Anda di halaman 1dari 1

Prinsip Triumfalistik :

Selalu ada inter-relasi antara dunia simbolik keagamaan dan kehidupan nyata sehari-hari atau
realitas sosial, kepercayaan atau prinsip triumfalistik ini Cuma menciptakan suatu komunitas kristen
yang memandang dirinya berada diatas semua komunitas agama lainnya dan mengungguli mereka.
Mereka menggunakan dasar Kisah Para Rasul 4:12 “Tidak ada nama lain yang olehnya kita dapat
diselamatkan”
Kelebihan : Prinsip ini bisa mengatur umat sepenuhnya agar tetap dijalurnya, hidup menurut apa
yang dikehendaki ALLAH.
Kekurangan : Prinsip ini dapat menjerumuskan Manusia, merasa bahwa agamanya yang paling
benar dan diatas yang lainnya. .hal inilah yang kadang menjadi pencipta konflik antar agama

Prinsip Fatalistik :
Keyakinan bahwa segala sesuatu pasti terjadi menurut caranya sendiri tanpa memperdulikan usaha
kita untuk menghindari atau mencegah. Semua usaha kita untuk merubah pasti gagal. .
Kelebihan prinsip ini membuat orang-orang menjadi lebih waspada dalam menjalani hidup karena
mereka tau mereka akan bertemu dengan kebinasaan, sedangkan kekurangannya membuat orang-
orang menjadi individualis karena sibuk dengan kepentingannya sendiri demi mencapai keinginan
pribadi mereka.
Secara tegas, kekristenan menolak paham yang menganggap bahwa segala sesuatu telah
ditetapkan oleh nasib. Bahkan teks Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru
secara eksplisit maupun implisit tidak menyebutkan atau memuat faham yang mengatakan
bahwa segala sesuatu ditentukan oleh nasib atau secara kebetulan. Tujuan Allah memerintah
dunia adalah untuk membahagiakan ciptaan-Nya. Ia memuaskan ciptaan-Nya dengan makanan
dan kegembiraan (Kisah Para Rasul 14:17), Ia menerbitkan matahari dan memberikan hujan
bagi orang benar dan orang jahat (Matius 5:45) dan bahwa Ia tidak menahan kebaikan dari
orang yang hidupnya tidak bercela (Mazmur 84:12). Bahkan Ia turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Maka
keliru besar jika ada orang yang percaya pada nasib, tetapi ironisnya lagi jika orang yang telah
percaya kepada Kristus masih berpikir fatalistik atau memiliki pandangan bahwa hidup ini masih
ditentukan oleh nasib.

Anda mungkin juga menyukai