Anda di halaman 1dari 11

Nama :Citrawati Baby Litone

Kelas :A
NIM : 12030117420080
Dosen Pengampu : Dr. Warsito Kawedar, Ak, CA

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


RESUME MATERI
AKUNTANSI YAYASAN DAN LEMBAGA PUBLIK

1. Mengapa yayasan disebut sebagai entitas hukum privat yang keberadaaannya dalam
lalu lintas hukum di Indonesia sudah diakui serta kaitkan dengan hak dan kewajiban
yang diperoleh oleh yayasan sebagai suatu badan hukum?
Jawaban:
Yayasan merupakan suatu entitas hukum yang keberadaannya dalam lalu lintas
hukum di Indonesia sudah diakui oleh masyarakat berdasarkan realita hukum positif
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia. Kecenderungan masyarakat
memiliki bentuk yayasan disebabkan karena :
a. Proses pendiriannya sederhana ;
b. Tanpa memerlukan pengesahan dari pemerintah;
c. Persepsi masyarakat bahwa yayasan bukan subjek pajak

Pengakuan yayasan sebagai badan hukum berarti ada subjek hukum yang mandiri.
Secara teoritis, adanya kekayaan yang terpisah, tidak membagi kekayaan atau
penghasilannya kepada pendiri atau pengurusnya, mempunyai tujuan tertentu,
mempunyai organisasi yang teratur, dan didirikan dengan akta notaris merupakan
karakter yayasan. Ciri tersebut memang cocok dengan ciri – ciri badan hukum pada
umumnya, yaitu adanya kekayaan yang terpisah, adanya tujuan tertentu, adanya
kepentingan sendiri, dan adanya organisasi yang teratur.

Berdasarkan hukum kebiasaan dan asumsi hukum yang berlaku hukum di masyarakat,
ciri – ciri yayasan dapat dirinci sebagai berikut:

1. Eksistensi yayasan sebagai entitas hukum di Indonesia belum didasarkan pada


peraturan perundang – undangan yang berlaku
2. Pengakuan yayasan sebagai badan hukum belum ada dasar yuridis yang tegas,
berbeda halnya dengan PT Koperasi, dan badan hukum yang lain
3. Yayasan dibentuk dengan memisahkan kekayaan pribadi pendiri untuk tujuan
nirlaba, tujuan religius, sosial keagamaan, kemanusiaan, dan tujuan ideal yang lain
4. Yayasan didirikan dengn akta notaris atau dengan surat keputusan pejabat yang
bersangkutan dengan pendirian yayasan

LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Page 1


5. Yayasan tidak memiliki anggota dan tidak dimiliki oleh siapa pun, namun
mempunyai pengurus atau organ untuk merealisasikan tujuan yayasan
6. Yayasan mempunyai kedudukan yang mandiri sebagai akibat adanya kekayaan
yang terpisah dari kekayaan pribadi pendiri atau pengurusnya, dan mempunyai
tujuan sendiri yang berbeda atau lepas dari tujuan pribadi pendiri atau pengurus
7. Yayasan diakui sebagai badan hukum seperti halnya orang, sebagai subjek hukum
mandiri yang dapat menyandang hak dan kewajiban mandiri, didirikan dengan
akta, dan didaftarkan di kantor kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat
8. Yayasan dapat dibubarkan oleh pengadilan dalam kondisi pertentangan tujuan
yayasan dengan hukum, likuidasi, dan pailit

Berdasarkan UU No. 16 Tahun 2001, yayasan telah diakui sebagai badan hukum
privat di mana subjek hukum mandiri terlepas dari kedudukan subjek hukum para
pendiri atau pengurusnya. Sebagai subjek hukum mandiri, yayasan dapat menyandang
hak dan kewajiban, menjadi debitor maupun kreditor, dan melakukan hubungan
hukum apa pun dengan pihak ketiga. Legalisasi badan hukum menurut UU Yayasan
adalah saat akta pendiriannya, yang dibuat di hadapan Notaris, disahkan oleh Menteri
Hukum dan Perundang-udangan dan HAM.

Dengan demikian yayasan sebagai suatu badan hukum mampu dan berhak serta
berwenang untuk melakukan tindakan – tindakan perdata. Adapun hak dan kewajiban
yang dimiliki oleh yayasan sebagai berikut:

- Hak : berhak untuk mengajukan gugatan


- Kewajiban : wajib mendaftarkan perkumpulan atau yayasan kepada instansi yang
berwenang untuk mendapatkan status badan hukum

2. Mengapa pertanggungjawaban manajemen (managerial accountability) merupakan


bagian terpenting bagi kredibilitas manajemen di yayasan serta jelaskan juga
karakteristik anggaran yayasan dapat disebut sebagai instrumen akuntabilitas?
Jawaban:
Dalam yayasan, pengelola (pengurus dan pengawas) bertanggung jawab kepada
pembina yang disampaikan dalam Rapat Pembina yang diadakan setahun sekali. Pola
pertanggungjawaban di yayasan bersifat vertikal dan horizontal. Pertanggungjawaban
vertikal (vertical accountability) adalah pertanggungawban ata pengelolaan dana
kepada otoritas yang lebih tinggi, seperti pertangggungjawaban yayasan kepada
pembina. Pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability) adalah
pertanggungjawaban ke masyarakat luas. Kedua jenis pertanggungjawaban sektor
publik tersebut merupakan elemen penting dari proses akuntabilitas publik. Oleh
karena itu, pertanggungjawaban manajemen (managerial accountability) bagian
terpenting bagi kredibilitas manajemen di yayasan. Tidak terpenuhinya prinsip
pertanggungjawaban tersebut dapat menimbulkan implikasi yang luas.
Dilihat dari karakteristik anggaran, rencana anggaran yayasan dipublikasikan kepada
masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan. Anggaran tidak boleh
menjadi rahasia internal yayasan yang bersangkutan dan harus diinformasikan keada

LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Page 2


publik untuk dikritik, didiskusikan dan diberi masukan. Anggaran yayasan merupakan
instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program –
program yang dibiayai dengan uang publik. Anggaran pada yayasan berisi rencana
kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan belanja
menurut satuan monoter. Dalam bentuk yang paling sederhana, anggaran merupakan
suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan yayasan yang meliputi
informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas. Anggarna berisi estimasi
mengenai apa yang akan dilakukan di masa yang akan datang. Setiap anggaran
memberikan informasi mengenai apa yang hendak dilakukan dalam beberapa periode
mendatang.

3. Mengapa yayasan disebut organisasi nirlaba serta dituntut untuk dapat menyajikan
laporan keuangan secara transaparan dan dapat dipertanggungjawabkan serta jelaskan
bagaimana karakteriktik laporan keuangan yayasan?
Jawaban:
Organisasi nirlaba memiliki karakteristik dan sifat diantaranya (1) sumberdaya yang
diperoleh dari sumbangan yang tidak mengharapkan imbalan, (2) menghasilkan
barang/jasa tanpa bertujuan memupuk laba, kalaupun ada laba, maka tidak pernah
dibagikan kepada pendiri/pemilik entitas, (3) kepemilikan tidak dapat dijual,
dialihkan, ditebus kembali, dan (4) kepemilikan tidak mencerminkan proporsi
pembagian sumberdaya saat dilikuidasi. Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah
negeri, ....rumah sakit dan klinik publik, organisasi politik, bantuan masyarakat dalam
hal perundang – undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi
profesional, institut riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah. Yayasan
dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba karena memperoleh sumberdaya untuk
melakukan berbagai aktivitas operasinya dari sumbangan para anggota dan para
penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan.
Organisasi nirlaba sebagai wujud dari organisasi masyarakat yang berangkat dari
masyarakat dan kembali kepada masyarakat itu sendiri dituntut untuk dapat
menyajikan laporan keuangannya secara transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Kepentingan pengguna laporan adalah untuk menilai jasa
organisasi dan kemampuan goin concern dan menilai cara manajer melaksanakan
tanggungjawab dan aspek kinerja manajer. Selain itu dengan adanya laporan
keuangan yang jelas dan transparan memberikan kemudahan manajer untuk membuat
suatu pertanggungjawaban kepada pengguna laporan.
Keterbukaan laporan keuangan yayasan sangatlah penting sehingga
pertanggungjawaban keuangan menjadi jelas, dan dapat meningkatkan kepercayaan
donatur. Dampak suatu penyajian pelaporan keuangan yang tidak faktual dan tidak
dapat dipertanggungjawabkan yaitu kehilangan kepercayaan. Hal ini merupakan
kerugian terbesar yang dihadapi sebuah organisasi, baik dalam hal kegiatan di
masyarakat maupun proses pertanggungjawabkan keuangan ke lembaga donor. Oleh
karena itu, dalam rangka penerapan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas pada
masyarakat, manajemen yayasan melakukan pembenahan administrasi, termasuk
publikasi pertanggungjawaban laporan keuangan setiap tahun.

LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Page 3


Laporan keuangan yayasan memiliki karakteristik sebagai berikut:
(a) Sumber daya yayasan berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah
sumber daya yang diberikan
(b) Menghasilkan barang dan/jasa tanpa bertujuan memupuk laba, maka jumlahnya
tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik yayasan tersebut
(c) Tidak ada kepemilikan, dalam arti bahwa kepemilikan tidak dapat dijual,
dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan
proporsi pembagian sumber daya yayasan pada saat likuidasi atau pembubaran

4. Mengapa yayasan bisa berbeda dengan perkumpulan yang berbentuk badan hukum
padahal mempunyai kekuatan hukum yang sama yaitu sebagai subjek hukum dan
dapat melakukan perbuatan hukum?
Jawaban:
Menurut UU No. 16 tahun 2001, sebagai dasar hukum positif Yayasan, pengertian
yayasan adalah badan hukum yang kekayaannya terdiri dari kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamana, dan kemanusiaan. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk
menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha
dan/atau ikut secara dalam suatu badang usaha.
Yayasan berbeda dengan perkumpulan karena perkumpulan memiliki pengertian yang
lebih luas, yaitu meliputi suatu persekutuan, koperasi, dan perkumpulan saling
menanggung. Selanjutnya, perkumpulan terbagi atas 2 jenis, yaitu:
a. Perkumpulan yang berbentuk Badan Hukum, seperti Perseroan Terbatas,
Koperasi, dan Perkumpulan Saling Menanggung;
b. Perkumpulan yang Tidak berbenuk Badan Hukum, seperti Persekutuan Perdata,
CV, dan Firma

Di lain pihak, yayasan merupakan bagian dari perkumpulan yang berbentuk Badan
Hukum dengan pengertian/definisi yang dinyatakan dalam Pasal 1 dan butir 1 Undang
– Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yaitu suatu Badan Hukum yang
kekayaannya terdiri dari kekayaan yang dipisahkan untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan dengan tidak mempunyai anggota.

Berdasarkan hal – hal yang telah diuraikan sebelumnya, perbedaan antara


perkumpulan dan yayasan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Perbedaan antara perkumpulan dan yayasan

Perkumpulan Yayasan
- Bersifat dan bertujuan - Bersifat dan bertujuan
komesial sosial, keagamaan, dan
- Mementingkan keuntungan kemanusiaan
(profit oriented) - Tidak semata – mata
- Mempunyai anggota mengutamakan keuntungan
atau mengejar/mencari

LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Page 4


keuntungan dan/atau
penghasilan yang sebesar-
besarnya
- Tidak mempunyai anggota

Jadi yayasan sebagai organisasi nirbala memiliki perbedaan yang jelas jika dilihat dari
karakteristik dan tujuan dengan organisasi lainnya khususnya berbadan hukum
betujuan untuk mencari keuntungan. Organisasi nirlaba berdiri untuk mewujudkan
perubahan pada individu atau komunitas. Organisasi nirlaba menjadikan sumber daya
manusia sebagai aset yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada
dasarnya adalah dari, oleh, dan untuk manusia.

5. Mengapa pendelegasian perlu dilakukan dalam suatu organisasi khusunya organisasi


nirlaba yaitu yayasan?
Jawaban:
Tanda dari pengawasan yang baik adalah pendelegasian yang efektif. Pendelegasian
terjadi ketika pengawas memberikan tanggung jawab dan kewenangan kepada
bawahannya untuk melakukan tugas, dan menyerahkan ke bawahan untuk
menjelaskan cara penyelesaian tugas tersebut. Pendelegasian yang efektif dapat
mengembangkan produktivitas pengelola. Pengelola akan menjadi lebih produktif dan
dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri ketika terjadi peningkatan kapasitas staf, dan
mempunyai lebih banyak waktu untuk mengurus persoalan strategis.
Pendelegasian sering kali sangat sulit dilakukan bagi anggota pengelola baru.
Beberapa anggota pengelola ingin tetap nyaman dengan membuat keputusan yang
sama dan melakukan suatu pekerjaan dengan lebih baik. Para anggota pengelola
tersebut tidak ingin mengambil risiko. Pendelegasian sebenarnya merupakan tulung
punggung pengawasan dan pengembangan yang efektif. Thomas R. Horton dalam
bukunya yang berjudul “Delegation and Team Building: No Solo Acts Please
(September 1992, pp.58-61), menyarankan langkah – langkah umum pendelegasian
yaitu:
1. Delegasikan keseluruhan tugas kepada seseorang. Hal ini akan memberikan
tanggung jawab dan motivasi pada individual.
2. Menyeleksi orang yang tepat. Menilai keahlian dan kemampuan staf dalam
menjalankan sebuah tugas.
3. Secara jelas menetapkan hasil yang lebih disukai. Memberikan informasi tentang
apa, mengapa, kapan, siapa, dan di mana, sehingga teknis penyelesaian tugas
dapat diserahkan sepenuhnya ke staf.
4. Delegasikan tanggung jawab dan kewenangan dengan menetapkan tugas, bukan
metode penyelesaian. Staf akan menyelesaikan tugas dengan cara yang dipilih,
yaitu dalam kerangka hasil yang ditetapkan dan waktu penyelesaian program.
5. Mintalah ringkasan tentang apa yang telah dilakukannya, kesan terhadap
program tersebut, dan hasil yang diinginkan!

LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Page 5


6. Dapatkan umpan balik noninstrusif tentang kemajuan pekerjaan! Bentuk umpan
balik dapat berupa laporan kemajuan mingguan dan laporan lainnya, yang
mencakup apa yang dilakukan di akhir minggu, rencana yang akan dilakukan pada
minggu berikutnya, dan beberapa persoalan potensial lainnya. Rapat staf yang
dilakukan secara reguler akan memberikan umpan balik melalui pembahasan
laporan.
7. Mempertahankan komunikasi yang terbuka. Rasakan apa yang telah dilakukan
oleh staf dengan memeriksa hasil yang dicapai.
8. Jika kemajuannya tidak memuaskan, maka jangan mengalihkan penugasan
tersebut. Lanjutkan bekerja dengan staf untuk memastikan tanggung jawabnya
terhadap kemajuan program!
9. Mengevaluasi dan menghargai kinerja. Evaluasilah hasil yang dicapai bukan
metodenya. Arahkan kembali kinerja yang tidak memadai dan hargailah
keberhasilan.

6. Mengapa perencanaan dalam fungsi manajemen yayasan memegang peranan lebih


dibandingkan fungsi – fungsi manajemen lainnya?
Jawaban :
Perencanaan terjadi di semua tipe kegiatan dan merupakan proses di mana manajemen
memutuskan tujuan dan cara mencapainya. Perbedaan pelaksanaan merupakan hasil
dari perencanaan yang juga berbeda. Perencanaan dalam sebuah yayasan adalah
esensial, karena fungsi – fungsi pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
sebenarnya hanya melaksanakan keputusan perencanaan. Sebelum pengelola dapat
mengorganisasi, mengarahkan, atau mengawasi, rencana tujuan dan arah yayasan
harus dibuat terlebih dahulu. Dalam tahap perencanaan, pengelola memutuskan “apa
yang harus dilakukan, kapan melakukannya, bagaimana melakukannya, dan siapa
yang melakukannya”. Jadi, perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan
pengambilan keputusan tentang “apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan
oleh siapa”. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi
di waktu yang akan datang, dimana pelaksanaan kegiatan akan dilakukan.
Kebutuhan akan perencanaan ada di semua tingkatan dan, pada kenyataannya peran
perencanaan terus meningkat dalam berbagai titik kritis yang sangat berdampak
terhadap kesuksesan yayasan. Pengelola biasanya mencurahkan sebagian besar waktu
untuk perencanaan jangka menengah – panjang dan strategi yayasan. Sementara itu
pelaksana merencanakan aktivitas kelompok kerjanya untuk jangka pendek.
Perencanaan adalah suatu proses yang tidak pernah berakhir. Apabila sebuah rencana
telah ditetapkan, maka dokumen menyangkut perencanaan terkait harus
diimplementasikan. Setiap saat selama proses implementasi, perencanaan mungkin
memerlukan modifikasi. Jadi, “perencanaan kembali” dapat menjadi faktor kunci bagi
pencapaian kesuksesan. Perencanaan harus mempertimbangkan fleksibilitas
kebutuhan agar situasi dan kondisi baru dapat disesuaikan secepat mungkin.
Salah satu aspek penting perencanaan adalah pembuatan keputusan dalam
pengembangan dan pemilihan sekumpulan kegiatan untuk memecahkan masalah
tertentu. Jadi, keputusan harus dibuat dengan tahapan implementasi yang jelas.

LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Page 6


Perlunya perencanaan
Salah satu tujuan utama perencanaan adalah bahwa program dan berbagai temuan
dapat dipergunakan untuk pencapaian tujuan. Itulah yang disebut pembuat keputusan
perencanaan yang baik.
Ada dua alasan tentang pentingnya perencanaan, yaitu (1) “protective benefits” yang
dihasilkan dari pengurangan kemungkinan kesalahan keputusan dan (2) “positive
benefits” dalam bentuk peningkatan kualitas tujuan yayasan. Manfaat perencanan.
Perencanaan mempunyai banyak manfaat, yaitu antara lain: (1) menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan; (2) mengkritalisasi masalah – masalah utama; (3)
memperjelas gambaran operasional; (4) menempatkan tanggung jawab secara lebih
tepat; (5) memberikan petunjuk operasional; (6) mengoordinasi aktivitas antarbagian
yayasan; (7) merinci tujuan secara praktis; (8) menghilangkan ketidakpastian
aktivitas; dan (9) meningkatkan efisiensi waktu, tenaga, serta dana.

7. Mengapa komunikasi internal bisa dikatakan sebagai “darah kehidupan” bagi suatu
organisasi ?
Jawaban:
Komunikasi yang efektif adalah “darah kehidupan” bagi suatu yayasan. Yayasan yang
berhasil pasti memiliki komunikasi yang efektif, sehingga banyak yayasan terus
memperbaiki kualitas komunikasinya. Berikut adalah rincian mengenai dasar – dasar
komunikasi tersebut:
1. Sudahkah semua staf melaporkan kemajuan secara tertulis setiap minggu ke
pengelola?
Laporan tersebut berisi tugas apa yang telah dilakukan minggu kemarin; tugas apa
yang direncanakan minggu ini; serta adakah persoalan – persoalan dan waktu
pelaporan yang tertunda. Laporan – laporan tersebut terlihat seperti suatu tugas
yang membosankan, tetapi staf dan pengelola akan memilih saling pengertian dari
apa yang sedang terjadi saat membahas laporan itu. Apabila pelaporan ini tidak
berjalan, maka pengawas cenderung terus bertanya dan para karyawan akan
merasa terganggu.
2. Usahakan rapat bulanan dengan seluruh staf secara bersama – sama! Tinjaulah
seluruh kondisi yayasan dan keberhasilannya. Pertimbangkan untuk melakukan
pelatihan “in service”. Di mana para staf akan kembali menggambarkan
peranannya. Untuk kejelasan, fokus, dan dukungan moril, hal itu perlu dipastikan
dalam agenda tindak lanjut rapat. Pertimbangkan pendapat para klien tentang
seberapa besar yayasan telah membantu! Rapat ini harus tetap berjalan untuk
membangun kerja tim di antara staf.
3. Usahakan rapat mingguan atau dua mingguan dengan seluruh staf secara
bersama-sama jika yayasan tersebut berukuran kecil (misalnya, di bawah 10
orang); dan libatkan para pelaksana. Jika tidak ada masalah spesifik yang perlu
dipecahkan, maka rapat cukup singkat saja. Lakukan rapat ketika ada masalah –
masalah yang perlu dipecahkan. Lakukan rapat secara rutin untuk memberkan
evaluasi atas apa yang telah dilakukan tiap minggu! Permudahlah rapat dengan
mengadakan sesi pertukaran ide dan pertanyaan – pertanyaan. Untuk kejelasan,

LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Page 7


fokus, dan dukungan moril, gunakan agenda tindak lanjut rapat dengan batasan
waktu yang jelas. Sudahkah masing – masing orang membuat kalender untuk
memastikan penjadwalan rapat yang akan datang dengan mengakomodasi jadwal
per staf?
4. Sudahkah pengelola memeriksa sendiri laporan para staf tiap bulannya? Hal ini
merupakan praktek manajemen pengawasan yang efisien. Evaluasilah seluruh
status aktivitas kerja yang dilakukan; dengarkan bagaimana hal itu berjalan
dengan pengelola dengan staf; saling bertukar umpan balik pertanyaan mengenail
hasil – hasil dan jasa – jasa terbaru; dan bahaslah rencana karier. Pertimbangkan
rapat ini sebagai rapat interim (sementara) di antara rapat kinerja tahunan yang
lebih formal.

8. Mengapa partisipasi aktif dari pengurus masjid dalam kegiatan penggalangan dana
dapat meningkatkan kinerja manajemen keuangan masjid?
Jawaban:
Manajemen keuangan dapat dipahami sebagai usaha memperoleh dana dengan biaya
murah pada saat kita memerlukan dana dan usaha menempatkan dana dengan hasil
yang tinggi pada saat kita memiliki dana. Pengertian manajemen keuangan dalam
organisasi masjid adalah perencanaan, pengolahan, dan pengendalian dana untuk
memenuhi ketentuan syar’i serta terwujudnya efisiensi dan efektivitas dana. Dengan
kata lain, manajemen keuangan masjid berkaitan dengan strategi pengurus masjid
dalam menghimpun dana dan mengelola dana tersebut untuk kepentingan umat yang
dijalankan secara terencana, terukur, serta terkontrol. Ruang lingkup manajemen
keuangan dapat diklasifikasikan menjadi tiga fungsi, yaitu:
1) Membuat perencanaan atau menyusun rencana kegiatan dan anggaran tahunan
(RKAT) atau budgeting yang meliputi berapa dana yang diharapkan terhimpun
beserta sumber dan strategi memperolehnya, berapa jumlah dana yang akan
disalurkan, dan jumlah orang atau lembaga yang akan menerimanya, serta saldo
minimum yang harus tersedia sebagai cadangan untuk paling tidak setiap
bulannya
2) Membuat panduan berupa kebijakan umum dan petunjuk teknis terkait dengan
pengelolaan dana yang akan dilaksanakan di lembaga. Panduan ini mencakup
penghimpunan, penyaluran, dan saldo dana.
3) Melakukan pengendalian dalam penghimpunan, penyaluran, dan saldo dana

Hubungan partisapasi anggaran terhadap kinerja manajemen keuangan


Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran (role
setting) dalam usaha pencapaian sasaran anggaran. Siapa saja yang akan berperan
dalam pencapaian sasaran anggaran dan sumber daya yang disediakan bagi pemegang
peran tersebut akan ditetapkan dalam proses penyusunan anggaran. Brownell (1982)
mendefinisikan partisipasi dalam penyusunan anggaran sebagai proses dimana
individu – individu yang terlibat di dalamnya memiliki pengaruh pada penyusunan
target anggaran yang akan dievaluasi dan perlunya penghargaan atas pencapaian
target anggaran. Bawahan yang memiliki partisipasi anggaran yang tinggi akan lebih

LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Page 8


memahami tujuan anggaran, selain itu individu – individu yang terlibat dalam
penyusunan anggaran dapat memberikan informasi – informasi privat mereka
sehingga asimetri informasi dapat diminimalkan. William et.al (1990) telah
menyelidiki bagian dari tantangn umum Thompson dengan berfokus pada dimensi
perilaku terkait anggaran (BRB) dari manajer dalam organisasi sektor publik yang
kompleks. Telah ditemukan bahwa ini merupakan variabel proses yang penting dalam
hal memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuan mereka. Leroux (2009)
menemukan dalam studinya bahwa organisasi nirlaba yang lebih banyak bergantung
pada kontribusi amal pribadi akan cenderung untuk menggunakan praktik tata kelola
partisipatif, sedangkan pada pendanaan pemerintah akan lebih mungkin untuk
menggunakan praktik tata kelola partisipatif. Sebagian besar studi, Otley dan Pollanen
(2000) dn Brownell (1991) setuju bahwa sangat penting untuk melibatkan partisipasi
anggaran dalam organisasi nirlaba untuk memastikan evaluasi kinerja dan manajemen
yang efektif. Untuk mendapatkan penerimaan dari tujuan anggaran dan meningkatkan
efektivitaas organisasi (Aranya, 1990), mempertahakan tingkat rendah dari partisipasi
anggaran adalah instrumental dalam strategi organisasi yang efektif dan kinerja
pekerjaan. Dengan demikian, partisipatif aktif dari pengurus masjid dalam kegiatan
penggalangan dana akan meningkatkan kinerja manajemen keuangan masjid yang
pada akhirnya akan memudahkan pengurus untuk membuat program – program yang
lebih banyak dan berkualitas.

9. Mengapa variabel akuntabilitas bisa menjadi faktor yang mempengaruhi praktik


manajemen keuangan di masjid?
Akuntabilitas publik merupakan kewajiban penerima tanggung jawab untuk
mengelola, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik. Tuntutan akuntabilitas harus
diikuti dengan pemberian kapasitas untuk melakukan keleluasaan dan kewenangan.
Akuntabilitas publik terdiri dari akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horizontal.
Akuntabilitas vertikal merupakan akuntabilitas akuntabilitas kepada otoritas yang
lebih tinggi, sedangkan akuntabilitas horizontal adalah akuntabilitas kepada publik
secara luas atau terhadap sesama lembaga lainnya yang tidak memiliki hubungan
atasan bawahan. Praktik akuntansi sebagai instrumen transparansi dan akuntabilitas di
entitas keagamaan khususnya Islam melalui masjid masih jarang menjadi perhatian
khusus dalam praktik dan kajian ilmiah. Padahal dalam rangka penerapan prinsip
keterbukaan (transparansi) dan akuntabilitas pada masyarakat, manajemen suatu
entitas organisasi dalam hal ini ruang publik masjid, perlu untuk melakukan
pembenahan administrasi termasuk publikasi dan pertanggungjawaban laporan
keuangan. Masjid merupakan entitas publik tempat nilai – nilai spritual Islam
dikembangkan dan nilai – nilai spritual tersebut seringkali tidak dapat berdamai
dengan nilai – nilai materialisme lainnya yang biasa eksis pada entitas pelaporan
akuntansi lainnya. Sebagai sebuah ilmu pengetahuan, akuntansi pada dasarnya adalah
tools yang dapat mendukung kinerja entitas dimana akuntansi itu dipraktekkan.
Pertanggungjawaban mengarah pada semua pengurus karena bagaimanapun mereka
adalah satu kesatuan organisasi yang harus bekerja sama dalam menjalankan semua

LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Page 9


kegiatan termasuk di dalamnya yaitu pengelolaan keuangan masjid. Maka
transparansi dan akuntabilitas menjadi kata kunci yang penting bagi entitas publik
untuk bertahan dan memaksimalkan perannya pada domain sosial budaya yang entitas
tersebut berbeda dengan entitas publik lainnya. Kedua hal tersebut merupakan kontrol
dalam sebuah organisasi. Akuntabilitas akan semakin membaik jika didukung oleh
suatu sistem akuntansi yang menghasilkan informasi yang tepat waktu, akurat, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Adil, dkk (2013) meneliti tentang pentingnya penerapan manajemen keuangan pada
berbagai tipe masjid dengan membagikan kuesioner kepada ketua takmir dan
bendahara masjid untuk mengetahui enam variabel dalam praktik manajemen
keuangan, yakni manajemen keuangan, pengetahuan, partisipasi dalam penyusunan
anggaran, pengendalian internal, penggunaan dana, aktivitas perencanaan, dan
akuntabilitas. Dengan menggunakan model ANOVA, penelitian ini menghasilkan
temuan bahwa pencatatan keuangan yang akurat dan tepat serta peningkatan
akuntabilitas ketua dan bendahara diperlukan untuk meningkatkan efektivitas
produktivitas dan kinerja.
Kurnisari (2009) memaparkan tentang pengelolaan keuangan masjid yang baik
merupakan salah satu faktor utama dalam upaya menjaga kelangsungan hidup dan
memakmurkan masjid. Semakin besarnya tuntutan terhadap pelaksanaan akuntabilitas
dalam hal ini masjid, maka akan memperbesar kebutuhan akan transparansi informasi
keuangan. Informasi keuangan ini berfungsi sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, dana masjid sangat memerlukan sistem
pembukuan agar segala transaksinya menjadi jelas dan bisa menjadi acuan untuk
pengelolaan kedepan.

10. Mengapa variabel pengelolaan keuangan dan administrasi merupakan hal yang sangat
penting dalam mengelola masjid?
Jawaban:
Pengelolaan keuangan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam
menggerakkan bawahannya yang bertugas dalam bidang keuangan untuk
menggunakan fungsi - fungsi manajemen, meliputi perencanaan atau pengganggaran,
pencatatan, pengeluaran serta pertanggungjawaban. Dari pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan keuangan adalah tindakan administratif yang
berhubungan dengan pencatatan sumber penerimaan kas, pengeluaran, serta
pertanggungjawaban penggunaan sumber penerimaan dalam hal ini sumber
penerimaan masjid.
Umumnya, dana merupakan sumber pasokan untuk semua organisasi, baik laba atau
nirlaba. Berdasarkan konsep akuntansi, sistem akuntansi menekankan akuntabilitas
daripada profitabilitas. Biasanya praktik oleh organisasi nirlaba atau lembaga
pemerintah dalam menyiapkan laporan keuangan dan pelaporan didasarkan pada
transaksi harian daripada laba yang diperoleh. Jadi, ini disebut akuntansi dana.
Namun, dalam konteks Islam, dana harus digunakan sesuai dengan hukum Islam.
Sumber – sumber penerimaan masjid berasal dari sumbangan dari masyarakat dan
jamaah dalam bentuk infaq dan sedekah. Selain itu, masjid juga memperoleh

LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Page 10


sumbangan yang berasal dari perorangan yang memberikan sumbangan dengan alasan
– alasan pelaksanaan ibadah. Sumber keuangan masjid juga diperoleh dari pemerintah
daerah, apabila mendapatkan bantuan untuk perbaikan gedung masjid. Penerimaan
masjid yang bersumber dari penerimaan – penerimaan berupa sumbangan dari
masyarakat dan jamaah digunakan untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran
masjid baik untuk pengeluaran rutin maupun yang tidak rutin. Pengeluaran yang
dilakukan oleh pengurus masjid tersebut sebagai bentuk akuntabilitas terhadap jamaah
karena pengeluaran tersebut untuk digunakan untuk kepentingan jamaah sebagai
bentuk pelayanan masjid dan pertanggungjawabannya terhadap masyarakat dan
jamaah masjid. Selain pengelolaan penerimaan dan pengeluaran kas, pengurus masjid
perlu melakukan pencatatan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban
kepada jamaah yang secara tidak langsung memberikan amanah kepada pengurus
untuk mengelola dana tersebut dengan baik.
Dalam organisasi masjid, pengelolaan keuangan dan administrasi merupakan hal yang
sangat penting dalam mengelola masjid. Mengingat masjid sebagai organisasi publik,
nonprofit atau organisasi nirlaba yang menggunakan sumber daya yang dipercayakan
oleh masyarakat (publik) kepada pemegang tanggung jawab dalam hal ini para
pengelola masjid, maka masjid termasuk salah satu organisasi yang sangat
membutuhkan laporan keuangan guna pengelolaan dana masjid berjalan dengan baik.
Jika pengelolaan keuangan masjid dapat dilaksanakan dengan baik, itu pertanda
pengurus masjid orang yang dapat bertanggung dan dipercaya. Akan tetapi, jika
pengelolaan keuangan dilaksanakan dengan tidak baik, maka akan berakibat
timbulnya fitnah an pengurusnya akan dinilai sebagai orang yang tidak dapat
dipercaya dan bertanggungjawab.
Menurut Ahmad dkk, 2009 menemukan bahwa sebagian besar komite masjid masih
perlu meningkatkan efisiensi manajemen, terutama dalam pengelolaan dana dan
properti. Sulaiman dkk (2008) juga menemukan bahwa saat ini, penggelapan dana
dari organisasi keagamaan lebih umum karena kurangnya akuntabilitas dan kurangnya
komitmen terhadap akuntansi. Mereka mungkin menyalahgunakan kekuatan terhadap
dana yang dibangkitkan. Dalam hal ini, sistem manajemen pelaporan seperti
penganggaran, laporan keuangan dan pengendalian internal tidak akurat. Dengan
demikian, ini akan membantu efektivitas praktik manajemen keuangan dalam
organisasi nirlaba dan mengurangi beban administrasi.
Dengan demikian, pengelolaan keuangan dalam suatu masjid akan memberikan
keseluruhan perspektif proses dasar bagi manajemen keuangan masjid. Pengelolaan
keuangan yang baik akan tergambar dari laporan keuangan atau sistem akuntansi yang
diterapkan oleh masjid tersebut. Dalam sistem akuntansi, siklus akuntansi meliputi
pembukuan, penyusunan laporan keuangan, dan analisis informasi dari laporan
keuangan.

LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Page 11

Anda mungkin juga menyukai