Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan

adanya pariwisata ini, maka suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah

tempat objek wisata itu berada, akan mendapatkan pemasukan dari pendapatan

setiap objek wisata. Pariwisata juga merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh

setiap individu. Alasannya, karena aktivitas berwisata bagi seorang individu dapat

meningkatkan daya kreatif, menghilangkan kejenuhan kerja, relaksasi, berbelanja,

bisnis, mengetahui peninggalan sejarah dan budaya suatu etnik tertentu, kesehatan

dan pariwisata spiritualisme. Dengan meningkatnya waktu luang sebagai akibat

lebih singkatnya hari kerja dan didukung oleh meningkatnya penghasilan maka

aktivitas kepariwisataan akan semakin meningkat (Yuwana, 2010 : 1). Pariwisata

adalah salah satu dari industri gaya baru, yang mampu menyediakan pertumbuhan

ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan

dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam Negara penerima wisatawan

(Wahab, 2003 : 5).

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara yang kaya akan

keindahan alam, flora dan fauna serta beraneka ragam budaya, yang semua dapat

memberikan devisa yang cukup besar bagi dunia pariwisata. Secara umum

pariwisata dipandang sebagai sektor yang dapat mendorong dan meningkatkan

kegiatan pembangunan, membuka lapangan usaha baru, membuka lapangan kerja

dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta pendapatan asli daerah,

apabila dapat dikelola dan dikembangkan secara maksimal. Memasuki era

1
globalisasi peranan industri pariwisata harus didukung dengan sumber daya

manusia yang berkualitas dan profesional.

Pulau Lombok merupakan salah satu daerah unggulan wisata di Indonesia.

Pulau Lombok terbagi menjadi 5 Kabupaten dan kota yaitu Kota Mataram,

Lombok Timur, Lombok Utara, Lombok Tengah, dan Lombok Barat. Hampir

seluruh kabupaten/kota di Pulau Lombok mengandalkan sektor pariwisata sebagai

sumber pendapatan daerahnya. Hal ini dikarenakan disetiap wilayah Pulau

Lombok ini memiliki destinasi wisata yang menarik minat wisatwan. Lombok

Timur merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota di Pulau Lombok. Dari

daftar inventarisasi obyek wisata/wisata budaya di Lombok Timur terdapat 31

obyek yang menjadi daerah tujuan wisata, sebelas (11) diantaranya adalah obyek

wisata pantai (Dinas Pariwisata Lombok Timur, 2009).

Obyek wisata pantai Lombok Timur memiliki bentangan pantai yang indah,

pasir putih, air laut yang jernih serta biota bawah laut yang menarik untuk dilihat.

Obyek tersebut diantaranya seperti Pantai Surga, Kaliantan,Tanjung Ringgit,

Labuhan Haji, Ketapang, Kawasan Gili Lawang dan Gili Sulat. Obyek wisata

alam di Lombok Timur juga tidak kalah menariknya, obyek tersebut antara lain

berupa pusat pemandian yaitu Joben, Timbanuh, dan Lemor. Pemandangan alam

yang mempesona di Tete Batu, Kembang Kuning, dan Sembalun. Untuk wisata

budaya terdapat berbagai ritual dan adat istiadat yang menarik, diantaranya

Peresean, Tari Tendang Mendet, Sabuk Belo, dan Gendang Beleq, selain itu

Lombok Timur memiliki berbagai macam kerajinan dan souvenir khas seperti

Tenun Gedongan Pringgasela, Grabah, Patung Senanti, dan Anyaman Bambu

Loyok. Kondisi diatas tersebut tentu saja menjadi peluang yang sangat besar

2
dalam usaha pengembangan pariwisata. Pemanfaatan dan pengelolaan secara baik

akan mendorong kunjungan wisatawan domestik maupun asing, peningkatan

jumlah kunjungan tentunya akan mempengaruhi peningkatan pendapatan asli

daerah. Adapun perkembangan jumlah kunjungan wisatawan di kabupaten

Lombok Timur dapat dilihat dari tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Lombok Timur dari


Tahun 2001-2017
NO TAHUN WISMAN WISNUS JUMLAH
1 2001 1,560 4,410 5,970
2 2002 1,587 4,725 6,312
3 2003 578 3,885 4,463
4 2004 745 3,396 4,141
5 2005 1,954 3,195 5,149
6 2006 1,024 11,772 12,796
7 2007 821 5,001 5,822
8 2008 1,380 4,525 5,905
9 2009 909 5,976 6,885
10 2010 3,770 8,522 12,292
11 2011 2,599 8,657 11,256
12 2012 3,084 8,239 11,323
13 2013 3,992 13,032 17,024
14 2014 4,242 11,285 15,527
15 2015 6,079 62,569 68,226
16 2016 5,563 7,663 13,226
17 2017 9,150 5,799 14,949
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, diolah.

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan

dari tahun ke tahunnya rata-rata mengalami peningkatan meski pada tahun 2004,

2007, dan 2016 terjadi penurunan dari tahun sebelumnya. Tahun 2015 jumlah

kunjungan wisatawan yang datang ke kabupaten Lombok timur merupakan

jumlah tertinggi yakni sebanyak 68.226 wisatawan, itu terjadi karena pada tahun

tersebut banyak festival seni dan budaya yang diselenggarakan di kabupaten

Lombok Timur. Pada tahun berikutnya kunjungan wisatawan kembali menurun

disebabkan karena kurangnya daerah tujuan wisata (DTW) yang dirawat dan

3
diberdayakan. Akan tetapi pada tahun 2017 jumlah wisatawan mancanegara yang

datang kekabupaten Lombok Timur lebih banyak dari wisatawan nusantara yaitu

9.150 wisatawan mancanegara dan 5.799 wisatawan nusantara. Keseluruhan objek

wisata yang ada di Kabupaten Lombok Timur diantaranya wisata bahari, wisata

religi atau budaya, ekowisata dan eventwisata.

Kecamatan keruak merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten

Lombok Timur yang memiliki potensi pariwisata. Kecamatan keruak merupakan

sebuah kecamatan yang berada di dekat pantai dan desa-desa yang ada

dikecamatan keruak sebagian besar berada di pinggiran pantai yang memiliki

potensi yang besar di bidang pariwisata. Adapun jumlah Obyek Wisata Di

Kecamatan Keruak dapat dilihat dari table dibawah ini :

Tabel 1.2 Nama Objek daya tarik wisata di Kecamatan Keruak


No Nama Objek DayaTarik Wisata Fasilitas Penunjang Aktifitas Wisata
1 Gili maringkik - Keindahan Alam - Transportasi sampan - Seightseeing
Pantai - WC Umum - Photograpi
- Budaya setempat - Satgas Pengamanan - Mandi
- Pondok Wisata - Mancing
- Bersantai
2 Gili kuri dan - Pantai Yang Indah - Transportasi laut - Seightseeing
Gili Bembek - Biota bawah laut - Dermaga - Photograpi
- Pasir pantainya Penyebrangan - snorkling
indah - Boat - Mancing
- - Bersantai
- Beach Tour
3 Gili Nusa - Pantai Yang Indah - Transportasi laut - Seightseeing
- Biota bawah laut - Boat - Photograpi
- Pasir pantainya - snorkling
indah - Mancing
- Bersantai
- Beach Tour
4 Gili Kerate dan - Pantai Yang Indah - Transportasi Jalan - Seightseeing
Gili Bata - Biota bawah laut - Tempat Parkir - Photograpi
- Pasir pantainya - Selfie Point - Sunrise point
indah - Snorkling
- Diving
- Camping Area

4
No Nama Objek DayaTarik Wisata Fasilitas Penunjang Aktifitas Wisata
5 Desa Tanjung - Keindahan Alam - Transportasi Jalan - Seightseeing
Luar Pantai - WC Umum - Photograpi
- Budaya setempat - Satgas Pengamanan - Mandi
- TPI - Pondok Wisata - Mancing
- Hutan Mangrove - Rumah Makan - Bersantai
- Pasar ikan - Tempat Ibadah - Selfie point
6 Pantai - Keindahan Alam - Transportasi Jalan - Seightseeing
Ketapang Raya Pantai - WC Umum - Photograpi
- Selfie point - Satgas Pengamanan - Mandi
- Pondok Wisata - Mancing
- Rumah Makan - Bersantai
- Tempat Ibadah - Selfie point
- Berugak
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, diolah.

Berdasarkan Tabel 1.2 Meskipun kecamatan Keruak tidak termasuk daerah

unggulan wisata seperti kecamatan yang lainnya yang ada di Lombok Timur.

Namun bila dilihat dari Tabel 1.2, Kecamatan Keruak memiliki sejumlah Obyek

Wisata yang menarik dan berpontensi untuk dikembangkan. Hampir semua obyek

tersebut memiliki potensi untuk pendapatan masyarakat disekitar lokasi obyek

wisata tersebut sekaligus menjadi lahan atau lapangan pekerjaan. Selain itu obyek

wisata yang ada di Kecamatan Keruak ini memiliki aksesbilitas yang tinggi dan

mudah ditempuh.

Salah satu desa yang memiliki destenasi wisata yang cukup menarik di

kecamatan Keruak berada di desa Tanjung Luar yang lokasinya tidak jauh dari

kota Selong. Desa tanjung luar merupakan daerah pinggiran pantai yang sebagian

besar masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Namun disamping itu ada

potensi yang akan menjadi selingan bagi masyarakat Tanjung Luar apabila tidak

melaut untuk memenuhi kebutuhannya yaitu menjadi penyedia jasa pariwisata

seperti jasa penyebrangan menuju pulau-pulau yang ada di disekitar desa tanjung

luar yang keindahannya diakui oleh banyak orang sabagai tempat yang sangat

5
bagus seperti pantai Ping, Pulau Pasir, Gili Bembek dan masih banyak lagi pulau-

pulau yang bisa dijadikan destenasi yang handal.

Obyek Wisata Bahari Desa Tanjung Luar memiliki pantai yang indah, pasir

putih dan pasir hitam, biota bawah laut yang menarik untuk dikunjungi. Obyek

tersebut diantaranya pantai tanjung luar, gili kuri, gili belek, gilipasir, dan hutan

mangrove. Obyek-obyek tersebut merupakan Potensi-potensi wisata Bahari yang

dimilki Tanjung Luar yang berpotensi menjadi destenasi handal.

Potensi wisata Budaya di Desa Tanjung Luar terdapat sebuah ritual dan ada-

istiadat yang bernama Nyelamaq Di Laoq yang merupakan sebuah festival asli

Tanjung Luar yang dilakukan sekali setahun yang bertujuan untuk mensyukuri

pemberian dari tuhan atas hasil laut yang melimpah. Festival ini berlangsung

selama satu minggu, selain sebagai rasa ungkapan syukur festival ini juga sebagai

pesta rakyat yang dimana segala kerajinan dan karya seni dipamerkan sehingga

menjadi salah satu potensi yang besar untuk dijadikan destenasi wisata Budaya.

Wisata Kuliner masakan hasil laut (seefood) sangat berpotensi untuk

dikembangkan di Tanjung Luar dimana Tanjung luar sendiri merupakan salah satu

sentral penghasil ikan terbesar dan memiliki TPI (Tempat Pelelangan Ikan)

terbesar di Kabupaten Lombok Timur sehingga membuat tanjung luarsangat

berpotensi mengembangkan restoran-retoran atau rumah makan dari hasil laut.

Selain untuk dijadikan retoran dan rumah makan di Tanjung luar juga bisa

mengembangkan jajanan khas Tanjung Luar yang berbahan dasar dari hasil laut.

Peluang pengembangan potensi-potensi tersebut seharusnya mendapat

perhatian dari pemerintah setempat sehingga dalam pengembangannya potensi

yang ada akan menjadi DTW yang menarik. Jumlah tersebut tentu saja menjadi

6
peluang yang sangat besar dalam usaha pengembangan pariwisata. Potensi

tersebut masih belum ada penunjangnya seperti sarana- prasarana dan fasilitas

wisata seperti lahan parkir, toilet umum, tempat pembungan sampah, dan masih

banyak lagi yang harus di bangun dan dikembangkan. Pemanfaatan dan

pengelolaan secara baik akan mendorong kunjungan wisatawan domestik maupun

asing, peningkatan jumlah kunjungan tentunya akan mempengaruhi peningkatan

pendapatan masyarakat sekitar.

Pembangunan kepariwisataan khususnya pengembangan obyek-obyek wisata

dan prasarana penunjangnya memerlukan suatu penelitian, sebagaimana

ditekankan pada pada pasal 11 BAB VI UU RI No 10 Tahun 2009 tentang

Pembangunan Kepariwisataan, untuk itu peneliti ingin meneliti Potensi dan

Peluang Pengembangan Sektor Pariwisata Di Desa Tanjung Luar agar mengetahui

potensi wisata yang dimiliki di Desa Tanjung Luar.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan

dalam penenlitian ini yaitu :

1. Berapa besar potensi sektor pariwisata yang terdapat di Desa Tanjung

Luar?

2. Bagaimanakah peluang pengembangan sektor pariwisata di Desa

Tanjung Luar?

1.3 Tujuan Penelitian

Merujuk pada permasalahan penelitian tersebut maka, adapun tujuan

penelitian ini adalah

1. Mengkaji berapa besar potensi pariwisata di Desa Tanjung Luar.

7
2. Untuk menganalisis peluang pengembangan sektor pariwisata di Desa

Tanjung Luar yang perlu dikembangkan oleh Dinas Pariwisata Lombok

Timur untuk menambah daerah tujuan wisata di Kabupaten Lombok

Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang penelitiannya relevan

dengan judul ini.

2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Nusa Tenggara Barat, khususnya

pemerintah Kecamatan Keruak Dan Desa Tanjung Luar dalam mengkaji

potensi dan Peluang pengembangan Sektor Pariwisata.

3. Sebagai bahan untuk dapat digunakan sebagai informasi peneliti yang lain

terutama topik yang sama sehingga wawasan menjadi luas.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pariwisata

Istilah pariwisata terlahir dari bahasa Sansekerta yang komponen-

komponennya terdiri dari: “Pari” yang berarti penuh, lengkap, berkeliling

“Wis(man)” yang berarti rumah, properti, kampung, komunitas dan “ata” berarti

pergi terus-menerus, mengembara (roaming about) yang bila dirangkai menjadi

satu kata melahirkan istilah pariwisata, berarti pergi secara lengkap

meningggalkan rumah (kampung) berkeliling terus menerus dan tidak bermaksud

untuk menetap ditempat yang menjadi tujuan perjalanan (Pendit,2002:3).

Pariwisata menurut UUD Nomor 09 Tahun 1990 Bab 1 Pasal 3 menyatakan

pariwisata adalah sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk dengan

pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang

tersebut.

2.1.2 Pengembangan Obyek Wisata

Pengembangan pariwisata bertujuan memberikan keuntungan baik bagi

wisatawan maupun warga setempat. Basis pengembangan pariwisata adalah

potensi sumber daya keragaman budaya, seni, dan alam (pesona alam).

Pengembangan sumber daya tersebut dikelola melalui pendekatan peningkatan

nilai tambah sumber daya secara terpadu antara pengembangan produk pariwisata

dan pengembangan pemasaran pariwisata melalui pendekatan pemberdayaan

masyarakat lokal dalam rangka pengembangan pariwisata. Dalam GBHN 1999

disebutkan bahwa mengembangkan pariwisata melalui pendekatan sistem yang

9
utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipatoris dengan menggunakan

kriteria ekonomis, teknis, agronomis, sosial budaya, hemat energi, melestarikan

alam dan tidak merusak lingkungan.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka pembangunan kepariwisataan

memiliki 3 fungsi yaitu :

a. Menggalakkan kegiatan ekonomi.

b. Memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan

hidup,dan

c. Memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa serta menanamkan jiwa,

semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam memperkokoh persatuan

dan kesatuan nasional.

Berdasarkan itu untuk tercapainya tri-fungsi tersebut maka harus ditempuh

tiga macam upaya yaitu :

a. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata.

b. Meningkatkan dan mengembangkan promosi dan pemasaran

c. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepariwisataan

(Setianingsih,2006: 44).

2.1.3 Permintaan Pariwisata

Permintaan dalam industri pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas atau

produk yang berbeda bukan saja dalam hal sifat, akan tetapi juga manfaat dan

kebutuhannya bagi wisatawan. Dalam ilmu ekonomi kebutuhan-kebutuhan yang

dapat diperoleh dengan mudah tidak merupakan barang-barang ekonomi karena

dapat diperoleh secara bebas seperti udara segar, pemandangan yang indah atau

cuaca yang cerah. Hal itu tidak berlaku dalam industri pariwisata, justru barang-

10
barang yang termasuk free goods ini dapat meningkatkan kepuasan bagi

wisatawan (Yoeti, 2008:119). Fasilitas dan produk yang dihasilkan oleh

perusahaan yang berbeda dan diperlukan oleh wisatawan pada waktu yang

berbeda-beda pula. Permintaan dalam industri pariwisata tidak hanya terbatas

pada waktu yang diperlukan pada saat perjalanan wisata diperlukan, akan tetapi

jauh sebelum melakukan perjalanan, permintaan itu sudah mengemuka seperti

informasi tentang daerah tujuan wisata, hotel tempat untuk menginap, transportasi

yang akan digunakan, tempat-tempat yang akan dikunjungi dan berapa banyak

uang yang harus dibawa (Yoeti, 2008: 119). Permintaan dalam industri pariwisata

tidak hanya membutuhkan A single services tetapi juga membutuhkan kombinasi

dan bermacam-macam pelayanan yang ditawarkan dalam suatu paket wisata yang

dalam ilmu ekonomi pariwisata sebagai A Assortment of Services. Karena itu

permintaan dapat dibagi menjadi enam kelompok yang saling melengkapi

menurut G.A.Schmoll (Yoeti, 2008 : 120-121).

1. Travel preparation, sebelum membeli paket wisata akan terlebih dahulu

memerlukan information, advice, reservations, tickets and vouchers,

money exchanges, travel clothing and equipments.

2. Movement, dalam perjalanan wisatawan memerlukan transportation to

and from destination, sightseeing and tours, safaries, act at the tourist

destination.

3. Accommodation and catering, setibanya pada suatu daerah tujuan wisata

wisatawan akan memerlukan hotel and motel rooms, camping sites and

restaurant, bar and cafe.

11
4. Activities at the destination, didaerah tujuan wisata wisatawan

memerlukan entertaiment, sports sightseeing, snooping, visit to museums.

5. Purchases and personal needs, sebagai kenang-kenang pada suatu daerah

tujuan wisata wisatawan akan membeli bermacam-macam oleh-oleh

dalam bentuk purchases of personal items, clothing, medical care,

souvenirs dan lain-lain.

6. Recording an preserving impressions, untuk keperluan dokumen

perjalanan wisatawan memerlukan purchases of film, camera, photos or

studio shooting dan lain-lain.

Permintaan dalam kepariwisataan (tourist demand) dapat dibagi menjadi

dua, yaitu potential demand dan actual demand. Yang dimaksud dengan potential

demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan

wisata karena memiliki waktu luang dan tabungan yang relatif cukup. Sedangkan

yang dimaksud dengan actual demand adalah orang-orang yang sedang

melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata tertentu (Yoeti,

2008:123).

Menurut Archer (1976), Johnson and Ashworth (1990) and Sheldon (1990)

(dalam Sinclair dan Stabler, 1997:37) fungsi permintaan dari pariwisata pada

suatu periode waktu tertentu adalah:

Fungsi permintaan dari pariwisata pada suatu periode waktu tertentu

Dij = f (Yi, Pij/k, Eij/k, Tij/k, DV)

Keterangan:

Dij = permintaan pariwisata dengan daerah asal i untuk daerah tujuan j

Yi = pendapatan asli dari daerah i

12
Pij/k = harga relatif antara daerah i dan daerah tujuan j dan daerah tujuan k

Eij/k = nilai tukar antara daerah i dan daerah tujuan j dengan daerah tujuan k

Tij/k =biaya transportasi antara daerah i dan daerah tujuan j dan daerah

tujuan k

DV = variabel dummy untuk memperhitungkan hal-hal yang bersifat seperti

acara olahraga atau gejolak politik.

Berbeda dengan permintaan terhadap barang dan jasa pada umumnya,

permintaan industri pariwisata memiliki karakter sendiri, beberapa ciri atau

karakter permintaan pariwisata menurut Yoeti (2008, 139-143):

1. Sangat dipengaruhi oleh musim

2. Terpusat pada tempat-tempat tertentu

3. Tergantung pada besar kecilnya pendapatan

4. Bersaing dengan permintaan akan barang-barang mewah

5. Tergantung tersedianya waktu senggang

6. Tergantung teknologi transportasi

7. Size of family (jumlah orang dalam keluarga)

8. Aksesibilitas

Menurut Yoeti (2008:123-128) terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi permintaan pariwisata antara lain sebagai berikut:

1. General Demand Factors

Secara umum permintaan terhadap barang dan jasa industri

pariwisata tergantung pada hal-hal sebagai berikut:

13
a. Purchasing power

Kekuatan untuk membeli banyak ditentukan oleh disposible

income yang erat kaitannya dengan tingkat hidup (standard of living)

dan intensitas perjalanan (travel intensity) yang dilakukan. Semakin

besar pendapatan yang bebas digunakan akan semakin besar

kemungkinan perjalanan yang diinginkan.

b. Demographic structure and trends

Besarnya jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk akan

mempengaruhi permintaan terhadap produk industri pariwisata.

Negara yang memiliki penduduk banyak tetapi pendapatan

perkapitanya kecil akan memiliki kesempatan kecil untuk melakukan

perjalanan wisata. Faktor lain adalah struktur usia penduduk.

Penduduk yang masih muda dengan pendapatan rata-rata relatif

tinggi akan lebih besar pengaruhnya dibanding denangan penduduk

yang berusia pensiun.

c. Sosial and cultural factors

Industrialisasi tidak hanya menghasilkan struktur pendapatan

masyarakat relatif tinggi, juga meningkatkan pemerataan pendapatan

dalam masyarakat sehingga memungkinkan memiliki kesempatan

melakukan perjalanan wisata untuk menghilangkan kejenuhan

bekerja, menghilangkan strees, sehingga melakukan rekreasi sudah

merupakan keharusan.

14
d. Travel motivations and attitudes

Motivasi untuk melakukan perjalanan wisata sangat erat

hubungan dengan kondisi sosial dan budaya masyarakatnya. Masih

eratnya hubungan kekeluargaaan masyarakat dan sering melakukan

saling berkunjung membuat perjalanan akan sering dilakukan dan

tentunya akan meningkatkan permintaan untuk melakukan

perjalanan wisata.

e. Opportunities to travel and tourism marketing intensity

Adanya insentif untuk melakukan perjalanan wisata akan

meningkatkan perjalanan wisata ke seluruh dunia seperti meeting,

incentive, convention and exhibition (MICE). Kesempatan untuk

melakukan perjalanan wisata tidak hanya karena biaya perjalanan

ditanggung perusahaan, juga memberi kesempatan kepada keluarga

ikut melakukan perjalanan wisata, anak dan istri mendampingi suami

dalam berpartisipasi dalam suatu konferensi tertentu.

2. Factors Determining Specific Demand

Faktor-faktor yang akan mempengaruhi permintaan khusus

terhadap daerah tujuan wisata tertentu yang akan dikunjungi ditentukan

oleh beberapa faktor yaitu:

a. Harga

Pada kebanyakan industri jasa harga biasanya menjadi masalah

kedua karena yang terpenting adalah kualitas yang harus disesuaikan

dengan kebutuhan dan keinginan sesuai dengan waktu yang

diinginkan. Dalam kepariwisataan sudah biasa dilakukan price

15
differentiation secara umum sebagai suatu strategi dalarn pemasaran.

Sebagai contoh misalnya sedikitnya dijumpai 15 tarif perjalanan

round trip yang disusun oleh International Air Transportation

Association (IATA) berdasarkan musim, rata-rata lamanya tinggal,

umur penumpang, dan pelayanan ditempat tujuan.

b. Daya tarik wisata

Keputusan untuk melakukan perjalanan lebih banyak

menyangkut pernilihan daerah tujuan wisata. Pemilihan ini

ditentukan oleh daya tarik yang terdapat di daerah yang akan

dikunjungi

c. Kemudahan berkunjung

Aksesibilitas ke daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi

banyak mempengaruhi pilihan wisatawan, wisatawan menginginkan

tersedianya macam-macam transportasi yang dapat digunakan

dengan harga yang bervariasi. Karena biaya transportasi akan

mempengaruhi biaya perjalanan secara keseluruhan. Tersedianya

prasarana yang memadai akan menjadi pilihan seperti bandara yang

nyaman dan bersih, jalan yang tidak berlubang-lubang menuju obyek

wisata, tersedianya tenaga listrik dan air bersih.

d. Informasi dan layanan sebelum kunjungan

Wisatawan biasanya memerlukan pre-travel service didaerah

tujuan wisata yang mereka kunjungi dan tersedia tourist information

service yang dapat menjelaskan tempat-tempat yang akan dikunjungi

16
wisatawan, kendaraan yang digunakan, waktu perjalanan dan

keperluan yang dibutuhkan.

e. Citra

Wisatawan memiliki kesan dan impian tersendiri tentang daerah

tujuan wisata yang akan dikunjungi. Citra dari daerah tujuan wisata

akan mempengaruhi permintaan wisata daerah tersebut.

2.1.4 Penawaran Pariwisata

Menurut Yoeti (2008:155) dalam ilmu ekonomi, penawaran (supply)

diartikan sejumlah barang, produk, atau komoditi yang tersedia dalam pasar yang

siap untuk dijual kepada konsumen yang membutuhkannya. Penawaran juga dapat

diartikan sebagai sejumlah barang (goods), jasa (service) atau komoditi yang

tersedia dipasar dengan harga tertentu pada suatu waktu tertentu.

Menurut Spillane (1987), aspek-aspek penawaran pariwisata terdiri dari:

1. Proses Produksi Industri Pariwisata

Kemajuan pengembangan pariwisata sebagai industri, sebenarnya

ditunjang oleh bermacam-macam usaha yang perlu dikelola secara

terpadu dan baik, diantaranya adalah:

a. Promosi untuk memperkenalkan objek wisata.

b. Transportasi yang lancar.

c. Kemudahan keimigrasian atau birokrasi.

d. Akomodasi yang menjamin penginapan yang nyaman.

e. Pemandu wisata yang cakap.

f. Penawaran barang dan jasa dengan mutu terjamin dan tarif harga

yang wajar.

17
g. Pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik.

h. Kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup.

2. Pentingnya Tenaga Kerjaan Penyediaannya

Perkembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan

kesempatan kerja. Berkembangnya suatu daerah pariwisata tidak hanya

membuka lapangan kerja bagi penduduk setempat, tetapi juga menarik

pendatang-pendatang baru dari luar daerah, justru karena tersedianya

lapangan kerja tadi.

3. Pentingnya Infrastruktur atau Prasarana

Motivasi yang mendorong orang untuk mengadakan perjalanan akan

menimbulkan permintaan-permintaan yang sama mengenai prasarana,

sarana-sarana perjalanan dan perhubungan, sarana-sarana akomodasi

dan jasa-jasa, serta persediaan-persediaan lain. Industri pariwisata

memerlukan prasarana ekonomi, seperti jalan raya, jembatan, terminal,

pelabuhan, lapangan udara. Disamping itu dibutuhkan pula prasarana

bersifat publicutilities, seperti pembangkit tenaga listrik, proyek

penjernihan air bersih, fasilitas olahraga dan rekreasi, pos dan

telekomunikasi, bank, money changer, perusahaan asuransi, periklanan,

percetakan, dan banyak sektor perekonomian lainnya.

4. Pentingnya Kredit

Faktor-faktor penentu dari pertumbuhan pariwisata adalah berbagai

fasilitas (PMA, PMDN, KreditBank, dan lain-lain) yang diberikan oleh

pemerintah.

18
2.1.5 Motivasi Berwisata

Motivasi merupakan faktor penting bagi calon wisatawan dalam

mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi.

Calon wisatawan akan mempersepsi daerah tujuan wisata yang memungkinkan,

dimana persepsi ini dihasilkan oleh preferensi individual, pengelaman sebelumnya

dan informasi yang didapatkan.

Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa

hal. Intosh dan Murphy dalam Pitana (2005:48) mengungkapkan empat jenis

motivasi melakukan perjalanan, yaitu :

1. Physical of physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau

fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan,

berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya.

2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk

mengetahui

budaya, adat, tradisi, kesenian daerah serta objek tinggalan budaya

daerah.

3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat

sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui rekan kerja,

melakukan ziarah dan pelarian dari kebiasaan-kebiasaan yang

membosankan.

4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa

didaerah lain akan bias lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan,

dan ego-enhacement yang memberikan kepuasan psikologis.

19
2.1.6 Jenis Obyek Wisata

Berbicara tentang kepariwisataan tidak lepas dari jenis-jenis pariwisata dan

macam-macam objek wisata. Adapun jenis-jenis pariwisata menurut Nyoman S.

Pendit (2003) dalam buku Ilmu Pengetahuan Pariwisata Sebuah Pengantar

Perdana adalah :

a. Wisata Budaya

Seorang melakukan perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk

memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan

kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau keluar negeri,

mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dana dapat istiadat mereka,

budayadan seni mereka. Sering perjalanan serupa ini disatukan dengan

kesempatan kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan kegiatan

budaya.

b. Wisata Kesehatan

Hal ini dimaksudkan dengan perjalanan seorang wisatawan dengan

tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat tinggalnya

sehingga bisa mengobati kelelahan-kelelahan jasmani dan rohani dengan

mengunjung itempat peristirahatan seperti mandi di sumber air panas

atau tempat menyediakan fasilitas- fasilitas kesehatan lainya.

c. Wisata Olah Raga

Hal Ini dimaksudkan dengan wisatawan-wisatawan yang melakukan

perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud

mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga disuatu tempat atau

negara, seperti Asia Games, Olimpiade, Thomas Cup, Uber Cupdan

lain-lain.

20
d. Wisata Komersial

Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-

pameran dan pekan raya yang bersifat komersil seperti pameran industri,

pameran dagang, dan sebagainya. Tidak jarang pameran atau pekan raya

ini dimeriahkan dengan berbagai macam atraksi dan pertunjukan

kesenian.

e. Wisata Industri

Wisata industri adalah perjalanan yang dilakukan oleh rombongan

pelajar atau mahasiswa atau orang-orang kesuatu komplek satu daerah

perindustrian dimana pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar, dengan

tujuan dan maksud untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.

f. Wisata Politik

Wisata politik adalah perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi

atau mengambil bagian aktif dalam pariwisata kegiatan politik, misalnya

ulang tahun perayaan 17 Agustus di Jakarta, Penobatan Ratu Inggris di

London, dan sebagainya.

g. Wisata Konvensi

Berbagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi dengan

menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan-ruangan tempat

bersidang bagi para peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi

atau pertemuan lainya.

h. Wisata Sosial

Wisata sosial adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta

mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat

21
ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan misalnya buruh, petani,

atau mahasiswa.

i. Wisata Pertanian

Wisata pertanian adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan

ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan sebagainya dimana

wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan

untuk studi atau sekedar melihat-lihat sekelilingnya sambil menikmati

segarnya tanaman beanekaragam dan suburnya pembibitan berbagai

jenis sayur mayur dan palawija disekitar perkebunan yangdi kunjungi.

j. Wisata Maritim atau Bahari

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga air,

seperti di danau, pantai, atau memancing, berlayar, menyelam sambil

melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung,

berkeliling melihat taman laut dengan pemandangan yang indah dari

permukaan air, serta berbagai rekreasi perairan.

k. Wisata Cagar Alam

Jenis wisata ini banyak diselenggarakan oleh agen atau biro

perjalanan yang mengkhususkan wisata dengan jalan mengatur wisata

ketempat cagaralam atau hutan lindung.

l. Wisata Buru

Jenis wisata ini banyak dilakukan dinegeri yang memiliki daerah

atau tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah yang digalakan

oleh agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk

safari buru ke daerah atau hutan.

22
m. Wisata Pilgrim

Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah,

adat-istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat

yang dilakukan baik perorangan maupun rombongan yang berkunjung

ketempat suci, kemakam- makam orang besar atau pemimpin yang

diagungkan, kebukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat

pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda.

Wisata Pilgrim ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang

wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman

danti dakjarang pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayan

melimpah. Ditanah air kita banyak tempat suci atau keramat yang

dikunjungi oleh umat- umat beragama tertentu ,misalnya seperti Candi

Borobudur, Prambanan, Pura Besakih di Bali, Sendangsono di Jawa

Tengah, makam Wali Songo, dan sebagainya.

n. Wisata Bulan Madu

Wisata bulan madu adalah perjalanan yang dilakukan oleh pasangan

pengantin baru yang diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan

dengan fasilitas yang istimewa atau khusus yang sedang berbulan madu

dengan fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan

kunjungan mereka, seperti kamar pengantin dihotel yang khusus

disediakan dengan peralatan yang serba istimewa.

o. Wisata Petualangan

Wisata petualangan adalah jenis wisata yang melakukan kegiatan

wisata seperti masuk hutan belantara yang tadinya belum pernah

23
dijelajah, mendaki tebing yang terjal, terjun kedalam sungai yang curam,

arung jeram menyusuri goa dan susur pantai.

2.1.7 Potensi Pariwisata

Pariwisata menurut undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang

Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan

nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan

manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Mariotti dalam Yoeti (1996: 172) mengatakan : “Potensi pariwisata

merupakan sesuatu yang dimiliki oleh suatu wisata yang menjadi daya tarik bagi

para wisatawan dan dimiliki oleh setiap tempat wisata.Potensi wisata adalah

segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata dan merupakan daya tarik

agar orang-orang mau berkunjung ke tempat tersebut.”

Sukardi (1998:67), juga mengungkapkan pengertian yang sama mengenai

potensi pariwisata, sebagai segala yang dimiliki oleh suatu daya tarik wisata dan

berguna unuk mengembangkan industri pariwisata di daerah tersebut. Jadi yang

dimaksud dengan potensi pariwisata adalah sesuatu yang dapat dikembangkan

menjadi daya tarik sebuah obyek wisata. Dalam penelitian ini potensi pariwisata

dibagi menjadi empat macam yaitu potensi bahari, religi (budaya), ekowisata dan

event wisata.

2.1.8 Wisatawan

Dalam undang-undanh No. 9 Tahun 1990 Tentang kepariwisataan

dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan wisatwan adalah orang yang melakukan

kegiatan wisata. Berdasarkan asalnya wisatawan dibagi menjadi dua (yoeti, 1991)

yaitu wisatawan nusantara (wusnu) dan wisatwan mancanegara (wisman).

24
Wisatawan nusantara adalah orang yang berdiam dan bertempat tinggal pada

su`atu Negara dan melakukan perjalanan wisata di Negara dimana dia tinggal,

sedangkan wisatawan mancaranegara adalah orang yang melakukan perjalanan

wisata yang didatang memasuki suatu Negara lain yang bukan merupakan Negara

dimana dia tinggal.

2.1.9 Konsep Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata bertujuan memberikan keuntungan baik bagi

wisatawan maupun warga setempat. Basis pengembangan pariwisata adalah

potensi sumber daya keragaman budaya, seni, dan alam (pesona alam).

Pengembangan sumber daya tersebut dikelola melalui pendekatan peningkatan

nilai tambah sumber daya secara terpadu antara pengembangan produk pariwisata

dan pengembangan pemasaran pariwisata melalui pendekatan pemberdayaan

masyarakat lokal dalam rangka pengembangan pariwisata.

Menurut Pitana (2005:56), pengembangan pariwisata adalah kegiatan untuk

memajukan suatu tempat atau daerah yang dianggap perlu ditata sedemikian rupa

baik dengan cara memelihara yang sudah berkembang atau menciptakan yang

baru. Sehingga pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya

untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya

pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek diluar pariwisata yang berkaitan

secara langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata.

Sedangkan terkait pariwisata yaitu sejak 6 Agustus 1969 dari awal

pemerintah telah mengeluarkan Intruksi Presiden R.I No.9 Tahun 1969 dimana

dalam BAB II pasal 3 disebutkan bahwa usaha-usaha pengembangan pariwisata

di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan

25
bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan

masyarakat dan negara. Sesuai dengan instruksi presiden tersebut, dikatakan pula

bahwa tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia adalah :

a. Meningkatkan pendapatan devisa negara pada khususnya dan 22

pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya, perluasan

kesempatan kerja serta mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang

dan industri-industri sampingan lainnya.

b. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan

Indonesia.

c. Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional.

Menurut Manulang (1988:17) menggunakan istilah sarana manajemen,

beliau menyebutkan bahwa untuk mencapai tujuan organisasi/lembaga maka para

pengelola menggunakan sarana atau alat manajemen yaitu:

a. Man (Manusia) Untuk melakukan berbagai aktivitas dalam organisasi

kita perlukan manusia. Tanpa adanya manusia, manajer tidak akan

mungkin mencapai tujuannya. Harus diingat bahwa manajer adalah

orang yang mencapai hasil melalui orang lain.

b. Money (Uang) Sarana manajemen yang kedua adalah uang.Untuk

melakukan berbagai aktivitas diperlukan uang. Seperti upah atau gaji

orang yang mengadakan pengawasan, bekerja dalam proses produksi,

membeli bahan-bahan peralatan, dan lain sebagainya. Uang sebagai

sarana manajemen harus digunakan sedemikian rupa. Karena kegagalan

atau ketidaklancaran proses manajemen sedikit banyak ditentukan atau

dipengaruhi oleh perhitungan atau ketelitian dalam penggunaan uang.

26
c. Material (Bahan-Bahan) Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia

menggunakan material atau bahan-bahan, karenanya dianggap pula

sebagai alat atau sarana manajemen untuk mencapai tujuan.

d. Methods (Cara) Agar dapat melakukan kegiatan-kegiatan secara berdaya

guna dan hasil guna maka manusia dihadapkan pada berbagai alternative

method atau cara melakukan pekerjaan. Oleh karena itu metode atau cara

dianggap pula sebagai sarana atau alat manajemen untuk mencapai

tujuan.

e. Market (Pasar) Sarana manajemen yang penting lainnya adalah pasar atau

market. Tanpa adanya pasar, maka tujuan tidak akan mungkin tercapai.

2.1.10 Pariwisata Berkelanjutan

Pariwisata berkelanjutan secara sederhana dapat definisikan sebagai

pariwisata yang memperhitungkan penuh dampak ekonomi, sosial dan

lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri,

lingkungan dan masyarakat setempat.

Pembangunan berkelanjutan ialah sektor yang spesifik yang dianalisis oleh

berbagai latar belakang pendidikan dan praktisi dengan ruang lingkup luas,

sedangkan pariwisata berkelanjutan adalah bagian dari konsep pembangunan

berkelanjutan dengan fokus pada objek kepariwisataan.

UNWTO mendefinisikan pariwisata berkelanjutan secara lengkap sebagai

pariwisata yang memperhitungkan secara penuh dampak ekonomi, sosial, dan

lingkungan sekarang dan yang akan datang, menjawab kebutuhan pengunjung,

industry (pariwisata), lingkungan dan komunitas tuan rumah.

27
Dimensi dalam pariwisata berkelanjutan berhubungan erat dengan konsep

pembangunan berkelanjutan, berikut adalah tiga sektor pembangunan pariwisata

berkelanjutan (UNEP,2005):

1. Ekonomi berkelanjutan, ialah memberikan kesejahteraan bagi tingkat

yang berbeda bagi masyarakat dan mengatasi efektivitas biaya dalam

semua kegiatan ekonomi. Sektor ini sangat penting khususnya bagi

kelangsungan hidup, kegiatan, dan kemampuan perusahaan untuk

bertahan dalam kurun waktu yang panjang.

2. Sosial berkelanjutan, ialah bertanggung jawab terhadap hak asasi

manusia dan kesempatan yang sama bagi semua masyarakat. Hal ini

membutuhkan pemerataan manfaat dengan fokus terhadap pengentasan

kemiskinan. Penekanan terhadap masyarakat lokal, mempertahankan

dan memperkuat system pendukung kehidupan mereka, mengakui dan

menghormati budaya dan menghindari segala bentuk eksploitasi.

3. Lingkungan berkelanjutan, ialah melestarikan dan mengontrol

sumberdaya, khususnya sumber daya yang tidak dapat diperbaharui atau

sumberdaya yang paling penting dalam kehidupan manusia. Didalamnya

termasuk aksi untuk meminimalisir polusiu dara, tanah dan air, serta

pelestarian keanekaragaman hayati dan warisan budaya.

2.1.11 Ekonomi Pariwisata

Ahli-ahli ekonomi dalam mempelajari pariwisata internasional

menggunakan istilah invisible export atau ekspor tak kentara atas barang-barang

bagi ekonomi dan jasa pelayanan, pariwisata merupakan suatu bentuk ekspor

yang dianggap menguntungkan, terutama bagi ekonomi nasional suatu negara.

28
Untuk menggalakan pembangunan perekonomian dengan suatu pertumbuhan

yang berimbang kepariwisataan dapat diharapkan memagang peranan yang dapat

menentukan dan dapat dijadikan katalisator untuk mengembangkan

pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap. Pertumbuhan yang berimbang

bagi perekonomian ini dapat terjadi sebagai akibat majunya pertumbuhan industri

pariwisata yang dikembangkan dengan baik.

Menurut Spillane (1985:92) kemajuan pengembangan pariwisata sebagi

industri, ditunjang oleh macam-macam usaha yang perlu dikelola secara terpadu

dan baik, diantaranya ialah :

1. Promosi untuk memperkenalkan obyek wisata

2. Transpotasi yang lancar

3. Akomoadasi yang menjamin penginapan yang nyaman

4. Kemudahan kemigrasian dan birokrasi

5. Pemandu wisata yang cukup

6. Penawaran barang dan jasa dengan mutu terjamin dari tarif harga yang

wajar

7. Pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik

8. Kondisi keberhasilan dan kesehatan Lingkungan hidup

Untuk meningkatkan pengembangan pariwisata pariwisata di Indonesian

pada dasarnya disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

a) Makin berkurangnya peranan minyak sebagai penghasil devisa

b) Merosotnya nilai ekspor kita di sektor-sektor non minyak

c) Prospek pariwisata yang tetap memperlihatkan kecendrungan meningkat

secara konsisten

29
Besarnya potensi yang kita miliki bagi pengembangan wisata di Indonesia.

2.1.12 .1.12 Faktor Penentu Dalam Melihat Potensi Wisata

Berdasarkan penelaahan dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh Crouch dan Ritchie (1998) dalam Crouch dan Louviere (2004) terdapat

beberapa kategori dari faktor-faktor pemilihan lokasi wisata yang penting dalam

menentukan kesiapan sarana dan prasarana yang dapat mendukung potensi wisata

di suatu daerah. Faktor-faktor tersebut diuraikanpada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Faktor-faktor Penting Dalam Penilaian Potensi Wisata

KRITERIA INDIKATOR
1. Aksesibilitas a. Biaya : biaya transportasi yang diperlukan.
b. Waktu : waktu tempuh atau jarak perjalanan ke lokasi serta
biaya.
c. Peluang :opportunity cost dari waktu yang diperlukan.
d. Frekuensi : frekuensi koneksi menuju ke lokasi.
e. Kenyamanan : kenyamanan penjadwalan koneksi atau
transportasi menuju ke destinasi.
f. Hambatan : faktor yang menjadi hambatan dalam melakukan
perjalanan seperti visa dan bea cukai.

2. Dukungan a. Dukungan lokal : tingkat dukungan yang ditawarkan oleh


local asosiasi lokal.
b. Convention center : tingkat perencanaan, dukungan logistik
dan dukungan promosi yang ditawarkan.
c. Subsidi : tingkat subsidi yang ditawarkan oleh suatu destinasi
untuk membiayai penyelenggaraan event melalui pemberian
potongan harga dan subsidi.
3. Peluang a. Pusat hiburan : ketersediaan restaurant, bars, teater, pusat
kegiatan hiburan malam, dll.
tambahan b. Pusat perbelanjaan :mall, department store besar, harga yang
rendah, dll.
c. Wisata : arsitektur lokal, museum, monumen, objek wisata,
taman, peninggalan bersejarah, tour lokal, dll.
d. Pusat rekreasi : pusat olahraga dan kegiatan baik sebagai
penonton maupun sebagai peserta.
e. Peluang profesional :mengunjungi klien lokal, negosiasi,
transaksi bisnis, membuat kesepakatan kontrak, dll.

4. Fasilitas a. Ketersediaan : apakah fasilitas akomodasi tersedia guna


akomodasi menunjang wisatawan
b. Kapasitas : jumlah kamar yang tersedia.
c. Biaya : biaya akomodasi yang sesuai.
d. Layanan : persepsi terhadap standar layanan.

30
KRITERIA INDIKATOR
e. Keamanan : sejauh mana keamanannya.
5. Fasilitas rapat a. Kapasitas : kemampuan suatu lokasi dalam menyediakan
fasilitas dengan ukuran yang sesuai kebutuhan.
b. Layout : kesesuaian tata letak fasilitas dan denah lantai.
c. Biaya rapat : biaya ruang pertemuan yang diperlukan.
d. Fasilitas ambience:kemampuan suatu lokasi dalam
menciptakan suasana dan lingkungan yang sesuai.
e. Layanan : persepsi terhadap standar layanan.
f. Keamanan : sejauh mana suatu lokasi dapat menyediakan
ruang pertemuan yang aman.
g. Ketersediaan : apakah fasilitas rapat tersebut tersedia
saatdibutuhkan.
6. Informasi a. Pengalaman : apakah pengelola lokasi tersebut telah mampu
menunjukkan kinerja yang memuaskan di masa lalu.
b. Reputasi : bagaimana reputasi daerah tujuan tersebut diantara
perencana pertemuan lainnya.
c. Pemasaran : efektivitas kegiatan pemasaran destinasi.

7. Keadaan a. Iklim : keadaan iklim di daerah tujuan.


lokasi b. Setting : daya tarik lingkungan destinasi.
c. Infrastruktur : kesesuaian dan standar infrastruktur lokal.
d. Keramahtamahan : sejauh mana daerah tuan rumah dan
masyarakat lokal unggul dalam menjamu atau menyambut
pengunjung.

8. Kriteria a. Risiko : kemungkinan terjadinya aksi unjuk rasa, bencana


lainnya alam, boikot dan berbagai keadaan merugikan lainnya yang
dapat mengganggu kelancaran suatu kegiatan.
b. Profitabilitas : tingkat di mana suatu lokasi dapat
menghasilkan keuntungan maupun kerugian dalam
mengelola potensi wisata
c. Promosi asosiasi : apakah lokasi yang telah ditentukan
dapat meningkatkan kredibilitas penyelenggara dan
meningkatkan keanggotaan.
d. Novelty : sejauh mana suatu lokasi mempresentasikan
potensi yang baru untuk dijadikan DTW

(Sumber: Crouch dan Ritchie, 1998 dalam Crouch dan Louviere, 2004)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini akan dipaparkan mengenai penelitian terdahulu

yang telah dilakukan oleh peneliti lain yang berkaitan pada bidang dan

kajian yang sama dengan penelitian ini. Kajian penelitian terdahulu

merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi perbandingan dan

acuan yang memberikan gambaran terhadap hasil-hasil penelitian

31
terdahulu yang menyangkut perkembangan pariwisata. Ini didasarkan

bahwa untuk melakukan sebuah penelitian perlu adanya suatu bentuk hasil

penelitian terdahulu yang dapat dijadikan refrensi perbandingan dalam

penelitian ini diantaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Subhani (2010) yang berjudul ”

Potensi Obyek Wisata Pantai Di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2010”,

Tujuan penelitian ini adalah :

1) untuk mengkaji berapa besar potensi obyek wisata pantai di Kabupaten

Lombok Timur,

2) menyusun strategi pengembangan obyek wisata pantai di Kabupaten

Lombok Timur.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi, dan

wawancara. Alat analisis untuk potensi menggunakan standar penilaian

potensi daya tarik wisata dengan cara penskoran terhadap parameter

parameter yang di nilai. Analisis data yang kedua adalah strategi

pengembangan obyek wisata dengan menggunakan analisis SWOT

didukung oleh data dokumentasi dan wawancara, terkait faktor internal

(kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (kesempatan dan

ancaman). Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1) penilaian yang dilakukan terhadap 13 obyek yang ada,

menunjukkan 2 obyek yang memiliki potensi tinggi yaitu Pantai

Lampu dan Pantai Labuhan Haji, 8 obyek memiliki potensi sedang

yaitu Pantai Gili Lawang, Gili Sulat, Gili Petagan,Gili Bidara, Gili

32
Kondo, Pantai Ketapang, Pantai Tanjung Ringgit, Tangsing Indah,

Pantai Cemara dan Pantai Syurga, dan 1 obyek yang berpotensi

rendah yaitu Pantai Kaliantan,

2) Strategi pengembangan obyek wisata di Kabupaten Lombok Timur

dilakukan dengan pengelompokan berdasarkan pola keruangan,

kemudian dari hasil pengelompokan tersebut didapatkan 8

kelompok (cluster). Hasil analisis SWOT pada masing-masing

obyek setiap cluster didapatkan permasalahan pada kurangnya

pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana

kepariwisataan dan jalan. Berdasarkan permasalahn tersebut

disusun strategi pengembangan yang difokuskan pada

pembangunan sarana dan prasarana pariwisata dengan

memperhatikan kondisi fisis sebagian obyek yang menjadi kawasan

konservasi laut untuk pembagunan pariwisata yang berkelanjutan.

Penelitian yang dilakukan oleh Rusdin (2016) tentang “Dampak

Pengembangan Wisata Bahari Pantai Toronipa Terhadap Perekonomian

Masyarakat di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten

Konawe”. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak

pengembangan wisata bahari pantai Toronipa terhadap perekonomian

masyarakat di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten

Konawe. Metode pengumpulan data dimulai dari observasi penelitian dan

wawancara langsung pada sasaran penelitian dan dokumentasi.

Selanjutnya hasil penelitian dianalisis melalui metode deskriptif kualitatif

dengan 4 komponen analisis yakni editing data, sortir, tabulasi dan

33
interpretasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa sebelum pengembangan

obyek wisata aktivitas ekonomi masyarakat pada umumnya sebagai petani

dan nelayan, namun sesudah pengembangan obyek wisata melalui

penyediaan sarana dan prasarana kemudian hubungan antara masyarakat

dengan wisatawan yang akrab sehingga meningkatkan jumlah pengunjung,

aktivitas ekonomi masyarakat bertambah yakni sebagai pedagang

(kios/kantin) dan penyedia fasilitas seperti banana boat, ban pelampung,

gazebo, ruang bilas dan penginapan, meningkatkan pendapatan masyarakat

secara signifikan. Dengan demikian pengembangan obyek wisata

memberikan dampak yang positif bagi peningkatan perekonomian

masyarakat di Kelurahan Toronipa.

Hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Subhani

(2010), Asriandy (2016) melakukan penelitian tentang “Strategi

Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Bissappu Di Kabupaten

Bantaeng”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi

pengembangan dan implementasi strategi pengembangan yang

teridentifikasi yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bantaeng yang terdiri dari beberapa dimensi-dimensi, yakni

Tujuan, Kebijakan, dan Program yang akan menghasilkan suatu strategi

dari beberapa definisi strategi. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian deskriptif kualitatif. Jenis data terdiri dari data primer yang

diperoleh melalui wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder

berasal dari dokumen laporan, peraturan-peraturan yang berkaitan dengan

masalah yang akan diteliti, tulisan serta hasil penelitian mengenai Strategi

34
Pengembangan Obyek Wisata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

strategi pengembangan yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bantaeng adalah Strategi sebagai Rencana. Adapun beberapa

implementasi strategi pengembangan yang teridentifikasi yang dilakukan

yakni, (1) Pengembangan yang dilakukan harus terfokus pada satu titik,

(2) Keterlibatan semua elemen-elemen yang terkait, (3) Mengidentifikasi

secara menyeluruh terhadap obyek yang akan dikembangkan, (4)

Melakukan pelatihan-pelatihan baik pemandu wisata, pelaku wisata, dan

pengelola wisata, (5) koordinasi yang terus dilakukan kepada pemerintah

dan warga sekitar kawasan obyek wisata.

Penelitian yang dilakukan oleh Wardana (2017) berjudul “Potensi

Dan Strategi Pengembangan Pariwisata Di Kabupaten Pesisir Barat”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan strategi

pengembangan pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat. Tipe penelitian ini

adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Informan

penelitian ditentukan secara purpossive. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis

data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan

dan triangulasi data. Data disajikan dan di analisis secara deskriptif. Hasil

penelitian menunjukan bahwa Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat

mempunyai strategi untuk mengembangkan potensi pariwisata di

Kabupaten Pesisir Barat. Strategi pengembangan yang dilakukan adalah

sebagai berikut; Man, untuk memaksimalkan SDM di Dinas Pariwisata

Kabupaten Pesisir Barat mengingat dari segi kuantitas masih belum

35
maksikmal, Dinas Pariwisata bekerja sama dengan stakeholder seperti

komunitas, agent, blogger dan membentuk badan promosi pariwisata guna

menunjang pemasaran pariwisata. Money, anggaran yang digunakan untuk

mengembangkan pariwisata meliputi Dana Alokasi Khusus (DAK),

mengingat DAK Kabupaten Pesisir Barat yang masih terbilang kecil,

Dinas Pariwisata bekerja sama dengan sektor swasta dalam penyediaan

akomodasi dan kuliner di kawasan objek wisata Kabupaten Pesisir Barat.

Material, untuk mengoptimalkan infrastruktur di kawasan wisata dan

mendorong daya saing wisata Dinas Pariwisata menerapkan skema

kemitraan antara pemerintah dan swasta serta mengembangkan penerapan

skema kemandirian pengelolaan pariwisata. Methode, pengembangan fisik

meliputi meningkatkan infrastruktur sarana dan prasarana sebagai destinasi

wisata baru atau rintisan dan kawasan pariwisata yang akan dikembangkan

serta meningkatkan fasilitas penunjang kegiatan pariwisata. Market,

melaksanakan event-event seperti pameran dalam dan luar daerah dan

berkerja sama dengan media (facebook, website, instagram) guna

meningkatkan promosi pariwsata.

Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah dipaparkan diatas,

maka akan dilakukan penelitian dengan judul “Potensi Dan Peluang

Pengembangan Sektor Pariwisata Di Desa Tanjung Luar Kecamatan

Keruak Kabupaten Lombok Timur”. Penelitian yang menjadi acuan dalam

penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Subhani (2010) yang

berjudul “Potensi Obyek Wisata Pantai Di Kabupaten Lombok Timur

Tahun 2010”, karena memiliki kesamaan jenis penelitian yakni penelitian

36
Deskriftif Kualitif, juga mempunyai kesamaan metode analisis data yaitu

SWOT dan juga memiliki kesamaan tehnik pengumpulan data yaitu

dengan wawancara, dokumentasi dan observasi. Tujuan dari penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya hampir sama yaitu sama-sama ingin

mengetahui potensi pariwisata dan pengembangan sektor pariwisata.

Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu yang Menjadi

Acuan Penelitian yang Akan Dilakukan

Nama
N
peneliti / Judul Persamaan Perbedaan
o
tahun
1 Subhani Potensi Obyek Memiliki persamaan  Perbedaannya
. (2010) Wisata Pantai pada: terletak pada
Di kabupaten  Jenis obyek yang
Lombok penelitian, diteliti, obyek
Timur Tahun yaitu sama- penelitian
2010 sama sebelumnya
penelitian pada obyek
deskriftif wisata pantai
kualitatif dikabupaten
 Metode Lombok Timur
analisis data, sedangkan
yaitu sama- penelitian
sama penulis adalah
menggunakan potensi wisata di
metode Desa Tanjung
analisis Luar
SWOT
 Tehnik
pengumpulan
data, yaitu
sama-sama
menggunakan
metode
wawancara,
dokumentasi,
dan observasi
 Ruang lingkup
penelitian,
yaitu tentang
potensi wisata
dan

37
pengembanga
nnya

2 Rusdan Dampak  Jenis  Perbedaannya


(2016) Pengembanga penelitiannya terletak pada
n Wisata sama-sama alat analisis
Bahari Pantai penelitian data, penelitian
Toronipa deskriftif sebelumnya
Terhadap kualitatif menggunakan
Perekonomian  Metode alat analisis
Masyarakat di pengumpulan editing data,
Kelurahan data sama- sortir, tabulasi,
Toronipa sama dan interpretasi,
Kecamatan menggunakan sedangkan
Konawe observasi, penelitian ini
wawancara, menggunakan
dan analisis
dokumentasi penilaian potensi
 Ruang lingkup dan SWOT
penelitian,  Perbedan antara
yaitu tentang penelitian
potensi wisata terdahulu
dan dengan
pengembanga penelitian ini
nnya ialah perbedaan
tempat,
penelitian
terdahulu
bertempat di
kecamatan
Konawe
sedangkan
penelitian ini
bertempat di
Desa Tanjung

38
Luar

3 Asriand Strategi  Jenis  Tempat


y Pengembanga penelitian, penelitian,
(2016) n Obyek yaitu sama- penelitian
Wisata Air sama terdahulu
Terjun penelitian bertempat di
Bissappu Di deskriftif kabupaten
Kabupaten kualitatif Bantaeng
Bantaeng  Metode sedangkan
pengumpulan penelitian ini
data sama-ama bertempat di
menggunakan Desa Tanjung
wanwancara Luar
dan observasi
 Ruang lingkup
penelitian,
yaitu tentang
potensi wisata
dan
pengembanga
nnya

39
4 Wardan Potensi Dan  Jenis  Tempat
a Strategi penelitian, penelitian,
(2017) Pengembanga yaitu sama- penelitian
n Pariwisata sama terdahulu
Di Kabupaten penelitian bertempat di
Pesisir Barat deskriftif kabupaten
kualitatif Pesisir Barat
 Tehnik sedangkan
pengumpulan penelitian ini
data, yaitu bertempat di
sama-sama Desa Tanjung
menggunakan Luar
metode  Pada penelitian
wawancara, terdahulu
dokumentasi, menggunakan
dan observasi analisis data
 Ruang lingkup dengan reduksi
penelitian, data, penyajian
yaitu tentang data, penarikan
potensi wisata kesimpulan dan
dan triangulasi data
pengembanga
nnya.

1.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teori dan kajian terhadap penelitian terdahulu, maka

disusun suatu kerangka pemikiran teori mengenai penelitian yang akan dilakukan.

Kerangka pemikiran tersebut adalah sebagai berikut :

Kawasan Wisata Desa Tanjung


Luar Kecamatan Keruak
Kabupaten Lombok Timur NTB

Observasi, wawancara, dokumentasi

POTENSI WISATA
DESA TANJUNG
LUAR

40
PENILAIAN
POTENSI

Internal (Kekuatan Eksternal (Peluang


dan Kelemahan) dan ancaman)

Analisis SWOT

Potensi Dan Peluang


Pengembangan Sektor Pariwisata
Di Desa Tanjung Luar

41
Penjelasan Kerangka Konseptual :

Berdasarkan Kerangka Konseptual dapat dijelaskan bahwa, kawasan

wisata yang ada di Desa Tanjung Luar perlu dilakukan observasi, wawancara, dan

dokumentasi terlebih dahulu untuk mengidentifikasi dan mengumpulkan potensi-

potensi wisata yang ada di Desa Tanjung Luar, setelah mengetahui potensi-potensi

wisata tersebut, kemudian dilakukan penilaian dan pengkelasan terhadap potensi

tersebut. Setelah itu baru akan bisa terlihat mana yang memiliki potensi rendah,

sedang, dan tinggi untuk dikembangkan sesuai dengan potensinya dan dapat

ditentukan skala prioritas dalam pengembangan obek wisata yang ada.

Potensi/kekuatan dan kendala/kelemahan merupakan sebagai faktor internal,

peluang/kesempatan dan tantangan/hambatan sebagai faktor eksternal. Untuk

mengetahui lebih luas tentang obyek yang diteliti dibutuhkan informasi dari hasil

wawancara dengan instansi terkait atau orang-orang yang dianggap tahu tentang

hal itu. Penekanannya adalah bagaimana potensi yang ada dioptimalkan dengan

mengurangi resiko atau hambatan yang dihadapi.

Potensi dan Peluang Pengembangan wisata di Desa Tanjung Luar melalui

Analisis penilaian dan penskoran terhadap potensi yang ada dan melalui analisis

SWOT untuk mengetahui bagaimana peluang pengembangan yang perlu

dikembangkan di Desa Tanjung Luar yang nantinya akan dijelaskan secara

derkriftif oleh peneliti tentang potensi dan peluang pengembangan sektor

pariwisata di tempat obyek penelitian yamg kemudian dapat diketahui dan akan

menjadi penambah jumlah destenasi daerah wisata di Kabupaten Lombok Timur.

42
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik,

karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah dan sering juga

disebut metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan

dengan interpretasi data yang ditemukan di lapangan (Sugiyono, 2008 : 330).

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan

menginterpretasikan data dengan pengukuran secara obyektif terhadap

fenomena yang ada (Singarimbun, 1989 : 4).

Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif akan dapat lebih menjelaskan

dengan bahasa-bahasa yang dapat menggambarkan fenomena sehingga lebih

sistematis. Fenomena tersebut baik berupa bentuk, aktifitas, karakteristik,

perubahan, hubungan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan

fenomena yang lainnya. Jenis penelitian kualitatif lebih kepada penelitian

mendalam dan akurat serta hasil dari penelitian akan lebih banyak berupa

uraian deskriptif serta analisis sehingga pertanyaan dalam penelitian dapat

terjawab.

3.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap.

1. Tahap Pertama : Melakukan observasi ke lokasi penelitian untuk

mendapatkan daftar potensi-potensi wisata dan daftar atau list dari

43
masing-masing SWOT. Selanjutnya dari list yang diperoleh menjadi

kuesioner pada tahap kedua.

2. Tahap kedua : Setelah itu melakukan penilaian dan penskoran terhadap

potensi-potensi wisata dan menentukan faktor-faktor SWOT yang

diperoleh dari hasil wawancara tersebut, kemudian menyebar angket

atau kuesioner kepada dua puluh responden terdiri dari Pemerintah Dinas

Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, Aparat Desa Tanjung Luar,

Elemen masyarakat, dan para pengunjung/wisatwan.

3.2.1. Informan dan Kehadiran Peneliti

Dalam Penelitian ini peneliti mempunyai dua fungsi yaitu sebagai

instrument dan sebagai evaluator. Peneliti sebagai instrument artinya,

peneliti terlibat lansung dalam penelitian dari awal sampai akhir

penelitian. Peneliti sebagai evaluator artinya berperan untuk

mengevaluasi jalanya penelitian agar tetap berada pada batasan-batasan

yang telah ditetapkan.

Pemilihan informan dilakukan kepada subjek yang memiliki

pengetahuan ahli dan memiliki kewenangan dalam menyampaikan

informasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Maksud dari keberadaan

informan dalam hal ini adalah menjaring sebanyak mungkin informasi

dari berbagai sumber yang kompeten dan terpercaya dibidangnya

mengenai elemen-elemen yang ada.

Informan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa kategori seperti

yang dikemukakan oleh Suyanto dan Sutinah (dalam Fitriyani:2016)

yaitu:

44
1. Informan Kunci (Key Informan)

Dengan pertimbangan bahwa yang dijadikan informan kunci

mengetahui dan memiliki informasi pokok dalam penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci (Key Informan)

adalah para Stakeholder atau pengelola pariwisata di Desa Tanjung

Luar.

2. Non Informan Kunci (Non Key Informan)

Dalam penelitian ini Non Informan Kunci terdiri dari

pengunjung dan masyarakat sekitar yang dirasa mendapat pengaruh

dari adanya pembangunan sektor pariwisata, dalam hal ini

masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan, pedagang, dan lain-

lain.

Sesuai dengan fokus penelitian ini, maka yang dijadikan sampel

atau informan adalah sebagai berikut:

3. Pengelola wisata yang ada di Desa Tanjung Luar, yang meliputi

struktur kepengurusan. Ini dilakukan untuk memperoleh data

informasi mengenai potensi wisata yang dimiliki oleh Desa

Tanjung Luar, sehingga keberadaanya bisa memberikan manfaat

bagi masyarakat sekitar.

4. Para Expert di bidang Pariwisata dan Mangrove, hal ini dilakukan

karena menurut peneliti jika mewawancara stakeholder belum

cukup, jadi perlu menambahkan informan yang berkompeten

dalam bidang pariwisata, agar pengembangan pariwisata ini bisa

berjalan dengan baik dan sesuai rencana.

45
5. Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur, khusunya Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Timur. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam memberikan

dukungan terhadap pengembangan sektor pariwisata, melalui

kawasan pantai dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

6. Tokoh Masyarakat meliputi Kepala Desa dan Tokoh Pemuda di

Desa Tanjung Luar, hal ini dilakukan dalam rangka menggali

informasi mengenai peranan pariwisata Desa Tanjung Luar dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Orang-orang ini dipilih

karena dianggap memiliki kekuasaan dan peranan penting dalam

masyarakat.

7. Masyarakat Sekitar dan Pengunjung, yang dipilih secara acak. Hal

ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kontribusi

apa saja yang sudah mereka dapat dengan adanya pengembangan

Ekowisata Mangrove Pantai Cemara Lembar.

3.2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di Desa Tanjung Luar Kecamatan Keruak

Kabupaten Lombok Timur, NTB. Desa tanjung luar merupakan Desa

Pesisir yang ada di Kecamatan Keruak, yang mempunyai Luas wilayah

106.985 Ha, dan Jumlah penduduknya 9.890 Jiwa dari 2.997 Kepala

Keluarga dengan rincian Laki-Laki : 4.296 Jiwa dan Perempuan 5.594

Jiwa , Desa Tanjung Luar terbagi menjadi 5 kekadusan (profil Desa

Tanjung Luar 2017). Tempat tersebut memiliki banyak potensi wisata

46
yang belum di kembangkan oleh pemerintah dan masyarakat sekitar.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan peneliti, destinasi

wisata ini terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini

dikarenakan banyak dilakukan terobosan yang inovatif dari pihak

pengelola pantai seperti membuat spot foto yang belakangan ini sedang

digandrungi oleh para wistawan, diharapkan dari meningkatnya intesitas

kunjungan ke Desa Tanjung Luar dapat meningkatnkan pendapatan

Masyarakat Desa Tanjung Luar.

3.2.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui

beberapa metode. Metode yang digunakan adalah:

a. Wawancara

Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh

dari wawancara. Wawancara atau interview adalah sebuah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden

atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman wawancara (Nazir dalam Burhan Bungin, 2007 : 126).

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada pihak

pengelola (stakeholder) Pariwisata Desa Tanjung Luar (Kepala Desa

Tanjung Luar, Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur) dan

Pengunjung, dengan teknik pengumpulan data ini bertujuan agar

peneliti memperoleh informasi yang mendalam dan jelas mengenai

potensi-potensi wisata ang dimiliki oleh Tanjung Luar dan faktor-

47
faktor pendorong dan penghambat serta mengenai program

pengembangan yang dilakukan untuk meningkatkan kunjungan

wisatawan.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupaan metode mencari data tentang hal

atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku ,surat kabar,

majalah, notulen rapat, legger, agenda dan lain sebagainya (Suharsimi,

2006: 158). Penggunaan metode dokumentasi ini ditujukan untuk

melengkapi dan memperkuat data dari hasil wawancara, sehingga

diharapkan dapat diperoleh data yang lengkap, menyeluruh dan

memuaskan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data jumlah

pengunjung wisata, data jumlah potensi wisata, data tentang program

pengembangan pariwisata dan data-data lain yang terkait.

c. Observasi

Observasi dalam pengambilan data adalah observasi secara

langsung. Seperti apa yang dikemukakan oleh Nazir (1998: 212)

dalam bukunya penelitian kualitatif menerangkan bahwa

pengumpulan data observasi langsung atau pengamatan langsung

adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada

pertolongan alat standar lainnya untuk keperluan tersebut, dalam

penelitian ini peneliti mengobservasi keadaan Pantai atau fenomena-

fenomena yang terdapat disekitar Desa Tanjung Luar seperti faktor-

faktor Internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor Eksternal

(peluang dan ancaman) dari Desa Tanjung Luar sebagai bahan utama

48
dalam merumuskan suatu peluang pengembangan pariwisata yang ada

di Desa Tanjung Luar.

3.2.4 Alat Pengumpulan Data


Tahap dalam pengumpulan data kedua adalah setelah mendapatkan

faktor-faktor SWOT dari hasil pengumpulan data pertama, semua

faktor tersebut diseuaikan dengan hasil pengamatam lapangan, setelah

itu dipilih masing-masing lima faktor yang dimasukkan kedalam

strategi SWOT yang nantinya dijadikan kuesioner

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode wawancara. wawancara merupakan

sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman wawancara. Pada penelitian jumlah responden

peneliti sebanyak 20 orang yang terdiri dari pengelola (stakeholder)

pariwisata Desa Tanjung Luar (Kepala Desa dan Sekdes Tanjung

Luar, Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok timur) dan sisanya

Pengunjung wisata ke Tanjung Luar dan Masyarakat sekitar.

3.2.5 Jenis Data


Jenis data pada penelitian ini yaitu : Data Kuantitatif adalah data

statistik berbentuk angka-angka yang menunjukkan gambaran

mengenai objek yang diteliti yang dapat diukur besarnya dan dapat

dihitung dengan pasti terdiri dari hasil perhitungan bobot pada

kuisioner untuk menghasilkan interval yang sesuai.

49
Data Kualitatif adalah data yang berupa keterangan untuk

menjelaskan angka-angka atau deskripsi mengenai data-data yang

berhubungan dengan objek penelitian, yang tidak dinyatakan dalam

angka melainkan dinyatakan dalam kategori, golongan, sifat dari data

tersebut. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

data yang diperoleh dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa

Tenggara Barat, tulisan-tulisan yang diperoleh melalui buku-buku,

artikel maupun dengan fasilitas internet yang berguna bagi penelitian

ini

3.3 Keabsahan Data

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keabsahan data penelitian

kualitatif, yaitu: nilai subjektivitas, metode pengumpulan dan sumber

data penelitian. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan

kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti

merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat

penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi

mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan

apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible

akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian.

Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara untuk meningkatkan

keabsahan data penelitian kualitatif, yaitu: kredibilitas,

transferabilitas dan konfirmitas.

50
3.3.1 Kredibilitas

Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau

dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama

penelitian, observasi yang detail, triangulasi, peer

debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan

hasil penelitian lain, dan member check. Cara memperoleh

tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:

a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan

peningkatan derajat kepercayaan data yang

dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat

menguji informasi dari responden, dan untuk

membangun kepercayaan para responden terhadap

peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.

b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan

ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat

relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti,

serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara

rinci.

c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data tersebut.

d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang

lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil

51
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik

dengan rekan-rekan sejawat.

e. Mengadakan member check yaitu dengan menguji

kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan

mengembangkan pengujian-pengujian untuk

mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada

data, serta denganmengajukan pertanyaan-pertanyaan

tentang data.

3.3.2 Transferabilitas

Yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada

situasi yang lain. Dependability yaitu apakah hasil

penelitian mengacu pada tingkat konsistensi peneliti dalam

mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan

konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik

kesimpulan.

3.3.3 Konfirmabilitas

Yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan

kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data

yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan

lapangan.Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil

penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak

berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil

dapat lebih objektif.

52
3.4. Analisis Data

Analisis data digunakan untuk menganalisis data-data yang telah

diperoleh guna mencapai tujuan dari penelitian. Dalam penelitian ini analisis

data yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu :

1. Untuk menganalisis potensi sector pariwisata di Desa Tanjung Luar akan

digunakan analisis faktor penentu dalam pemilihan destinasi wisata oleh

Crouch dan Ritchie (1998).

Tabel 3.1.Faktor-faktor Penting Dalam penilaian Potensi Wisata

menurut Crouch dan Ritchie (1998).

KRITERIA INDIKATOR

1. Aksesibilitas a. Biaya
b. Waktu
c. Peluang
d. Frekuensi
e. Kenyamanan
f. Hambatan
2. Dukungan Lokal a. Dukungan Lokal
b. Convention Center
c. Subsidi
3. Peluang Kegiatan a. Pusat Hiburan
Tambahan b. Pusat Perbelanjaan
c. Wisata
d. Pusat Rekreasi
e. Peluang Profesional
4. Fasilitas Akomodasi a. Ketersediaan
b. Kapasitas
c. Biaya
d. Layanan
e. Keamanan
5. Fasilitas Rapat a. Kapasitas
b. Layout
c. Biaya Rapat
d. Fasilitas Ambience
e. Layanan
f. Keamanan
g. Ketersediaan
6. Infromasi a. Pengalaman
b. Reputasi

53
c. Pemasaran
7. Keadaan Lokasi a. Iklim
b. Setting
c. Infrastruktur
d. Keramah-tamahan
8. Kriteria Lainnya a. Risiko
b. Profitabilitas
c. Promosi Asosiasi
d. Novelty

Untuk tahap penilaian, tiap kriteria akan dirinci menjadi indikator

masing-masing dan diberi skala sebagai berikut :

Skala

1 2 3 4 5

Buruk Kurang Cukup Baik Sangat Baik

2. Untuk menganalisis peluang pengembangan sektor pariwisata di Desa

Tanjung Luar akan dipilih metode analisis SWOT, dimana metode ini

menunjukan kinerja dengan menentukan kombinasi faktor internal dan

eksternal. Analisis SWOT membandingkan antara faktor internal, yaitu

kekuatan (stregth), dan kelemahan (weakness). Dengan faktor eksternal

yaitu peluang (opportunity), dan ancaman (threats). Faktor internal

dimasukan kedalam matrik yang disebut matrik faktor IFAS (Internal

Strategic Factor Analysis Summary). Faktor eksternal dimasukan

kedalam matrik yang disebut matrik faktor eksternal atau EFAS (External

Strategic Factor Analysis Summary). Setelah matrik faktor strategi

internal dan eksternal selesai disusun kemudian hasilnya dimasukan

kedalam model kualitatif yaitu matrik SWOT untuk merumuskan strategi

kompetitif .

54
Menurut Freddy F. (2015), penyusunaan perencanaan strategi melalui

tiga tahap analisis, yaitu:

1) Tahap pengumpulan data

Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar pengumpulan data,

tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-

analisis.Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data

internal dan eksternal. Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan

luar perusahaan, seperti: analisis pasar, analisis kompetitor, analisis

pemerintah dan analisis kelompok kepentingan tertentu. Data internal

dapat diperoleh dari dalam perusahaan seperti: sumber daya manusia

(tenaga kerja, pendidikan, keahlian, pengalaman, upah atau gaji),

sumber daya bahan baku, modal dan teknologi.

2) Tahap analisis

Setelah pengumpulan semua informasi yang berpengaruh

terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah

memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model

perumusan strategi. Alat-alat yang dipakai untuk menyusun faktor

strategi perusahaan adalah matriks SWOT. Matrik ini dapat

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman

eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan

kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat

menhasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi.

55
Tabel 3.2.Matrik Analisis SWOT

IFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)


Tentukan 5-10 faktor- Tentukan 5-10
faktor kekuatan faktor-faktor
EFAS internal. kekuatan internal.

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO


Tentukan 5-10 faktor- Menciptakan strategi Menciptakan strategi
faktor peluang yang menggunakan yang meminimalkan
eksternal kekuatan untuk kelemahan untuk
memanfaatkan memanfaatkan
peluang peluang
THREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
Tentukan 5-10 faktor- Menciptakan strategi Menciptakan strategi
faktor ancaman yang menggunakan yang meminimalkan
eksternal. kekuatan untuk kelamahan dan
mengatasi ancaman menghindari
ancaman
Sumber : Rangkuti F., 2015

Strategi S - O

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya. Dengan kata lain dipakai untuk menarik keuntungan dari

peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal.

Strategi S - T

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki

perusahaan untuk mengatasi ancaman yang datang dari luar.

Strategi W - O

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada

dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

56
Strategi W–T

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

3) Tahap Pengambilan Keputusan

Tahap ini merupakan hasil atau kesimpulan dari beberapa rumus

strategi yang telah diuraikan dari analisis SWOT baik dalam tahap

pengumpulan data dan tahap analisis.

57

Anda mungkin juga menyukai