahasa adalah tes yang mempunyai daya ramal
tinggi. Berdasarkan hasil pembahasan ini disarankan agar strategi pengajaran bahasa pada setiap
tahap penyajianya selalu di lakukan rangsangan terhadap pemahaman dan pengenalan pola-pola
bahasa itu. Adanya hubungan yang erat antara pengajaran bahasa kedua dengan perkembangan
kognisi pelajar, dan antara bakat bahasa dengan pemahaman akan hubungan gramatikal bahasa.

D. Meningkatkan Kecerdasan kebahasaan

Bakat bahasa yang dimiliki oleh seseorang memang memudahkan seseorang untuk menguasai
bahasa. Namun bagi banyak orang menguasai sebuah bahasa terutama bahasa asing akan sangat
sulit. Namun tetap saja ada cara untuk mencapai penguasaan bahasa tersebut. Kecerdasan
kebahasaan atau dalam linguistik disebut kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan
kata-kata secara efektif. Pengamatan terhadap 3M tradisional (membaca, menulis, matematika)
dalam kehidupan sekolah memperlihatkan bahwa kecerdasan linguistik mencakup sedikitnya dua
pertiga bagian dari interaksi belajar-mengajar : membaca dan menulis. Di dalam kedua kegiatan
ini, terdapat cakupan luas kemampuan linguistik termasuk mengeja, kosakata, dan tatabahasa.
Secara umum pengembangan dapat dilakukan dengan, membaca berbagai buku, majalah, dan
litaratur lainnya. Ada baiknya membiasakan diri menulis sesuatu (pengalaman hidup sehari-hari,
atau apa pun yang didapat ketika membaca sesuatu, menonton film, atau saat berteduh atau
beristirahat).

Amstrong, 2005 (dalam 7 Kinds of Smart), memberikan tips cara untuk mengembangkan
kecerdasan linguistik ini:

1. Bergabunglah dengan seminar great books.


2. Adakan permainan trivial pursuit (merek sebuah permainan yang para pemainnya harus
menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan berbagai pokok maslah)
3. Lakukan permainan kata (TTS, Scrabble, anagram).
4. Bergabunglah dengan klub pecinta buku.
5. Hadirilah konferensi pengarang, ceramah, atau lokakarya tentang mengarang.
6. Hadirilah acara penandatanganan buku atau peristiwa lain yang menampilkan penulis
ternama.
7. Rekam pembicaraan anda sendiri dengan tape recorder dan dengarkan kembali.
8. Kunjungi perpustakaan dan/atau toko buku secara teratur.
9. Berlanggananlah sebuah koran dan atau majalah bermutu tinggi dan bacalah secara
teratur.
10. Bacalah sebuah buku setiap minggu dan buatlah perpustakaan pribadi.
11. Bergabunglah dengan kelompok pidato atau persiapkan sebuah ceramah tidak resmi
berdurasi 10 menit atau lebih untuk acara kantor atau sosial.
12. Belajar menggunakan program pengolah kata.
13. Dengar rekaman ahli pidato, penyair, pendongeng, dan pembicara lain yang sudah
terkenal.
14. Buatlah buku harian atau usahakan untuk menulis tentang apa saja yang ada dalam
pikiran setiap hari sebanyak 250 kata.
15. Perhatikan berbagai gaya verbal dari berbagai orang yang anda jumpai setiap hari.
16. Sediakan waktu untuk bercerita secara teratur dengan keluarga atau sahabat.
17. Ciptakan lelucon, teka-teki atau permainan kata.
18. Hadiri seminar membaca cepat.
19. Ajarlah seseorang yang kemampuan membacanya rendah melalui organisasi nirlaba.
20. Hafalkan puisi atau kutipan prosa kegemaran anda.
21. Sewa, pinjam, atau belilah kaset sastrawan besar dan dengarkan sewaktu anda pergi atau
pulang kerja.
22. Lingkari kata asing yang anda jumpai selama anda membaca dan carilah artinya didalam
kamus.
23. Belilah thesaurus, amus sanjak, buku asal-usul kata, dan pedoman gaya penulisan , dan
gunakan buku itu secara teratur ketka anda menulis.
24. Kunjungi festival dongeng dan pelajari seni mendongeng.
25. Gunakan salah sastu kata baru dalam percakapan anda.

DAFTAR PUSTAKA

Baradja, M.F. 1981. Peranan Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan dalam
Pengajaran Bahasa. Jakarta : Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3GDeparteman PdanK
Bailey, N., Madden, C., Krashen, S.D. 2003. “Is there a ‘Natural Sequence’ in Adult
Second Language Learning?” In Second Language Acquisition by E.M. Hatch. Rowley:
Newbury House.

Juhana, Wijaya. 1988. Psikologi Bimbingan. Bandung,

Sumadi, Suryabrata. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta,

Armstrong, Thomas. 2002. 7 Kinds Of Smart: Menemukan dan Meningkatkan


Kecerdasan Anda berdasar Teori Multiple Intelligence, terj. T. Hermaya. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Armstrong, Thomas. 2013. Kecerdasan multiple didalam kelas, terj. Dyah Widya
Prabaningrum. Jakarta: Indeks.

http://nieujik.blogspot.com/2009/02/bakat-emosi-dan-kepribadian.html
http://bocahsudutkota.wordpress.com/2011/10/25/makalah-psikologi-pendidikan-bakat-dan-
minat-by-husdiana/

http://www.anakciremai.com/2009/12/makalah-psikologi-tentang-pengembangan.html
http://niahidayati.net/mengembangkan-bakat-dan-minat.html

Anda mungkin juga menyukai