Makalah Anak Tunarungu
Makalah Anak Tunarungu
ANAK TUNARUNGU
Disusun oleh:
Nama : Sugiarti
NIM : X521224
PPKHB VI
PENDIDIKAN KHUSUS
ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2013
BAB I
A. PENDAHULUAN
Pendidikan luar biasa yaitu pendidikan yang ditujukan kepada anak yang
mempunyai kelainan, baik itu kelainan fisik, mental maupun kelainan emosi.
Salah satu dari kelainan fisik adalah tunarungu. Seseorang dikatakan tunarungu
apabila orang tersebut mengalami kelainan dalam pendengarannya. Akibat dari
kelainan pendengaran, maka dapat menghambat perkembangan bicara dan
bahasanya. Untuk membantumengembangkan kemampuan bicara dan bahasa,
anak tunarungu memerlukan bantuan pelayanan pendidikan secara hkhusus,
artinya bantuan yang disesuaikan dengan kelainannya.
Pada hakikatnya, setiap manusia membutuhkan bantuan orang lain. Tidak
ada seorang manusia pun yang dapat hidup tanpa bantuan orang lain, terlebih lagi
bagi anak tunarungu. Karena kelainan dan hambatan yang dialaminya, anak
tunarungu membutuhkan bantuan yang lebih khusus disbanding anak mendengar.
Bantuan tersebut bukan hanya bersifat material saja, tetapi lebih mengarah ke
bersifat spiritual. Pemberian bantuan yang sifatnya material saja, cenderung
menempatkan anak tunarungu sebagai manusia konsumtif. Anak tunarungu
membutuhkan rasa kasih saying. Dengan dasar rasa kasih saying yang tulus
diharapkan timbul upaya yang nyata untuk mendidik anak tunarungu, agar mereka
dapat mengembangkan potensinya secara optimal, sehingga mereka dapat
memenuhi hak dan kewajibannya sebagai warga masyarakat, dan bukan menjadi
beban masyarakat.
Pendidikan anak tunarungu di Indonesia saat ini masih menghadapi
berbagai kendala diantaranya yaitu kesulitan dalam pengadaan sarana dan
prasarana, terutama kebutuhan dalam upaya rehabilitasi kelainannya. Oleh karena
itu, pemerintah dan masyarakat terus berusaha meningkatkan pendidikan anak
tunarungu, agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat berguna bagi masyarakat.
Demikian pula hak-hak mereka seperti dalam memperoleh pendidikan formal
menjadi semakin nyata.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah pengertian anak tunarungu?
2. Apa saja klasifikasi anak tunarungu?
3. Apa saja karakteristik anak tunarungu?
4. Apa saja yang menjadi penyebab anak tunarungu?
5. Bagaimana layanan pendidikan anak tunarungu?
6. Apa landasan penyelenggaraan pendidikan anak tunarungu?
7. Apa tujuan pendidikan anak tunarungu?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tunarungu
Istilah tunarungu diambil dari kata ‘tuna’ dan ‘rungu’, tuna artinya kurang
dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak
mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara.
Tunarungu satu istilah umum yang menunjukkan ketidakmampuan
mendengar dari yang ringan sampai yang berat sekali yang digolongkan kepada
tuli (deaf) dan kurang dengar (a hard of hearing). Orang yang tuli (a deaf person)
adalah seseorang yang mengalami ketidakmampuan mendengar sehingga
mengalami hambatan dalam memproses informasi bahasa melalui
pendengarannya dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aid),
sedangkan yang kurang dengar (a hard of hearing person) adalah sesorang yang
biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa pendengarannya cukuup
memungkinkan untuk keberhasilan memproses informasi bahasa melalui
pendengarannya, artinya apabila orang yang kurang dengar tersebut menggunakan
hearing aid ia masih dapat menangkap pembicaraan melalui pendengarannya.
Menurut Sudibyo Markus yang dikutip Sardjono ( 1998 : 5 ), pengertian
anak tunarungu adalah sebagai berikut :
1. Tuna Rungu adalah mereka yang menjalani kekurangan tetapi masih mampu
(tidak kehilangan kemampuan berbicara)
2. Tuna Wicara adalah mereka yang menderita tuna rungu sejak bayi/lahir, yang
karenanya tidak dapat manangkap pembicaraan orang lain, sehingga tak
mampu mengembangkan kemampuan bicaranya meskipun tak mengalami
gangguan pada alat suaranya.
Menurut pendapat Sardjono (1998:7) bahwa, “Anak tuna rungu adalah
anak yang kehilangan pendengaran sejak lahir atau kehilangan pendengaran
sebelum belajar bicara atau kehilangan pendengaran pada saat anak mulai belajar
bicara, karena sesuatu gangguan pendengaran, suara, dan bahasanya seolah-olah
hilang.”
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu wicara
adalah anak yang mengalami keterbatasan/kehilangan pendengaran sehingga
mengganggu kemampuan bahasa dan bicara yang menyebabkan anak mengalami
hambatan.
B. Klasifikasi Tunarungu
Ketunarunguan dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yaitu tingkat
kehilangan pendengaran, saat terjadinya ketunarunguan, letak gangguan
pendengaran secaraanatomis, serta etiologis.
1. `Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran yang diperoleh melalui tes
dengan menggunakan audiometer ketunarunguan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Tunarungu ringan (mild hearing loss)
b. Tunarungu sedang (moderate hearing loss)
c. Tunarungu agak berat (moderately csevere hearing loss)
d. Tunarungu berat (severe hearing loss)
e. Tunarungu berat sekali (profound hearing loss)
2. Berdasarkan saat terjadinya ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut.
a. Ketunarunguan prabahasa (prelingual deafness), yaitu kehilangan
pendengaran yang terjadi sebelum kemampuan bicara da bahsa
berkembang.
b. Ketunarunguan pascabahasa (post lingual deafness), yaitu kehilangan
pendengaran yang terjadi beberapa tahun setelah kemampuan bicara dan
bahasa berkembang.
3. Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis, ketunarunguan
dapat diklasifasikan sebagai berikut.
a. Tunarungu tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran yang disebabkan
oleh terjadinya kerusakan pada telinga bagian luar dan tengah, yang
berfungsi sebagai alat konduksi atau pengantar getaran suara menuju
telinga bagian dalam.
b. Tunarungu tipe sensorineural, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh
terjadinya kerusakan pada telinga dalam serta saraf pendengaran (nervus
chochlearis).
c. Tunarungu tipe campuran yang merupakan gabungan tipe konduktif dan
sensorineural, artinya kerusakan terjadi pada telinga luar/tengah dengan
telinga dalam/saraf pendengaran.
4. Berdasarkan etiologi atau asal usul ketunarunguan diklasifikasikan sebagai
berikut.
a. Tunarungu endogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor genetik
(keturunan).
b. Tunarungu eksogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh factor
nongenetik (bukan keturunan).
E. Layanan Pendidikan
Sistem pendidikan bagi anak tunarungu diperlukan beberapa macam
(alternatif) disesuaikan dengan tingkat ketunaan yang disandangnya, yaitu sistem
terpadu di sekolah umum dan sistem segresi di sekolah khusus.
1. Di sekolah umum dengan sistem terpadu, yang pelaksanaannya bervariasi
sesuai dengan taraf ketunarunguannya
a. Di kelas biasa tanpa kekhususan baik dalam pelajaran maupun guru
(regular classroom only)
Anak tunarungu yang dimasukkan dalam kelas ini adalah yang
paling ringan ketunarunguannya, sehingga tidak memerlukan bahan
khusus ataupun guru khusus, bahannya juga biasa-biasa saja. Hanya saja
mungkin anak tunarungu ini memerlukan waktu belajar untuk bahan
tertentu sedikit lebih banyak dari rekan-rekan yang normal. Mereka
memerlukan perhatian yang khusus dari guru kelasnya, misalnya
penempatan tempat duduknya, pengelompokkan dengan teman-temannya,
mendapat giliran menjadi pemimpin kelompok, dan lain-lain.
b. Di kelas biasa dengan guru konsultan (regular classroom with teacher
consultant)
Anak tunarungu ditempatkan di kelas biasa, belajar bersama-sama
teman di kelasnya di bawah pimpinan guru kelasnya. Sekali-kali guru
konsultan (guru ahli pendidikan luar biasa) datang untuk membantu guru
kelas dalam memahami masalah anak tunarungu dan cara menanganinya,
serta memberikan petunjuk kepada guru kelas mengenai bahan atau
metode yang sesuai dengan kebutuhan anak tunarungu.
c. Di kelas biasa dengan guru kunjung (regular classroom with itinerant
teacher)
Anak tunarungu belajar bersama-sama temannya di kelas biasa
oleh guru kelasnya. Guru kunjung adalah guru PLB yang memberikan
pelajaran kepada anak tunarungu atau memberikan petunjuk kepada guru
kelas tempat anak tunarungu belajar. Guru kunjung ini memiliki jadwal
waktu kunjungan, berpindah-pindah dari sekolah satu ke sekolah lain,
mengunjungi kelas-kelas yang ada peserta didik secara langsung atau
memberikan saran kepada guru kelas dan berkonsultasi mengenai
masalah-masalah yang dihadapi anak tunarungu.
d. Di kelas biasa dengan ruang sumber (regular classroom with resource
room)
Anak tunarungu dididik di kelas biasa dengan bantuan guru PLB
pada ruang sumber. Ruang sumber ialah ruangan khusus yang
menyediakan berbagai fasilitas untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
belajar yang dihadapi anak tunarungu di kelas biasa. Biasanya anak datang
ke ruang sumber berdasarkan jadwal yang ditentukan. Dalam ruangan ini
anak tunarungu mendapat bimbingan dari guru pembimbing khusus
(GPK)untuk pelajaran-pelajaran tertentu.
e. Di kelas khusus sebagian waktu (part-time special class)
Kelas ini berada di sekolah biasa yang merupakan ruangan khusus
yang digunakan untuk anak tunarungu, biasanya anak tunarungu tingkat
ringan bagian bawah dan tingkat sedang bagian atas. Dalam beberapa hal
(mata-mata pelajaran tertentu) anak tunarungu mengikuti kegiatan di kelas
biasa bersama-sama dengan teman-temannya yang normal. Dalam
kegiatan yang sangat menyulitkan, untuk mata-mata pelajaran tertentu
anak tunarungu mendapat pendidikan di ruangan khusus dari guru
pendidikan luar biasa.
f. Kelas khusus penuh (self contained special class)
Kelas ini juga berada di sekolah biasa yang merupakan ruangan
khusus yang hanya digunakan untuk anak tunarungu. Biasanya untuk anak
tunarungu tingkat sedang bagian tengah dan bawah juga tingkat berat
bagian atas akan lebih selektif dimasukkan dalam kelas ini. Mereka belajar
sepenuhnya dalam kelas ini untuk semua mata pelajaran. Mereka
berintegrasi dengan teman-temannya yang normal dalam waktu-waktu
tertentu misalnya: dalam mengikuti upacara, mengikuti pelajaran olahraga,
mengikuti perayaan-perayaan, kesenian, pergi ke kantin dan sebagainya.
2. Di sekolah khusus dengan sistem segresi
a. Sekolah khusus harian (special day school)
Sekolah khusus harian adalah sekolah khusus yang dikunjungi
anak tiap-tiaphari selama jam sekolah. Anak-anak tetap tinggal di
rumahnya masing-masing. Sekolah khusus harian ini terdiri atas:
1) Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB) untuk anak tunarungu,
lamanya 1-3 tahun. TKLB tunarungu tingkat rendah ditekankan pada
pengembangan kemampuan sensomotorik, berbahasa dan kemampuan
berkomunikasi khususnya berbicara dan berbahasa.
2) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) untuk anak tunarungu, sekurang-
kurangnya 6 tahun. SDLB tunarungu kelas tinggi ditekankan pada
keterampilan senso-motorik, keterampilan berkomunikasi kemudian
pengembangan kemampuan dasar di bidang akademik dan
keterampilan sosial.
3) Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) untuk anak
tunarungu, sekurang-kurangnya 3 tahun. SLTPLB tunarungu
ditekankan pada peningkatan keterampilan berkomunikasi dan
keterampilan sensomotorik, keterampilan berkomunikasi dan
keterampilan mengaplikasikan kemampuan dasar di bidang akademik
dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari, peningkatan
keterampilan sosial dan dasar-dasar keterampilan vokasional.
4) Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) untuk anak tunarungu,
sekurang-kurangnya 3 tahun. SMALB tunarungu ditekankan pada
pematangan keterampilan berkomunikasi, keterampilan menerapkan
kemampuan dasar di bidang akademik yang mengerucut pada
pengembangan kemampuan vokasional yang berguna sebagai
pemenuhan kebutuhan hidup, dengan tidak menutup kemungkinan
mempersiapkan siswa tunarungu melanjutkan pendidikannya
kejenjang yang lebih tinggi.
b. Sekolah khusus bersama (residential school)
Anak berdiam di lembaga ini selama 24 jam terpisah dari
lingkungan keluarga, sekolah khusus berasrama ini terutama
diperuntukkan bagi anak-anak tunarungu yang berat dan sangat berat
(severe and profound). Anak-anak yang tinggal di sini dapat mengunjungi
keluarganya pada waktu libur, sebaliknya orangtua mereka dapat
berkunjung ke sekolah khusus berasrama ini pada waktu libur atau waktu-
waktu yang telah ditentukan. Jenjang dan lama pendidikan sama seperti
sekolah khusus harian.
G. Tujuan
Tujuan pendidikan luar biasa, termasuk pendidikan anak tunarungu,
bukanlah tujuan eksklusif. Hanya saja memang diperlukan penyesuaian tertentu
sesuai dengan tingkatan kemampuan mereka. Jelas bahwa karena kelainannya,
anak tunarungu mengalami kesukaran dalam mencoba menghampiri tujuan
pendidikan yang berlaku umum, seperti tujuan nasional. Untuk itu diperlukan
usaha-usaha khusus yang ditujukan kepada beberapa bagian dari tujuan-tujuan
tersebut, yaitu tujuan khusus. Karena itu dalam pendidikan anak tunarungu
terdapat tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Tujuan umum pendidikan luar biasa termasuk tujuan pendidikan anak
tunarungu adalah tujuan pendidikan biasa juga. Dalam undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang pendidikan menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.” Tujuan pendidikan nasional ini menjadi tujuan
umum pendidikan luar biasa termasuk tujuan umum pendidikan anak
tunarungu juga.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus Sekolah penyelengara pendidikan khusus (tunarungu)
adalah:
a. Turut melaksanakan pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh
pendidikan bagi anak usia sekolah.
b. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pendidikan bagi anak tunarungu di
Indonesia.
c. Penyelenggaraan fasilitas pendidikan yang luwes dan relevan terhadap
keperluan anak tunarungu.
d. Memiliki pengetahuan, kesadaran pengalaman dan keterampilan tentang
isi bidang-bidang studi yang tercantum dalam kurikulum yang resmi.
e. Mengarahkan dan membina anak Tunarungu agar dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan sekitarnya.
f. Membantu dan membina anak Tunarungu agar memiliki keterampilan,
keahlian, kejujuran, ataupun sumber pemnghasilan yang sesuai denan
jenis dan tingkat ketunaan yang disandangnya.
DAFTAR PUSTAKA