Disusun Oleh :
Indana Zulfa (16/396848/SV/11032)
Nisa Fahmi Alima (16/401552/SV/12056)
Telah selesai menyelesaikan kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) III-IV pada tanggal 25
Juni 2018 sampai 21 Juli 2018 di Unit Kerja Rekam Medis Puskesmas Gamping II.
Sleman, 2018
Mengetahui,
Ka.Puskesmas Gamping II
BAB I
HASIL, PEMBAHASAN, DAN SARAN PKL III
I. Menganalisis desain formulir rekam medis manual dan elektronik di puskesmas
berdasarkan 3 aspek (anatomi, isi, dan fisik)
A. Hasil
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, Puskesmas Gamping II memiliki
beberapa jenis formulir rekam medis manual, antara lain formulir pemeriksaan rawat jalan,
formulir pemeriksaan gigi, formulir imunisasi, formulir KB, formulir ANC terpadu,
formulir peserta KB, formulir psikologi, dan formulir gizi. Selain formulir rekam medis
manual, Puskesmas Gamping II juga memiliki Sistem Informasi Kesehatan Daerah
(SIKESDA) yang digunakan untuk memasukkan data secara online.
Berikut ini hasil analisis formulir rekam medis Puskesmas Gamping II :
1. Formulir Rawat Jalan
Formulir rawat jalan memliki beberapa item data, yaitu :
a. Nomor RM
Nomor rekam medis ini terdiri dari enam digit angka. Dua angka pertama
menunjukkan kode desa, dua angka selanjutnya menunjukkan kode dusun, dan dua
angka terakhir menunjukkan nomor urut pasien.
b. Nama
Item nama ditulis sesuai dengan kartu identitas pasien dengan menggunakan huruf
kapital. Gelar dan keterangan lain yang mengikuti nama pasien ditulis di belakang
nama lengkap.
c. Nama KK
Item ini diisi nama kepala keluarga pasien sesuai dengan yang terdapat pada kartu
keluarga. Nama KK ini penting karena Puskesmas Gamping II menggunakan sistem
penyimpanan Family Folder.
d. Pekerjaan
Item ini sesuai dengan jenis pekerjaan yang sedang dijalankan pasien.
e. Alamat
Alamat diisi dengan nama jalan, rt/rw, nomor rumah, kecamatan, dan kabupaten
sesuai dengan tempat tinggal pasien sekarang.
f. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dengan melingkari salah satu opsi Lk atau Pr.
g. Umur
Item ini diisi dengan umur pasien. Namun sebaiknya item ini ditulis dengan tanggal
lahir sesuai dengan kartu identitas pasien.
h. Agama
Item ini diisi sesuai dengan agama yang dianut pasien.
i. Jaminan Kesehatan
Item ini diisi jika pasien memiliki jaminan kesehatan dengan menuliskan jenis
jaminan kesehatan yang dimiliki.
j. Nomor
Item ini diisi sesuai dengan nomor yang tertera pada kartu jaminan kesehatan yang
dimiliki pasien.
k. Tanggal Pemeriksaan
Item ini diisi sesuai dengan tanggal pasien melakukan pemeriksaan.
l. Anamnesa
Item ini diisi oleh perawat atau bidan yang memeriksa dan disesuaikan dengan
gejala yang dialami pasien.
m. Pemeriksaan dan Diagnosa
Item ini diisi oleh dokter yang memeriksa, dan diagnosa ditulis sesuai dengan
penyakit yang diderita pasien.
n. Laborat/Tindakan/Obat
Item ini diisi oleh dokter yang memeriksa sesuai dengan tindakan dan pengobatan
yang diberikan.
o. Keterangan
Keterangan dapat diisi dengan memilih salah satu opsi yang tersedia, yaitu B untuk
pasien baru dan L untuk pasien lama.
p. Paraf
Item ini diisi oleh dokter atau petugas pemberi pelayanan kesehatan dengan
memberikan paraf dan nama jelas.
2. Map Rekam Medis
Map rekam medis memiliki beberapa item data, yaitu :
a. Nomor RM
Nomor rekam medis ini terdiri dari enam digit angka. Dua angka pertama
menunjukkan kode desa, dua angka selanjutnya menunjukkan kode dusun, dan dua
angka terakhir menunjukkan nomor urut pasien.
b. Nama Keluarga
Nama keluarga ditulis dengan nama kepala keluarga sesuai dengan kartu keluarga
pasien.
c. Tahun Kunjungan Terakhir
Item ini ditulis dengan mencoret atau melingkari tahun kunjungan terakhirnya dari
opsi yang ada.
B. Pembahasan
Berdasarkan Permenkes Nomor 269 tahun 2008 tentang rekam medis pasal 2
menyebutkan bahwa :
1. Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik.
2. Penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi informasi elektronik
diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.
Selanjutnya pada pasal 3 ayat 1 menyebutkan bahwa isi rekam medis rawat jalan
sekurang-kurangnya memuat:
1. Identitas pasien;
2. Tanggal dan waktu;
3. Anamnesis mencakup sekurang-kurangnya keluhan; dan riwayat penyakit;
4. Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
5. Diagnosis;
6. Rencana penatalaksanaan;
7. Pengobatan dan/atau tindakan;
8. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;
9. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik; dan
10.Persetujuan tindakan bila perlu.
Menurut Huffman (1994) analisis aspek desain formulir rekam medis ada tiga, yaitu
anatomi, isi, dan fisik. Aspek anatomi terdiri dari heading, introduction, instruction, body,
dan close; aspek isi terdiri dari singkatan, simbol, dan terminologi medis; aspek fisik
terdiri dari bahan, bentuk, ukuran, dan warna.
Pada Formulir Rawat Jalan Puskesmas Gamping II belum memenuhi ketentuan dari
aspek anatomi karena belum terdapat logo dan alamat puskesmas. Selain itu, juga belum
terdapat bagian instruction yang berisi petunjuk pengisian formulir. Pada Map RM
Puskesmas Gamping II belum terdapat keterangan yang menyatakan “Dokumen Rahasia”
sebagai Confidential.
Saran
1. Sebaiknya pada formulir rawat jalan. item data jenis kelamin ditulis ‘Jenis Kelamin’,
tidak hanya Lk / Pr.
2. Sebaiknya pada formulir rawat jalan, item data umur ditulis dengan tanggal lahir
karena item tanggal lahir lebih tepat digunakan.
3. Sebaiknya pada formulir rawat jalan, disertakan bagian instruction sebagai petunjuk
pengisian formulir.
4. Sebaiknya pada formulir rekam medis, disertakan logo dan alamat sebagai identitas
Puskesmas.
5. Sebaiknya pada map rekam medis disertakan keterangan yang menyatakan
“Dokumen Rahasia” sebagai Confidential.
II. Mengetahui metode evaluasi untuk menentukan berkas rekam medis aktif dan inaktif serta
sistem penyusutan rekam medis
A. Hasil
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan pihak Puskesmas Gamping II,
diketahui bahwa kegiatan retensi diawali dengan memilih berkas rekam medis inaktif yang
dilihat dari tahun kunjungan terakhir. Berkas rekam medis inaktif adalah berkas rekam
medis pasien yang sudah tidak aktif selama lima tahun terhitung dari tanggal terakhir
pasien berobat. Pasien dengan kasus tertentu terdapat pengecualian, seperti kasus F20
(kejiwaan), Diabetes Melitus (DM), dan Tuberculosis (TB) maka berkas rekam medis akan
disimpan selama 2 tahun sebelum dilakukan pemusnahan.
Kemudian formulir tersebut dipisahkan dari rak penyimpanan berkas rekam medis
aktif. Tahap retensi selanjutnya yaitu memasukkan data penting dari berkas rekam medis
inaktif pada buku sortir. Item data yang perlu dimasukkan antara lain nama pasien, nama
KK, nomor rekam medis, diagnosis, alamat, dan tahun kunjungan terakhir.
Setelah itu, tahap berikutnya yaitu mengumpulkan berkas rekam medis inaktif yang
sudah ditulis datanya ke dalam suatu tempat, kemudian disimpan kembali untuk dilakukan
pemusnahan. Cara pemusnahan berkas inaktif di Puskesmas Gamping II yaitu dengan cara
dicacah. Apabila semua tahap telah dilakukan, puskesmas harus membuat berita acara
pemusnahan.
B. Pembahasan
[TABEL]
Pembahasan mengenai analisis dari 10 sample berkas rekam medis di Puskesmas Gamping
II :
1. Nama Pasien
Lengkap : 10
Tidak Lengkap :0
Tidak Ada :0
Prosentase Kelengkapan : 100%
2. Tanggal Lahir
Lengkap : 10
Tidak Lengkap :0
Tidak Ada :0
Prosentase Kelengkapan : 100%
3. Alamat
Lengkap : 10
Tidak Lengkap :0
Tidak Ada :0
Prosentase Kelengkapan : 100%
4. Pekerjaan
Lengkap :7
Tidak Lengkap :3
Tidak Ada :0
Prosentase Kelengkapan : 70%
5. Nama KK
Lengkap : 10
Tidak Lengkap :0
Tidak Ada :0
Prosentase Kelengkapan : 100%
6. Pendidikan
Lengkap :7
Tidak Lengkap :3
Tidak Ada :0
Prosentase Kelengkapan : 70%
7. Agama
Lengkap :9
Tidak Lengkap :1
Tidak Ada :0
Prosentase Kelengkapan : 90%
8. Jaminan
Lengkap :3
Tidak Lengkap :7
Tidak Ada :0
Prosentase Kelengkapan : 30%
9. NIK
Lengkap :2
Tidak Lengkap :8
Tidak Ada :0
Prosentase Kelengkapan : 20%
10.Telepon
Lengkap :2
Tidak Lengkap :8
Tidak Ada :0
Prosentase Kelengkap an : 20%
B. Pembahasan
Menurut Depkes 1997, Analisis kuantitatif adalah analisis yang ditujukan kepada
jumlah lembaran-lembaran rekam medis sesuai dengan lamanya perawatan meliputi
kelengkapan lembaran medis, paramedis, dan penunjang sesuai prosedur yang ditetapkan.
Petugas akan menganalisis setiap berkas yang diterima apakah lembaran rekam medis
yang seharusnya ada pada berkas seorang pasien sudah ada atau belum.
Ketidaklengkapaan berkas pasien dari lembaran tertentu agar segera menghubungi ke
ruang rawat inap/poliklinik dimana pasien mendapat perawatan.
Tujuan dilakukannya analisis kuantitatif rekam medis yaitu untuk menentukan bila
ada ketidaklengkapan rekam medis agar dapat segera dikoreksi pada saat pasien masih
dirawat, dan item kekurangan belum terlupakan untuk menjamin efektifitas kegunaan isi
rekam medis di kemudian hari. Yang dimaksud dengan koreksi yaitu perbaikan sesuai
dengan keadaan yang terjadi. Komponen analisis kuantitatif menurut Huffman (1994)
antara lain :
a. Mengkoreksi identifikasi pasien pada setiap formulir
b. Review semua laporan yang perlu
c. Review autentifikasi
d. Review cara pencatatan
Saran
Sebaiknya item data analisis kelengkapan rekam medis ditambahkan item anamnesa,
diagnosa, terapi/tindakan dan paraf dokter sehingga rekam medis dapat dipastikan
kelengkapan datanya, baik data sosial maupun data medis.
BAB II
HASIL, PEMBAHASAN, DAN SARAN PKL IV
I. Menjelaskan aspek hukum yang berkaitan dengan rekam medis di puskesmas.
A. Hasil
Puskesmas bertanggung jawab untuk melindungi informasi yang ada dalam rekam
medis terhadap kemungkinan hilangnya keterangan atau memalsukan data yang yang ada
dalam rekam medis atau dipergunakan oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Rekam
medis harus diberi data yang cukup terperinci sehingga dokter lain dapat mengetahui
bagaimana pengobatan dan perawatan kepada pasien. Rekam medis harus berisi lengkap
tentang proses pelayanan medis di masa lalu, masa kini dan perkiraan yang mungkin akan
terjadi di masa yang akan datang.
Berkas rekam medis mempunyai nilai hukum yang digunakan sebagai kepastian
hukum atas dasar keadilan dalam usaha menegakkan hukum serta bukti untuk
menegakkan keadilan bagi pasien, petugas, dokter, maupun puskemas. Bagi pihak ketiga
seperti keluarga, kuasa hukum, asuransi, polisi, perusahaan dan pengadilan apabila ingin
memiliki rekam medis tidak dapat dengan bebas, tetapi harus melalui prosedur dengan
memperlihatkan surat kuasa dari pasien untuk meminta isi rekam medis dan pasien dalam
keadaan sadar mengetahui permintaan itu dengan segala konsekuensi terbukanya rahasia
mengenai dirinya, karena isi rekam medis bukan untuk konsumsi masyarakat bebas.
Pihak-pihak yang berkaitan dengan berkas rekam medis harus dapat bertanggung
jawab terhadap hal yang telah dilakukan dan ditulisnya pada berkas rekam medis tersebut.
Apabila seseorang melakukan kesalahan pada berkas rekam medis maka, berkas tersebut
digunakan sebagai bukti yang kuat dalam menegakkan keadilan. Pihak yang berkaitan
dengan rekam medis antara lain petugas rekam medis, dokter, perawat, dan pihak lain
yang melalui perizinan untuk menggunakan rekam medis.
Berkas rekam medis merupakan milik puskesmas, namun isi berkas rekam medis
tersebut milik pasien dan dibuat oleh dokter/dokter gigi yang memberikan pelayanan
kepada pasien sehingga berkas rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaanya
oleh dokter, dokter gigi, pimpinan serta petugas dari puskemas. Siapapun yang ada di
puskesmas tidak diperkenankan untuk membawa berkas rekam medis keluar dari
puskesmas kecuali atas izin pimpinan dan dengan sepengetahuan
penanggungjawab/koordinator bagian rekam medis. Informasi dalam rekam medis
bersifat rahasia karena hal ini menjelaskan hubungan yang khusus antara pasien dan
dokter yang wajib melindungi dari pembocoron sesuai kode etik kedokteran dan
peraturan perundangan yang berlaku.
Pada dasarnya informasi yang bersumber dari rekam medis ada 2 kategori yaitu
informasi yang mengandung kerahasiaan, informasi yang tidak mengandung kerahasiaan.
Informasi yang mengandung kerahasiaan yaitu laporan atau catatan yang terdapat dalam
berkas rekam medis sebagai hasil pemeriksaan, pengobatan, obsevarsi atau wawancara
dengan pasien. sedangkan informasi yang tidak mengandung kerahasiaan yaitu perihal
identitas (nama,alamat,dan lain-lain) serta informasi lain yang tidak mengandung nilai
medis.
B. Pembahasan
Rekam medis dapat melindungi hukum bagi pasien, sarana pelayanan kesehatan,
dokter, perawat dan petugas bila ketiga belah pihak melengkapi kewajibannya masing-
masing terhadap berkas rekam medis. Dasar hukum rekam medis di Indonesia terdiri
dari :
1. Peraturan pemerintah No. 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran.
2. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 034/Birhub/1972 tentang Perencanaan dan
Pemeliharaan Rumah Sakit. Dimana rumah sakit diwajibkan
- Mempunyai dan merawat statistik yang terupdate
- Membina rekam medis berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 749a/Menkes/Per/XII/89 tentang Rekam medis
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis :
Pasal 10
(1) Menyatakan bahwa informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter,
dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana
pelayanan kesehatan.
(2) Menyatakan bahwa informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :
a. Untuk kepentingan kesehatan pasien,
b. Memenuhi permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan hukum
atas perintah pengadilan,
c. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri,
d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku, dan
e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis sepanjang tidak
menyebutkan identitas pasien.
Pasal 12
(1) Menyatakan bahwa berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan
(2) Isi rekam medis merupakan milik pasien.
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, rahasia kedokteran baru
dapat dibuka apabila diminta oleh hakim majelis di hadapan sidang majelis. Dokter dan
dokter gigi bertanggung jawab atas kerahasian rekam medis sedangakan petugas rekam
medis dan kepala sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab menyimpan dan
menjaga rekam medis.
Dalam pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas mengatur bahwa setiap dokter
atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat rekam medis dapat dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000,-
Selain tanggung jawab pidana dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis
juga dapat dikenakan sanksi secara perdata, karena dokter dan dokter gigi tidak
melakukan yang seharusnya dilakuakan dalam hubungan dokter dan pasien.
Penerapan dan pemanfaatan rekan nedis khusunya pada aspek hukum di Puskesmas
Gamping 2 sudah sesuai dengan aturan yang berlaku terkait hal-hal tersebut seperti yang
telah dijelaskan pada Permenkes No. 269 Tahun 2008 tentang rekam medis.
II. Mengetahui jenis-jenis pelaporan yang dibuat di puskesmas beserta pelaksanaan dan
kebijakannya.
A. Hasil
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas adalah kegiatan pencatatan dan
pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang
ditetapkan melalui SK MENKES/SK/II/1981. Data SP2PT berupa Umum dan demografi,
Ketenagaan, Sarana, Kegiatan pokok Puskesmas.
Kegiatan pelaporan Puskesmas Gamping II dilakukan oleh petugas TU. Puskemas
melakukan kegiatan pelaporan dengan melaksanakan Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Terpadu Puskesmas (SP2TP). SP2TP ini melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan
puskesmas secara menyeluruh (terpadu) dengan konsep wilayah kerja puskesmas. Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas merupakan sumber pengumpulan data dan
informasi di tingkat puskesmas
Jenis-jenis laporan yang dibuat di Puskemas Gamping II antara lain : Lb1 yang berisi
data kesakitan dan data kunjungan puskesmas; Lb2 yang berisi data obat-obatan, serta Lb3
berisi data Gizi, KIA, Imunisasi, dan Pengamatan Penyakit Menular. Lb1, Lb2, dan Lb3
dilakukan dengan periode pelaporan bulanan. Selain itu, laporan Promosi Kesehatan
(Promkes) juga dilakukan setiap bulan. Laporan promkes ini berisi program Promosi
Kesehatan Masyarakat (PKM). Bentuk promosi kesehatan yang biasa dilakukan yaitu
promosi kesehatan untuk ibu hamil, lansia, serta penyuluhan keluarga.
Kegiatan pelaporan dengan periode tahunan dilakukan puskesmas dengan membuat
Lt1 yang berisi data dasar puskesmas dan Lt2 berisi data kepegawaian. Laporan tahunan
ini dapat dilakukan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh dinas kesehatan. Dinas
kesehatan biasanya menyediakan form dan pembuatan laporan dilakukan dengan
berdasarkan form tersebut.
Puskesmas juga memebuat laporan khusus antara lain laporan kegiatan kesehatan
lingkungan; laporan kegiatan kesehatan indera; laporan kegiatan kesehatan jiwa; laporan
Usaha Kegiatan Gigi Sekolah (UKGS); laporan Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
Masyarakat Desa (UKGMD); serta laporan psikologi.
B. Pembahasan
Menurut Yusran (2oo8) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP) merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh
(terpadu)dengan konsep wilayah kerja puskesmas. Sistem pelaporan ini ini diharapkan
mampu memberikan informasi baik bagi puskesmas maupun untuk jenjang administrasi
yang lebih tinggi, guna mendukung manajemen kesehatan.
Menurut Budi (2011), kewajiban pembuatan laporan di Puskesmas ada sistem khusus
untuk Puskesmas, yaitu Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).
SP2TP dibuat dari pengumpulan sumber data yang meliputi kartu-kartu individu
masyarakat di wilayah Puskesmas dan register masing-masing unit pelayanan.
SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan
upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang bertujuan agar didapatnya semua data hasil
kegiatan Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan tempat tidur, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas keliling, bidan di Desa dan Posyandu) dan data yang berkaitan, serta
dilaporkannya data tersebut kepada jenjang administrasi diatasnya sesuai kebutuhan secara
benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat
(Ahmad, 2005).
Laporan yang dibuat diantaranya LB1; LB2; LB3; LT1; LT2; W1; W2; LB1S; dan
LB2S. Adapun ringkasan dari laporan yang dibuat di Puskesmas dapat dilihat dari bagian
di bawah ini :
NAMA FORMULIR KODE PERIODE PELAPORAN
Data Kesakitan Lb1 Laporan Bulanan
Data Obat-obatan Lb2 Laporan Bulanan
Data Gizi, KIA, Imunisasi, dan Lb3 Laporan Bulanan
Pengamatan Penyakit Menular
Data Dasar Puskesmas Lt1 Laporan Tahunan
Data Kepegawaian Lt2 Laporan Tahunan
Data Kejadian Luar Biasa (KLB) W1 Setiap ada KLB dilaporkan, 24 jam
Data KLB W2 Laporan Mingguan
Data Sentinel PD3I dan Diare LB1S Laporan Bulanan
Data Sentinel KIA, Gizi, ISPA, & UKK LB2S Laporan Bulanan
Saran
Kegiatan pengkodean diagnosis di Puskesmas Gamping 2 masih dilakukan oleh perawat,
sehingga dapat terjadi kesalahan dalam pengkodean diagnosis karena kurangnya kompetensi
perawat untuk pengkodean diagnosis. Akan lebih baik jika kegiatan pengkodean diagnosis
dilakukan oleh petugas rekam medis, karena pengkodean diagnosis salah satu kompetensi
dari petugas rekam medis dan penetapan kode diagnosis akan lebih spesifik sesuai dengan
diagnosis yang tertulis.
KESIMPULAN
Puskesmas Gamping 2 melayani beberapa macam poliklinik antara lain poliklinik
umum, poliklinik gigi, poliklinik KIA, poliklinik gizi, dan fisioterapi. Sistem
penyimpanannya menggunakan sistem family folder. Berkas rekam medis disimpan
berdasarkan wilayah tempat tinggal pasien. Sistem penomorannya terdiri dari 6 digit, dua
angka pertama untuk kode desa, dua angka kedua untuk kode dusun, dan dua angka ketiga
untuk nomor urut pasien. Puskesmas Gamping 2 mencakup 3 wilayah yaitu Banyuraden,
Nogotirto, dan Trihanggo. 3 wilayah tersebut memiliki kode tersendiri yang digunakan
untuk penomoran berkas rekam medis. Kode 01 untuk wilayah Banyuraden, kode 02
untuk wilayah Trihanggo dan kode 03 untuk wilayah Trihanggo.
Puskesmas Gamping II memiliki beberapa jenis formulir rekam medis manual, antara
lain formulir pemeriksaan rawat jalan, formulir pemeriksaan gigi, formulir imunisasi,
formulir KB, formulir ANC terpadu, formulir peserta KB, formulir psikologi, dan formulir
gizi. Selain formulir rekam medis manual, Puskesmas Gamping II juga memiliki Sistem
Informasi Kesehatan Daerah (SIKESDA) yang digunakan untuk memasukkan data secara
online.
Kegiatan retensi berkas rekam medis di Puskesmas Gamping 2 diawali dengan
memilih berkas rekam medis inaktif yang dilihat dari tahun kunjungan terakhir. Kemudian
formulir tersebut dipisahkan dari rak penyimpanan berkas rekam medis aktif. Tahap
retensi selanjutnya yaitu memasukkan data penting dari berkas rekam medis inaktif pada
buku sortir. Setelah itu, tahap berikutnya yaitu mengumpulkan berkas rekam medis inaktif
yang sudah ditulis datanya ke dalam suatu tempat, kemudian disimpan kembali untuk
dilakukan pemusnahan.
Analisis kuantitatif di Puskesmas Gamping 2 dikenal dengan istilah ceklist
kelengkapan. Kegiatan tersebut dilakukan setiap hari oleh petugas rekam medis setelah
berkas kembali ke bagian pendaftaran. Ceklist kelengkapan dilakukan dengan memberikan
tanda ceklist (√) pada buku ceklist jika elemen data tersebut sudah lengkap, tetapi jika
elemen data tidak lengkap maka diisi dengan tanda (−).Elemen data yang dicek
kelengkapannya antara lain nama lengkap, tanggal lahir, alamat, pekerjaan, nama kepala
keluarga, agama, jaminan, NIK, dan nomor telepon.
SARAN
1. Sebaiknya pada formulir rawat jalan. item data jenis kelamin ditulis ‘Jenis Kelamin’,
tidak hanya Lk / Pr.
2. Sebaiknya pada formulir rawat jalan, item data umur ditulis dengan tanggal lahir karena
item tanggal lahir lebih tepat digunakan.
3. Sebaiknya pada formulir rawat jalan, disertakan bagian instruction sebagai petunjuk
pengisian formulir.
4. Sebaiknya pada formulir rekam medis, disertakan logo dan alamat sebagai identitas
Puskesmas.
5. Sebaiknya pada map rekam medis disertakan keterangan yang menyatakan “Dokumen
Rahasia” sebagai Confidential.
6. Sebaiknya item data analisis kelengkapan rekam medis ditambahkan item anamnesa,
diagnosa, terapi/tindakan dan paraf dokter sehingga rekam medis dapat dipastikan
kelengkapan datanya, baik data sosial maupun data medis.
7. Akan lebih baik jika kegiatan pengkodean diagnosis dilakukan oleh petugas rekam
medis, karena pengkodean diagnosis salah satu kompetensi dari petugas rekam medis
dan penetapan kode diagnosis akan lebih spesifik sesuai dengan diagnosis yang tertulis.
DAFTAR PUSTAKA