Anda di halaman 1dari 42

CRITICAL JOURNAL REVIEW

KARTOGRAFI

DOSEN PENGAMPU :

Ir. Mahara Sintong, M.Si.

OLEH

ADE WIRANDA

3173131004

KELAS C 2017

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan
critical jurnal review ini dengan judul “Pengolahan sumberdaya pesisir dan laut
melalui pemberdayaan kearifan lokal di kabupaten Lembatan provinsi Nusa
Tenggara Timur”. Critical jurnal review ini saya buat guna memenuhi penyelesaian
tugas pada mata kuliah Kartografi, semoga critical jurnal review ini dapat menambah
wawasan dan pengatahuan bagi para pembaca.
Dalam penulisan critical jurnal review ini, saya tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua saya yang selalu mendoakan

2. Kepada dosen pengampu, Ir. Mahara Sintong, M.Si.

Saya menyadari bahwa critical jurnal review ini masih jauh dari kata
sempurna karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya dengan segala
kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang
membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke depannya.

Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada
dalam critical jurnal review yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Medan, Mei 2018

Ade Wiranda

1
DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Tujuan dan Manfaat...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................2
A. Identitas Jurnal......................................................................................................2
B. Ringkasan Tiap Bagian Jurnal...............................................................................2
B.1 Pembahasan........................................................................................................9
b.1 Relevansi Jurnal Dengan Karya Penulis Jurnal..................................................9
b.2 Pokok Argumentasi penulis pada pendahuluan.................................................10
b.3 Pemilihan Serta Cakupan Kajian Teori..............................................................10
b.4 Metodologi Penelitian yang Digunakan dan Relevansinya..............................10
b.5 Kerangka Berfikir Penulis Pada Bagian Pembahasan........................................11
b.6 Tentang kesimpulan dan saran yang diajukan penulis serta implikasi nya pada
penelitian berikutnya................................................................................................11
b.7 Pembahasan bias memuat persetujuan, kritik, sanggahan, uraian penjelas serta
posisi penulis journal review (mahasiswa) terhadap jurnal.....................................12
BAB III PENUTUP...................................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................................13
B. Saran....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN JURNAL

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pemiliah jurnal ini, sesuai dengan yang telah di arahkan dan di
tugaskan, jurnal harus yang membahas mengaenai sumberdaya pesisir, pengelolaan
pesisir, dan permasalahan di wilayah pesisir. Jadi yang saya ambil yaitu lebih kepada
pengolahan sumberdaya pesisir , erat kaitannya antara pesisir pantai dengan
sumberdaya kelautan terutama pada bagaimana kita dapat mengelolah sumberdaya
yang ada dan mempergunakannya sesuai dengan fungsinya. Jurnal yang saya ambil
yaitu berjudul “Pengolahan sumberdaya pesisir dan laut melalui pemberdayaan
kearifan lokal di kabupaten Lembatan provinsi Nusa Tenggara Timur, saya rasa ini
sangat berhubungan dengan topic yang telah di tetapkan sehingga sangat baik untuk
bahan dalam menganalisis dan memahami terhadap penelitian yang ada pada artikel
tersebut.
Sumberdaya pesisir dan laut dewasa ini mengalami degradasi sebagai akibat
dari perilaku pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan. Pemanfaatan cenderung
bersifat destruktif dan merusak, serta tidak mempertimbangkan aspek konservasi dan
keberlanjutan sumberdaya. Masyarakat memegang peranan penting, karena itu
pengelolaan dengan berbasis pemberdayaan sumberdaya lokal. Tradisi dan hukum
adat yang mempunyai kaitan dan bermanfaat terhadap upaya pengelolaan sumberdaya
pesisir dan laut di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur.

B. Tujuan dan Manfaat


 Menyelesaikan tugas mata kuliah Oseanografi.
 Menyelesaikan salah satu tuntutan dari 6 tugas pokok dalam kurikulum
KKNI.
 Mempermudah memahami inti dari jurnal ataupun dari hasil penelitian.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan
Judul Jurnal :Pengembangan Multimedia Pembelajaran Kartografi Pada
Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial UNY

Penulis Jurnal : Kimpul Endro Sariyono dan Mukminan.

Volume : Vol. 3 No 2

Penerbit Jurnal : Department of Ocean Engineering

Jumlah Artikel : 207 – 220 halaman

Tahun Terbit Jurnal : 2 Oktober 2016

p-ISSN : 2407-0963

B. Ringkasan Tiap Bagian Jurnal


 Pendahuluan

Pembelajaran merupakan proses yang kompleks yang berlangsung di kelas.


Dosen mengajar tidak sekedar menyampaian pesan kepada mahasiswa, tetapi
penyam paian harus dilandasi dengan berbagai wawasan dan menggunakan
berbagai kete rampilan. Pembelajaran merupakan terje-mahan dari kata
“Instruction”, yaitu meru-pakan serangkaian kegiatan yang diran- cang
untuk memungkinkan terjadinya pro-ses belajar pada mahasiswa. Instruction
is a set of events that effect learners in such a way that learning is facilitatated
(Gagne, Briggs, & Wager, 1992, p.3).
Dalam proses pembelajaran ada dua unsur yang sangat penting yaitu metode
dan media pembelajaran. Media dari kata ”medium” berarti perantara,
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Salah satu tujuan
penggunaan media pembelajaran adalah sebagai alat bantu yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi, lingkungan belajar yang ditata dan dicipta- kan

2
oleh dosen. Penggunaan media pem- belajaran dimaksudkan agar ada
rangsang- an dan motivasi mahasiswa dalam kegiatan belajar. Di samping itu
bahan pembel- ajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh mahasiswa/ ma- hasiswa(Arsyad, 2005, pp.15-16).
Demikian pula halnya, pada pem- belajaran kartografi pada Jurusan Pendi-
dikan Geografi dengan alat dan media untuk keperluan teori dan praktek,
dosen sangat mengandalkan metode ceramah dan menampilkan media yang
sudah disiapkan diselingi tanya jawab. Pada materi-materi tertentu diberikan
formula formula/rumus-
rumus tertentu untuk mengerjakan latihan soal yang harus diselesaikan pada saat
per- kuliahan. Dalam menyelesaikan latihan soal tersebut, diperlukan tanya
jawab dan dis- kusi tentang langkah-langkah yang harus dilakukan. Dalam hal
ini metode pembel- ajaran diharapkan menjadi lebih menarik bila
menggunakan media pembelajaran ber- bantuan komputer (multimedia).
Sehingga mahasiswa lebih kreatif dan mandiri. Komputer sekarang ini sudah
me- rupakan barang yang mudah diperoleh, hampir setiap sekolah sudah
memanfaat- kannya, bahkan sudah banyak mahasiswa yang memiliki
komputer pribadi. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran di perguruan
tinggi khususnya pembelajaran kartografi sudah seharusnya menggunakan
multimedia. Namun demikian dalam prak- tiknya masih menghadapi banyak
kendala dalam pelaksanaan di lapangan. Hal ini karena masih ada dosen
yang kesulitan dalam menggunakan multimedia yang ber- bantuan komputer,
dan kurangnya du- kungan pihak lembaga untuk pengadaan media
pembelajaran khususnya komputer dan ruangan yang memadai untuk sej-
umlah besar mahasiswa.

 Masalah Penelitian
Masalah penelitian ini adalah potensi sumberdaya alam pesisir dan laut
apa saja dan sejauhmana tingkat pemanfaatannya? Nilai-nilai kearifan lokal
apa saja yang terdapat pada mansyarakat pesisir di Kabupaten Lembata yang

3
mempunyai keterkaitan dengan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut?
Usaha apa saja yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut?, Bagaimana
persepsi dan aspirasi masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan lokal, ketaatan
terhadap tradisi/hukum adapt?, serta sejauhmana peluang pemberdayaan nilai
kearifan lokal dan hukum adat dapat dipertahankan dan dimanfaatkan dalam
perumusan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan laut?
 Metodologi Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan atau research and
development (R&D). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
multimedia pem- belajaran mata kuliah kartografi bagi ma- hasiswa Jurusan
Pendidikan Geografi Fa- kultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta
khususnya materi menghitung volume cekungan. Isi multimedia ini me-
rupakan proses interpretasi peta. Pengerti- an interpretasi peta merupakan
proses lan- jut dari analisa peta yaitu dengan mengait- kan antara hasil
analisa yang di peroleh dengan disiplin ilmu-ilmu lain yang ber- hubungan
dengan segala data dan feno- mena/gejala yang tercakup dalam suatu peta
(Sandy, 1986, p.3).
Penelitian ini di laksanakan di Jurusan Pendidikan Geografi Fa- kultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Yog- yakarta, pada Semester Gasal 2011/2012.
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial UNY yang mengikuti mata kuliah Kartografi, sehingga
pada penelitian ini po- pulasi dan sampelnya adalah sebagian dari peserta mata
kuliah Kartografi tersebut
dengan cara acak atau random.

 Pembahasan

Penelitian dan pengembangan ini difokuskan pada teknis pembuatan produk


multimedia pembelajaran tentang karto-grafi khususnya menghitung volume ce-

4
kungan. Langkah awal adalah mengum-pulkan beberapa konsep dan rumus-rumus
yang berkaitan dengan teknis/ metode menghitung volume cekungan pada se-buah
peta. Pembuatan media ini tetap memperhatikan silabus yang telas disusun..
Pengembangan produk awal multi-media pembelajaran diawali dengan pe-
ngembangan silabus. Adapun langkah-langkah dalam pengembangan silabus me-
liputi: (1) menentukan standar kompetensi, (2) menentukan kompetensi dasar, (3)
melakukan analisis pembelajaran, (4) me-rumuskan indikator, (5) mengembangkan
instrumen penilaian, (6), mengembangkan materi pembelajaran, (7) menyusun
strategi pembelajaran.
Silabus digunakan sebagai pedo-man dalam proses pembelajaran yang di-
tuangkan ke dalam multimedia yang di-kembangkan. Berdasarkan silabus tersebut
kemudian dikembangkan multimedia pem-belajaran, yaitu (1) membuat flowchart
(ter-lampir); (2) membuat storyboard (terlampir); (3) mengumpulkan bahan-bahan
pendu-kung; (4) memproduksi media pembelajar-an menggunakan software power
point; (5) tes program untuk memastikan apakah ha-silnya seperti yang diinginkan.
Produk multimedia yang dikem-bangkan berupa CD (Compact Disk) pem-
belajaran, dimana pengguna dapat ber-interaksi, melalui mouse atau keyboard untuk
mendapatkan respon dari komputer berupa teks, gambar, animasi, narasi. Adapun
hasil identifikasi kerja multimedia yang dikembangkan antara lain sebagai berikut.
Setelah program dijalankan akan tampil halaman intro “selamat datang” pada
multimedia pembelajaran, identitas penulis dan selanjutnya akan sampai padaslide
materi pembelajaran. Dalam slide ini ada tombol pilihan untuk klik sebelumnya atau
klik selanjutnya. Tampilan selanjutnya adalah menu utama yang terdiri dari ba-gian-
bagian isi dari multimedia yang di-kembangkan yaitu: petunjuk, pendahulu-an,
materi, latihan dan evaluasi.
Pada slide menu utama ini tersedia pilihan untuk memilih konsep atau pedo-
man pemahaman yang terkait dengan sub- materi yang akan lebih dulu dipelajari da-
lam memahami teknis menghitung volume cekungan. Menu “materi” bila di-klik
akan muncul beberapa submateri. Slide sub-materi tersebut berisi penjelasan

5
mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan teknis menghitung volume
cekungan.

 Kesimpulan

Kabupaten Lembata memiliki potensi yang cukup besar dengan luas


wilayah perairan laut 3.353,995 km2 (72,83%) dan memiliki panjang garis pantai
493 km. Potensi lestari perikanan tangkap baik ikan pelagis maupun dermersal
masih tinggi. Produksi penangkapan selama lima tahun mengalami kenaikan
dengan rata-rata kenaikan untuk ikan pelagis 91,95% dan ikan demersal 40,92%,
dengan rata-rata tingkat pemanfaatannya baru mencapai 19,88%. Selain itu juga,
potensi budidaya perikanan laut masih sangat besar dengan luas areal budidaya 886
ha, namun dimanfaatkan 189 ha (20,32 %).
Infrastruktur perikanan dan kelautan yang belum memadai bahkan
belum tersedia seperti TPI/PPI, pabrik es, lemmbaga pemantauan dan penjamin
mutu produk pengolahan pasca panen dan sebagainya menyebabkan pengolahan
pasca panen perikan masih bersifat tradisional sehingga produk pengolahan kurang
berkualitas dan hygenis.

Program dan kegiatan pembangunan perikanan dan kelautan relatif masih berkutat pada
upaya penigkatan produksi penangkapan dan mekanisme perencanaan dan
implementasi program masih bersifat top down. Aspek pemberdayaan dan
pelibatan masyarakat (stakeholders) belum secara dijabarkan secara eksplisit
dalam program dan kegiatan pembangunan. Disamping itu alokasi dan dukungan
dana untuk menunjang kegitan sektor perikanan dan kelautan relatif masih sangat
sedikit.
Potensi kearifan lokal yang ditemukan pada lokasi penelitian dan
berkaiatan dengan aspek pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut adalah Badu,
Muro, Kolo Umen Bale Lamaq, Poan Kemer Puru Larang, Toto, Bito Berue, Lepa
Nua Dewe, Bruhu Bito dan Leffa Nuang. Masyarakat sangat menjunjung tinggi

6
nilai-nilai keraifan lokal, tradisi, aturan-ataran adat, karena itu kepatuhan dan
ketaatan terhadap sangat tinggi pula. Mereka menyadari dan memiliki persepsi
bahwa kearifan lokal merupakan suatu pranata, norma yang dapat mengatur
eksistensi kehidupan manausia dengan eksistensi kehidupan makhluk lain di alam
ini. Dengan demikian itu kearifan lokal mempunyai peluang peluang dalam
pemberdyaan masyarakat pesisir terhadap berbagai program pengelolaan
sumberdaya pesisir dan laut.

Untuk lebih meningkatkan produksi baik kegitan penangkapan maupun budidaya,


pengolahan pasca panen perikanan maka diperlukan mekanisme perencanaan
komprehensif dan intergral serta identifikasi kebutuhan secara cermat, dengan
melibatkan masyarakat berserta sumberdaya lokal dan berorientasi pada upaya
pemberdayaan masyarakat terutama dalam peningkatan pengetahuan, pengalaman
dan keterampilan masyarakat nelayan.
Diperlukan program revitalisasi dan refungsionalisasi kearifan lokal
melalui kegiatan pengkajian, seminar dan lokakarya kearifan lokal dalam rangka
merumuskan secara bersama aturan-aturan hukum dank sanksi-sanksi pelanggaran
serta sosialisasi kepada publik sehingga diketahui bersama dan lebih lanjut untuk
menumbuhkan kesadaran bersama secara luas. Untuk kegiatan ini hendaknya
pemerintah, LSM dan Perguruan Tinggi menjadi mediator dan fasilitator, dengan
mendapat dukungan dan komitmen dari Pemerintah dan DPRD.

Untuk itu dalam strategi pengelolaan, pengawasan sumberdaya pesisir


dan pemberdayaan masyarakat diharapkan sedapat mungkin nilai kearifan lokal,
tradisi/hukum adat beserta sistem kelembagaan baik kelembagaan dalam bentuk
fisik struktur masyarakat adat, organisasi formal maupun kelembagaan non fisik
dalam bentuk perangkat aturan secara hirarkis Perda, Keputusan Bupati,
Keputusan Camat, sampai Keputusan Desa hendaknya dapat mengakomodir dan
memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal yang hidup, bertumbuh dan berkembang di
dalam masyarakat.

Diperlukan sistem pengaturan tentang jenis-jenis maupun ukuran yang

7
dapat ditangkap terutama jenis yang dilindungi dan yang sementara matang telur
dan jenis alat tangkap apa saja yang bole dipergunakan pada saat kegiatan
pembukaan badu, sehingga tidak semua jenis maupun ukuran dapat ditangkap.

B.1 Pembahasan

b.1 Relevansi Jurnal Dengan Karya Penulis Jurnal


Jurnal yang saya review ini di tulis oleh Stefanus Stanis, Supriharyono dan
Azis Nur Bambang. Menurut reviewer jurnal tersebut telah baik dan relevan kari dari
hasil jurnal tersebut di dasarkan pada pengalaman penulis telah melakukan penelitian
tersebut di bidang mata kuliah yang berkaitan dengan pembelajaran oseanografi dan
sumber daya kelautan tersebut sehingga adannya pemahaman akan kelautan di mana
yang banyak di jumpai apa pentingya laut bagi kita dan jika kita temui masalah pada
laut yang di manfaatkan tersebut.
Sehingga jurnal tersebut sangat cocok untuk di baca oleh mahasisiwa jurusan
pendidikan Geografi pada mata kuliah Oseanografi dan Sumber Daya Kelautan agar
mampu memahami, membangkitkan inovasi baru dan memberikan pengembangan
pengetahuan tentang aplikasi oseanografi banyak fenomena yang kita lihat
terkususnya dalam kelautan sehingga, sangat menarik dengan saya menggambil
jurnal tersebut yang sangat erat kaitannya dengan sumberdaya pesisir.

b.2 Pokok Argumentasi penulis pada pendahuluan


Di mana pada pokok pendahuluan tersebut telah memberikan
penjelasan Dalam sektor perikanan Kabupaten Lembata mempunyai sumberdaya
alam perairan yang cukup besar yakni memilki luas wilayah lautan 3.353,995 km 2
dengan panjang garis pantainya mencapai 493 km dan tersebar di semua kecamatan.
Produksi penangkapan selama lima tahun menunjukkan peningkatan dengan rata-
rata kenaikan untuk ikan pelagis sebesar 91,95% dan ikan demersal kenaikan baru
mencapai 40,92%. Kondisi armada penangkapan yang masih didominasi oleh jenis
armada sampan/jukung dan perahu papan serta alat tangkap yang relatif masih

8
tradisonal yang didominasi oleh gill net dan pancing, ditambah lagi dengan jumlah
nelayan yang lebih didominasi oleh nelayan sambilan tambahan maka upaya untuk
meningkatkan produksi penangkapan masih sangat sedikit dan bergerak sangat
lamban. Masyarakat Kabupaten Lembata memiliki cukup banyak potensi kearifan
lolal yang berhubungan erat dengan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut
(pemanfaatan dan konservasi). Hasil inventarisasi kearifan lokal pada lokasi
penelitian adalah Badu, Muro, Kolo Umen Bale Lamaq, Poan Kemer Puru Larang,
Toto, Bito Berue, Lepa Nua Dewe, Bruhu Bito dan Leffa Nuang.

b.3 Pemilihan Serta Cakupan Kajian Teori


Penelitian dilakukan salah satu Kabupaten Lembata Propinsi Nusa
Tenggara Timur dengan lokasi pengumpulan data kearifan lokal di Kecamatan
Wulandoni, Ile Ape dan Omesuri. Responden penelitian ini adalah semua
stakeholders yang memiliki peranan dalam upaya pengelolaan sumberdya
pesisir dan laut yakni Pemerintah mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan
dan desa serta LSM (Care International dan Yayasan Pemberdayaan
Masayarakat Pesisir).

b.4 Metodologi Penelitian yang Digunakan dan Relevansinya


Penentuan sampling lokasi kecamatan dan desa dilakukan dengan menggunakan
teknik area probability sampling yakni mengambil wakil dari setiap wilayah yang
terdapat dalam populasi yang didasarkan pada pertimbangan ciri atau karakteristik
wilayah. Untuk responden tokoh-tokoh kunci/pemangku adat dilakukan secara
purposive atau sampel bertujuan dengan mempertimbangkan tentang orang, latar-
latar peristiwa dan proses-proses sosio- cultural sesuai dengan informasi yang
hendak dibutuhkan.
Sumber data berupa data primer yang diperoleh langsung dari hasil
pengamatan (obesrvasi), wawancara langsung dengan responden baik secara
individu maupun secara kelompok. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui

9
studi dokumentasi dari instansi terkait dan hasil-hasil penelitian. Teknik analisis
yang digunakan adalah kuantitatif time series komparatif untuk melihat
kecenderungan dan analisis kualitatif komparatif.

b.5 Kerangka Berfikir Penulis Pada Bagian Pembahasan


Telah terlihat dari hasil pemikiran penulis sudah baik dan sistematis, mulai
dari penjelasan latar belakang, pendahuluan dan memberikan uraian pada masing-
masing pokok materi yang ada pada jurnal tersebut sehingga sangat jelas dalam
penjelasan dari jurnal yang memuat banyak pemahaman.akan maksud dari penulis
jurnal tersebut.

b.6 Tentang kesimpulan dan saran yang diajukan penulis serta implikasi nya
pada penelitian berikutnya

 Kelebihan
-Isi jurnal sangat bagus karena menyangkut tentang pengolahan dan
pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut melalui kearifan lokal masayarakat
sekitar. Melalaui program ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk memanfaatkan sumberdaya laut dengan sebaik baiknya, dengan
menumbuhkan kesadaran tidak semua jenis maupun ukuran dapat di tangkap.

-kesimpulannya jelas dan padat


pengelolaan, pengawasan sumberdaya pesisir dan pemberdayaan masyarakat
melalui nilai kearifan lokal, tradisi/hukum yang ada, jenis-jenis maupun
ukuran yang dapat ditangkap terutama jenis yang dilindungi dan yang
sementara matang telur dan jenis alat tangkap apa saja yang bole
dipergunakan pada saat kegiatan pembukaan badu, sehingga tidak semua jenis
maupun ukuran dapat ditangkap.

10
 Kekurangan
-jurnal tersebut juga tidak melampirkan gambar tentang kearifan lokal yang
terdapat di masyarakat tersebut untuk pengolahan dan pemanfaatan
sumberdaya pesisir dan laut. Sehingga pembacanya kurang memahami seperti
apa kearifan lokal yang dimiliki.
-Jurnal tersebut tidak memberikan saran pada akhir bab
-Masih terdapat kata-kata yang kurang di mengerti

b.7 Pembahasan bias memuat persetujuan, kritik, sanggahan, uraian penjelas serta
posisi penulis journal review (mahasiswa) terhadap jurnal.
 Sebagai mahasiswa pada prodi pendidikan geografi ,rasanya jurnal ini salah
satu jurnal yang berhubungan dengan kajian geografi, tepatnya pada mata
kuliah Teknologi informasi dan komunikasi sehingga preview memilih jurnal
ini untuk di review
 Dalam pemilihan jurnal ini,periview melihat bahwa jurnal ini sangat bagus,
jelas,dan objek yang diteliti yaitu pemanfaatan TIK di Desa menjadi hal
menarik bagi saya periviewer.
Sebagai periview jurnal yang masih banyak belajar, masih dapat dikatakan bahwa
periview membutuhkan arahan serta kritik dan saran dalam penulisan”critical urnal
review”ini.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. pembahasan pada jurnal tersebut mengkaji dan memberikan kemudahanan


bagi para mahasiswa memberikan penjelasan.

11
2. dengan adanya penelitian tersebut dapat memberikan pemahaman bagi
kalangan mahasiswa untuk memahami dalam bentuk penelitian
3. Dari gambaran jurnal tersebut menunjukan ke ahlian si penulis dalam
karyanya dalam bentuk penelitian yang memberikan manfaat bagi yang
membacannya untuk memahami dan nantinya dapat memberikan hal yang
sama dalam mengispirasi para mahasiswa.
4. Dari jurnal tersebut memberikan hasil di mana masalah yang di temui tersebut
sesuai dengan yang di teliti memberikan manfaat yang baik sehingga
menemukan titik permasalhan dan bagaimana alternative yang di gunakan
untuk pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut melalui
kearifan loka yang dimiliki masyarakat sekitar tersebut dan lmemberikan
solusi terhadap masalah tersebut.

B. Saran
Saran yang saya dapat agar para pembaca mampu memahami jurnal yang
saya review dengan mencari referensi lain guna memberikan pemahaman yang luas.
Untuk itu saya meminta saran pada pembaca untuk hasil jurnal yang telah saya
review, jika ada kekurangan yang di temui saya meminta saran dan masukan guna
untuk dapat memahami kesalahan dan memperbaiki lebih baik lagi selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Stefanus Stanis, (2007) Pengolahan sumberdaya pesisir dan laut melalui pemberdayaan
kearifan lokal di kabupaten Lembatan provinsi Nusa Tenggara Timur: UNDIP, Semarang,
Journal Pasir Laut.
LAMPIRAN JURNAL

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT


MELALUI PEMBERDAYAAN KEARIFAN LOKAL DI KABUPATEN LEMBATA PROPINSI NUSA
TENGGARA TIMUR

COASTAL AND MARINE RESOURCES MANAGEMENT BY EMPOWERING THE


COMMUNAL WISDOM IN LEMBATA REGENCY,
EAST NUSA TENGGARA PROVINCE

Stefanus Stanis1), Supriharyono2), Azis Nur Bambang2)

ABSTRAK

Sumberdaya pesisir dan laut dewasa ini mengalami degradasi sebagai akibat dari
perilaku pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan. Pemanfaatan cenderung bersifat
destruktif dan merusak, serta tidak mempertimbangkan aspek konservasi dan keberlanjutan
sumberdaya. Masyarakat memegang peranan penting, karena itu pengelolaan dengan berbasis
pemberdayaan sumberdaya lokal. Tradisi dan hukum adat yang mempunyai kaitan dan
bermanfaat terhadap upaya pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut di Kabupaten Lembata
Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan
sampel secara purposive pada narasumber dan tokoh-tokoh kunci.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi lestari penangkapan 12.813 ton/thn dan rata-rata
produksi penangkapan selama lima tahun untuk ikan pelagis sebesar 91,56% dan ikan pelagis
sebsar 40,92%, serta tingkat pemanfaatan baru mencapai 19,88%. Potensi dan luas areal
budidaya sebesar 886 Ha, dengan tingkat pemanfaatan 180 Ha (20,32%).
Nilai kearifan lokal yang mempunyai peranan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir adalah Badu,
Muro, Kolo Umen Bale Lamaq, Poan Kemer Puru Larang, Toto, Bito Berue, Lepa Nua Dewe,
Bruhu Bito dan Leffa Nuang. Ketaatan masyarakat terhadap nilai kearifan lokal sangat tinggi,
karena mereka memiliki kesadaran dan persepsi bahwa eksistensi kehidupan mereka tidak
terlepas dengan eksistensi kehidupan makhluk lainnya dalam kebersamaan di bumi yang satu
dan sama ini.

Kata-kata Kunci: Pengelolaan, Pemberdayaan, Kearifan Lokal, dan Sumberdaya Pesisir

1)
Staf Pengajar Fakultas Perikanan Universitas Katholik Widya Mandira, Kupang
2)
Staf Pengajar FPIK UNDIP Semarang

67
ABSTRACT

The coastal and marine resources nowadays are degrading as the result of the
behavior in exploiting them neglecting the essence of environmental aspects. The
exploitation tends to be destructive without considering the conservation aspects and
resources sustainability. The communities play important role, therefore, the management
based on the communal wisdom is one of the essential things. Traditions, and traditional
laws which relevant and potential for the efforts of coastal and marine resources in Lembata
Regency, East Nusa Tenggara Province.

The method used in this research is a descriptive method in which the technique of sampling
taken conducted in purposive way towards the key persons.

The results of this research shows that fishing potential catch is 12.813 tone/year and the
average production catch during the last five years for pelagis fish 91,56% and demersal fish
40,92%, while the target of exploitation only reach 19,88%. The potential and width of
marine culture area cover 886 ha, with the potential reaches only 180 ha (20,32%).

The value of Communal Wisdom plays important role in managing the coastal resources
include Badu, Muro, Kolo Umen Bale Lamaq, Poan Kemer Puru Larang, Toto, Bito Berue, Lepa
Nua Dewe, Bruhu Bito dan Leffa Nuang. The obedience of communities on the communal
wisdom is very uprooted as they realize and think that their life existence can not be
separated from the other living beings (creatures) that share the same world.

Key Words: Management, Empowerment, Communal Wisdom and Coastal Resources.


68
I. PENDAHULUAN (stok) sumberdaya ikan pada beberapa
daerah penangkapan (fishing ground) di
Latar Belakang
Indonesia ternyata telah dimanfaatkan
Sumberdaya alam pesisir dan
melebihi daya dukungnya sehingga
laut, dewasa ini sudah semakin disadari
kelestariannya terancam. Beberapa spesies
banyak orang bahwa sumberdaya ini
ikan bahkan dilaporkan telah sulit
merupakan suatu potensi yang cukup
didapatkan bahkan nyaris hilang dari
menjanjikan dalam mendukung tingkat
perairan Indonesia. Kondisi ini semakin
perekonomian masyarakat terutama bagi
diperparah oleh peningkatan jumlah
nelayan. Di sisi lain, konsekuensi logis
armada penangkapan, penggunaan alat
dari sumberdaya pesisir dan laut sebagai
dan teknik serta teknologi penangkapan
sumberdaya milik bersama (common
yang tidak ramah lingkungan.
property) dan terbuka untuk umum (open
acces) maka pemanfaatan sumberdaya Secara ideal pemanfaatan
alam pesisir dan laut dewasa ini semakin sumberdaya ikan dan lingkungan hidupnya
meningkat di hampir semua wilayah. harus mampu menjamin keberlangsungan
Pemanfaatan yang demikian cenderung fungsi ekologis guna mendukung
melebih daya dukung sumberdaya (over keberlanjutan usaha perikanan pantai yang
eksploitatiton). ekonomis dan produkstif. Keberlanjutan
fungsi ekologis akan menjamin eksistensi
Ghofar (2004), mengatakan
sumberdaya serta lingkungan hidup ikan
bahwa perkembangan eksploitasi
(Anggoro, 2000).
sumberdaya alam laut dan pesisir dewasa
Penerapan Undang-Undang No.
ini (penangkapan, budidaya, dan ekstraksi
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
bahan-bahan untuk keperluan medis) telah
Daerah, dan sejalan dengan otonomi
menjadi suatu bidang kegiatan ekonomi
daerah serta menguatnya demokratisasi
yang dikendalikan oleh pasar (market
dan peningkatan peran serta masyarakat
driven) terutama jenis-jenis yang bernilai
membawa konsekuensi pada kabupaten
ekonomis tinggi, sehingga mendorong
dan/atau kota sebagai basis penyelenggara
eksploitasi sumberdaya alam laut dan
otonomi daerah dituntut untuk lebih
pesisir dalam skala dan intensitas yang
mampu menjalankan roda pemerintahan
cukup besar.
secara mandiri. Untuk itu pemerintah
Sedangkan menurut Purwanto daerah harus mampu menggali potensi
(2003), mengatakan bahwa ketersediaan lokal guna meningkatkan pendapatan asli
69 Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82

daerah. Daerah juga, harus mampu lingkungan (Supriharyono, 2002).


mendorong masyarakat untuk lebih
berpartisipasi dalam berbagai aspek
kehidupan. Oleh karena itu, proses
pengembangan kawasan pesisir dan laut
hendaknya disusun dalam bingkai
pendekatan integralistik yang sinergistik
dan harmonis, dengan memperhatikan
sistem nilai dan kelembagaan yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat serta
sejalan dengan sumber-sumber potensi
lokal.

Keraf (2002), mengatakan bahwa


kearifan lokal/tradisional adalah semua
bentuk pengetahuan, keyakinan,
pemahaman, atau wawasan serta adat
kebiasaan atau etika yanag menuntun
perilaku manusia dalam kehidupan di
dalam komunitas ekologis. Dijelaskan pula
bahwa kearifan lokal/tradisional
merupakan bagian dari etika dan moralitas
yang membantu manusia untuk menjawab
pertanyaan moral apa yang harus
dilakukan, bagaimana harus bertindak
khususnya di bidang pengelolaan
lingkungan dan sumberdaya alam.

Pengelolaan Sumberdaya alam


pesisir pada hakekatnya adalah suatu
proses pengontrolan tindakan manusia atau
masyarakat di sekitar kawasan pesisir agar
pemanfaatan sumberdaya alam dapat
dilakukan secara bijaksana dengan
mengindahkan kaidah kelestarian
Sedangkan pemberdayaan masyarakat (community-based management), yang
sebenarnya mengacu pada kata merupakan mekanisme perencanaan
“empowerment ” yaitu sebagai upaya people-centered development yang
untuk mengaktualisasikan potensi yang menekankan pada teknologi pembelajaran
sudah dimiliki oleh masyarakat. sosial (social learning) dan strategi
Pendekatan pemberdayaan masyarakat
perumusan program. Adapun tujuan yang
yang demikian tentunya diharapkan
ingin dicapai adalah untuk meningkatkan
memberikan peranan kepada individu
kemapuan masyarakat dalam
bukan sebagai obyek, tetapi sebagai
mengaktualisasikan dirinya
pelaku (aktor) yang menentukan hidup
(empowerment)
mereka (Moebyarto, 1996) dalam
Wahyono, 2001. Pengelolaan berbasis masyarakat
atau biasa disebut Community-Based
Pendekatan pemberdayaan
Management, menurut Nikijuluw (1994)
masyarakat yang bepusat pada manusia
dalam Latama (2002), merupakan
(people-centered development) ini
pendekatan pengelolaan sumberdaya alam
kemudian melandasi wawasan
yang meletakkan pengetahuan yang
pengelolaan sumberdaya lokal

Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir … 70


kuat dan biasanya tergabung dalam Nusa Tenggara Timur” akan datang.
kepercayaannya (religion). Carter (1996) Masalah Penelitian
dalam Latama (2002) memberikan defenisi Berdasarkan uraian di atas maka

pengelolaan berbasis masyarakat sebagai : masalah penelitian ini adalah potensi

“A strategy for achieving a people- sumberdaya alam pesisir dan laut apa saja

centered development where the focus of dan sejauhmana tingkat pemanfaatannya?


Nilai-nilai kearifan lokal apa saja yang
decision making with regard to the
terdapat pada mansyarakat pesisir di
sustainable use of natural resources in an
Kabupaten Lembata yang mempunyai
area lies with the people in the
keterkaitan dengan pengelolaan sumberdaya
communities of that area” atau sebagai
pesisir dan laut? Usaha apa saja yang
suatu strategi untuk mencapai
dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat
pembangunan yang berpusat pada
dalam pemanfaatan dan pengelolaan
manusia, di mana pusat pengambilan
sumberdaya pesisir dan laut?, Bagaimana
keputusan mengenai pemanfaatan persepsi dan aspirasi masyarakat terhadap
sumberdaya secara berkelanjutan di suatu nilai-nilai kearifan lokal, ketaatan terhadap
daerah berada di tangan organisasi- tradisi/hukum adapt?,serta sejauhmana
organisasi dalam masyarakat di daerah peluang pemberdayaan nilai kearifan lokal
tersebut. dan hukum adat dapat dipertahankan dan
Undang-Undang No.31 Tahun 2004 dimanfaatkan dalam perumusan kebijakan
tentang Perikanan sebagai pengganti UU pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan

No. 09 Tahun 1985 yang ditelah disahkan laut?

oleh DPR RI tanggal 14 September 2004 Tujuan Penelitian


dalam pasal 6 ayat (2) berbunyi : Tujuan dari penelitian ini adalah
Pengelolaan perikanan untuk kepentingan untuk menganalisis potensi dan
penangkapan ikan dan pembudidayaan pemanfaatan sumberdaya alam pesisir dan
harusmempertimbangkan hukum adat laut, nilai-nilai kearifan lokal yang
dan/atau kearifan lokal serta memiliki keterkaitan dengan penegelolaan
memperhatikan peran-serta masyarakat. sumberdaya alam laut dan pesisir, program

Dengan demikian penelitian tentang dan kegiatan serta usaha-usaha yang

“Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan dilakukan oleh pemerintah dalam


pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya
Laut Melalui Pemberdayaan Kearifan
alam pesisir dan laut, persepsi dan aspirasi
Lokal di Kabupaten Lembata Propinsi

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


71 Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82

masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan mempertimbangkan tentang orang, latar-


lokal dan ketaatan terhadap taradisi/hukum latar peristiwa dan proses-proses sosio-
adat yang berlaku, dan menganalisis cultural sesuai dengan informasi yang
sejauhmana peluang pemberdayaan nilai hendak dibutuhkan.
kearifan lokal dapat dipertahankan dan
Sumber data berupa data primer
dimanfaatkan dalam perumusan kebijakan
yang diperoleh langsung dari hasil
pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan
pengamatan (obesrvasi), wawancara
laut.
langsung dengan responden baik secara
individu maupun secara kelompok.
Sedangkan data sekunder diperoleh
II. MATERI DAN METODE
melalui studi dokumentasi dari instansi
Penelitian ini mengambil lokasi terkait dan hasil-hasil penelitian. Teknik
di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa analisis yang digunakan adalah kuantitatif
Tenggara Timur dengan lokasi time series komparatif untuk melihat
pengumpulan data kearifan lokal di kecenderungan dan analisis kualitatif
Kecamatan Wulandoni, Ile Ape dan komparatif.
Omesuri. Responden penelitian ini adalah
semua stakeholders yang memiliki peranan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam upaya pengelolaan sumberdya
pesisir dan laut yakni Pemerintah mulai
Potensi Wilayah
dari tingkat kabupaten, kecamatan dan
Kabupaten Lembata merupakan
desa serta LSM (Care International dan
satu kabupaten yang seluruh wilayah
Yayasan Pemberdayaan Masayarakat
daratannya dikelilingi oleh laut, karena
Pesisir).
kabupaten ini merupakan satu pulau
Penentuan sampling lokasi
tersendiri yaitu Pulau Lemabta (Lomblen).
kecamatan dan desa dilakukan dengan
Secara geografis Kabupaten Lembata
menggunakan teknik area probability
terletak pada 080 040 – 080 45’ Lintang
sampling yakni mengambil wakil dari
setiap wilayah yang terdapat dalam Selatan dan 1230 15’ –1240 38’ Bujur Timur
populasi yang didasarkan pada dengan batas-batas: Utara berbatasan
pertimbangan ciri atau karakteristik dengan Laut Flores, Selatan dengan Laut
wilayah. Untuk responden tokoh-tokoh Sawu, Timur berbatasan dengan Selat
kunci/pemangku adat dilakukan secara Mrica (Kabupaten Alor) dan Barat
purposive atau sampel bertujuan dengan berbatasan dengan Selat Lamakera

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir … 72

dan Selat Boleng (Kabupaten Flores sumberdaya alam perairan yang cukup
Timur). besar yakni memilki luas wilayah lautan
3.353,995 km2 dengan panjang garis
Luas wilayah daratan 1.266,38
pantainya mencapai 493 km dan tersebar di
km2 (27,17%) dan luas wilayah perairan
semua kecamatan. Potensi lestari perikanan
laut 3.393,995 km2 (72,83%). Secara
tangkap sampai pada tahun 2004 sebesar
administratif Kabupaten Lembata terdiri
12.813 ton/tahun, masing-masing untuk
dari 8 (delapan) kecamatan dengan 5
jenis ikan pelagis sebesar 8.832,64
(lima) kelurahan dan 118 desa. Jumlah
ton/tahun (64,93%) dan ikan demersal
penduduk di Kabupaten Lembata 97.655
sebesar 4.484,64 ton/tahun (35,07%).
jiwa (data tahun 2003) terdiri dari laki-laki
Produksi penangkapan selama lima tahun
44.435 jiwa (45,50%) dan perempuan
menunjukkan peningkatan dengan rata-rata
53.220 jiwa (54,50%) dengan jumlah
kenaikan untuk ikan pelagis sebesar
penduduk miskin sebanyak 66.969 jiwa
91,95% dan ikan demersal kenaikan baru
(69,32%) dari total penduduk Kabupaten
mencapai 40,92% (lihat grafik 1). Tingkat
Lembata. Jumlah desa pesisir sebanyak 77
pemanfaatan relatif masih kecil dengan
(65,25%) dan desa bukan pesisir 41
perkembangan persentase tingkat
(34,75%), dengan jumlah penduduk pesisir
pemanfaatan selama lima tahun dapat
sebanyak 63.595 jiwa (65,12%).
dilihat pada grafik 2.

Potensi Perikanan
Dalam sektor perikanan
Kabupaten Lembata mempunyai

Potensi dan Produksi PerikananKabupatenLembata Tahun2000-2004

9,000.00
8,500.00
8,000.00
7,500.00
7,000.00
6,500.00 Potenisi Pelagis
6,000.00 Potensi Demersal Produksi Pelagis Produksi Demersal
Jumlah 5,500.00
(Ton) 5,000.00
4,500.00
4,000.00
3,500.00
3,000.00
2,500.00
2,000.00
1,500.00
1,000.00 20002001 2002 20032004
500.00 Tahun
-

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


Grafik 1. Potensi lestari dan produksi penangkapan ikan pelagis dan demersal
Tahun 2000 – 2004

73 Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


Persentase Tingkat Pemanfaatan

50.00
45.00
40.00
35.00
Persentase 30.00
(%)25.00 Tingkat Pemanfaatan
20.00
15.00
10.00
5.00
-

20002001 2002 20032004


Tahun

Grafik 2. Persentase Tingkat Pemanfaatan Perikanan Tangkap Tahun 2000-2004

Perkembangan armada 620, motor tempel = 254, motor ketinting


penangkapan juga mengalami peningkatan
= 78 dan kapal motor 0-5 GT = 96. (Grafik
sampai tahun 2004, untuk jenis
3).
sampan/jukun = 1.268, perahu papan =

PerkembanganJumlahdanJenis Armada Penangkapan Tahun2000 -2004

1400
1300
1200
1100
1000
900
800
700 Sampan/Jukung PerahuPapanMotor Ketinting Motor Tempel
600 Kapal Motor 0-5 GT
Jumlah
500
400
300
200
100
0

20002001 2002 2003 2004


Tahun

Grafik 3. Perkembangan Jumlah dan Jenis Armada Penangkapan


Tahun 2000 -2004

Alat tangkap juga masih sedangkan jumlah nelayan sampai dengan


didominasi oleh peralatan yang sederhana tahun 2004 dengan rincian RTP = 2.228,
yakni gill net = 2.789, pancing = 2.928, nelayan penuh = 1.107, nelayan sambilan
bubu = 679, puse siene dan rumpon utama = 1.537 dan nelayan sambilan
masing-masing 86 dan bagan sebanyak 31, tambahan = 2.154 orang (4, dan 5).
Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir … 74
3200

3000

2800
2600 Perkembangan Jumlah dan Jenis Alat Tangkap Tahun 2000-2004

2400

2200
J 2000

u 1800 Purse Siene Gill NetBagan Pancing Bubu Rumpon

mlah
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0

2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

Grafik 4. Perkembangan Jumlah dan Jenis Alat Tangkap

Perkembangan Jumlah Nelayan Tahun 2000-2004

1,800
1,600
1,400
J 1,200
u
m 1,000
PenuhSambilan Utama
Sambilan Tambahan
lah 800
600
400
200
-

20002001200220032004

Tahun
Grafik 5. Perkembangan Jumlah Nelayan Tahun 2000 -2004

Kondisi armada penangkapan dan bergerak sangat lamban.


yang masih didominasi oleh jenis armada
sampan/jukung dan perahu papan serta alat
tangkap yang relatif masih tradisonal yang
didominasi oleh gill net dan pancing,
ditambah lagi dengan jumlah nelayan yang
lebih didominasi oleh nelayan sambilan
tambahan maka upaya untuk meningkatkan
produksi penangkapan masih sangat sedikit
Potensi budidaya perikanan laut budidaya laut yang dapat dikembangkan
masih sangat tinggi dengan luas areal adalah ikan dengan tingkat pemanfaatan
budidaya laut sebesar 886 ha dan tingkat baru mencapai 10 ha, teripang 15 ha,
pemanfaatan sampai saat ini baru rumput laut 20 ha dan kerang mutiara 135
mencapai 180 ha (20,32%). Komoditas ha (lihat grafik 6).

75 Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82


LuasAreal Budidaya Laut dan Pemanfaatan

300

250

Luas (Ha) Potensi Luas Pemanfaatan


150
200

100

50 Ikan RumputLaut Teripang KerangMutiara


Jenis Budidaya

Grafik 6. Potensi Luas Areal Budidaya Perikanan dan Tingkat Pemanfaatan

Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh masih diberi es sehingga nelayan berusaha untuk
kurangnya ilmu pengetahuan dan
keterampilan sumberdaya manusia dalam
mengakses teknologi budidaya, dukungan
dana yang memadai serta mekanisme pasar
yang berpihak pada masyarakat nelayan
budidaya.

PengolahanPascapanen dan
Infrastruktur Perikanan

Aspek lain yang juga menjadi


perhatian adalah mengenai penanganan
pasca panen dan infrastruktur perikanan.
Umumnya kapal-kapal dan perahu yang
beroperasi di wilayah perairan Lembata
adalah jenis kapal yang masih tradisional.
Kapal jenis ini belum memiliki palka
penyimpanan dan persediaan es sehingga
waktu operasi only one day fishing yakni
berangkat sore dan pulang pagi hari. Hasil
tangkapan tidak disortir baik menurut
ukuran maupun jenis dan disimpan tanpa
secepatnya mendaratkan ikan di sepanjang dari yang diharapkan. Infrastruktur lainnya
pantai terdekat dengan pemukiman penduduk
seperti fasilitas TPI/PPI, pasar perikanan,
atau desa tempat tinggal mereka. Hasil
tangkapan umumnya dijual dalam bentuk segar pabrik es juga belum tersedia sehingga
di pasar-pasar terdekat (Lewoleba, Balawuring, dalam hal pengolahan pasca panen
dan pasar desa).
perikanan masih mengalami banyak
Proses pengolahan yang umum kesulitan. Disampin itu lembaga penjamin
dilakukan yakni dengan cara pengeringan mutu produk pengolahan perikanan juga
yang sangat bergantung pada ada tidak belum dimiliki oleh Dinas Perikanan dan
adanya matahari. Pengeringan ikan hasil Kelautan, sehingga hasil pengolahan yang
tangkapan ditempatkan di atas pasir atau dijual di pasar-pasar tanpa melewati
terpal, sehingga kualitasnya masih jauh pemantauan kualitas terlebih dahulu.

Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir … 76

Program dan Kegiatan proses dapat membangkitkan kesadaran,


Pembangunan
motivasi, keiklasan dan kesungguhan hati
Dalam aspek pembangunan sehingga mereka ikut bertanggung jawab
perikanan dan kelautan dengan secara penuh terhadap suksesnya suatu
pemberdayaan kearifan lokal, tampak program. Lebih lanjut perilaku yang positip
belum begitu berjalan secara sinergis. yang berkaitan dengan pengelolaan
Banyak program dan kegiatan sumberdaya peisir akan mampu bertahan
pembangunan yang melibatkan masyarakat dan menjadi dasar filosofi dalam
pesisir dan nelayan umumnya masih membangun kehidupan bersama dengan
didesain dari atas (top down). Kearifan makhluk lain secara serasi, selaras, dan
lokal dan tradisi serta aturan-aturan adat harmonis dengan lingkungan dalam satu
belum dilirik sebagai suatu yang dapat komunitas ekologis Selain itu alokasi dana
menjembatani suksesnya program kegiatan pembangunan perikanan dan kelautan
pembangunan. Orientasi perencanaan dan selama lima tahun relatif sangat kecil
pelaksanaan pembangunan masih bersifat ( 01,49% - 02,21%) jika dibandingkan
proyek, belum terlalu menyentuh pada dengan total pembelajaan pembangunan
aspek-aspek pemberdayaan dan belum daerah seluruhnya. Sebaliknya, jika
mengakomodasi sumberdaya lokal berserta dibandingkan dengan dana pengembangan
capital culture yang dimiliki oleh ekonomi rakyat (Catur program ke 2) adopsi
masyarakat setempat. Pada hal di sisi lain, dana sektor perikanan dan kelautan relatif
adanya pemberdayaan kerarifan lokal dan cukup besar (10,24% - 29,51%). Namun
pelibatan masyarakat dalam keseluruhan demikian, kondisi ini belum dapat
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan Toto, Bito Berue, Lepa Nua Dewe, Bruhu
pembangunan perikanan dan kelautan. Bito dan Leffa Nuang. Penjelasan manfaat
dan makna dari masing-masing keraifan
Potensi Kearifan Lokal
lokal adalah sebagai berikut:
Masyarakat Kabupaten Lembata
memiliki cukup banyak potensi kearifan  Badu; merupakan suatu tradisi adat
lolal yang berhubungan erat dengan masyarakat Watodiri dan Dulitukan
pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang bersifat larangan untuk
(pemanfaatan dan konservasi). Hasil mengambil/menangkap hasil-hasil laut
inventarisasi kearifan lokal pada lokasi pada suatu wilayah perairan selama
penelitian adalah Badu, Muro, Kolo Umen periode waktu tertentu. Masyarakat
Bale Lamaq, Poan Kemer Puru Larang, dapat menangkap atau mengambil

77 Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82

setelah mendapat restu dari penguasa selama periode waktu tertentu.


ulayat dan melalui upacara ritual. Masyarakat hanya dapat
menangkap/mengambil setelah
 Muro; merupakan suatu kesepakatan
mendapat restu dari Ata Molang dan
dan tradisi adat yang bersifat larangan
didahului dengan upacara ritual. Juga
kepada masyarakat dan nelayan di
larangan untuk tidak boleh merusak
Lamatokan untuk tidak menangkap
sumberdaya lainnya seperti mangrove
ikan di wilayah perairan tertentu.
dan terumbu karang.
 Kolo umen bale lamaq; merupakan
 Toto; merupakan tradisi adat/acara
tradisi/upacara adat dalam memberi
ritual yang dilakukan oleh masyarakat
makan kepada penguasa di laut
nelayan sebelum melepas sampan/juku
sebelum melakukan panangkapan,
baru dan pukat baru.
budidaya atau penanaman bakau.
Bermakna dalam hasil penangkapan,
keselamatan dan juga dapat bermakna
larangan.
 Poan kemer puru larang merupakan
suatu tradisi adat yang bersifat
larangan untuk tidak boleh
mengambil/menangkap teripang
kebersamaan, keselamatan nelayan dan muncul pada musim-musim tertentu.
alat tangkap itu sendiri. Bermakna terhadap hasil tangkapan,
keselamatan nelayan dan alat tangkap
 Bito Berue; tradisi adat/acara ritual
itu sendiri.
yang dilakukan oleh masyarakat
 Bruhu Bito; merupakan tradisi
nelayan sebelum melepas
adat/acara ritual yang dilakukan oleh
sampan/juku baru. Bermakna
masyarakat nelayan sebelum melepas
terhadap hasil tangkapan,
pukat baru untuk menangkap jenis
keselamatan nelayan dan alat tangkap
ikan-ikan yang lebih besar, selain ikan
itu sendiri.
serdin dan tembang. Bermakna
 Lepa Nua Dewe; merupakan tradisi
terhadap hasil tangkapan, keselamatan
adat/acara ritual yang dilakukan oleh
nelayan dan alat tangkap itu sendiri.
masyarakat nelayan sebelum melepas
 Tulalou Wate; merupakan tradisi adat
pukat baru yang berukuran kecil
dalam memberi makan kepada
(noro) khusus untuk menangkap ikan
arwah/roh leluhur yang meninggal.
serdin dan tembang yang biasanya

Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir … 78

masyarakat nelayan Lamalera pada yang bersifat destruktif terhadap kekayaan


setiap bulan Mei sampai Oktober dan sumberdaya alam pesisir dan sistem
dilaksanakan dengan melalui berbagai penangkapan yang tidak ramah lingkungan

acara ritual baik secara adat maupun hampir tidak pernah terjadi. Semacam ada

secara religius. Leffa Nuang rasa takut, mereka percaya jika tindakan
mereka tidak sesuai dengan kehendak alam,
dilaksanakan melalui tahapan-tahapan:
bersifat merusak, lambat laun cepat atau
Tobu Nama Fatta, Misa Arwah, Misa
lambat mereka akan mengalami resiko.
Leffa dan Tena Fulle.
Resiko yang dihadapi dapat berupa sakit
Hal yang menarik dari macam- yang tidak dapat diobati, jatuh dari pohon,
macam kearifan lokal yang dimiliki tenggelam di laut, digigit ular atau ikan
masyarakat pesisir adalah bahwa mereka besar (hiu, paus).
begitu menyadari akan betapa pentingnya
Makna lain yang dapat disimak
sumberdaya pesisir dan laut dalam
dari kearifan lokal/tradisional yang dimiliki
menopang kehidupan mereka. Tindakan
oleh masyarakat pesisir di lokasi penelitian
yakni selalu tercipta suasana kekerabatan bersaing yang tidak sehat dan saling
dan kegotong royongan di antara merusak perlengkapan penangkapan
masyarakat nelayan. Selalu tercipta nelayan tidak pernah terjadi. Dengan
demikkian dalam memanfaatkan
sumberdaya tidaklah bersifat serakah.
Semacam ada pesan moral bagi mereka
bahwa mereka hanya boleh menangkap
untuk kepentingan hidup mereka
(konsumsi), atau dijual untuk keperluan
yang lain. Penangkapan dalam jumlah
yang banyak dan besar-besaran tidak
terjadi.

Mereka mempersepsikan kearifan


lokal sebagai suatu yang dapat menata
kehidupan baik antar mereka sebagai
komintas sosial maupun dengan alam
sebagai komunitas ekologis. Mereka
menyadari pula bahwa eksistensi
kehidupan mereka tidak terlepas dari
eksistensi kehidupan makhluk lain dalam
bumi yang satu sama ini. Oleh karena itu
bagi nelayan lokal, ketaatan dan kepatuhan
terhadap aturan adat, kearifan dan tradisi
yang ada sangat dijunjung tinggi. Di lain
pihak, masyarakat pesisir mempunyai
respons yang pesimistis terhadap
implementasi dan penegakan hukum-
hukum formal yang berlaku sekarang.
Banyak kenyataan penerapan dan
penegakan hukum terhadap pelaku
pengrusakan lingkungan penyelesaiannya
tidak jelas dan tidak membuat jera .

79 Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82


IV. KESIMPULAN (stakeholders) belum secara dijabarkan
secara eksplisit dalam program dan
Kabupaten Lembata memiliki
kegiatan pembangunan. Disamping itu
potensi yang cukup besar dengan luas
alokasi dan dukungan dana untuk
wilayah perairan laut 3.353,995 km2
menunjang kegitan sektor perikanan dan
(72,83%) dan memiliki panjang garis
kelautan relatif masih sangat sedikit.
pantai 493 km. Potensi lestari perikanan
tangkap baik ikan pelagis maupun Potensi kearifan lokal yang
dermersal masih tinggi. Produksi ditemukan pada lokasi penelitian dan
penangkapan selama lima tahun berkaiatan dengan aspek pengelolaan
mengalami kenaikan dengan rata-rata sumberdaya pesisir dan laut adalah Badu,
kenaikan untuk ikan pelagis 91,95% dan Muro, Kolo Umen Bale Lamaq, Poan
ikan demersal 40,92%, dengan rata-rata Kemer Puru Larang, Toto, Bito Berue,
tingkat pemanfaatannya baru mencapai Lepa Nua Dewe, Bruhu Bito dan Leffa
19,88%. Selain itu juga, potensi budidaya Nuang. Masyarakat sangat menjunjung
perikanan laut masih sangat besar dengan tinggi nilai-nilai keraifan lokal, tradisi,
luas areal budidaya 886 ha, namun aturan-ataran adat, karena itu kepatuhan
dimanfaatkan 189 ha (20,32 %). dan ketaatan terhadap sangat tinggi pula.
Mereka menyadari dan memiliki persepsi
Infrastruktur perikanan dan
bahwa kearifan lokal merupakan suatu
kelautan yang belum memadai bahkan
pranata, norma yang dapat mengatur
belum tersedia seperti TPI/PPI, pabrik es,
eksistensi kehidupan manausia dengan
lemmbaga pemantauan dan penjamin mutu
eksistensi kehidupan makhluk lain di alam
produk pengolahan pasca panen dan
ini. Dengan demikian itu kearifan lokal
sebagainya menyebabkan pengolahan
mempunyai peluang peluang dalam
pasca panen perikan masih bersifat
pemberdyaan masyarakat pesisir terhadap
tradisional sehingga produk pengolahan
berbagai program pengelolaan sumberdaya
kurang berkualitas dan hygenis.
pesisir dan laut.
Program dan kegiatan
pembangunan perikanan dan kelautan Untuk lebih meningkatkan
relatif masih berkutat pada upaya produksi baik kegitan penangkapan
penigkatan produksi penangkapan dan maupun budidaya, pengolahan pasca panen
mekanisme perencanaan dan implementasi perikanan maka diperlukan mekanisme
program masih bersifat top down. Aspek perencanaan komprehensif dan intergral
pemberdayaan dan pelibatan masyarakat serta identifikasi kebutuhan secara cermat,
dengan melibatkan masyarakat berserta
Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir … 80

sumberdaya lokal dan berorientasi pada dalam masyarakat.


upaya pemberdayaan masyarakat terutama
dalam peningkatan pengetahuan,
pengalaman dan keterampilan masyarakat
nelayan.

Diperlukan program revitalisasi


dan refungsionalisasi kearifan lokal
melalui kegiatan pengkajian, seminar dan
lokakarya kearifan lokal dalam rangka
merumuskan secara bersama aturan-aturan
hukum dank sanksi-sanksi pelanggaran
serta sosialisasi kepada publik sehingga
diketahui bersama dan lebih lanjut untuk
menumbuhkan kesadaran bersama secara
luas. Untuk kegiatan ini hendaknya
pemerintah, LSM dan Perguruan Tinggi
menjadi mediator dan fasilitator, dengan
mendapat dukungan dan komitmen dari
Pemerintah dan DPRD.

Untuk itu dalam strategi


pengelolaan, pengawasan sumberdaya
pesisir dan pemberdayaan masyarakat
diharapkan sedapat mungkin nilai kearifan
lokal, tradisi/hukum adat beserta sistem
kelembagaan baik kelembagaan dalam
bentuk fisik struktur masyarakat adat,
organisasi formal maupun kelembagaan
non fisik dalam bentuk perangkat aturan
secara hirarkis Perda, Keputusan Bupati,
Keputusan Camat, sampai Keputusan Desa
hendaknya dapat mengakomodir dan
memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal
yang hidup, bertumbuh dan berkembang di
Diperlukan sistem pengaturan Arnoldus Kupang.
tentang jenis-jenis maupun ukuran yang 2. Rektor Universitas Katholik Widya
dapat ditangkap terutama jenis yang Mandira Kupang.
dilindungi dan yang sementara matang 3. Bupati Kabupaten Lembata.
telur dan jenis alat tangkap apa saja yang 4. Ketua dan Sekretaris Program Studi
bole dipergunakan pada saat kegiatan
Magister Manajemen Sumberdaya
pembukaan badu, sehingga tidak semua
Pantai UNDIP.
jenis maupun ukuran dapat ditangkap.

DAFTAR PUSTAKA
UCAPAN TERIMA KASIH
Anggoro, S,. 2004, Pengelolaan Kawasan
Dalam penelitian ini, penulis banyak Konservasi Laut Daerah, MSDP,
UNDIP, Semarang.
mendapat bantuan dan perhatian berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini,
Badan Pusat Statistik, 2004, Lembata
penulis dengan ikhlas menyampaikan Dalam Angka 2003, Kerjasama
terima kasih kepada : Badan Pusat Statistik dan Badan
Perencanaan Pembangunan
1. Pimpinan Yayasan Pendidikan Katholik Daerah Kabupaten Lembata.

81 Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82


Departemen Kelautan dan
Perikanan, 2003,
Strategi Nasional
Implementasi (Code
of Conduct for
Responsible
Fisheries), Direktorat
Jendral Kelembagaan
Internasional,
Direktorat Jendral
Kapasitas
Kelembagaan dan
Pemasaran, Jakarta.

Ghofar, A., 2004, Pengelolaan


Sumberdaya
Perikanan Secara
Terpadu dan
Berkelanjutan,
Cipayung-Bogor.

Keraf, S. A., 2002, Etika


Lingkungan, Pn. Buku
Kompas, Jakarta.

Latama, Gunarto, dkk., 2002,

Pengelolaan Wilayah Pesisir


Berbasis
Masyarakat,

Nababan, 2003,
Pengelolaan
Sumberdaya Alam
Berbasis Masyarakat
Adat, Tantangan dan

Peluang,
http://dte.gn.org.../ma
kalah_ttg_p sda_
berb-ma_di_pplh
ipb.htm.

Purwanto, 2003,
Pengelolaan
Sumberdaya
Perikanan,
Direktorat Jendral
Perikanan Tangkap,
Departemen Kelautan
dan Perikanan,
Jakarta.

Supriharyono, 2000,
Pengelolaan
Ekosistem Terumbu
Karang, Pn.
Djambatan, Jakarta.

Wahyono, A., 2001,


Pemberdayaan
Masyarakat Nelayan,
Media Pressindo,
Yogjakarta.

Undang-uandang Negara RI,


Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan.

Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir … 82

Anda mungkin juga menyukai