Oleh:
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat
beserta salam senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir
zaman, amin. Penulisan makalah ini berjudul PANDANGAN ILMIAH DAN
FILOSOFIS TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PENDIDIKAN SERTA MASALAH-MASALAH PENDIDIKAN. Dalam
penyusunan makalah ini tidak terlepas atas bantuan serta bimbingan dari berbagai
pihak, untuk itu kami dengan senang hati mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan: Linda Dwiyanti, M.Pd
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................. 2
2.1 Pandangan ilmiah
dan Filosofis
tentang manusia ................................................. 2-7
dan implikasi
pendidikannya
2.2 Pandangan
Filosofis tentang
Manusia dan ................................................. 7-10
implikasi
pendidikannya
2.3 Masalah-masalah
................................................. 10-16
Pendidikan
BAB III PENUTUP ................................................. 17
3.1 Kesimpulan ................................................. 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Antropologi adalah studi tentang asal usul perkembangan, karakteristik, jenis
(spesies) manusia atau studi tentang ras manusia. Antropologi ilmiah mencakup:
antropologi biologis, antropologi sosial budaya, arkeologi, dan linguistik.
Antropologi biologi/fisik yaitu studi tentang fosil dan kehidupan manusia sebagai
organisme biologis. (Beals, 1977:1).
2
D. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan :
Lahir dan berkembangnya atropologi pedidikan
A. Definisi
Antropologi budaya adalah cabang ilmu antropologi yang mempelajari
tentang kebudayaan suatu etnis.
B. Pandangan terhadap manusia
1. Menurut antropologi budaya, Manusia adalah organisme sosial budaya.
Budaya adalah seperangkat cara hidup (berfikir dan berbuat) yang
diperoleh melalui proses belajar, yang memberi ciri pada setiap keputusan
kelompok.
2. Komponen utama budaya
a. Sebuah kelompok atau masyarakat
b. Sebuah lingkungan dalam kelompok atau masyarakat
c. Sebuah budaya material
d. Sebuah tradisi budaya
e. Kegiatan-kegiatan dan perilaku manusia
3. Karakteristik umum budaya
a. Tingkah laku kultural yang di pelajari
b. Pola-pola terorganisasi dalam pola-pola tingkah laku budaya di
ajarkan orang dan berlangsung dari satu generasi ke generasi
lainnya
c. Budaya mempunyai aspek material dan non material
d. Budaya tersebar secara seragam oleh anggota masyarakat
e. Tingkah laku kultural menjadi sebuah cara hidup
f. Budaya terus menerus berubah
3
2. Adanya kebutuhan Antropologi filsafat anak ( pandangan tentang hakekat
khuluk atau karateristik anak)
2.1.3 Psikologi
A. Definisi
Psikologi adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku
individu dalam keseluruhan ruang hidupnya, jadi dalam kandungan sampai
balita, dari masa kanak-kanak sampai masa dewasa, serta masa tua.
4
e. Manusia berasal dari Tuhan. Oleh karena itu, manusia diciptakan
sebagai pelajaran bagi manusia sendiri tanpa mengenal batas dan
keyakinan. Kelima alasan tersebut merupakan titik tolak dan
prinsip lahirnya filsafat pendidikan tentang manusia. Hal ini
karena dengan kelima pandangan tersebut, manusia tidak berhenti
mengembangkan pendidikan, baik secara teoretis maupun secara
praktis.Sebagai hasilnya, pendidikan semakin berkembang dan jati
diri manusia semakin diketahui eksistensinya.
2. Pendidikan : Individualisasi (proses pengembangan individu).
2.1.4 Sosiologi
A. Definisi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang stuktur sosial.
5
C. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1. Konsep-konsep sosiologi tetang manusia menjadi dasar penyelenggaraan
pendidikan ( Landasan Sosiologis Pendidikan)
2. Masyarakat sebagai lingkungan tempat berlangsungnya pendidikan.
3. Pendidikan sosialisasi (suatu proses menjadi anggota masyarakat yang
diharapkan)
A. Definisi
Pengertian Politik Menurut Para Ahli dan Secara Umum – Politik (dari bahasa
Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga
negara), adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Menurut para ahli:
1. Aristoteles:
Bahwa arti pengertian politik adalah upaya atau cara untuk memperoleh
sesuatu yang dikehendaki.
2. Joice Mitchel:
Pengertian politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau
pembuatan kebijaksanaan umum masyarakat seluruhnya.
3. Prof. Miriam Budhiarjo:
Pengertian politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu
sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan dari
tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Dalam bahasa yang lebih mudah dipahami, dapat dikatakan bahwa
politik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan negara maupun
proses pengambilan keputusan ketatanegaraan.
4. Johan Kaspar Blunchli:
Politik adalah ilmu yang memerhatikan masalah kenegaraan, dengan
memperjuangkan pengertian dan pemahaman tentang negara dan
keadaannya, sifat-sifat dasarnya dalam berbagai bentuk atau manifestasi
pembangunannya. Menurutnya, politik juga membuat konsep-konsep
pokok tentang negara (state), kekuasaan (power), pengambilan
keputusan (decision marking), kebijaksanaan (policy of beleid), dan
pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).
5. Ibnu Aqil:
6
Politik adalah hal-hal praktis yang mendekati kemaslahatan bagi
manusia dan lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak digariskan oleh
Rasulullah SAW.
A. Definisi
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang upaya manusia
memperoleh kemakmuran materiil manusia.
7
C. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1. Konsep-konsep ekonomik menjadi dasar atau landasan pendidikan
(landasan ekonomikal pendidikan)
2. Kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan dan kegiatan pendidikan
3. Pendidikan: penanaman modal dalam sumber daya manusia atau human
investment , ditinjau dari ekonomi makro
4. Pendidikan = profesionalisasi ,ditinjau dari ekonomi mikro
b. Obyek
1) Obyek filsafat adalah pertanyaan umum yang terbuka/abadi, yaitu
pertanyaan yang tidak pernah selesai dijawab sepanjang hidup
manusia.
2) Obyek yang menjadi lingkup pertanyaan filsafat adalah segala
sesuatu dalam alam semesta dengan segala isinya.
c. Cabang
1) Metafisika = hakikat kenyataan :
8
a) Ontologi = hakikat kenyataan alam semesta
b) Teologi = hakikat Tuhan.
c) Kosmologi = hakikat alam.
d) Humanologi = hakikat manusia.
2) Epistemologi = hakikat mengetahui dan pe-
ngetahuan; logika = hakikat menyimpulkan untuk memperoleh
pengetahuan.
3) Aksiologi = hakikat nilai-nilai:
a) Etika = hakikat baik dan jahat.
b) Estetika = hakikat indah dan jelek.
9
b) Humanologi: Binatang yang bebas mewujudkan dirinya.
c) Epistemologi: Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman.
d) Aksiologi: Nilai ditentukan oleh kebebasan memilih dari seseorang
pribadi.
b. Obyek
1) Masalah hubungan manusia dengan alam.
2) Masalah hubungan manusia dengan manusia.
3) Masalah hubungan manusia dengan Tuhan.
10
c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep manusia seutuhnya sebagai dasar tujuan pendidikan.
2) Pendidikan = humanisasi (proses mewujudkan kemanusiaan, atau
proses menuju tercapainya manusia seutuhnya).
3) Tujuan utama dalam hidup mencapai perwujudan diri sendiri
secara kooperatif.
11
putusan MK No 92/PUU-XII/2014 yang diucapkan dalam sidang pleno
MK tanggal 22-10-2015.
12
Meskipun disadari bahwa pada hakikatnya produk dengan ciri ciri
seperti itu tidak semata mata hasil dari sistem pendidikan sendiri.
Tetapi jika terhadap produk seperti itu sistem pendidikan dianggap
mempunyai andil yang cukup, yang tetap menjadi persoalan ialah
bahwa cara pengukuran mutu produk tersebut maka jika orang
berbicara tentang mutu pendidikan, umumnya hanya mengasosiakan
dengan hasil belajar yang dikenal dengan EBTA,EBTANAS,UN dll.
Padahal hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui
proses belajar yang bermutu. Ini berarti masalah pokok mutu
pendidikan lebih terletak pada pemrosesan pendidikan. Selanjutnya
kelancaran proses pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan
yang terdiri dari: peserta didik, tenaga pendidikan, kurikulum, sarana
pembelajaran, bahkan masyarakat sekitar.
13
pembangunan, yaitu masalah-masalah seperti yang digambarkan dalam
rumusan tujuan pendidikan nasional.
Kebutuhan masyarakat
Relevansi
Hasil
pendidikan
Mutu Tujuan
pendidikan
Proses
Efisiensi
pendidikan
EE
Rancangan
pemerataan pendidikan
Warga Negara
Gambar 1
14
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya permasalahan
pendidikan
Permasalahan pokok pendidikan sebagaimana di atas merupakan masalah
pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung di dalam sistem
pendidikan sendiri. Masalah mikro tersebut berkaitan dengan masalah makro
pembangunan, yaitu masalah di luar sistem pendidikan, sehingga juga harus
diperhitungkan di dalam memecahkan masalah mikro pendidikan, Masalah makro
ini berupa antara lain masalah perkembangan internasional, masalah demografi,
masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya, serta masalah perkembangan
regional.
Masalah-masalah makro yang mempengaruhi berkembangnya masalah
pendidikan,yaitu:
1. Kualitas Guru
Dalam dunia pendidikan guru menduduki posisi tertinggi dalam hal
penyampaian informasi dan pengembangan karakter mengingat guru
melakukan interaksi langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran di
ruang kelas. Disinilah kualitas pendidikan terbentuk dimana kualitas
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru ditentukan oleh kualitas guru
yang bersangkutan.
Secara umum, kualitas guru dan kompetensi guru di Indonesia masih
belum sesuai dengan yang diharapkan. Dari sisi kualifikasi pendidikan,
hingga saat ini dari 2,92 juta guru baru sekitar 51% yang berpendidikan
S-1 atau lebih sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1. Begitu juga
dari persyaratan sertifikasi, hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5% guru
yang memenuhi syarat sertifikasi sedangkan 861.670 guru lainnya belum
memenuhi syarat sertifikasi.
Dari segi penyebarannya, distribusi guru tidak merata. Kekurangan
guru untuk sekolah di perkotaan, desa, dan daerah terpencil masing-
masing adalah 21%, 37%, dan 66%. Sedangkan secara keseluruhan
Indonesia kekurangan guru sebanyak 34%, sementara di banyak daerah
terjadi kelebihan guru. Belum lagi pada tahun 2010-2015 ada sekitar
300.000 guru di semua jenjang pendidikan yang akan pensiun sehingga
harus segera dicari pengganti untuk menjamin kelancaran proses belajar.
15
2. Kurikulum
Melihat latar sejarah pendidikan di Indonesia, ternyata negara ini
telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Minimal telah ada
sepuluh macam kurikulum sebelum lahirnya kurikulum 2013. Kurikulum
itu, Rencana Pelajaran dalam Rencana Pelajaran Terurai(1947), Rencana
Pendidikan Sekolah Dasar(1964), Kurikulum Sekolah Dasar (1968),
Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (1973), juga di
namakan Kurikulum Sekolah Dasar (1975) Kurikulum 1984(1984),
Kurikulum 1994(1994), Revisi Kurikulum 1994 (1997), rintisan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004), Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (2006), dan pada tahun 2013 diberlakukan pula kurikulum
2013. Kurikulum 2013 pasti menemui berbagai kendala dalam
pelaksanaan di lapangan, kendala tersebut antara lain: penyiapan tenaga
guru masih belum maksimal sehingga belum banyak guru yang
mengetahui, memahami, terampil, yakin dan berkemauan untuk
menerapkannya. Kemudian penyiapan buku berupa buku siswa ,buku
panduan guru dan dokumentasi Kurikulum juga belum lengkap, padahal
buku-buku tersebut menjadi acuan bagi siswa dan guru, begitu juga
pendistribusiannya belum merata. Sosialisasi kurikulum 2013 masih
kurang maka belum semua guru mendapat pengetahuan dan informasi,
sedangkan guru yang telah ikut sosialisasi kesulitan menyampaikan
kepada guru lain di sekolah karena pembekalan dirasa kurang lengkap.
3. Kualitas Infrastruktur
Dari dulu hingga sekarang masalah infrastruktur pendidikan masih
menjadi hantu bagi pendidikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya sekolah-sekolah yang belum menerima bantuan untuk
perbaikan sedangkan proses perbaikan dan pembangunan sekolah yang
rusak atau tidak layak dilakukan secara sporadis sehingga tidak kunjung
selesai. Berdasarkan data Kemendiknas, secara nasional saat ini Indonesia
memiliki 899.016 ruang kelas SD namun sebanyak 293.098 (32,6%)
dalam kondisi rusak. Sementara pada tingkat SMP, saat ini Indonesia
memiliki 298.268 ruang kelas namun ruang kelas dalam kondisi rusak
mencapai 125.320 (42%). Bila dilihat dari daerahnya, kelas rusak
terbanyak di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 7.652, disusul
Sulawesi Tengah 1.186, Lampung 911, Jawa Barat 23.415, Sulawesi
Tenggara 2.776, Banten 4.696, Sulawesi Selatan 3.819, Papua Barat 576,
Jawa Tengah 22.062, Jawa Timur 17.972, dan Sulawesi Barat 898.
16
4. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat
Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan
Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan
Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999
mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori
tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu
54, 8% (9,4 juta siswa).
Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas.
Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat
pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu
diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk
mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
17
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas, dapat kita ketahui bahwa pendidikan
terbentuk dari berbagai potensi yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Hal
tersebut terangkum dalam pandangan ilmiah dari sisi manusia sebagai makhluk
yang memiliki karakteristik, budaya, keunikan psikologis, makhluk sosial
(makhluk yg bermasyarakat), makhluk yg berpolitik dan menjalankan usaha
ekonomi, serta memiliki nalar untuk berfikir. Sehingga lahirlah berbagai cabang
dan aliran filsafat yang menjadi dasar/landasan berbagai bidang pendidikan.
Seiring dengan perkembangan ilmu pendidikan, semakin berkembang pula
manusia. Antara lain dalam bidang demografi, iptek dan seni, politik, ekonomi,
sosial budaya,dll., sehingga berkembang pulalah masalah pendidikan baik secara
makro dan mikro.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://.blogspot.com/ncr/D:/Nusantara%20PGRI%20University/Dasar%20dasar%
20pendidikan/referensi/DASAR-
DASAR%20KEPENDIDIKAN%20_%20TUGAS%20KULIAH.html
https://van88.wordpress.com/makalah-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/
19