Anda di halaman 1dari 18

UJIAN AKHIR SEMESTER

PROPOSAL PENELITIAN ULAYAT

“Gambaran Kepuasan Pernikahan Pada Wanita Keturunan Arab yang


Melakukan Pernikahan dengan Etnis Lain”

Disusun oleh:
Adinda Dwi W. 111611133016
Rr. Wina Ayudya A. 111611133021
Farah Alfiyyatur R. 111611133064
Jessica Devina S. 111611133067
Husnun Nadliroh 111611133076
Arta Dayinta Nisitasari 111611133170
Salma Vania Widyatmiko 111611133184

M.K Psikologi Ulayat B – 1

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
Kata Pengantar
Kami tim penyusun menyampaikan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
selalu memberikan karunia pada hamba-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan ini dengan lancar. Kami menyadari proposal laporan ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Nurul Hartini, M.Kes., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga.
2. Dr. Nur Ainy Fardana N., M.Si., Psikolog sebagai Wakil Dekan 1 Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga.
3. Tim Penanggung Jawab Mata Kuliah Psikologi Ulayat Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga yang membimbing kami.
4. Listyati Setyo Palupi, S.Psi., M.DevPract., Psikolog. selaku dosen
pembimbing.
5. Kedua orang tua yang selama ini memberi dorongan motivasi dan materi
kepada kami.
6. Seluruh pihak yang membantu selesainya proposal laporan penelitian ini.
Kami menyadari bahwa proposal laporan ini belum sempurna, untuk itu
kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikan proposal
laporan ini.

Surabaya, 5 Desember 2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................. 3
2.1. Pernikahan ........................................................................................................ 3
2.1.1. Definisi Pernikahan ................................................................................ 3
2.1.2. Kepuasan Pernikahan ............................................................................. 4
2.1.3. Pernikahan Beda Etnis ........................................................................... 5
2.2. Perspektif Teoritis ............................................................................................ 6
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 7
3.1. Tipe Penelitian ................................................................................................. 7
3.2. Unit Analisis .................................................................................................... 7
3.3. Subjek Penelitian.............................................................................................. 7
3.4. Teknik Penggalian Data ................................................................................... 8
3.4.1.Wawancara Mendalam ........................................................................... 8
3.4.2. Catatan Lapangan .................................................................................. 8
3.5. Teknik Pengorganisasian dan Analisis Data .................................................... 9
3.6. Teknik Pemantapan Kredibilitas Penelitian ..................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10
LAMPIRAN ......................................................................................................... 13
Lampiran 1. Pedoman Wawancara ....................................................................... 13
Lampiran 2. Data Persebaran dan Pernikahan pada Etnis Arab............................ 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pernikahan merupakan suatu ikatan perjanjian hukum atau peresmian
suatu hubungan antara dua orang yang biasanya bersifat intim dan seksual.
Perkawinan umumnya dimulai atau diresmikan melalui serangkaian upacara
pernikahan. Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi bergantung
pada tradisi suku bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial dari kedua calon
mempelai. Penerapan adat atau aturan-aturan tertentu dalam suatu pernikahan
terkadang berkaitan dengan aturan maupun hukum dari suatu agama tertentu.

Setiap kelompok masyarakat tentunya memiliki ciri khas dan keunikan


budayanya masing-masing, salah satunya adalah kelompok masyarakat
berkebudayaan Arab yang memegang tradisi dalam mempertahankan keturunan
dengan cara pernikahan sekufu’ (sesama golongan Arab) (Suroyyah, 2014).
Dalam rangka mempertahankan keturunannya, masyarakat keturunan Arab tidak
jarang membentuk suatu kelompok atau komunitas sesama keturunan Arab untuk
menjalin tali persaudaraan dan terkadang memiliki maksud untuk mencarikan
jodoh untuk anak-anak mereka. Kuatnya keinginan untuk tetap mempertahankan
identitas dirinya sebagai keturunan Arab dilakukan dengan cara membuat batasan
dalam pemilihan pasangan, sehingga upaya untuk kemurnian keturunan darah,
kepercayaan dan keamanan harta tetap terjaga. Selain pernikahan dilakukan atas
dasar emosional saling menyukai, orang tua juga memiliki peranan penting dalam
proses pemilihan pasangan, yaitu dengan melakukan sistem perjodohan.

Dalam tradisinya, tidak menjadi masalah apabila pria Arab (sayyid)


menikahi wanita yang bukan dari keturunan Arab karena mereka menganut tradisi
patriarki dimana kaum pria yang akan membawa garis keturunan. Berbeda halnya
dengan pernikahan campuran yang dilakukan oleh wanita Arab. Mereka tidak
akan mendapatkan restu dari keluarga untuk menikah dengan pria yang bukan
keturunan Arab (non-Sayyid) karena dianggap sebagai suatu permasalahan. Sanksi

1
yang akan diperoleh apabila wanita keturunan Arab menikah dengan non-Sayyid
adalah terhalang untuk mendapatkan warisan orangtuanya. Hal ini dikarenakan
menurut adat setempat, anak wanita keturunan Arab yang berani menikahi pria di
luar etnisnya dianggap tidak pernah ada atau dianggap telah meninggal dunia
(Ragoan, Untoro, & Ari, 2017).

Namun, prinsip yang kuat akan tradisi tersebut pada kenyataannya


dihadapkan dengan arus modernisasi yang kian berkembang. Fenomena
pernikahan campuran antara wanita Arab dengan pria non-Arab menjadi suatu hal
yang mungkin untuk dilakukan. Sehingga sudah banyak pernikahan antara laki-lai
non arab dengan wanita arab yang terjadi. Dengan demikian fenomena tersebut
menarik untuk dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kepuasan
pernikahan yang dilakukan oleh wanita arab yang menikah dengan pria non-Arab.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana kepuasan pernikahan wanita etnis Arab yang menikah


dengan pria etnis lain?
1.2.2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan pernikahan
wanita etnis Arab yang meikah dengan pria etnis lain?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh informasi serta


pemahaman berdasarkan gambaran kepuasan pernikahan wanita arab dengan pria
yang berasal dari etnis lain.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi empiris mengenai


kepuasan wanita arab yang menikah dengan pria yang berasal dari etnis lain
meliputi faktor-faktor kepuasan suatu pernikahan.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIK

2.1. Pernikahan

2.1.1. Definisi Pernikahan


Nikah berasal dari bahasa Arab yang artinya berhimpun, sedangan
menurut bahasa Indonesia adalah kawin. Namun, kedua bahasa antara nikah
dengan kawin seringkali dibedakan, tetapi pada prinsipnya sama (Sudarsono,
1991). Ditinjau dari segi hukum, pernikahan merupakan suatu akad suci dan
luhur antara pria dan wanita yang menjadi sebab sahnya status sebagai suami-
istri dan dihalalkannya hubungan seksual dengan tujuan mencapai keluarga
sakinah, penuh kasih sayang, kebajikan dan saling menyantuni (Sudarsono,
1991).
Menurut Duvall dan Miller (1985), pernikahan adalah suatu peristwa
alamiah yang terjadi antara dua orang, yaitu antara pria dan wanita secara
berpasangan yang disebut hubungan dyadic. Pernikahan memiliki berbagai
diantaranya hak legal dalam membesarkan anak, pengakuan sosial, legitimasi
dalam hubungan seksual, dan adanya pembagian kerja yang sesuai antara
pasangan tersebut (Duvall, Evelyn Millis & Miller, 1985).
Menurut Bernard (dalam Santrock, 2002), pernikahan biasanya
digambarkan sebagai bersatunya dua individu, tetatpi pada kenyataannya
merupakan persatuan dua sistem keluarga secara keseluruhan dan
pembangunan sebuah sistem ketiga yang baru. Jika memakai kata
perkawainan bisa didefinisikan oleh Rini dan Retnaningsih (2008) sebagai
hubungan yang secara sosial diakui antara pria dan wanita yang di dalamnya
terdapat hubungan seksual, hak membesarkan anak, dan membangun suatu
pekerjaan dengan pasangan (Rini, Q. K., & Retaningsih 2008).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pernikahan adalah
hubungan antara seorang pria dan wanita sehingga membentuk sistem
keluarga baru dimana menjadi sebab sahnya status sebagai suami-istri dalam

3
membesarkan anak dan dilegalkannya hubungan seksual untuk mencapai
keluarga sakinah, penuh kasih sayang, kebaikan dan saling menafkahi.

2.1.2. Kepuasan Pernikahan


Salah satu kriteria kesuksesan dalam sebuah pernikahan ialah kepuasan
dalam menjalani pernikahan tersebut. Kepuasan pernikahan mencerminkan
evaluasi mengenai pengasuhan dan masalah komunikasi serta kebahagiaan
yang dirasakan oleh suami istri dalam pernikahan mereka (Fowers, B. J., &
Olson, 1993). Lebih lanjut menurut Fowers dan Olson (1989 dalam Prasetyo,
F. E., Wahyuningsih, S., & Karunia, 2015), kepuasan pernikahan meliputi
sepuluh aspek yaitu, masalah kepribadian, komunikasi, resolusi konflik,
manajemen finansial, aktivitas rekreasi, hubungan seksual, anak dan
pengasuhan, keluarga dan teman, peran kesetaraan, dan orientasi keyakinan.
Kepuasan pernikahan adalah salah satu faktor yang menyebabkan
keluarga yang sehat (Homaei, R., Bozorgi, Z. D., Ghahfarokhi, M. S., &
Hosseinpour, 2016). Kepuasan pernikahan merupakan suatu pengalaman
yang subjektif, suatu perasaan dan sikap yang berlaku, dimana semua hal
tersebut didasarkan pada faktor dalam diri individu dari hasil interaksinya
dalam perkawinan (Pinsof & Lebow, 2005 dalam Rini, Q. K., & Retaningsih
2008). Adanya kepuasan pernikahan dinilai cukup penting untuk mencegah
adanya konflik seperti perceraian dan lain sebagainya.
Tingkat kepuasan pernikahan terendah terjadi sekitar pertengahan tahun
pernikahan. Bagi usia pernikahan 10 sampai 30 tahun, penurunan ini ditandai
dengan berkurangnya kepuasan yang lebih sering terjadi pada wanita akibat
perannya sebagai pengasuh (Papalia, Sterns, Feldman, 2007). Lebih lanjut
Papalia dkk (2007) mengungkapkan bahwa saat istri sibuk dengan perannya
sebagai pengasuh dan suami fokus dengan pekerjaan, kemudian mereka mulai
kehilangan dorongan seksual dimana berpengaruh terhadap hubungan intim
yang mereka jalani.

4
2.1.3. Pernikahan Beda Etnis
Pada penelitian ini peneliti menggunakan konsep psikologi ulayat yang
berasal dari konteks budaya etnis Arab di Indonesia yaitu larangan
pernikahan beda etnis (non-Sayyid) bagi wanita yang telah dikaji lebih lanjut
oleh Ragoan dkk (2017). Sayyid adalah sebutan untuk pria keturunan Arab
yang memiliki ayah asli keturunan Arab dan ibu dari keturunan Arab ataupun
dari suku lain, sedangkan Syarifah adalah sebutan bagi wanita keturunan
Arab yang memiliki ayah asli keturunan Arab dan ibu dari keturunan Arab
ataupun dari suku lain (Ragoan et al., 2017). Seperti yang kita ketahui,
perkawinan beda suku/budaya adalah suatu perkawinan yang terjadi antara
pasangan yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dimana
terdapat penyatuan pola pikir dan cara hidup yang berbeda. Sedangkan
pernyataan lain menyebutkan bahwa perkawinan antar budaya secara umum
merupakan hubungan atau relasi antara pria dan wanita yang berasal dari dua
suku, ras, dan kebudayaan yang berbeda dalam suatu ikatan komitmen secara
institusional (Pramudito, 2017).
Sementara dalam keturunan Arab, mereka memiliki kepercayaan bahwa
apabila wanita keturunan Arab melanggar tradisi pernikahan, seperti menikah
di luar budayanya dan tanpa restu dari orangtua, mereka umumny akan
dianggap mati atau tidak pernah ada di dunia, serta segala hubungannya
dengan mereka akan diputuskan (Assagaf, 2000). Selain itu, terdapat sanksi
lain yang diperoleh dari wanita keturunan Arab yang menikah dengan non-
Sayyid, yakni menjadi terhalang untuk mendapatkan warisan dari
orangtuanya sebab menurut adat setempat anak perempuan Arab yang berani
menikahi pria di luar etnisnya dianggap tidak pernah ada atau telah meninggal
dunia (Mulia, 2012).
Pada umumnya, pada sebuah hubungan pernikahan, baik dalam satu
budaya maupun dua budaya, keduanya selalu memiliki potensi konflik yang
disebabkan oleh adanya perasaan dan pemikiran berbeda yang dimiliki oleh
masing-masing individu terhadap relasi perkawinan (J.W Santrock, 2008).
Menurut Putranto (dalam Ragoan et al., 2017), menjelaskan bahwa hubungan

5
pernikahan yang tidak direstui orang tua biasanya memiliki potensi untuk
memunculkan masalah dan hidup pun menjadi tidak nyaman. Beberapa studi
terdahulu juga menjelaskan bahwa pernikahan beda etnis atau beda ras lebih
rentan terhadap konflik. Banyak faktor penyebab konflik yang terjadi pada
perkawinan beda etnis, salah satunya adalah terdapat perbedaan aturan dan
nilai-nilai budaya yang dibawa oleh masing-masing individu sejak kecil serta
memungkinkan adanya pertentangan satu sama lain, sehingga hal tersebut
dapat mempersulit proses adaptasi dalam perkawinan. Perbedaan nilai-nilai
dapat menimbulkan bias atau kesalahan dalam menilai pasangan (Pramudito,
2017).

2.2. Perspektif Teoritis


Penelitian ini berfokus pada kepuasan pernikahan pada wanita etnis Arab
yang menikah dengan etnis lain. Pernikahan memberikan pengalaman dan
implikasi yang berbeda pada suami dan istri, begitupula mengenai kepuasan
pernikahan. Kepuasan pernikahan berdasarkan pada interaksi antara pasangan
yang dinilai tidak hanya oleh self-report, tetapi juga oleh pengamatan yang
dikendalikan (Pinsof W.M. & Lebow, 2005).

6
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian


Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari hasil pengamatan (Bogdan, R., & Taylor, 1975). Hal
ini berarti hasil penelitian akan berupa deskripsi. Penelitian ini adalah metode
penelitian yang efektif dalam memahami suatu topik secara keseluruhan, menarik
makna secara mendalam, dan mengkonstruksi pola-pola berupa metafora, analogi
dan lainnya. Penelitian ini memungkinkan untuk mengambil data secara berulang
apabila hasil yang didapat dari penelitian pertama dirasa kurang atau karena
munculnya insight baru (Neuman, 2003).
Secara spesifik, penelitian ini termasuk studi kasus. Studi kasus adalah
fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang dibatasi (Poerwandari,
2001). Dalam penelitian ini kasus berupa individu dengan karakteristik khusus
yaitu wanita Arab yang menikah dengan etnis non Arab.

3.2. Unit Analisis


Unit analisis adalah entitas yang menjadi fokus dari interpretasi penelitian.
Tipe informasi yang akan dikumpulkan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh unit
analisis (Boyatzis, 1998). Unit analisis dalam penelitian ini adalah gambaran
dinamika kepuasan pernikahan pada wanita keturunan Arab yang melakukan
pernikahan dengan etnis lain.

3.3. Subjek Penelitian


Subjek penelitian dipilih secara purposive sampling, yaitu berdasarkan
kriteria tertentu. Kriteria subjek pada penelitian ini ditentukan berdasarkan teori
atau konstruk operasional sesuai studi yang pernah dilakukan sebelumnya atau
sesuai tujuan penelitian. Hal ini agar subjek benar-benar representatif terhadap

7
fenomena yang dimaksud dalam penelitian ini (Poerwandari, 2001). Kriteria
subjek penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Subjek merupakan seorang wanita keturunan Arab
2. Subjek menikah dengan etnis lain
3. Usia pernikahan antara tiga hingga enam tahun
4. Subjek bertempat tinggal di Surabaya

3.4. Teknik Penggalian Data


Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan terstandar untuk
memperoleh data yang diperlukan (Nazir dalam Torang, 2012). Sesuai dengan
jenis penelitian yang merupakan penelitian kualitatif, maka teknik pengumpulan
data yang akan digunakan sebagai berikut.

3.4.1.Wawancara Mendalam
Wawancara dilakukan dengan bentuk semi terstruktur. Percakapan akan
diarahkan untuk menggali topik dan pedoman wawancara yang telah
ditetapkan serta dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan baru yang
dilakukan untuk mendalami topik. Wawancara bentuk ini dipilih karena lebih
bebas dan memiliki kemungkinan probing dari setiap pertanyaan. Tujuan
wawancara semi terstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, selain ada item-item pertanyaan pada pedoman wawancara,
pihak yang diwawancarai juga dimintai keterangan lebih lanjut yang dapat
berupa pendapat dan pandangan (Sugiyono, 2010).

3.4.2. Catatan Lapangan


Menurut Cresswell (2012) catatan lapangan atau fieldnotes terbagi
menjadi dua, yaitu: descriptive fieldnotes dan reflective fieldnotes.
Descriptive fieldnotes merupakan rekaman denkripsi kejadian, aktivitas, dan
orang yang diobservasi. Sedangkan reflective fieldnotes merupakan rekaman
pikiran personal terkait insight, perasaan, atau ide keseluruhan atau tema yang
muncul saat observasi.

8
3.5. Teknik Pengorganisasian dan Analisis Data
Data wawancara yang diperoleh akan diorganisasikan menjadi bentuk
transkrip dan dianalisis dengan metode analisis tematik lalu ditarik kesimpulan
dari hasil analisis. Analisis tematik adalah pengkodean informasi kualitatif
melalui sebuah kode eksplisit yang dapat menghasilkan daftar tema, model
kompleks yang berisi tema, indikator, dan kualifikasi yang terhubung dalam
kausalitas, atau sesuatu di antara kedua hal tersebut. Analisis tematik dapat
dilakukan melalui salah satu dari tiga pendekatan, yaitu berdasarkan teori (theory-
driven), berdasarkan data (data-driven), dan berdasarkan penelitian yang sudah
ada (prior-research-driven) (Boyatzis, 1998). Dalam penelitian ini, analisis
tematik yang akan dilakukan adalah berdasarkan data. Proses pengkodean data
dilakukan tanpa mengacu pada kerangka kode yang telah ada atau analisis dari
peneliti sebelumnya (Boyatzis, 1998).
Proses analisis dilakukan dengan mengumpulkan semua data hasil
wawancara dan observasi, membuat verbatim hasil wawancara, mengidentifikasi
tema-tema yang muncul, membuat rangkuman kasus tiap partisipan, melakukan
analisis awal, serta menuliskan hasil penelitian (Poerwandari, 2001).

3.6. Teknik Pemantapan Kredibilitas Penelitian


Penelitian kualitatif sering dianggap kurang ilmiah apabila dibandingkan
dengan penelitian kuantitaif. Penelitian kualitatif juga sering dianggap tidak
menghasilkan data yang tetap dan terukur jelas, serta subjektif. Oleh karena itu,
Marshall dan Rosman menyarankan bahwa penelitian kualitatif harus memberi
perhatian lebih besar pada isu kualitas penelitiannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Assagaf, M. H. (2000). Derita Putri-Putri Nabi: Studi historis kafa’ah Syarifah.


Bandung: Remaja Rosdakarya.
Bogdan, R., & Taylor, S. J. (1975). Introduction to Qualitative Research. New
York: John Wiley and Sons.
Boyatzis, R. E. (1998). Transforming Qualitative Information. California: Sage
Publication Inc.
Ciciek, Farha., Iswanti., Judith Liem., Neng Dara. (2000). Pengalaman
Perempuan: Pergulatan Lintas Agama. Jakarta: Institute of Women’s
Studies.
Duvall, Evelyn Millis & Miller, B. C. (1985). Marriage and Family Development
(Sixth Edition). New York: Harper & Row.
Fowers, B. J., & Olson, D. H. (1993). Enrich Marital Satisfaction Scale: A Brief
Research and Clinical Tool. Journal of Family Psychology, 7(2), 176–185.
Haryono, T. J. S. (2013). Integrasi Etnis Arab dengan Jawa dan Madura di
Kampung Ampel Surabaya, (1), 1–2.
Homaei, R., Bozorgi, Z. D., Ghahfarokhi, M. S., & Hosseinpour, S. (2016).
Relationship between Optimism, Religiosity and Self-Esteem with Marital
Marital Satisfaction and Life Satisfaction. International Education Studies,
9(6).
Istiwan, T. (2014). Kampung Arab Ampel , Perkuat Surabaya Kota Multikultural.
Retrieved December 4, 2018, from
http://www.surabayapagi.com/tulisan/catatan-tatang-
istiawan/118773/kampung-arab-ampel-perkuat-surabaya-kota-
multikultural.html
J.W Santrock. (2008). Life-Span Development (11th ed.). New York: Mc.Graw-
Hill.
Kampung Ampel, “Tidak Ada Orang Arab di Sini!". (2012). Retrieved December
4, 2018, from
https://www.kompasiana.com/mahaalia/5517852d8133115a669de8b5/kampu

10
ng-ampel-tidak-ada-orang-arab-di-sini
Mulia, I. (2012). Keududukan anak perempuan keturunan Sayyid yang menikah
dengan laki-laki yang bukan keturunan Sayyid terhadap. Retrieved
December 4, 2018, from repository.unhas.ac.id/handle/123456789/3828
Neuman, W. L. (2003). Social Research: Qualitative and Quantitative
Approaches. https://doi.org/10.1234/12345678
Papalia, Sterns, Feldman, & C. (2007). Adult development and aging (3rd ed.).
New York: Mc.Graw-Hill.
Pinsof W.M. & Lebow, J. L. (2005). Family Psychology. New York: Oxford
University Press.
Poerwandari, K. (2001). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia. Jakarta: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Pramudito, A. A. (2017). Merenda Cinta Melintas Budaya Hingga Senja Tiba
(Studi Literatur tentang Perkawinan Antar-Budaya). Buletin Psikologi, 76–
88.
Prasetyo, F. E., Wahyuningsih, S., & Karunia, N. E. (2015). Middle Years of
Marriage: Love and Marital Satisfaction Among Wives. Anima Indonesian
Psychological Journal, 31(1), 54–59.
Ragoan, S., Untoro, V., & Ari, D. R. (2017). Gambaran Kepuasan Pernikahan
Pada Wanita Keturunan Arab Yang Melakukan Pernikahan Dengan Etnis
Lain. Jurnal Psikologi Ulayat, 4(2), 107. https://doi.org/10.24854/jpu22017-
99
Rahman, M. (2015). Mengapa Perempuan Arab Dilarang Menikah dengan Laki-
laki Non Arab? Retrieved December 4, 2018, from
https://www.kompasiana.com/mamansbg/5500b031a333119f6f511d49/meng
apa-perempuan-arab-dilarang-menikah-dengan-laki-laki-non-arab
Rini, Q. K., & Retaningsih. (2008). Keterbukaan Diri dan Kepuasan Perkawainan
Pada Pria Dewasa Awal. Jurnal Psikologi, 1(2), 152–157.
Santrock, J. W. (2002). Life-span Development. Jakarta: Erlangga.
Sudarsono. (1991). Pengantar tata hukum Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

11
Kuallitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suroyyah, J. (2014). ernikahan campuran dalam komunitas Arab (studi tentang
penerimaan keluarga perempuan Arab terhadap pernikahan campuran di
Sepanjang. Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Airlangga, 1–20.
Torang, S. (2012). Metode Riset struktur dan Perilaku Organisasi. Bandung:
Alfabeta.

12
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara


1. Apa pendapat anda mengenai pernikahan beda etnis?
2. Apa yang anda rasakan saat memutuskan untuk menikah dengan seseorang
yang memiliki etnis yang berbeda?
3. Bagaimana respon keluarga anda saat anda memutuskan untuk menikah
dengan seseorang yang memiliki etnis yang berbeda?
4. Bagaimana respon keluarga suami anda, saat anda dan suami memutuskan
untuk menikah dengan seseorang yang memiliki etnis yang berbeda?
5. Bagaimana hubungan anda dengan keluarga anda (orang tua)?
6. Bagaimana hubungan suami anda dengan keluarga anda?
7. Bagaimana perasaan anda setelah menjalani rumah tangga dengan suami
yang berbeda etnis?
8. Bagaimana hubungan anda dengan suami?
9. Bagaimana anda dengan suami menghadapi konflik?
10. Apa saja perbedaan nilai-nilai dan budaya yang dirasakan antara anda dan
suami?
11. Bagaimana perbedaan etnis anda dengan suami mempengaruhi rumah
tangga anda?
12. Bagaimana rasa kepuasan anda dalam rumah tangga yang anda miliki
dengan suami yang berbeda etnis?
13. Bagaimana peran masing-masing anda sebagai istri dan suami dalam
rumah tangga?
14. Bagaimana hubungan intim anda dengan suami?
15. Bagaimana komunikasi anda dengan suami?
16. Bagaimana peran anda dengan suami masing-masing dalam pengasuhan
anak?

13
Lampiran 2. Data Persebaran dan Pernikahan pada Etnis Arab
Data 1:
Saat ini konon jumlah keturunan Arab Hadramaut di Indonesia lebih besar
bila dibandingkan dengan jumlah mereka yang ada di tempat leluhurnya sendiri.
Penduduk Hadramaut sendiri hanya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahkan sejumlah marga
yang di Hadramaut sendiri sudah punah seperti Basyeiban dan Haneman.
Sementara di Indonesia jumlahnya masih cukup banyak. Sejauh ini,
perkampungan Arab di Indonesia, banyak tersebar di berbagai kota di Indonesia,
misalnya di Jakarta (Pekojan), Bogor (Empang), Surakarta (Pasar Kliwon),
Surabaya (Ampel), Gresik (Gapura), Malang (Jagalan), Cirebon (Kauman),
Mojokerto (Kauman), Yogyakarta (Kauman), Probolinggo (Diponegoro),
Bondowoso, dan Banjarmasin (Kampung Arab). Selain di Palembang, Banda
Aceh, Sigli, Medan, Lampung, Makasar, Gorontalo, Ambon, Mataram, Ampenan,
Sumbawa, Dompu, Bima, Kupang, dan Papua (Istiwan, 2014).
Data 2:
Ampel identik dengan perkampungan Arab di Surabaya. Di perkampungan
itulah komunitas keturunan Arab bermukim. Komunitas keturunan Arab di Ampel
mencapai jumlah 70%, sisanya merupakan suku Madura yang telah lama
bermukim dan menetap di Ampel. Orang-orang Arab di Ampel merupakan
keturunan Arab dari Hadromi/Hadralmaut (Yaman). Mereka turun temurun
bermukim di Ampel dan menyatu dengan masyarakat setempat. Di semua wilayah
Nusantara keberdaan sub-etnik Arab selalu menempel dengan etnik setempat.
Walaupun disana-sini terlihat seakan-akan terjadi segregasi (adanya koloni
"Kampung Arab") akan tetapi secara sosio-kultural sub-etnik Arab tetap
mewujudkan diri dalam tampilan budaya setempat (“Kampung Ampel, “Tidak
Ada Orang Arab di Sini!",” 2012).
Data 3:
Sebagai salah satu etnis keturunan Asing di Indonesia, masyarakat
keturunan Arab yang ada di kelurahan Ampel dalam beberapa hal ternyata belum
bisa melepaskan sepenuhnya pola budaya dari negara asalnya. Meskipun mereka
merupakan keturunan dari sekian generasi sebelumnya. Misalnya dalam

14
perkawinan, sebagian masyarakat Arab di kampung Ampel masih sulit
beramalgamasi dengan etnis lain. Pada dasarnya etnis Arab mempunyai rasa
toleransi yang tinggi dan berusaha untuk melakukan sesuatu yang tidak
menyinggung perasaan orang lain, sehingga mereka dapat bergaul dengan orang
dari berbagai etnis. Namun dalam situasi yang kurang mendukung, pergaulan itu
bisa juga menjadi terbatas. Misalnya, saat mereka merasa tersinggung atau
direndahkan harga dirinya (Haryono, 2013).
Data 4:
Pada sebagian besar keturunan Arab di Indonesia, mereka mengaku
mempunyai silsilah sampai rasulullah. Jika wanita Arab menikah dengan pria non
Arab maka terputuslah silsilah itu dan itu menjadi "bencana" bagi keluarga
tersebut. Dengan terputusnya silsilah maka akan terputus pula ikatan kekeluargaan
mereka dan akan menjadi terpinggirkan dalam lingkaran kehidupan komunitas
Arab. Budaya inilah yang masih sangat dipegang oleh sebagian besar keluarga
Arab di Indonesia. Oleh karena itu, tidak heran orang tua Arab akan
memperjuangkan tradisi tersebut dan menentang dengan keras putrinya yang akan
memilih pria non Arab (Rahman, 2015).
Upaya pendobrakan tradisi Arab ini juga pernah dilakukan oleh seorang
wanita Arab. Ia bersikukuh menikahi pria jawa, sebut saja namanya Farha Ciciek.
Dalam sebuah tulisannya ia menyebutkan bahwa baginya "gelar syarifah adalah
sebuah penjara". Lebih lanjut ia menuliskan bahwa "Aku merasakan pahit
getirnya dinamika menjadi wanita yang memanggul gelar syarifah. Sebagai
wanita yang dianugerahi "kemuliaan" aku harus serba hati-hati dalam bertingkah
laku dan bergaul. Kelak jika dewasa aku harus kawin dengan pria yang bernasab
sama. Jika tidak, maka nasab muliaku takkan bisa dinikmati oleh anak-anakku.
Nasab akan hilang karena garis keluarga dirunut dari pihak ayah dan suami
(Ciciek, Farha., Iswanti., Judith Liem., Neng Dara., 2000).

15

Anda mungkin juga menyukai