Makalah STM
Makalah STM
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini berjudul
Pendekatan Pembelajaran STM. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mempelajari mata kuliah Metodologi
Pembelajaran Fisika yang membahas tentang materi “Pendekatan Pembelajaran STM”.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat menjadi lebih baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini. Kiranya makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok II
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar .................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi S-T-M menurut The National Science Teachers Association (NSTA) adalah
belajar dan mengajar sains dalam konteks pengalaman manusia. Sedangkan Poedjiadi (2005
:47) mengatakan bahwa pembelajaran S-T-M berarti menggunakan teknologi sebagai
penghubung antara sains dan masyarakat. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa Pendekatan S-T-M merupakan suatu strategi pembelajaran yang memadukan
4
pemahaman dan pemanfaatan sains, teknologi dan masyarakat dengan tujuan agar konsep
sains dapat diaplikasikan melalui keterampilan yang bermanfaat bagi peserta didik dan
masyarakat.
5
Perpanjangan belajar di luar kelas dan sekolah.
Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
4. Suatu pandangan bahwa isi dari pada sains bukan hanya konsep-konsep saja yang
harus dikuasai siswa dalam tes.
5. Penekanan pada keterampilan proses dimana siswa dapat menggunakannya dalam
memecahkan masalah.
Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
6. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia mencoba
untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentiflkasikan.
Identifikasi sejauhmana sains dan teknologi berdampak di masa depan.
Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.
Dari karakteristik S-T-M yang dikemukakan Yager, dapat dikatakan bahwa pada
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan S-T-M diawali dengan isu dan isu itulah
yang merupakan ciri utamanya. Karena dengan mengemukakan isu mendorong peserta didik
untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah yang diakibatkan oleh isu tersebut. Dalam
memecahkan masalah peserta didik akan mencari informasi dari berbagai sumber, bukan
hanya di dalam kelas melainkan di luar kelas dengan menggunakan berbagai cara termasuk
memanfaatkan teknologi. Dengan demikian peserta didik belajar menemukan dan menyusun
sendiri pengetahuan yang diperolehnya dari proses belajar yang dilakukannya. Selain itu
proses belajar juga merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat berpartisipasi
sebagai warga negara.
6
Hasil penelitian yang dilakukan USA oleh Yager (1984) menunjukkan bahwa jumlah
siswa yang merasa bahwa sains tidak menyenangkan dan hanya merupakan hafalan fakta,
meningkat pada kelas-kelas yang makin tinggi. Kesan siswa bahwa guru Sains berusaha
membuat sains menarik, menimbulkan rasa ingin tahu, serta mendorong siswa untuk berani
mengemukakan pendapat, menurun pada kelas-kelas yang makin tinggi. Di samping itu,
terungkap pula bahwa 1) guru Sains terikat pada buku ajar yang diikuti baik isi, urutan
maupun contoh-contohnya secara kaku, 2) kebutuhan dan minat siswa diabaikan, dan 3)
disiplin dalam sains dipisahkan secara sangat tajam, dan tidak ditunjukkan aplikasinya dan
kaitannya dengan disiplin lainnya.
National Science Teacher Assosiation (NSTA) di USA mendefinisikan STM sebagai
“ the teaching and learning of science in the contaxt of human experience” (Yager,1992).
NSTA mengajukan sebelas ciri dalam mendeskripsikan pendekatan STM dalam
pembelajaran Sains, yaitu:
1) Siswa mengidentifikasi masalah-masalah sosial dan teknologi di daerahnya serta
dampaknya.
2) Menggunakan sumber lokal (manusia dan material) untuk memperoleh informasi yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat digunakan dalam
memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.
4) Perluasan untuk terjadinya proses belajar yang melampaui waktu, kelas, dan sekolah.
5) Memusatkan pengaruh sains dan teknologi kepada siswa.
6) Pandangan bahwa materi subyek lebih dari sekedar konsep yang harus dikuasai siswa.
7) Penekanan pada keterampilan proses yang dapat digunakan siswa dalam memecahkan
masalah.
8) Penekanan terhadap kesadaran karir, terutama karir yang berhubungan dengan sains
dan teknologi.
9) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan sebagai warga masyarakat, jika
telah dapat mengatasi isu yang telah diidentifikasinya.
10) Identifikasi cara-cara yang memungkinkan sains dan teknologi memecahkan masalah di
masa depan.
11) Perwujudan otonomi dalam proses belajar sebagai isu individu.
Keuntungan pendekatan STM dalam pembelajaran Sains adalah berlakunya model
belajar konstruktivis. Pendekatan STM sejajar dengan pelaksanaan pandangan
konstruktivisme dalam belajar dan mengajar (Yager, 1992). Pandangan konstriktivisme
7
dalam belajar dan mengajar didasarkan atas asumsi bahwa “pengetahuan dibangun di dalam
pikiran pebelajar” (Bodner, 1986). Model konstruktivis tentang belajar dan mengajar,
memberi tekanan pada pentingnya peran prior knowledge siswa dalam belajar, serta
memperhatikan bagaimana pengetahuan itu dibangun di dalam struktur kognitif siswa. Jadi,
model konstruktivis menempatkan siswa pada posisi sentral dalam proses pembelajaran.
Pendekatan STM di samping menggunakan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang berlaku
pada model konstruktivis dalam pembelajaran, juga memberi kesempatan kepada siswa
sebagai decision maker dalam memecahkan masalah.
Berikut ini dikemukakan perbandingan antara karakteristik pembelajaran Sains yang
tradisional yang pada umumnya diikuti oleh para guru Sains dan karakteristik pembelajaran
Sains dengan pendekatan STM.
Pembelajaran Sains tradisional
1 Konsep-konsep diperoleh dari buku teks.
2 Menggunakan laboratorium dan aktivitas yang disarankan dalam buku petunjuk.
3 Keterlibatan siswa kurang aktif, karena informasi biasanya telah disediakan guru atau
ada dalam LKS.
4 Pernyataan pentingnya informasi berasal dari guru.
5 Siswa berkonsentrasi pada masalah yang disiapkan oleh guru.
6 IPA dipelajari di sekitar dinding kelas, sebagai bagian dari kurikulum.
8
Ditinjau dari penggunaan buku teks, antara kelas yang diajar dengan pendekatan
tradisional dan kelas yang diajar dengan pendekatan STM, terdapat beberapa perbedaan.
Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut
Tradisional STM
1. Buku teks dapat digunakan terus 1. Buku teks hanya digunakan jika diper-lukan
menerus. sebagai sumber informasi.
2. Guru menyediakan informasi untuk 2. Guru membantu siswa dalam menemukan
dicatat dan diulangi. jawaban dari pertanyaannya.
3. Kegiatan belajar disiapakan terma-3. Siswa merencanakan aktivitas sebagai cara
suk tujuan akhir. untuk menguji idenya dan pen-jelasannya.
4. Masalah dan isu yang ada sering
4. Tidak ada perhatian terhadap dipersiapkan sebagai konteks belajar.
masalah dan isu yang sedang
“ngetrend”. 5. Siswa mengusulkan kegiatan, sumber
5. Siswa mengerjakan apa yang ada informasi, dan pertanyaan baru.
dalam buku dan guru suruh untuk
dikerjakan. 6. Sering menggunakan laporan berita dan
6. Tidak ada penggunaan surat kabar situasi saat itu.
dan jurnal.
7. Ide dan informasi diperlukan untuk
7. Ide dan informasi dipresentasi untuk merespon isu dan pertanyaan.
dikuasai. 8. Sains berupa fakta di sekolah sebagai
8. “Sains” ditempatkan pada wadah kesatuan yang utuh di masyarakat dan dalam
yang dinamai kelas sains atau kelas kehidupan siswa.
laboratorium.
(Yager, 1996)
Lebih lanjut, dilihat dari penguasaan konsep dan keterampilan proses, antara kelas
yang diajar dengan pendekatan tradisional dan kelas yang diajar dengan pendekatan STM,
terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.
Tradisional STM
1. Konsep hanya disiapkan untuk 1. Siswa melihat konsep sebagai
penguasaan tes yang dibuat guru. kebutuhan pribadi.
2. Konsep dilihat sebagai hasil akhir yang
2. Konsep dilihat dari keperluannya
dicapai siswa. untuk pemecahan masalah.
3. Penguasaan konsep bersifat semen-tara.
3. Siswa yang belajar dengan penga-
4. Siswa melihat proses sains sebagai laman memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang dilakukan oleh dapat menghubungkan penge-tahuannya
ilmuwan. dengan situasi baru.
5. Siswa melihat proses sains sebagai 4. Siswa melihat proses sains sebagai
sesuatu yang dipraktekkan yang merupakan keterampilan yang mereka dapat
tuntutan pelajaran. gunakan.
6. Siswa melihat proses sains yang 5. Siswa melihat proses sains sebagai
9
abstrak, sempurna, tidak dapat dicapai, dan keterampilan yang diperlukan untuk
tidak berhubungan dengan hidupnya. memperbaiki dan membangun diri-nya
secara lebih sempurna.
6. Siswa melihat proses sains sebagai
bagian penting dari apa yang me-reka
kerjakan di dalam belajar sains.
(Yager,1996).
Ditinjau dari sisi penerapan konsep sains yang diperoleh siswa, perbedaanya antara
siswa yang diajar dengan pendekatan tradisional dan siswa yang diajar dengan pendekatan
STM adalah sebagai berikut.
Tradisional STM
1. Siswa tidak melihat nilai dan atau 1. Siswa dapat menghubungkan sains
kegunaan dari pelajaran sains untuk yang dipelajari dengan kehidupan-nya.
kehidupannya.
2. Siswa menjadi terlibat dalam
2. Siswa tidak melihat nilai dari sains yang pemecahan isu-isu sosial; mereka
dipelajari untuk memecahkan masalah yang melihat manfaat dari belajar sains untuk
ada di masyarakat. menjadi warga negara yang bertanggung
3. Siswa dapat menceritakan informasi atau jawab.
konsep yang dipelajari. 3. Siswa menginginkan informasi yang
4. Siswa tidak dapat menghubungkan sains berhubungan dengan masalah.
yang dipelajari dengan teknologi yang ada 4. Siswa tertarik dengan perkembangan
pada saat itu. teknologi baru dan menggunakannya
untuk melihat kepentingannya serta
kecocokannya dengan konsep sains.
(Yager,1996)
10
terhadap perbedaan antara validitas dan intensitas dari suatu keyakinan. Pada fase ekplanasi
dan solusi siswa dapat menyususn representasi masalah secara informasi yang serupa dengan
cara teknik formal. Pada fase tindak lanjut siswa berusaha mengantisipasi kemungkinan-
kemingkinan konskuensi dari tindakan alternatif.
Menurut Robert E. Yager (1992) sintak model pembelajaran STM adalah sebagai
berikut:
11
Fase 4
Tindak Lanjut
· Menjelaskan fenomena alam· Guru mengajukan pertanyaan-
berdasarkan konsep yang disusun pertanyaan yang bersifat konseptual.
· Menjelaskan berbagai aplikasi untuk
memberikan makna
· Refleksi pemahaman konsep
(Dimodifikasi dari Yager, 1992)
Pengalaman ini dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal. Ini berarti
kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa memperlihatkan
unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep dan prinsip
sangat dibutuhkan.
Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara memproses dan memperoleh
kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan siswa pada
kesadaran keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila dibandingkan dengan
keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi (Dimyati dan Mudjiono, 2006 :
135 – 138). Menurut Anwariyah dalam Munawarah (2002 : 5) ada empat macam penerapan
Sains Teknologi Masyarakat (STM) dala pembelajaran yaitu:
12
3. Mampu membuat keputusan yang tepat mengenai penggunaan teknologi dala
masyarakat khususnya yang melibatkan unsur-unsur sosial, seperti lingkungan,
energi, kependudukan, bio genetika, teknologi, maknan, transportasi dan lain-lain.
4. secara realistik dapat memproyeksikan alternatif masa depan beserta konsekwensi
positif dan negatifnya.
Ada bebrapa tahapan yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM), yaitu:
Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau
masalah aktual yang ada di masyarakat dan dapat diamati oleh siswa.
Dalam pembentukan konsep yang siswa membangun atau mengkonstruksikan
pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.
13
Tahap aplikasi konsep atau menyelesaikan masalah yang menganalisis masalah atau
isu yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah
dipahami sebelumnya.
Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberi pemantapan konsep agar tidak
terjadi kesalahan konsep pada siswa.
Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa terhadap
materi yang dikaji.
Menurut Wahyudi, dkk dalam Munawarah (2004 : 7) ada beberapa keunggulan yang
dapat diperoleh dari pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yaitu:
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Salah satu pendekatan kontekstual yang dapat dikembangkan dalam pendidikan dasar
adalah model Sains Teknologi Masyarakat (STM). Pendekatan STM adalah belajar dan
mengajarkan sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Pendekatan STM
dianggap cocok untuk mengintegrasikan domain konsep, keterampilan proses, kreativitas,
sikap, nilai-nilai, penerapan, dan keterkaitan antar bidang studi dalam pembelajaran dan
pendekatan sains. STM harus sejalan dengan pengalaman hidup siswa. Oleh karena itu,
pembelajaran sains yang menggunakan pendekatan STM melibatkan masalah/isu aktual yang
dihadapi oleh siswa dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga relevan dengan
kehidupan siswa.
Pembelajaran dengan pendekatan STM memiliki cakupan pembelajaran yang lebih
luas karena diperkaya dengan permasalahan atau isu sains atau teknologi. Konteks
pembelajaran menjadi lebih luas. Pembelajaran seperti ini memberi kesempatan kepada siswa
untuk menyadari hubungan sains yang dipelajarinya dengan apa yang ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran selalu berawal dari masalah yang dihadapi masyarakat
dalam kehidupan nyata. Dengan demikian siswa tidak hanya memperlajari konsep fisika,
biologi atau kimia saja tetapi juga belajar untuk menanggapi dan menyelesaikan
permasalahan yang dihadirkan dalam pembelajaran.
Penggunaan pendekatan STM tidak hanya terbatas pada konsep esensial yang
diajarkan di sekolah tetapi juga menekankan peranan sains dan teknologi dalam kehidupan
bermasyarakat sehingga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa terhadap dampak
sains dan teknologi yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga aspek dalam diri siswa yang
dapat dikembangkan anatara lain domain konsep, keterampilan proses, kreativitas, sikap,
nilai-nilai, penerapan dan keterkaitan antar bidang studi dalam pembelajaran dan pendekatan
sains. Salah satu contohnya, dapat mengembangkan kreativitas siswa dalam memecahkan
masalah, terutama permasalahan atau isu-isu yang ada dimasyarakat.
15
3.2. Saran
Kita sebagai pendidik sebaiknya memahami dan mengetahui pendekatan
pembelajaran pada sains teknologi masyarakat (STM) pada anak dan bisa
mengembangkannya agar dapat merasakan tanggung jawab siswa terhadap dampak sains dan
teknologi yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga aspek dalam diri siswa yang dapat
dikembangkan anatara lain keterampilan proses, kreativitas, sikap, nilai-nilai, penerapan dan
keterkaitan antarbidang studi dalam pembelajaran dan pendekatan sains.
16
DAFTAR PUSTAKA
Clifford, M. and Wilson, M., (2000), ‘Professional Learning and Student’s Experiences:
Lesson Learned from Implementation’. Educational Brief . No. 2 December 2000.
Texas Collaborative for Teaching Excellence. (2005). REACT Strategy.
Eddy, M. Hidayat., (1991), Science-Technology-Society: Pendidikan Sains untuk Tahun
2000. Edisi Khusus Jurnal Pendidikan IPA. Himpunan Sarjana Pendidikan IPA
Indonesia.
Poedjiadi, Anna (2005). Sains Teknologi Masyarakat. Model Pembelajaran Kontekstual
Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yager, Robert E. & S.O. Yager (1985). Changes in Perception of 3rd.7th, and 11th Grade
Students. Journal of Research in Science Teaching, Vol. 22. No.4.
Yager, Robert. E (1992). The STS Aproach Parallels Constructivist Practices. Science
Education International, Vol. 3, No. 2.
17
Pertanyaan
1. Jelaskan aplikasi fisika pada pendekatan pembelajaran konstekstual, stm dan keterampilan
proses !
18