Anda di halaman 1dari 22

PANDANGAN ILMIAH DAN FILOSOFIS TENTANG MANUSIA DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN SERTA MASALAH


MASALAH PENDIDIKAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Pendidikan


Dosen: Linda Dwiyanti, M.Pd

Oleh:

Dandy Esa Ardana ( 18.1.01.05.0017)


Nilla Norma Sari ( 18.1.01.05.0022)
Ofir Hawila Bantaika ( 18.1.01.05.0013)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat
beserta salam senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir
zaman, amin. Penulisan makalah ini berjudul PANDANGAN ILMIAH DAN
FILOSOFIS TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PENDIDIKAN SERTA MASALAH-MASALAH PENDIDIKAN. Dalam
penyusunan makalah ini tidak terlepas atas bantuan serta bimbingan dari berbagai
pihak, untuk itu kami dengan senang hati mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan: Linda Dwiyanti, M.Pd
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Kediri, 10 November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL ................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................. 2
2.1 Pandangan ilmiah
dan Filosofis
tentang manusia ................................................. 2-7
dan implikasi
pendidikannya
2.2 Pandangan
Filosofis tentang
Manusia dan ................................................. 7-10
implikasi
pendidikannya
2.3 Masalah-masalah
................................................. 10-16
Pendidikan
BAB III PENUTUP ................................................. 17
3.1 Kesimpulan ................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Filsafat (dari bahasa Yunani φιλοσοφία, philosophia, secara harfiah
bermakna "pecinta kebijaksanaan" adalah kajian masalah umum dan mendasar
tentang persoalan seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa.
Definisi filsafat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan
hukumnya. Sedangkan implikasi adalah keterlibatan atau keadaan terlibat.
Sedemikian sehingga filsafat erat kaitannya dengan lahirnya teori-teori yang
nantinya akan menjadi dasar lahirnya sebuah teori pendidikan diberbagai
bidang/keilmuan, seperti: antropologi, biologi, sosial budaya, politik,
ekonomi,dsb.
Berdasarkan pemaparan di atas diharapkan makalah ini dapat menambah
wawasan tentang dasar-dasar pendidikan, khususnya terkait pandangan ilmiah dan
filosofis tentang manusia dan implikasinya terhadap pendidikan serta kaitannya
nanti dengan perkembangan masalah-masalah pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pandangan ilmiah tentang manusia dan implikasi pendidikannya.
2. Pandangan filosofis tentang manusia dan implikasi pendidikannya.
3. Masalah-masalah pendidikan

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam menyusun makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pandangan ilmiah dan filosofis tentang manusia
dan implikasi pendidikannya.
2. Untuk melatih daya pikir penulis dalam pembuatan makalah.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Padangan Ilmiah Tentang Manusia dan Implikasi Pendidikannya

2.1.1. Antropologi Biologis atau Fisik

A. Definisi
Antropologi adalah studi tentang asal usul perkembangan, karakteristik, jenis
(spesies) manusia atau studi tentang ras manusia. Antropologi ilmiah mencakup:
antropologi biologis, antropologi sosial budaya, arkeologi, dan linguistik.
Antropologi biologi/fisik yaitu studi tentang fosil dan kehidupan manusia sebagai
organisme biologis. (Beals, 1977:1).

B. Pandangan terhadap manusia


Menurut antropologi biologi, Manusia adalah homo sapiens :
1. Puncak evolusi organik dari makhluk hidup .
2. Kedudukanya dalam klasifikasi makhluk hidup.
a. Dunia : Binatang
b. Phylum : Chordata
c. Kelas : Mamalia
d. Orde : Primata
e. Family : Hominidae
f. Genus : Homo
g. Spesies : Sapiens
3. Ciri – ciri khas :
a. Berjalan tegak (bipedal locomotion).
b. Mempunyai otak yang besar dan kompleks.
c. Hewan yang tergeneralisasi dapat hidup dalam
berbagai lingkungan.
d. Periode kehamilan yang panjang dan anak lahir tak
berdaya.

C. Implikasi dalam Praktek Pendidikan


Konsep-konsep antropologi biologis menjadi landasan pedidikan
(Landasan Antropologis Pendidikan)
1. Keharusan dan kemungkinan pendidikan.
2. Keragaman praktek pedidikan, baik dalam sejarah manusia maupun
dalam bentuk praktek pendidikan dalam suatu zaman.

2
D. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan :
Lahir dan berkembangnya atropologi pedidikan

2.1.2 Antropologi Budaya

A. Definisi
Antropologi budaya adalah cabang ilmu antropologi yang mempelajari
tentang kebudayaan suatu etnis.
B. Pandangan terhadap manusia
1. Menurut antropologi budaya, Manusia adalah organisme sosial budaya.
Budaya adalah seperangkat cara hidup (berfikir dan berbuat) yang
diperoleh melalui proses belajar, yang memberi ciri pada setiap keputusan
kelompok.
2. Komponen utama budaya
a. Sebuah kelompok atau masyarakat
b. Sebuah lingkungan dalam kelompok atau masyarakat
c. Sebuah budaya material
d. Sebuah tradisi budaya
e. Kegiatan-kegiatan dan perilaku manusia
3. Karakteristik umum budaya
a. Tingkah laku kultural yang di pelajari
b. Pola-pola terorganisasi dalam pola-pola tingkah laku budaya di
ajarkan orang dan berlangsung dari satu generasi ke generasi
lainnya
c. Budaya mempunyai aspek material dan non material
d. Budaya tersebar secara seragam oleh anggota masyarakat
e. Tingkah laku kultural menjadi sebuah cara hidup
f. Budaya terus menerus berubah

C. Implikasi dalam Praktek Pendidikan


Konsep -konsep antropologi sosial budaya menjadi landasan pedidikan
(landasan atropologis pendidikan)
1. Keharusan dan keunikan pendidikan
2. Keragaman kegiatan pendidikan berdasarkan sistem budaya, kesatuan budaya
regional, dan kelompok subkultur
3. Pendidikan adalah enkulturasi ( proses pemindahan budaya dari generasi ke
generasi)

D. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan.


1. Lahir dan berkembagnya atropologi pedidikan yang di pelopori oleh Frans
Boa dan Margareth Mead

3
2. Adanya kebutuhan Antropologi filsafat anak ( pandangan tentang hakekat
khuluk atau karateristik anak)

2.1.3 Psikologi

A. Definisi
Psikologi adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku
individu dalam keseluruhan ruang hidupnya, jadi dalam kandungan sampai
balita, dari masa kanak-kanak sampai masa dewasa, serta masa tua.

B. Pandangan terhadap manusia


Menurut psisologi, manusia adalah Individu yang belajar (callahan & clark:
191- 194) dengan ciri-ciri:
1. Unik (ada perbedaan individual)
2. Banyak kesaman daripada perbedaannya.
3. Mempunyai berbagai diri.
4. Sebuah organisme total.
5. Mempunyai kesiapan bertindak.
6. Mempunyai tugas- tugas perkembangan.
7. Mempunyai berbagai kebutuhan
8. Mempunyai kecenderungan-kecenderungan umum dalam bertingkah
laku.
9. Mempunayi tujuan-tujuan khusus.
10 . Merupakan motivator-motivator dirinya sendiri.

C. Implikasi dalam Praktek Pendidikan


1. Konsep-konsep psikologis tentang individu menjadi dasar pelaksaan
proses kegiatan belajar mengajar ( Landasan Psikologis Pendidikan).
Dalam perpektif filsafat pendidikan, mempelajari jati diri manusia sangat
penting karena alasan berikut:
a. Semua manusia tercipta dalam keadaan tidak memiliki ilmu
pengetahuan, manusia bagian dari alam.
b. Manusia terlahir dalam keadaan fitrah, diciptakan dengan fitrah-
Nya
c. Manusia diwajibkan mencari ilmu, sumber ilmu berasal dari Tuhan
pencipta manusia.
d. Belajar dan mengamati jiwa manusia merupakan metode
mengesakan Tuhan.

4
e. Manusia berasal dari Tuhan. Oleh karena itu, manusia diciptakan
sebagai pelajaran bagi manusia sendiri tanpa mengenal batas dan
keyakinan. Kelima alasan tersebut merupakan titik tolak dan
prinsip lahirnya filsafat pendidikan tentang manusia. Hal ini
karena dengan kelima pandangan tersebut, manusia tidak berhenti
mengembangkan pendidikan, baik secara teoretis maupun secara
praktis.Sebagai hasilnya, pendidikan semakin berkembang dan jati
diri manusia semakin diketahui eksistensinya.
2. Pendidikan : Individualisasi (proses pengembangan individu).

D. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan


1. Lahir dan berkembangnya psikologi pendidikan yang dipelopori oleh
Thorndike.
2. Lahir dan berkembangnyaa aliran pembaharuan pendidikan yang
disebut Developmentalisme atau “Psychological Tendency In
Education “

2.1.4 Sosiologi

A. Definisi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang stuktur sosial.

B. Pandangan Terhadap manusia


1. menurut sosiologi, manusia adalah animal sociale artinya binatang
yang hidup bermasyarakat manusia
2. Masyarakat adalah :
a. Pengalaman kita dengan orang lain di sekitar kita ( Berger &
Berger)
b. Tingkah laku kelompok, hubungan-hubungan di antara manusia,
dan faktor-faktor yang termasuk dan terjadi di dalam hubungan-
hubungan manusia (Ginsberg)
c. Interaksi-interaksi dan interelasi-interelasi manusia( Barlett,dkk)
d. Sebuah sistem yang terbentuk dari cara-cara dan prosedur-
prosedur, kekuasaan, timbal balik, pengelompokan-
pengelompokan dan pembagian-pembagian, pengawasan-
pengawasan dan kebebasan-kebebasan.
e. Sebuah kelompok dengan suatu budaya yang terorganisasi untuk
memberikan kepuasan bagi kebutuhan-kebutuan dan kepentingan-
kepentingan semua orang, dalam arti sempit adalah struktur sosial.

5
C. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1. Konsep-konsep sosiologi tetang manusia menjadi dasar penyelenggaraan
pendidikan ( Landasan Sosiologis Pendidikan)
2. Masyarakat sebagai lingkungan tempat berlangsungnya pendidikan.
3. Pendidikan sosialisasi (suatu proses menjadi anggota masyarakat yang
diharapkan)

D. Implikasi dalam Pegembangan Teori Pendidikan


1. Mendorong lahir dan berkembangnya sosiologi pendidikan.
2. Mendorong lahir dan berkembangnya ilmu pendidikan kependudukan.
3. Medorong lahir dan berkembangnya sosiologis pendidikan, atau
sosiologikal tendency in education, yang lebih menekankan konsep
pendidikan pada proses sosialisasi dari pada individualisasi.

2.1.5 Politika (Ilmu Politik)

A. Definisi
Pengertian Politik Menurut Para Ahli dan Secara Umum – Politik (dari bahasa
Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga
negara), adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Menurut para ahli:
1. Aristoteles:
Bahwa arti pengertian politik adalah upaya atau cara untuk memperoleh
sesuatu yang dikehendaki.
2. Joice Mitchel:
Pengertian politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau
pembuatan kebijaksanaan umum masyarakat seluruhnya.
3. Prof. Miriam Budhiarjo:
Pengertian politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu
sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan dari
tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Dalam bahasa yang lebih mudah dipahami, dapat dikatakan bahwa
politik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan negara maupun
proses pengambilan keputusan ketatanegaraan.
4. Johan Kaspar Blunchli:
Politik adalah ilmu yang memerhatikan masalah kenegaraan, dengan
memperjuangkan pengertian dan pemahaman tentang negara dan
keadaannya, sifat-sifat dasarnya dalam berbagai bentuk atau manifestasi
pembangunannya. Menurutnya, politik juga membuat konsep-konsep
pokok tentang negara (state), kekuasaan (power), pengambilan
keputusan (decision marking), kebijaksanaan (policy of beleid), dan
pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).
5. Ibnu Aqil:

6
Politik adalah hal-hal praktis yang mendekati kemaslahatan bagi
manusia dan lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak digariskan oleh
Rasulullah SAW.

B. Pandangan terhadap manusia


1. Manusia sebagai Animal Politicon (Binatang yang hidup berpolitik)
2. Bidang-bidang ilmu politik
a. Teori politik.
b. Lembaga-lembaga .
c. Partai-partai politik, kelompok-kelompok, dan pendapat umum.
d. Hubungan-hubungan internasional.

C. Implikasi dalam Praktek Pendidikan


1. Konsep-konsep politika menjadi dasar penyelenggaraan pengelolaan
pendidikan makro nasional (Landasan Politikal Pendidikan).
2. Terjalinnya kerjasama internasional dalam bidang pendidikan.
3. Pendidikan Civilisasi (Proses menjadi warga negara yang diharapkan).
4. Pendidikan kewarganegaraan mempunyai kedudukan dan peranan
yang penting.
5. Pendidikan politik.

D. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan


1. Lahir dan berkembangnya politika pendidikan.
2. Lahir dan berkembangnya studi pedidikan internasional (ausland-
pedagogik).

2.1.6 Ekonomi (Ilmu Ekonomi)

A. Definisi
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang upaya manusia
memperoleh kemakmuran materiil manusia.

B. Pandangan terhadap manusia


1. Manusia adalah animal economicus , binatang yang terus berusaha
memperoleh kemakmuran materil.
2. Bidang Ekonomi
a. Konsumsi
b. Produksi
c. Distribusi
d. Pertumbuhan sepanjang waktu

7
C. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1. Konsep-konsep ekonomik menjadi dasar atau landasan pendidikan
(landasan ekonomikal pendidikan)
2. Kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan dan kegiatan pendidikan
3. Pendidikan: penanaman modal dalam sumber daya manusia atau human
investment , ditinjau dari ekonomi makro
4. Pendidikan = profesionalisasi ,ditinjau dari ekonomi mikro

D. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan


1. Lahir dan berkembangnya ekonomika pendidikan
2. Lahir dan berkembana studi pendidikan dan pembangunan .

2.2 Pandangan Filosofis tentang Manusia dan Implikasi Pendidikan

2.2.1 Filsafat Umum/Murni


a. Batasan
1) Filsafat adalah studi tentang kebenaran alam semesta dan isinya.
(Beck, 1979: 2)
2) Karakteristik telaah filosofis:
a) Kritis, yaitu berpikir mengungkapkan dan memecahkan
masalah secara menyeluruh (komprehensif) dan
mendalam.
b) Spekulatif (kontemplatif), yaitu berpikir menerobos
melampaui fakta atau data-data yang tersedia dalam rangka
menemukan hal yang hakiki.
c) Fenomenologis, yaitu berpikir berawal dari gejala
(fenomena) dan kemudian mencoba terus menguliti,
mengurangi atau mereduksi
hal-hal yang tak penting, untuk sampai pada hal yang
menjadi hakekat (eidos) dari gejala.
d) Normatif, yaitu berpikir yang tertuju untuk mencari hal-hal
yang seharusnya.

b. Obyek
1) Obyek filsafat adalah pertanyaan umum yang terbuka/abadi, yaitu
pertanyaan yang tidak pernah selesai dijawab sepanjang hidup
manusia.
2) Obyek yang menjadi lingkup pertanyaan filsafat adalah segala
sesuatu dalam alam semesta dengan segala isinya.

c. Cabang
1) Metafisika = hakikat kenyataan :

8
a) Ontologi = hakikat kenyataan alam semesta
b) Teologi = hakikat Tuhan.
c) Kosmologi = hakikat alam.
d) Humanologi = hakikat manusia.
2) Epistemologi = hakikat mengetahui dan pe-
ngetahuan; logika = hakikat menyimpulkan untuk memperoleh
pengetahuan.
3) Aksiologi = hakikat nilai-nilai:
a) Etika = hakikat baik dan jahat.
b) Estetika = hakikat indah dan jelek.

d. Aliran-aliran Filsafat Umum


1) Idealisme:
a) Metafisika: Kenyataan = sebuah dunia pikiran/rohaniah.
b) Humanologi: Binatang yang berpikir.
c) Epistemologi: Pengetahuan yang benar melalui mata
batin/pikiran/intuisi.
d) Aksiologi: Manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang
bersumber dari Tuhan/ kekuatan rohaniah dari alam.
2) Realisme
a) Metafisika: Kenyataan = sebuah dunia benda-benda.
b) Humanologi: Binataag yang berbuat.
c) Epistemologi: Pengetahuan yang benar diperoleh melalui
pengalaman pendriaan.
d) Aksiologi: Manusia diatur oleh hukum alam.
3) Neo-Thomisme:
a. Metafisika: Kenyataan = sebuah dunia rasio dan Tuhan.
b. Humanologi: Makhluk yang berpikir dan beriman/percaya.
c. Epistemologi: Pengetahuan diperoleh melalui rasio dan percaya.
d. Aksiologi: Pengetahuan tentang kebaikan diperlukan agar
dapat berbuat baik. Kebaikan tertinggi adalah kebaikan yang
bersumber pada pengetahuan dan Tuhan.
4) Eksperimentalisme/Instrumentalisme:
a) Metafisika: Kenyataan = sebuah dunia pengalaman.
b) Humanologi :Binatang yang berevolusi fisik, psikis, dan sosial.
c) Epistemologi: Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman
pendriaan.
d) Aksiologi: Yang baik adalah yang ternyata berguna dalam
masyarakat.
5) Eksperimentalisme
a) Metafisika: Kenyataan = sebuah dunia keberadaan
(eksistensi) manusia di dunia.

9
b) Humanologi: Binatang yang bebas mewujudkan dirinya.
c) Epistemologi: Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman.
d) Aksiologi: Nilai ditentukan oleh kebebasan memilih dari seseorang
pribadi.

e. Implikasi dalam Praktek Pendidikan


1) Konsep-konsep filsafat umum (metafisika, epistemologi. dan
aksiologi) menjadi dasar/landasan penyelenggaraan pendidikan
(Landasan Filosofis Pendidikan).
2) Munculnya sekolah-sekolah percobaan (Kindergarten dari Froebel
merupakan penerapan gagasan pendidikan idealistik; Casa De
Bambini merupakan sekolah dari Montessori yang merupakan
penerapan gagasan pendidikan naturalistik; Laboratory School dari J.
Dewey merupakan penerapan gagasan pendidikan
pragmatik/ eksperimentalistik; dan sebagainya).

f. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan


1) Munculnya filsafat pendidikan, yang dipelopori oleh Plato.
2) Lahir dan berkembangnya mazhab-mazhab/aliran-aliran Filsafat
pendidikan, antara lain:
a) Filsafat pendidikan idealisme: pendidikan = pemekaran
kemampuan berpikir.
b) Filsafat pendidikan realisme: pendidikan = pemekaran
kemampuan berbuat dan berpe-ngalaman.
c) Filsafat pendidikan eksperimentalisme/instrumentalisme:
rekonstruksi pengalaman yang terus berlangsung sepanjang
hidup.
d) Filsafat pendidikan eksistensialisme: pendidikan = perwujudan
kebebasan diri sendiri.

2.2.2 Filsafat Antropologi atau Antropologi Filosofis


a. Batasan
Filsafat antropologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki hakekat
manusia sebagai keseluruhan, atau manusia seutuhnya. Pengetahuan
filosofis tentang manusia pada dasarnya adalah refleksi manusia tentang
dirinya sendiri (Selbstbesing).

b. Obyek
1) Masalah hubungan manusia dengan alam.
2) Masalah hubungan manusia dengan manusia.
3) Masalah hubungan manusia dengan Tuhan.

10
c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep manusia seutuhnya sebagai dasar tujuan pendidikan.
2) Pendidikan = humanisasi (proses mewujudkan kemanusiaan, atau
proses menuju tercapainya manusia seutuhnya).
3) Tujuan utama dalam hidup mencapai perwujudan diri sendiri
secara kooperatif.

d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan


1) Timbul kebutuhan studi filsafat antropologi anak yang tertuju
membahas khuluk atau hakikat anak (anak dilahirkan baik; anak
dilahirkan tidak berdaya tapi penuh potensi, dan sebagainya).
2) Mendorong lahir dan berkembangnya pedagogik atau ilmu mendidik
yang memadukan aspek faktual dengan aspek normatif yang
dipelopori oleh Herbart (perpaduan antara aspek filosofis yang
menentukan tujuan-tujuan pendidikan dengan aspek psikologis yang
menentukan cara-cara atau metode-metode pendidikan).

2.3 Masalah Masalah Pendidikan

2.3.1 Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya

1. Masalah pemerataan pendidikan


Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana
sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas luasnya
kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga
pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya
manusia untuk menunjang pembangunan.
Pemerataan pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang
Undang No.4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Pada Bab XI, pasal 17 berbunyi:
“Tiap tiap warga Negara Republik Indonesia mempunyai hak yang
sama untuk diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat
yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah itu
dipenuhi”.

Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib belajar Program Pendidikan


Menengah Umum (PMU) sebagai rintisan program wajib belajar 12
tahun yang digulirkan pemerintah tahun 2013. Pada tanggal 20
Oktober 2014 diterima Mahkamah Konstitusi setelah diperbaiki,
tentang pengajuan pengujian pasal 6 ayat 1 UU No 20 Tahun 2003
terkait usia wajib belajar 7 s.d. 15 tahun (wajib belajar 9 tahun) untuk
menjadi wajib belajar 12 tahun ditolak MK secara keseluruhan melalui

11
putusan MK No 92/PUU-XII/2014 yang diucapkan dalam sidang pleno
MK tanggal 22-10-2015.

Namun secara Nasional agar terlaksananya Program Pemerintah yakni


Program Indonesia Pintar (PIP) melalui penerbitan Kartu Indonesia
Pintar (KIP) dengan Permen Dikbud No 19 tahun 2016 Pasal 2 huruf a
usia wajib belajar adalah 6 (enam) tahun sampai dengan 21 (duapuluh
satu) tahun atau tamat satuan pendidikan menengah sebagai rintisan
wajib belajar 12 tahun.

Pemecahan masalah pemerataan pendidikan


Cara konvensional antara lain:

a. Membangun gedung sekolah seperti SD inpres dan atau ruangan


belajar.
b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem
bergantian pagi dan sore).
Cara inovatif,antara lain:

a. Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru)


b. SD kecil pada daerah terpencil
c. Sistem guru kunjung
d. SMP terbuka
e. Kejar paket A dan B
f. Belajar jarak jauh seperti Universitas Terbuka
g. Home Schooling

2. Masalah mutu pendidikan


Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum
mencapai taraf seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil
pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil sebagai
produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi.
Selanjutnya, jika luaran tersebut terjun ke lapangan kerja penilaian
dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan
sistem tes unjuk kerja (performance test). Lazimnya sesudah itu masih
dilakukan pelatihan/pemagangan bagi calon untuk penyesuaian dengan
tuntutan persyaratan kerja di lapangan.
Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas
keluarannya. Jika tujuan pendidikan nasional dijadikan kriteria, maka
pertanyaannya adalah: apakah keluaran dari suatu system pendidikan
menjadikan pribadi yang bertakwa, mandiri dan berkarya, anggota
masyarakat yang social dan bertanggung jawab, warganegara yang
cinta kepada tanah air dan memiliki rasa kesetiakawanan social.

12
Meskipun disadari bahwa pada hakikatnya produk dengan ciri ciri
seperti itu tidak semata mata hasil dari sistem pendidikan sendiri.
Tetapi jika terhadap produk seperti itu sistem pendidikan dianggap
mempunyai andil yang cukup, yang tetap menjadi persoalan ialah
bahwa cara pengukuran mutu produk tersebut maka jika orang
berbicara tentang mutu pendidikan, umumnya hanya mengasosiakan
dengan hasil belajar yang dikenal dengan EBTA,EBTANAS,UN dll.
Padahal hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui
proses belajar yang bermutu. Ini berarti masalah pokok mutu
pendidikan lebih terletak pada pemrosesan pendidikan. Selanjutnya
kelancaran proses pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan
yang terdiri dari: peserta didik, tenaga pendidikan, kurikulum, sarana
pembelajaran, bahkan masyarakat sekitar.

Pemecahan masalah mutu pendidikan


Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya
meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia,
dan manajemen sebagai berikut:
a. Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya
untuk SLTA dan PT.
b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi
lanjut, misalnya berupa pelatihan, penataran, seminar, kegiatan
kegiatan kelompok studi.
c. Penyempurnaan kurikulum
d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang
tenteram untuk belajar.
e. Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media
pembelajaran dan peralatan laboratorium
f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai
anggaran.
g. Kegiatan pengendalian mutu

3. Masalah efisiensi pendidikan


Beberapa masalah efisiensi pendidikan antara lain:
a. Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan
b. Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga
4. Masalah relevansi pendidikan
Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem
pendidikan dapat menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan

13
pembangunan, yaitu masalah-masalah seperti yang digambarkan dalam
rumusan tujuan pendidikan nasional.

2.3.2 Keterkaitan antara masalah masalah pokok dalam pendidikan


Meskipun keempat masalah pendidikan seperti yang telah dikemukaan
dalam butir 2.2.1 di atas dapat dibedakan satu sama lain, namun dalam kenyataan
pelaksanaan pendidikan dilapangan masalah-masalah tersebut saling berkaitan.
Bahkan, mungkin secara serentak muncul dalam permukaan meskipun dengan
bobot yang tidak sama.

Keterkaitan masalah masalah pendidikan tersebut dapat diilustrasikan


dalam bentuk bagan sebagai berikut: (lihat gambar 1)

Kebutuhan masyarakat

Relevansi

Hasil
pendidikan

Mutu Tujuan
pendidikan

Proses
Efisiensi
pendidikan
EE

Rancangan
pemerataan pendidikan

Warga Negara

(masukan mentah pendidikan)

Gambar 1
14
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya permasalahan
pendidikan
Permasalahan pokok pendidikan sebagaimana di atas merupakan masalah
pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung di dalam sistem
pendidikan sendiri. Masalah mikro tersebut berkaitan dengan masalah makro
pembangunan, yaitu masalah di luar sistem pendidikan, sehingga juga harus
diperhitungkan di dalam memecahkan masalah mikro pendidikan, Masalah makro
ini berupa antara lain masalah perkembangan internasional, masalah demografi,
masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya, serta masalah perkembangan
regional.
Masalah-masalah makro yang mempengaruhi berkembangnya masalah
pendidikan,yaitu:

1. Perkembangan iptek dan seni


2. Laju pertumbuhan penduduk
3. Aspirasi masyarakat
4. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan

2.3.4 Masalah masalah aktual pendidikan

1. Kualitas Guru
Dalam dunia pendidikan guru menduduki posisi tertinggi dalam hal
penyampaian informasi dan pengembangan karakter mengingat guru
melakukan interaksi langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran di
ruang kelas. Disinilah kualitas pendidikan terbentuk dimana kualitas
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru ditentukan oleh kualitas guru
yang bersangkutan.
Secara umum, kualitas guru dan kompetensi guru di Indonesia masih
belum sesuai dengan yang diharapkan. Dari sisi kualifikasi pendidikan,
hingga saat ini dari 2,92 juta guru baru sekitar 51% yang berpendidikan
S-1 atau lebih sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1. Begitu juga
dari persyaratan sertifikasi, hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5% guru
yang memenuhi syarat sertifikasi sedangkan 861.670 guru lainnya belum
memenuhi syarat sertifikasi.
Dari segi penyebarannya, distribusi guru tidak merata. Kekurangan
guru untuk sekolah di perkotaan, desa, dan daerah terpencil masing-
masing adalah 21%, 37%, dan 66%. Sedangkan secara keseluruhan
Indonesia kekurangan guru sebanyak 34%, sementara di banyak daerah
terjadi kelebihan guru. Belum lagi pada tahun 2010-2015 ada sekitar
300.000 guru di semua jenjang pendidikan yang akan pensiun sehingga
harus segera dicari pengganti untuk menjamin kelancaran proses belajar.

15
2. Kurikulum
Melihat latar sejarah pendidikan di Indonesia, ternyata negara ini
telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Minimal telah ada
sepuluh macam kurikulum sebelum lahirnya kurikulum 2013. Kurikulum
itu, Rencana Pelajaran dalam Rencana Pelajaran Terurai(1947), Rencana
Pendidikan Sekolah Dasar(1964), Kurikulum Sekolah Dasar (1968),
Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (1973), juga di
namakan Kurikulum Sekolah Dasar (1975) Kurikulum 1984(1984),
Kurikulum 1994(1994), Revisi Kurikulum 1994 (1997), rintisan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004), Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (2006), dan pada tahun 2013 diberlakukan pula kurikulum
2013. Kurikulum 2013 pasti menemui berbagai kendala dalam
pelaksanaan di lapangan, kendala tersebut antara lain: penyiapan tenaga
guru masih belum maksimal sehingga belum banyak guru yang
mengetahui, memahami, terampil, yakin dan berkemauan untuk
menerapkannya. Kemudian penyiapan buku berupa buku siswa ,buku
panduan guru dan dokumentasi Kurikulum juga belum lengkap, padahal
buku-buku tersebut menjadi acuan bagi siswa dan guru, begitu juga
pendistribusiannya belum merata. Sosialisasi kurikulum 2013 masih
kurang maka belum semua guru mendapat pengetahuan dan informasi,
sedangkan guru yang telah ikut sosialisasi kesulitan menyampaikan
kepada guru lain di sekolah karena pembekalan dirasa kurang lengkap.

3. Kualitas Infrastruktur
Dari dulu hingga sekarang masalah infrastruktur pendidikan masih
menjadi hantu bagi pendidikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya sekolah-sekolah yang belum menerima bantuan untuk
perbaikan sedangkan proses perbaikan dan pembangunan sekolah yang
rusak atau tidak layak dilakukan secara sporadis sehingga tidak kunjung
selesai. Berdasarkan data Kemendiknas, secara nasional saat ini Indonesia
memiliki 899.016 ruang kelas SD namun sebanyak 293.098 (32,6%)
dalam kondisi rusak. Sementara pada tingkat SMP, saat ini Indonesia
memiliki 298.268 ruang kelas namun ruang kelas dalam kondisi rusak
mencapai 125.320 (42%). Bila dilihat dari daerahnya, kelas rusak
terbanyak di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 7.652, disusul
Sulawesi Tengah 1.186, Lampung 911, Jawa Barat 23.415, Sulawesi
Tenggara 2.776, Banten 4.696, Sulawesi Selatan 3.819, Papua Barat 576,
Jawa Tengah 22.062, Jawa Timur 17.972, dan Sulawesi Barat 898.

16
4. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat
Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan
Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan
Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999
mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori
tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu
54, 8% (9,4 juta siswa).
Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas.
Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat
pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu
diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk
mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.

5. Mahalnya Biaya Pendidikan


pendidikan merupakan salah satu dari problematika pendidikan
yang ada di Indonesia. Pada tiap tahun selalu saja terdengar keluhan
masyarakat terhadap mahalnya biaya pendidikan yang harus
dibayar,selain itu juga adanya fasilitas pendidikan yang kurang
memadai,seperti masih ada gedung sekolah yang ambruk,ruang belajar
yang kurang tertata dan fasilitas pendidikan dalam keadaan minim,dan
lain-lain. Sementara pada sisi lain, Pemerintah sudah menganggarkan
biaya pendidikan sebesar 20 % dari APBN dan anggaran tersebut
merupakan anggaran yang paling tinggi saat ini.tidak ada anggaran
kementrian lainnya, yang melebihi besarnya anggaran yang diperuntukkan
bagi kementrian pendidikan nasional. Pendidikan bermutu itu mahal.
Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang
harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan.
Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga
Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan
lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.

Mahalnya biaya pendidikan yang selama ini dirasakan oleh


masyarakat, semakin disadari tidak sebanding dengan mutu pendidikan
yang dinikmati masyarakat. Biaya pendidikan di berbagai daerah di
Indonesia mengalami kenaikan fantastik mengikuti deret ukur
(kepentingan pasar), namun kualitasnya berjalan di tempat.

17
BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas, dapat kita ketahui bahwa pendidikan
terbentuk dari berbagai potensi yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Hal
tersebut terangkum dalam pandangan ilmiah dari sisi manusia sebagai makhluk
yang memiliki karakteristik, budaya, keunikan psikologis, makhluk sosial
(makhluk yg bermasyarakat), makhluk yg berpolitik dan menjalankan usaha
ekonomi, serta memiliki nalar untuk berfikir. Sehingga lahirlah berbagai cabang
dan aliran filsafat yang menjadi dasar/landasan berbagai bidang pendidikan.
Seiring dengan perkembangan ilmu pendidikan, semakin berkembang pula
manusia. Antara lain dalam bidang demografi, iptek dan seni, politik, ekonomi,
sosial budaya,dll., sehingga berkembang pulalah masalah pendidikan baik secara
makro dan mikro.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://.blogspot.com/ncr/D:/Nusantara%20PGRI%20University/Dasar%20dasar%
20pendidikan/referensi/DASAR-
DASAR%20KEPENDIDIKAN%20_%20TUGAS%20KULIAH.html

Mudyahar, Redjo. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafika Persaja.

https://van88.wordpress.com/makalah-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/

19

Anda mungkin juga menyukai