BLOK 3
PENYUSUN:
dr. Ida Srisurani Wiji Astuti, M.Kes
dr. Dwita Aryadina Rachmawati, M.Kes.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
halam
an
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
1. Skillab pertemuan 1: Rekam medis & surat-surat medis............................. 1
2. Skillab pertemuan 2: Menyampaikan berita buruk kepada pasien.............. 14
3. Skillab pertemuan 3: Surat-surat keterangan dokter.................................... 21
4. Skillab pertemuan 4: Anamnesis pada kondisi khusus................................ 27
5. Lampiran SKDI............................................................................................ 36
iii
PERTEMUAN I
REKAM MEDIS DAN SURAT-SURAT MEDIS
(INFORMED & REFUSAL CONSENT SERTA RUJUKAN)
1. TUJUAN
Pada pokok bahasan tentang rekam medis & surat-surat medis, mahasiswa
akan mempelajari tentang rekam medis, surat persetujuan medis (informed
consent), surat penolakan medis (refusal consent), dan rujukan. Setelah
mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan dapat:
a. Menyebutkan tahapan mendapat persetujuan/penolakan medis.
b. Memahami isi form persetujuan/penolakan medis.
c. Menulis rujukan medis.
d. Memahami isi & pentingnya rekam medis.
2. ALOKASI WAKTU
No. Jam Kegiatan Keterangan
1. 5 menit Pembukaan
2. 20 menit Membaca dan diskusi skenario 1
3. 35 menit Mahasiswa membaca teori mengenai rekam
medis, informed & refusal consent, serta
rujukan.
Memberikan kesempatan mahasiswa untuk
bertanya pada instruktur apabila ada hal-hal
yang kurang dimengerti
4. 60 menit Mahasiswa memahami isi rekam medis &
latihan menulis informed dan refusal consent,
serta rujukan
5. 30 menit Diskusi hasil latihan mahasiswa & penutup
3. SKDI
Area kompetensi 1: Komunikasi efektif
Tingkat kemampuan 4: Mampu melakukan secara mandiri
4. LANDASAN TEORI
4.1 Rekam Medis
Pengertian
Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, yang
dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien.Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis dijelaskan bahwa rekam medis
adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana
pelayanan kesehatan.Kedua pengertian rekam medis diatas menunjukkan
perbedaan yaitu Permenkes hanya menekankan pada sarana pelayanan kesehatan,
sedangkan dalam UU Praktik Kedokteran tidak. Ini menunjukan pengaturan
rekam medis pada UU Praktik Kedokteran lebih luas, berlaku baik untuk sarana
kesehatan maupun di luar sarana kesehatan.
2
Manfaat Rekam Medis
a. Pengobatan Pasien
Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan
menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan
tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien.
b. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas
dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga
medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Pendidikan dan Penelitian
Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit,
pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan
informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi
kedokteran dan kedokteran gigi.
d. Pembiayaan
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan
pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan
tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.
e. Statistik Kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya
untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk
menentukan jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu.
f. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam
penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.
3
d. tindakan/pengobatan;
e. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
4
4.2 Informed consent
Definisi
Suatu izin (consent) atau pernyataan setuju dari pasien yang diberikan
dengan bebas dan rasional, sesudah mendapatkan informasi dari dokter yang
dimengertinya. Istilah di Indonesia dinamakan Persetujuan Tindakan Medik.
5
b. Bagian kedua:
Memastikan bahwa pasien mengerti apa yang telah dijelaskan kepadanya
(harus diperhitungkan tingkat intelektualnya)
Bahwa pasien telah menerima resiko-resiko tersebut
Bahwa pasien mengizinkan dilakukan prosedur/tindakan medik tersebut.
c. Proses itu kemudian harus didokumentasikan.
Semua informed consent dibuat secara tertulis karena menjadi bukti
persetujuan dan pengertian pasien/keluarga tentang dasar diagnosis,
kepentingan tindakan, dan tujuan tindakan. Contoh tindakan: menyuntik,
memasang NGT, kateter, dan infus. Informed Consent ditandatangi oleh pasien,
dokter dan saksi.
6
4.3 Rujukan Medik
Definisi
Upaya kesehatan yang berorientasi kepada kepentingan penderita,
bertujuan untuk memperoleh pemecahan masalah baik untuk keperluan
diagnostik, pengobatan, maupun pengelolaan penderita selanjutnya.
Rujukan medik dapat dilakukan terhadap:
a. Penderita
Penderita dikirim oleh perujuk kepada konsultan, atau apabila penderita tidak
dapat dikirim maka perujuk meminta kesediaan konsultan untuk bersama-sama
memeriksanya.
b. Bahan pemeriksaan
Dapat berupa jaringan tubuh (hasil insisi, ekstirpasi, biopsi, maupun reseksi):
darah, serum, tinja, air seni, secret, serta cairan tubuh yang lain.
7
anjuran untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut (laboratorik, EKG,
radiologik, atau penunjang lain)
8
b. Dari konsultan:
Tidak memberikan jawaban konsul dengan sebenarnya karena takut anjuran
atau tindakannya ditiru oleh dokter perujuk
Bekerjasama dengan dokter lain di luar kepentingan penderita
(menganjurkan rujukan dengan janji imbalan)
Walau tidak diminta, mengambil alih pengelolaan penderita seterusnya (tidak
mengirim kembali penderita kepada dokter perujuk)
Mencela tindakan dokter perujuk terdahulu di hadapan penderita
Mencela hasil pemeriksaan (yang mungkin tidak sesuai dengan keadaan
klinis) di hadapan penderita atau keluarganya
9
Jika pasien ditangani oleh beberapa dokter dengan bermacam-macam keahlian
maka diperlukan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP). DPJP bertugas
dan berwenang mengatur pemeriksaan dan terapi yang dibutuhkan dan relevan
dengan kondisi pasien, sehingga tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan
pemeriksaan dan multifarmasi.
10
11
Contoh bentuk format rujukan medik dari dokter umum kepada dokter spesialis:
Kepada
Yth. Ts. dr. ..................
Spesialis .......................
Jln. ...............................
DH,
Mohon konsul dan pengobatan selanjutnya penderita Tn. ............, .... tahun, anemi dengan
hepatosplenomegali; hasil pemeriksaan laboratorium terlampir.
Penderita telah kami beri terapi sementara ................ dengan dosis ................
Atas kesediaan Ts, kami ucapkan terima kasih.
Wassalam,
(dr................)
Jln. ................
Contoh bentuk format rujukan medik untuk keperluan perawatan di rumah sakit:
Kepada
Yth. Ts. dr. Jaga
Lab/SMF Pediatri
RS ........
DH,
Mohon perawatan penderita anak ............, laki-laki .... tahun, dengan riwayat 2 hari berak-
berak dan muntah. Keadaan sekarang dehidrasi berat.
Pengobatan yang telah kami berikan ................
Atas kesediaan Ts, kami ucapkan terima kasih.
Wassalam,
(dr................)
Jln. ................
Contoh bentuk format rujukan medik dari “atas” ke “bawah” (untuk keperluan
kelanjutan pengobatan):
Kepada
Yth. Ts. dr. .........................
d/a Puskesmas .....................
DH,
Mohon kesediaan Ts untuk melanjutkan terapi penderita Ny. ............, .... tahun, dengan KP
duplek.
INH .................... x ...... sehari
Etambutol ................. x ...... sehari
Streptomisin inj. .......... gram ...... x seminggu
Mohon follow up X-foto paru serta pemeriksaan sputum dan darah rutin setelah ......... bulan
pengobatan.
Atas kesediaan Ts, kami ucapkan terima kasih.
Wassalam,
(dr................)
Internis
12
5. SKENARIO
Setelah pasien tiba di Unit Gawat Darurat RS, dokter jaga segera menjelaskan
kondisi pasien dan tindakan penanganan yang akan dilakukan. Setelah keluarga
pasien paham dengan informasi yang diberikan, dokter meminta orang tua pasien
mengisi dan menandatangani surat persetujuan untuk dilakukan perawatan medis
kepada anak mereka.
Keterangan :
0 : tidak dilakukan/tidak ada
1 : ada tetapi kurang baik/kurang sempurna
2 : ada dengan baik/sempurna
13
PERTEMUAN II
MENYAMPAIKAN BERITA BURUK KEPADA PASIEN
(BREAKING BAD NEWS)
1. TUJUAN
Pada pokok bahasan ini, mahasiswa akan mempelajari bagaimana cara
menyampaikan berita buruk kepada pasien (breaking bad news), misalnya
menyampaikan bahwa pasien menyandang penyakit stadium akhir karena kanker,
kegagalan operasi, memberitahu orang tua bahwa anaknya tidak dapat
berkembang seperti anak lainnya, dll.
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan dapat:
a. Melatih rasa empati kepada pasien
b. Menyampaikan berita buruk secara profesional dengan menjunjung tinggi etika
kedokteran
2. ALOKASI WAKTU
No. Jam Kegiatan Keterangan
1. 10 menit Pembukaan
2. 20 menit Membaca dan diskusi skenario 1
3. 30 menit Mahasiswa membaca teori mengenai
menyampaikan berita buruk kepada pasien.
14
3. SKDI
Area kompetensi 1: Komunikasi efektif
Tingkat kemampuan 4: Mampu melakukan secara mandiri
4. LANDASAN TEORI
Buckman’s 6-step guide untuk menyampaikan berita buruk: adalah
“SPIKES”, yaitu:
S – etting, listening Skills
P – atient’s Perception
I – nvite patient to share Information
K – nowledge transmission
E - xplore Emotions and Empathize
S – ummarize & Strategize
15
Hendaknya dilakukan di tempat tenang yang tertutup seperti kamar praktek
ataupun dengan menutup tirai di sekeliling tempat tidur pasien
c. Libatkan pendamping
Untuk menghindari kesan kurang baik yang dapat muncul bila pasien dan
dokter berada di tempat tertutup (untuk menjaga privasi), diperlukan satu
pendamping
Perkenalkan pendamping kepada pasien, jika pendamping tersebut perawat
atau bukan keluarga pasien.
Yang dapat menjadi pendamping:
satu orang keluarga terdekat pasien, apabila terlalu banyak dapat
menyulitkan dokter untuk menangani emosi dan persepsi banyak orang
sekaligus
Perawat atau ko ass yang ikut terlibat dalam perawatan pasien
d. Posisi duduk
Posisi pasien dan dokter sebaiknya setara. Dokter menyampaikan kabar buruk
dalam posisi duduk. Tujuan: untuk menghilangkan kesan bahwa dokter
berkuasa atas pasien dan memojokkan pasien
Bila memungkinkan, sebaiknya menghilangkan penghalang fisik seperti meja.
Duduk di tepi tempat tidur pasien jauh lebih baik.
e. Menjadi pendengar yang baik
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya persiapkan kemampuan
‘mendengar’, secara prinsip meliputi:
Silence: Jangan memotong kata-kata pasien ataupun berbicara tumpang
tindih dengan pasien
Repetition: Ulangi kata-kata pasien atau berikan tanggapan, untuk
menunjukkan pemahaman terhadap apa yang ingin disampaikan pasien
f. Availability
Dokter harus ada di tempat mulai awal hingga akhir penyampaian kabar
buruk
16
Jangan sampai ada gangguan berupa interupsi, misalnya sms atau bunyi
telepon, minta bantuan pada perawat untuk mengatasi tamu yang mungkin
datang
2. Patient’s Perception
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya dokter mengetahui
persepsi pasien terhadap:
a. Kondisi medis dirinya sendiri: menanyakan sejauh mana informasi yang
pasien ketahui tentang penyakitnya beserta kemungkinan terburuk yang
ditimbulkan oleh penyakit tersebut
b. Harapan terhadap hasil medikasi yang ia tempuh: menanyakan perkiraan
pasien terhadap hasil medikasi
c. Tujuan mengetahui kedua aspek tersebut bukan semata-mata untuk
mengubah persepsi pasien agar sesuai dengan kenyataan, melainkan sebagai
jalan untuk menilai kesenjangan antara persepsi dan harapan pasien dengan
kenyataan, sebagai pertimbangan penyampaian kabar buruk agar tidak
terlalu membuat pasien terguncang.
4. Knowledge transmission
Sebelum menyampaikan kabar buruk, lakukan ‘warning shot’ sebagai
pembukaan, yaitu mengatakan pada pasien bahwa ada ‘kabar buruk’ yang akan
disampaikan. Cara penyampaian:
17
menggunakan bahasa awam dan hindari istilah medis.
Bila bahasa pasien berbeda, gunakan penerjemah yang kompeten,
sebaiknya:
Mengerti dan dapat menggunakan bahasa yang digunakan pasien
Mengerti dan dapat menggunakan bahasa yang digunakan dokter
Dapat mengemas istilah medis ke dalam bahasa yang dimengerti
pasien, maka sebaiknya perawat atau ko ass
Bukan merupakan keluarga pasien atau penerjemah dari pihak
pasien, karena dapat menyebabkan peran ganda (sebagai keluarga pasien
dan sebagai penyampai kabar buruk dari pihak medis)
Menyampaikan informasi sedikit demi sedikit (bertahap)
Setiap menyampaikan sepenggal informasi, nilai ekspresi dan
tanggapan pasien, beri waktu pasien untuk bertanya ataupun sekedar
mengekspresikan emosinya.
Bila kondisi pasien tampak memungkinkan untuk menerima
informasi tahap selanjutnya, teruskan penyampaian informasi.
Bila pasien tampak sangat tergunjang hingga tidak memungkinkan
untuk menerima lebih banyak informasi lagi, pertimbangkan penyampaian
ulang kabar buruk di lain waktu sambil mempersiapkan pasien.
Sampaikan dengan intonasi yang jelas namun lembut, tempo yang tidak
terlalu cepat dengan jeda untuk member kesempatan pada pasien dalam
mencerna kalimat yang ia terima.
18
5. Summarize and Strategize
Di akhir percakapan, review kembali percakapan secara keseluruhan:
a. menyimpulkan ‘kabar buruk’ yang tadinya disampaikan secara bertahap
(sedikit demi sedikit)
b. menyimpulkan juga tanggapan yang diberikan pasien selama kabar buruk
disampaikan sehingga menunjukkan bahwa dokter mendengarkan dan
mengerti apa yang disampaikan pasien
c. memberikan pasien kesempatan bertanya
d. memberikan feed back
e. Percakapan yang ada harus terdokumentasi dalam rekam medis pasien.
Harus tertera dengan jelas:
Apa yang telah dikatakan atau disampaikan, dan kepada siapa
Terms used – tumor, massa, dll
Informasi spesifik mengenai pilihan terapi dan prognosis
mendiskusikan rencana untuk menindaklanjuti kabar buruk yang telah
disampaikan pada pasien untuk mengajak pasien ikut serta (pro aktif)
dalam medikasi terhadap dirinya.
19
6. Skenario
REPUBLIKA.CO.ID.
Seorang staf rumah sakit di Inggris dengan enteng memberitahu seorang pasien
bahwa dia menderita kanker dan itu dilakukan hanya lewat telepon. Rupanya
bukan kali itu saja pasien diberitahu menderita kanker lewat telepon. Dari satu
forum di internet, puluhan pasien kanker mengakui hal serupa terjadi juga pada
mereka. Kesal dengan tindakan seperti itu, seorang pria mengajukan komplain
karena istrinya mendengar berita memprihatinkan itu juga lewat telepon. ''Dia
sedang sendirian di rumah, tidak ada orang lain. Benar-benar memprihatinkan.
Apakah mereka tidak dapat pelatihan untuk hal seperti ini ketika akan menjadi
seorang dokter, bagaimana menyampaikan berita buruk pada pasien?'' tulis pria
ini pada forum Macmillan Cancer Support.
Pasien lain, seorang perempuan, juga mengaku sedang berada di rumah bersama
putrinya yang baru berusia dua tahun ketika dia mendapat kabar menderita
kanker kulit. ''Ketika putri saya menjauh dari telepon, barulah saya menangis
hebat. Saya harus menelepon ayah saya agar datang dan membawa pergi dulu
putri saya. Setelah itu, saya menghabiskan waktu selama empat jam untuk
menangis, sampai suami saya tiba di rumah,'' ujarnya.
Stephen Coupe, pendiri Cancer Relief, menilai tindakan seperti itu sangat
keterlaluan. Dia pun mendesak agar staf rumah sakit atau dokter yang melakukan
ini mendapat peringatan. Seorang juru bicara dari Macmillan menegaskan, berita
ini seharusnya disampaikan secara langsung agar si pasien dapat lebih tegar.
20
CHECK LIST PENILAIAN BREAKING BAD NEWS
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Aspek Non Verbal
a. Duduk dengan tegak dan sopan.
b. Berwajah ramah.
c. Melakukan kontak mata.
d. Berbicara dengan santun
e. Empati
2. Menyampaikan berita buruk (sesuai skenario yang
tersedia)
a. Menggunakan bahasa awam dan hindari istilah
medis.
b. Menyampaikan informasi sedikit demi sedikit
c. Menyampaikan dengan intonasi yang jelas
namun lembut
d. Menyimpulkan ‘kabar buruk’
e. Memberikan pasien kesempatan bertanya
Total nilai
Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tetapi kurang baik/kurang sempurna
2 : dilakukan dengan baik/sempurna
21
PERTEMUAN III
SURAT-SURAT KETERANGAN DOKTER
1. TUJUAN
Pada pokok bahasan ini, mahasiswa akan belajar tentang surat kematian
dan visum. Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan dapat:
a. Memahami macam-macam surat keterangan yang dibuat dokter
b. mampu membuat surat keterangan sehat, sakit,
c. Mengetahu macam dan fungsi visum
d. Memahami isi visum
2. ALOKASI WAKTU
No. Jam Kegiatan Keterangan
1. 10 menit Pembukaan
2. 30 menit Membaca dan diskusi skenario 1
3. 40 menit Mahasiswa membaca teori mengenai surat-
surat keterangan dokter
Memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk bertanya kepada instruktur apabila ada
hal-hal yang kurang dimengerti.
4. 40 menit Mahasiswa dibagi menjadi beberapa
kelompok terdiri dari 2-3 orang, masing-
masing kelompok menulis 1 macam surat
keterangan.
5. 20 menit Diskusi surat keterangan yang telah ditulis
6. 10 menit Penutup
3. SKDI
Area kompetensi 1: Komunikasi efektif
Tingkat kemampuan 4: Mampu melakukan secara mandiri
4. LANDASAN TEORI
Seorang dokter hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat
dibuktikan kebenarannya. Tidak jarang dijumpai dalam praktek sehari bahwa
pasien atau keluarganya berusaha mendapatkan keterangan yangatau keluarganya
22
berusaha mendapatkan keterangan yang mengguntungkannya, meskipun tidak
didasarkan kebenaran seluruhnya atau sebagian.
Surat keterangan dokter yang diminta a.l:
1. Cuti sakit
2. Surat keterangan cacat
3. Surat kelahiran dan kematian
4. Laporan penyakit menular
5. Keterangan kesehatan untuk asuransi jiwa
6. Surat Keterangan sehat
7. Surat keterangan / keterangan ahli (Visum et Repertum)
8. Kuitansi
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang dokter pada waktu memberikan
surat-surat keterangan.
Seorang dokter harus waspada pada waktu memberikan keterangan mengenai
cuti sakit seorangh karyawan. Adakalanya cuti sakit disalah gunakan untuk
tujuan lain misalnya : untuk mengunjungi keluarga diluar kota,tujuan lain
misalnya: untuk mengunjungi keluarga diluar kota, tidak bersedia menghadiri
sidang pengadilan atau sesuatu tidak bersedia menghadiri sidang pengadilan,
malas masuk kuliah dsbnya. Surat keterangan cuti sakit palsu dapat
menyebabkan seorang dokter dituntut menurut pasal 263 dan 267 KUHP
Hendaklah surat kelahiran diisi dg keadaan yang sebenarnya. Kadangkala ada
pasien yang meminta surat keterangan kelahiran dari anak yang dipungut
(adopsinya) sebagai anak kandungnya sendiri. Hal ini berpengaruh terhadap
harta warisan, wali nikah. Ada pula anak yg lahir diluar negeri diminta
keterangan lahir di Indonesia untuk tujuan kewarganegaraan.
Mengenai surat kematian haruslah diisi sebab kematian sesuai dg
pengetahuan dokter. Jika bedah mayat klinik belum dapat dilakukn, Maka
sebab kematian secara klinik saja yang dilaporkan. Lamanya menderita sakit
hingga hingga meninggal dunia juga harus dicantumkan. Jika jenazah akan
diangkut ke luar daerah atau luar negeri maka adanya kematian kerena
23
penyakit menular harus diperhatikan karena penyakit menular harus
diperhatikan
Perusahaan hanya mengganti biaya pengobatan sebesar 50 %, sehingga
pasien meminta agar kuitansi ditulis sebesar 2 x imbalan yang diterima
dokter, agar seluruh biaya pengobatan ditanggung oleh perusahaan. Atau
pasien meminta agar imbalan jasa dokter yang ditulis di kuitansi dinaikkan
Visum et Repertum
Pengertian
Menurut bahasa: berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang dilihat)
danrepertum (melaporkan).Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat
oleh dokter berdasarkan sumpah jabatannya terhadap apa yang dilihat dan
diperiksa berdasarkan keilmuannya.Menurut lembar negara 350 tahun 1973:
Suatu laporan medik forensik oleh dokter atas dasar sumpah jabatan terhadap
pemeriksaan barang bukti medis (hidup/mati) atau barang bukti lain, biologis
(rambut, sperma, darah), non-biologis (peluru, selongsong) atas permintaan
tertulis oleh penyidik ditujukan untuk peradilan.
24
7. Visum et repertum mengenai bukti lain.
25
CHECK LIST PENILAIAN SURAT KETERANGAN
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Komponen Surat
a. Tanggal dan tempat surat dibuat
b. Penerima surat (Ditujukan kepada siapa)
c. Salam Pembuka
d. Penutup surat dan ucapan terima kasih
e. Pengirim Surat dan Tanda tangan
2. Isi surat
a.Isi kebutuhan surat jelas (rujukan/perawatan/keterangan)
b.Data identitas pasien
c.Data (kondisi/hasil pemeriksaan) yang diisikan benar
(sesuai data yang tersedia)
d.Tulisan jelas dan bisa terbaca dengan baik
Total nilai
Keterangan :
0 : tidak dilakukan/tidak ada
1 : ada tetapi kurang baik/kurang sempurna
2 : ada dengan baik/sempurna
26
5. SKENARIO
27
PERTEMUAN IV
ANAMNESIS PADA KONDISI KHUSUS
1. TUJUAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan dapat:
a. mampu mengenali pasien dengan kondisi khusus/ kasus sensitif
b. mampu melakukan sambung rasa kepada pasien dengan lebih baik
c. Mampu menanyakan identitas pasien.
d. Mampu menggali riwayat penyakit
e. mampu menetapkan keluhan utama dari beberapa keluhan yang
disampaikan oleh pasien (mencari kepastian keluhan utama)
f. mampu menggali anamnesis sistem yang berhubungan dengan keluhan
utama
g. mampu menggali riwayat psikososial pasien yang berhubungan dengan
keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang
h. Mampu menyampaikan diagnosis kasus sensitif
i. Mampu menyampaikan informasi kasus sensitif
2. ALOKASI WAKTU
No. Jam Kegiatan Keterangan
1. 10 menit Pembukaan
2. 30 menit Membaca dan diskusi skenario
3. 30 menit Mahasiswa membaca teori mengenai
anamnesis pada kondisi khusus/kasus
sensitif. Memberikan kesempatan
mahasiswa untuk bertanya pada instruktur
apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti
4. 50 menit Praktek keterampilan: Mahasiswa
berpasangan, 1 orang berperan menjadi
dokter dan yang lain berperan menjadi
pasien, kemudian melakukan anamnesis
kondisi khusus/kasus sensitif secara
bergantian. Masing-masing menampilkan
kasus yang berbeda.
5. 20 menit Diskusi tentang latihan keterampilan yang
telah dilakukan.
6. 10 menit Penutup
3. SKDI
Area kompetensi 1: Komunikasi efektif
Tingkat kemampuan 4: Mampu melakukan secara mandiri
28
4. LANDASAN TEORI
Tantangan dalam Anamnesis
1. Pasien yang tertutup
Anamnesis akan sulit dilakukan bila pasien membisu dan tidak mau menjawab
pertanyaan-pertanyaan dokter. Keadaan ini dapat disebabkan pasien merasa
cemas atau tertekan atau malu, tidak leluasa menceritakan keluhannya. Maka
perlu diyakinkan bahwa dokter bisa dipercaya dan menyimpan rahasia. Sikap
tertutup pasien dapat pula disebabkan gangguan depresi atau psikiatrik.
Sebaiknya dicoba dengan mengajukan pertanyaan tertutup atau secara tertulis,
sebelum perlu orang lain (keluarga atau orang-orang terdekat) untuk
mendampingi dan menjawab pertanyaan dokter (heteroanamnesis), tetapi
kadang pula lebih baik tidak ada seorangpun kecuali pasien dan dokternya. Bila
pasien dirawat di rumah sakit maka anamnesis dapat dilanjutkan pada hari-hari
berikutnya setelah pasien lebih tenang dan lebih terbuka.
2. Pasien yang terlalu banyak keluhan
Tidak jarang seorang pasien datang ke dokter dengan begitu banyak keluhan
dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tugas seorang dokter untuk memilah-
milah keluhan mana yang merupakan keluhan utamanya dan mana yang hanya
keluh kesah. Diperlukan kepekaan dan latihan untuk membedakan mana yang
merupakan keluhan yang sesungguhnya dan mana yang merupakan keluhan
mengada-ada. Apabila benar-benar pasien mempuyai banyak keluhan harus
dipertimbangkan apakah semua keluhan itu merujuk pada satu penyakit atau
kebetulan pada saat tersebut ada beberapa penyakit yang sekaligus dideritanya.
29
3. Hambatan bahasa dan /atau intelektual
Seorang dokter mungkin saja ditempatkan atau bertugas di suatu daerah yang
mayoritas penduduknya menggunakan bahasa daerah yang belum kita kuasai.
Keadaan semacam ini dapat menyulitkan dalam pelaksanaan anamnesis.
Seorang dokter harus segera belajar bahasa daerah tersebut agar dapat
memperlancar anamnesis, dan bila perlu dapat meminta bantuan perawat atau
petugas kesehatan lainnya untuk mendampingi dan membantu menerjemahkan
selama anamnesis. Kesulitan yang sama dapat terjadi ketika menghadapi pasien
yang karena intelektualnya yang rendah tidak dapat memahami pertanyaan atau
penjelasan dokternya. Seorang dokter dituntut untuk mampu melakukan
anamnesis atau memberikan penjelasan dengan bahasa yang sangat sederhana
agar dapat dimengerti pasiennya. Dalam hal ini, tetap tunjukkan dengan bahasa
tubuh dokter, bahwa dokter mencoba memahami dan mengerti keluhan pasien.
4. Pasien dengan gangguan atau penyakit jiwa
Diperlukan satu tehnik anamnesis khusus bila seorang dokter berhadapan
dengan penderita gangguan atau penyakit jiwa. Mungkin saja anamnesis akan
sangat kacau, setiap pertanyaan tidak dijawab sebagaimana seharusnya. Justru
di dalam jawaban-jawaban yang kacau tersebut terdapat petunjuk-petunjuk
untuk menegakkan diagnosis. Seorang dokter tidak boleh bingung dan
kehilangan kendali dalam melakukan anamnesis pada kasus-kasus ini.
5. Pasien yang cenderung marah dan menyalahkan
Tidak jarang dijumpai pasien-pasien yang datang ke dokter sudah dalam
keadaan marah dan cenderung menyalahkan. Selama anamnesis mereka
menyalahkan semua dokter yang pernah memeriksanya, menyalahkan
keluarga, atau orang lain atas masalah/keluhan yang dideritanya.
Mendengarkan menjadi kunci utama tanpa komentar tambahan dari dokter.
Sebagai seorang dokter kita tidak boleh ikut terpancing dengan menyalahkan
sejawat dokter lain karena hal tersebut sangat tidak etis. Seorang dokter juga
tidak boleh terpancing dengan gaya dan pembawaan pasiennya sehingga
terintimidasi dan menjadi takut untuk melakukan anamnesis dan membuat
diagnosis yang benar.
30
ANAMNESIS KASUS SENSITIF
Anamnesis kasus sensitif meliputi anamnesis yang menyangkut informasi
berkaitan dengan hal-hal yang tabu, berhubungan dengan organ seksual,
memalukan, perbuatan melanggar agama atau kesusilaan, tidak umum dibicarakan
atau menurunkan harga diri/harkat martabat, sehingga pasien takut atau enggan
diketahui keterangan tersebut sekalipun oleh dokter. Pasien berpikir bahwa
penyakit tersebut dapat hilang/sembuh tanpa pasien berterus terang atau berkata
sejujurnya. Oleh karena itu, dokter diharap tahu dengan bahasa isyarat atau kode
atau bahasa samaran yang diberikannya. Bila diperlukan untuk kelengkapan data
bahasa samaran ini dapat ditanyakan kepada pasien agar persepsi dokter dan
pasien sama.
31
pasien. Teutama untuk perempuan lebih-lebih yang belum kawin atau kawin
terlalu dini, maka umur kadang-kadang enggan disebutkan dan hanya
memohon ditulis dewasa.
32
pada saat itupun tersenyum malu-malu. Dari kejadian ini maka perlu
dikomunikasikan akan arti pentingnya kesembuhan, dokter peka dan tanggap
bahwa ada sesuatu yang ganjil pada alat kelaminnya yang menurutnya amat
sensitif dibicarakan namun memohon bantuan untuk disembuhkan
Rasa peka terhadap istilah atau bahasa untuk menutupi gejala kasus
sensitif dari pasien haruslah dibiasakan, msalnya pada kasus anak epilepsy
yang dibawa orangtuanya berkonsultasi dikatakan anak sering kena santet lalu
kejang. Maka jangan langsung dikatakan bahwa anak tersebut terkena
ayan/epilepsy tetapi katakanlah bahwa penyakit tersebut dapat
dikontrol/diobati. Sebaiknya sebelumnya juga dijelaskan mengenai penyakit
tersebut. Bahasa yang umumnya enak dipakai masyarakat untuk
membicarakan keluhan sensitif sebaiknya dikuasai oleh mahasiswa misalnya
TBC dengan flek paru, epilepsy dengan tekena sawan/santet, gonore dengan
flek pada alat kelamin, retardasi mental dengan kurang tangkap/perhatian
33
Rasa peka terhadap istilah untuk menutupi gejala kasus sensitif haruslah
dibiasakan, misalnya pada kasus anak epilepsy yang dibawa orangtuanya
berkonsultasi dikatakan anak sering kena santet lalu kejang. Maka jangan
langsung dikatakan bahwa anak tersebut terkena ayan/epilepsy tetapi
katakanlah bahwa penyakit tersebut dapat dikontrol/diobati.
34
5. SKENARIO
Selain itu, ada seorang wanita berusia 35 tahun datang ke praktek dokter
dengan keluhan nyeri perut. Nyeri perut sering dirasakan sejak dua bulan terakhir,
pasien juga mengeluh tidak bisa tidur nyenyak dalam beberapa bulan terakhir.
Keluhan itu menyebabkan pasien sering kali memeriksakan diri ke beberapa dokter
yang berbeda-beda untuk mencari kesembuhan, namun tak ada satu orang dokter
pun yang mampu menyembuhkan penyakitnya. Dokter Lely berusaha mengorek
keterangan secara mendetail untuk mengetahui dasar keluhan pasien tersebut. Hal
ini dilakukan melalui anamnesis khusus kepada wanita itu.
35
6. CHECK LIST
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Aspek non verbal:
a. Duduk dengan tegak dan sopan
b. Berwajah cerah dan ramah
c. Melakukan kontak mata
d. Menggunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien
e. Intonasi yang jelas
f. Artikulasi jelas
g. Volume suara jelas
2. Menanyakan identitas:
a. Nama dan umur
b. Pekerjaan
c. Alamat
d. Agama/Suku
e. Status Pernikahan
f. Nomer telp
3. Menanyakan keluhan utama
4. Menggali riwayat penyakit sekarang
a. Onset
b. Frekuensi
c. Durasi
d. Intensitas
e. Sifat serangan
f. Riwayat pengobatan
g. Factor yang mempengaruhi
5. Melakukan anamnesis system yang relevan
6. Menggali riwayat penyakit dahulu
a. Penyakit yang sama/berkaitan dengan penyakit
b. Riwayat alergi
7. Menggali riwayat penyakit keluarga
8. Memberi nasehat kepada pasien sesuai penyakit yang
diderita
9. Melakukan cross check
10 Melakukan feed back
11 Mencatat hasil
Total nilai
Keterangan:
0: tidak dilakukan
1: dilakukan tetapi tidak benar
2: dilakukan dengan benar
36
37
Lampiran SKDI
38
39
40
41
42
43
44
45
Referensi
4. Kurtz, S., Silverman, J., and Praper, J. 1998. Teaching and Learning
Communication Skills in Medicine. Padclife Medical Press.
46