MODUL IV
Dalam modul 4 ini akan dibahas tentang morfologi tubuh atau bentuk umum tubuh,
pendugaan umur ternak, pengukuran bagian- bagian tubuh (ukuran linear tubuh), penimbangan
dan pendugaan berat badan, serta penilaian skor kondisi tubuh ternak kambing dan domba.
Variabel-variabel tersebut di atas adalah penting menjadi dasar pertimbangan dalam menilai atau
melakukan judging produksi ternak yang bersangkutan. Pada umumnya permasalahan yang
sering timbul dalam usaha peternakan adalah sulitnya mendapatkan bibit yang diinginkan. Bibit
yang baik akan mempengaruhi hasil produksi yang optimal, dan sebaliknya pengadaan bibit
yang tidak sesuai dengan kriteria, akan menimbulkan berbagai masalah. Pengadaan bibit tanpa
dilakukan pemilihan ataupun seleksi bibit terlebih dahulu, akan menimbulkan berbagai masalah/
persoalan yang akan mempengaruhi hasil produksi akhir.Oleh karena itu apabila mahasiswa
serius mempelajari variabel-variabel atau materi dalam modul 4 ini secara tuntas maka
menentukan tipe dan kapasitas ternak sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Pada dasarnya
penilaian ternak dilaksanakan berdasarkan atas apa yang terlihat dari segi penampilannya dan
kadang-kadang terdapat hal-hal yang oleh peternak dianggap sangat penting. Untuk menilai
ternak, terlebih dahulu harus diketahui bagian-bagian serta konformasi tubuh yang ideal dari
ternak itu sendiri. Dengan demikian, maka kita dapat menentukan perbandingan antara kondisi
ternak yang ideal dengan kondisi ternak yang akan kita nilai. Bagian-bagian tubuh ternak yang
mendekati kondisi ideal dapat menunjang produksi yang akan dihasilkan. Tilik ternak adalah
mempelajari bentuk-bentuk tubuh dari luar untuk menentukan atau meramalkan prestasi dari
seekor ternak. Sesuai tujuan pemeliharaan sekaligus untuk menilai tingkat kemurnian bangsa
Ilmu Tilik Ternak
ternak dan merupakan alat bantu pelaksanaan program seleksi ternak dalam rangka perbaikan
Pada dasarnya penilaian dilakukan dengan dua sistem ialah secara visual (subyektif),
disini amat diperlukan bakat dan seni dari masing-masing penilai atau juri, bakat disertai
dengan pengalaman akan dapat menghasilkan nilai yang mendekati keadaan yang sebenarnya.
Dalam tahap penilaian ini ternak harus dinilai dari samping, belakang, depan, saat berjalan dan
perabaan dimana nilainya masing-masing dalam kartu nilai ( score card ) yang telah ditetapan.
Sistem kedua adalah penilaian secara obyektif yaitu nilai statistik vital antara lain dengan
pengukuran linier antara lain berat badan, umur, lingkaran, panjang, lebar dan tinggi masing-
Ternak kambing dan domba tergolong dalam tipe potong, tipe perah, tipe wool, tipe kulit
dan tipe bulu dan tipe dwiguna/dual purpose (gabungan dari dua tipe atau lebih). Karena
permintaan konsumen yang menginginkan produk peternakan dengan kualitas yang semakin
meningkat dan faktor-faktor produksi serta manajemen yang berbeda di setiap tipe ternak, maka
sekarang tidak banyak peternak/perusahaan yang mengembangkan tipe dwiguna. Ternak akan
digunakan sebagai ternak untuk tipe lain, bila ternak tersebut tidak lagi dimanfaatkan sebagai
penghasil produk utamanya, contoh setelah selesai masa produksi susu maka tipe perah
digemukkan untuk menghasilkan daging atau ternak tipe perah yang tidak terpilih menjadi bibit
Morfologi tubuh adalah bentuk secara umum seekor ternak dikaitkan dengan tujuan
pemeliharaannya. Sebelum kita melihat morfologi dari tipe-tipe ternak maka sebaiknya kita
mempelajari istilah-istilah khusus untuk menyebutkan ternak kambing dan domba berdasarkan
1. Tipe : hewan dalam satu bangsa yang dibedakan menurut kemampuan produksinya,
3. Lambing interval : jarak beranak antara kelahiran satu dengan kelahiran berikutnya pada
domba
Ilmu Tilik Ternak
4. Kidding Interval : jarak beranak antara kelahiran satu dengan kelahiran berikutnya pada
kambing
6. Days open : waktu kosong setelah ternak beranak sampai dikawinkan kembali
13. Dagging : membersihkan wol pada kaki belakang domba dari feces
15. Flushing : memberikan makanan tambahan yang lebih baik pada ternak menjelang musim
16. Grazing : cara makan di mana ternak mengambil / makan rumput sendiri di padang
penggembalaan/pastura
17. Goat : kambing untuk segala jenis umur dan segala jenis kelamin
Menurut kegunaannya domba dibagi 4 tipe yaitu tipe wool sebagai penghasil wool, tipe
potong sebagai penghasil daging, tipe perah sebagai penghasil susu dan tipe kulit sebagai
penghasil kulit bersama dengan tipe wool. Kambing dibagi atas tiga tipe yaitu tipe potong
Ilmu Tilik Ternak
sebagai penghasil daging, tipe perah sebagai penghasil susu dan tipe bulu sebagai penghasil
mohair. Setiap tipe dari ternak kambing dan domba ini memiliki ciri-ciri dan bentuk tubuh
Domba
Hampir semua bangsa domba memiliki wool/bulu yang cukup tebal/panjang tetapi
khusus bagi domba tipe wool pertumbuhan bulu/woolnya lebih cepat, bertubuh ringan, kaki
halus, berdaging tipis, serta berperilaku lincah dan aktif. Badan ramping, tidak gemuk dan
nampak gemuk karena wool yang tebal dan lebat. Antara permukaan daging dan kulit agak
longgar karena itu kulitnya berlipat lipat untuk memperluas permukaan kulit agar produksi wool
Beberapa domba yang termasuk tipe wol antara lain merino, rambouillet, dorset, dan suffolk.
- Karkas 48%
- Wool sedikit
Domba tipe potong memiliki bentuk badan padat, dada lebar dan dalam, leher pendek, serta garis
punggung dan pinggang lurus serta kaki pendek dan seluruh tubuh berurat daging yang padat.
Untuk lebih jelas membedakan bentuk badan domba tipe potong dan wool dapat dilihat pada
Gambar 5.
a b
Gambar 5. Perbedaan bentuk badan domba tipe potong (a) dan tipe wool (b)
Sama seperti tipe perah dari ternak lainnya domba tipe perah memiliki ciri-ciri atau
bentuk badan seperti tubuh luas ke belakang (berbentuk segitiga), sistem dan bentuk
perambingan baik, puting simetris. Bangsa domba perah yang terkenal yaitu domba Friesland,
Zealand dan Vlaams yang berasal dari Belanda. Bangsa domba ini merupakan penghasil susu
yang baik karena kadar lemaknya tinggi dan bisa dibuat keju.
- kualitas wool rendah, bentuk badan sempit, leher panjang dengan kepala kecil
(a) (b)
Domba tipe kulit biasanya merupakan tipe potong dengan kualitas kulit yang baik dan
Domba asli Indonesia belum dapat dikelompokkan ke salah satu tipe walaupun demikian,
domba-domba di Indonesia umumnya mengarah kepada tipe potong atau pedaging. Hal itu
disebabkan domba tipe wool sampai saat ini belum diminati oleh peternak di Indonesia. Di
samping itu, pemasaran wool di Indonesia belum ramai karena iklim Indonesiakurang sesuai
Kambing
Ciri utama kambing tipe potong adalah pertumbuhannya yang cepat, rataan pertambahan berat
tubuh antara 0,02 – 0,04 kg per hari. Tubuhnya yang lebar, panjang, dalam, dan berkaki
pendek,bertubuh kokoh serta pundaknya luas dan ke belakang dipenuhi dengan pantat yang
berotot.
Contoh :Kambing Boer dari Afrika Selatan, Jamnapari dari India, Sahel dari Afrika Barat,
- Ambing besar
Gambar 8. Bentuk badan kambing perah yang baik dan tidak baik
A. Perhatikan ukuran tubuh kambing tersebut, kambing yang besar akan memiliki
kemungkinan yang lebih besar dalam menghasilkan susu yang lebih banyak
dibandingkan kambing yang berukuran lebih kecil. Bagi kambing perah (kambing
Saanen, Toggenburg, Anglo Nubian) pilih yang kira-kira beratnya 42 kg dan tingginya
sekitar 67cm. Untuk kambing Peranakan Ettawa (P.E) betina pilihlah yang beratnya
minimal 20kg.
B. Bagian bagian tubuh kambing tidak boleh cacat, matanya bersinar/tidak sayu.
C. Kambing perah lebih jinak dan ramah, gerakannya lincah dan aktif bergerak.
D. Ambing.
Ilmu Tilik Ternak
Ambing yang baik adalah : Ambing yang kencang kulit luarnya, dan tidak jatuh atau
lemas. Semakin bertambah umur maka ambingnya juga akan semakin turun ke bawah.
Dalam dunia peternakan kriteria ambing disebut dengan Udder Depth/lebar ambing. Hal
ini dapat dilihat dari jarak antar bagian bawah ambing dengan lutut kambing.
Produksi susu juga dipengaruhi oleh volume ambing. Volume ambing dapat dihitung
dengan cara melihat perbandingan antara diameter horizontal dan vertikal, ambing yang
Pilihlah bagian puting yang besar dan panjang sehingga memudahkan anda dalam
Mohair sangat mirip dengan wool dalam komposisi kimia teteapi tidak memiliki
permukaan yang halus, perbedaan yang paling mendasar adalah pada seratnya yang kuat dan
elastis. Mohair tidak memiliki sifat felting wool, sangat mirip dengan wool kasar dalam ukuran
serat, memiliki kilau yang cukup, dan mudah menyerap warna. Mohair digunakan sebagai bahan
untuk pembuatan plushes/pakaian mahal, dan bahan lain di mana kekuatan, keindahan, dan daya
tahan yang diinginkan. Umumnya ciri-ciri kambing penghasil mohair sama dengan domba
penghasil wool, berbadan ramping dengan karkas yang rendah dan mempunyai kulit yang
Pengetahuan tentang umur pada suatu peternakan mempunyai arti penting, karena
berhubungan dengan biaya dan waktu hewan tersebut masih bisa dipelihara. Penafsiran umur ini
dapat dilihat menggunakan metode pengamatan pada pergantian dan keterasahan gigi seri,
wawancara dengan pemillik ternak, recording, atau munculnya cincin tanduk serta melihat
pertumbuhan bulu dan tingkah lakunya. Keakuratan tertinggi adalah dengan melihat catatan
kelahiran, tetapi hal itu sulit dilakukan dalam praktek, lebih-lebih terhadap ternak rakyat. Dengan
melihat pertumbuhan tanduk lebih sukar dilakukan dan keakuratannya rendah karena
pertumbuhan tanduk ada kaitannya dengan kecukupan gizi terutama mineral, ditambah lagi tidak
semua ternak memiliki tanduk. Umumnya yang digunakan sebagai alat untuk menentukan umur
pada kuda, sapi, kerbau dan domba atau kambing adalah keadaan dan pertumbuhan gigi, karena
pertumbuhan, pergantian dan pergeseran dari gigi terjadi pada umur-umur tertentu dan tiap jenis
ternak agak serupa sehingga mudah diikuti dan hampir dapat dipercaya kebenarannya
Berikut ini disajikan sedikit penjabaran mengenai cara-cara penafsiran umur ternak
tersebut, yaitu :
Penafsiran umur dengan melihat perkembangan dan pergantian gigi seri serta
terasahnya gigi seri (permanen). Pada anak terasahnya gigi tidak seberapa karena
makanannya hanya diberi air susu, sedangkan pada ternak dewasa terasahnya lebih banyak
Ternak ruminansia (termasuk kambing dan domba) tidak mempunyai gigi taring. Gigi
seripun hanya terdapat pada rahang bawah, sedangkan rahang atas hanyalah berupa bantalan
tenunan pengikat yang kuat. Gigi geraham terdapat pada kedua rahang. Jumlah gigi seri ada 4
pasang (8 buah), geraham depan 12 buah dan geraham belakang ada 12 buah. Jadi jumlah
gigi kambing/domba yang lengkap ada 32 buah. Gigi seri yang tumbuh pada umur muda
disebut gigi seri susu. Gigi susu ini kecil dan agak tajam serta tumbuhnya agak renggang satu
sama lain. Gigi seri susu ini sifatnya hanya sementara. Karena pada suatu saat akan tanggal
(jatuh) dan digantikan dengan gigi seri tetap. Pergantian gigi seri susu dan gigi seri tetap ini
yang digunakan untuk menaksir umur ternak. Sedangkan pada ternak tua ditaksir berdasarkan
keausan gigi seri ini, berhubungan dengan kondisi pakan. Ternak yang dilepas/digembalakan,
gigi serinya relatif lebih cepat tanggal atau aus dari pada ternak yang dikandangkan.
gigi gerahamnya karena gigi seri tetap belum ada. Sepasang gigi tetap (sebanyak 2 buah)
umur ternak kambing/domba kurang lebih 1 sampai dengan 2 tahun. Dua pasang gigi tetap (4
buah gigi tetap) menandakan umur tersebut 2-3 tahun. Juga pasang gigi tetap (6 buah)
berumur 3-4 tahun. Jika ternak memiliki empat pasanggigi tetap (8 buah) harus berumur 4-5
tahun. Tetapi jika gigi tetap aus dan mulai lepas maka ternak tersebut berumur diatas 5 tahun.
keausan gigi ternak. Pertumbuhan gigi ternak terbagi tiga periode yaitu, periode gigi susu,
periode penggantian gigi susu menjadi gigi tetapserta periode kausan gigi tetap. Untuk lebih
M3 P3 C0 I0 M3 P3 C0 I0
M3 P3 C0 I4 M3 P3 C0 I4
Keterangan :
I = Incicors (gigi seri),
C = Canini (gigi taring)
P = Premolar (gigi geraham muka),
M = Molar (gigi geraham belakang)
Ilmu Tilik Ternak
1 tahun
Gigi seri susu sudah lengkap
1-2 tahun
2 gigi seri susu sudah berganti gigi tetap
4 gigi seri susu sudah berganti gigi tetap
2-3 tahun
3-4 tahun
6 gigi seri susu sudah berganti gigi tetap
4-5 tahun
8 gigi seri susu sudah berganti gigi tetap
untuk menafsirkan umur. Rumus yang digunakan untuk ternak kambing yaitu :
Y = X + 1
1 merupakan koefisien rata-rata kambing/domba bunting pada umur 1 tahun. Tiap cincin
Ilmu Tilik Ternak
tanduk berhubungan erat dengan kelahiran, periode laktasi dan jalannya pemeliharaan.
Sesudah selesai periode kebuntingan pertama, pangkal tanduknya timbul suatu alur
melingkar dan selanjutnya setiap kali bunting hal demikian akan terjadi lagi. Pengaruh
pencemaran, penyakit dan musim panas menyebabkan cincin tanduk kelihatan dangkal dan
tidak terang. Setiap cincin tanduk adalah 8 bulan karena kambing/domba secara normal akan
beranak setiap 8 bulan. Misalkan terdapat dua lingkaran maka umur kambing/domba adalah:
Y=X+1
= 2 (8 bulan) + 1 tahun (12 bulan)
= 16 bulan + 12 bulan
= 28 bulan
Secara umum sejak umur 3 bulan, tanduk kambing/domba akan tumbuh dan secara
bertahap pada dasar tanduk akan terlihat lingkaran-lingkaran yang mengelilingi. Pada ternak
betina yang secara teratur beranak, dapat dilihat jelas pertumbuhan tanduknya. Penaksiran
dengan metode lingkar tanduk ini hanya dapat digunakan pada sapi dewasa, maka perlu
dilengkapi dengan taksiran dengan metode gigi. Metode ini umumnya lebih banyak
ternak tersebut. Akan tetapi harus adanya kejujuran tentang jawaban peternak.
Dengan melihat tingkah laku/kebiasaan terhadap ternaknya secara alami. Ternak yang
sehat atau masih muda mempunyai temperamen yang lebih lincah dari pada ternak yang
Pada umumnya ternak yang masih muda pertumbuhan bulunya kasar tidak teratur dan
lebih panjang dari pada ternak yang sudah tua, tumbuh teratur pendek dan halus.
mempelajari karakteristik eksternal seperti anatomi, sedangkan morfometrik yaitu suatu cara
pengukuran sesuatu yang diamati. Morfometrik mencakup ukuran atau sizedan bentuk atau
shape. Ukuran dapat diartikan sebagai dimensi, besar, volume, ukuran relatif. Bentuk dapat
Ilmu Tilik Ternak
diartikan sebagai model, pola, karakteristik sebagai pembeda penampilan eksternal (Biology
Online Team, 2005). Ukuran-ukuran tubuh ini dapat diwariskan ke keturunan dari ternak yang
nilainya berbeda-beda menurut bagian tubuh yang diukur (ukuran tubuh). Besarnya nilai
penurunan suatu sifat (dalam hal ini ukuran tubuh) dari tetua (orang tua) kepada keturunannya
(anak) disebut heretabilitas. Heritabilitas bobot badan ditemukan lebih kecil dibandingkan
heritabilitas ukuran tulang tubuh pada domba Suffolk (Janssens dan Vandepitte, 2003).
Dijelaskan lebih lanjut bahwa heritabilitas bobot badan ditemukan sebesar 0,49; sedangkan
heritabilitas ukuran tulang tubuh yang meliputi tinggi pundak, panjang badan, dalam dada, lebar
pinggul dan lingkar kanon memiliki heritabilitas ditemukan berkisar antara 0,35-0,57.
Heritabilitas adalah proporsi dari total variasi suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik
yang dapat diwariskan ke generasi berikutnya (Noor, 2008). Ukuran-ukuran tubuh menurut
Mulliadi (1996) dapat digunakan untuk memberikan gambaran hubungan morfogenetik suatu
ternak dan penyebarannya pada satu wilayah atau negara. Diwyanto (1982) menyatakan bahwa
ukuran tubuh dapat digunakan untuk menaksir bobot badan dan karkas, serta memberi gambaran
bentuk tubuh ternak sebagai ciri khas suatu bangsa tertentu. Pengukuran ukuran linear
permukaan tubuh ternak sebagai sifat kuantitatif dapat digunakan dalam seleksi (Mulliadi, 1996).
Dijelaskan lebih lanjut bahwa pengukuran ukuran linear permukaan tubuh tersebut dilakukan
sangat berguna sebagai peubah seleksi, karena memiliki nilai heritabilitas dan keragaman yang
cukup besar (Diwyanto, 1982). Amano et al.(1981) menyatakan bahwa pengukuran linear
permukaan tubuh dapat dilakukan menurut metode yang dibakukan pada ternak sapi berdasarkan
Wagyu Cattle Registry Association, Jepang (1979), karena itu semua pengukuran ukuran vital
ternak kambing/domba sama dengan metode pengukuran pada pada ternak sapi di modul 2.
Menurut Diwyanto (1982) beberapa ukuran yang juga perlu dilakukan pada kambing/domba
adalah lebar ekor dan panjang ekor. Mulliadi (1996) menyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh
berkorelasi dengan bobot badan jantan dan betina pada kambing/domba. Ukuran-ukuran tersebut
meliputi tinggi pundak, tinggi kelangkang, panjang badan, panjang kelangkang, lebar dada,
dalam dada, lebar pangkal paha, lebar tulang tapis, lingkar dada, lingkar kanon, panjang
Gambar 11. Tempat mengukur lingkar dada dan panjang badan kambing
Pendugaan berat badan sangat penting dilakukan oleh para pemilik ternak untuk
mengetahui bobot tubuh ternak. Cara ini merupakan cara lain untuk mengetahui berat badan
ternak selain penimbangan berat badan. Apabila setiap kali harus selalu dilakukan penimbangan,
hal ini dirasa kurang praktis di samping timbangan itu jumlahnya terbatas. Pada ternak potong,
bobot badan menjadi salah satu hal yang penting diperhatikan karena produk utama dari sapi
potong adalah daging dimana untuk mengetahui pertambahan bobot daging peternak perlu
melakukan penimbangan terlebih dahulu. Selain dengan cara penimbangan ada banyak cara yang
bisa digunakan salah satunya dengan menggunakan dugaan bobot dengan pita ukur atau dengan
tersebut memerlukan data ukuran-ukuran linear tubuh tersebut di atas. Rumus yang digunakan
Rumus ini merupakan penyempurnaan dari rumus Winter, yang diaplikasikan pada kambing /
domba.Bobot badan dapat diduga oleh seseorang yang telah berpengalaman beberapa tahun,
sedangkan tingkat kebenarannya sangat subyektif. Hal ini mengakibatkan bahwa tidak mudah
sembarang orang menduga bobot badan ternak, lagi pula sering berbias besar. Metode ini
Ilmu Tilik Ternak
didasarkan dengan metode visual yaitudengan melihat, mengamati keadaan ternak dengan baik,
Menurut Suwarno (1980), dalam penentuan kondisi tubuh ternak ditetapkan menurut
gambaran keseluruhan tubuh, terutama dengan memperhatikan tonjolan rusuk, tulang panggul,
kecekungan lapar dan perdagingan di daerah bahu, pinggang dan paha. Natasasmita (1979),
menyatakan kondisi tubuh ternak dapat digolongkan pada kondisi gemuk apabila semua tulang
rusuk tidak ada yang kelihatan menyembul keluar, lekuk lapar tidak begitu jelas terlihat dan bila
diraba pada pangkal ekor terasa lipatan tebal yang mengandung banyak lemak.Apabila sebagian
atau tiga buah tulang rusuk kelihatan menyembul keluar dan lipatan pada bagian pangkal ekor
tidak terlalu tebal maka pada kondisi ini digolongkan pada kondisi sedang.Selanjutnya bila
penonjolan tulang rusuk dan tulang panggul jelas sekali terlihat serta lekuk laparnya sangat
Kondisi tubuh mempunyai hubungan yang erat dengan bobot hidup dan bobot karkas.
Ternak yang berkondisi tubuh gemuk mempunyai bobot hidup dan bobot karkas yang lebih
tinggi daripada ternak yang berkondisi tubuh sedang dan berkondisi kurus pada umur dan jenis
Skor kondisi Tubuh (SKT) atau Body Condition ScoreBCS adalah nilai kondisi tubuh
yangdidasarkan pada estimasi visual timbunan lemak tubuh dibawah kulit sekitar pangkal ekor,
tulang punggung, tulang rusuk dan pinggul lemak, dapat digunakan untuk prediksi dini status
kesenjangan energi sapi perah selama awal laktasi.Penilaian kondisi tubuh ternak, terutama untuk
sapi perah di Indonesia masih jarang dilakukan sehingga untuk kondisi peternakan sapi perah
Body Condition Score (BCS) merupakan suatu tehnik penilaian yang membantu peternak
dalam menilai tingkat perlemakan atau kegemukan. Kisaran angka untuk menilai berbeda-beda
antara satu peneliti dengan peneliti yang lain tetapi semuanya harus mendeskripsikan dengan
jelas arti dari setiap angka. Ternak dengan bobot hidup sama kemungkinan memiliki BCS yang
jauh berbeda. BCS diberikan berdasarkan pada perlemakan pada brisket, iga, punggung, pinggul,
tulang duduk dan pangkal ekor. Penilaian ternak sangat tergantung kepada : jenis, bangsa dan
Ilmu Tilik Ternak
tipe ternak. Masing-masing jenis, bangsa dan type memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal
produksi daging. Ternak yang berbeda bangsa, dengan berat hidup yang sama akan menghasilkan
Body Condition Score (BCS) atau skor kondisi tubuh sangat mempengaruhi keberhasilan
usaha baik itu penggemukan ataupun usaha pembibitan. Dalam usaha penggemukan tentunya
yang diharapkan adalah kondisi gemuk, sedangkan dalam usaha pembibitan kalua ternak terlalu
gemuk malah mengganggu proses reproduksi sehingga yang diharapkan adalah yang optimal.
Misalnya dalam skala 1-5, maka sapi yang telah selesai digemuukan diharapkan memiliki SKT
4-5, sedangkan bibitnya dengan SKT 2-3. Dalam usaha pembibitan biasanya induk yang akan
memiliki kemampuan reproduksi yang baik kalua SKtnya tidak kurang dari 3. Terdapat
keterkaitan antara penampilan reproduksi setelah beranak dengan status nutrien, keadaan ini
berhubungan dengan kondisi tubuh saat beranak yang dapat diukur dalam bentuk skoring. Skor
kondisi tubuh (SKT) pada saat beranak merupakan faktor penting yang mempengaruhi interval
dari beranak sampai timbulnya estrus setelah beranak. Kondisi tubuh yang baik saat beranak
akan memperlihatkan gejala estrus yang lebih cepat daripada kondisi tubuh yang kurang baik
saat beranak. Pembatasan energi pakan atau protein sebelum beranak akan mengurangi
terjadinya estrus dan panjangnya interval antara partus sampai timbulnya estrus pertama setelah
beranak. Sebaliknya pemberian energi dan protein yang tinggi dalam pakan akan mempertinggi
SKT dan memperpendek interval partus ke estrus pertama setelah beranak (Raharja, 2005).
Dalam menentukan skor yang diberikan kepada seekor ternak harus didasarkan atas
pengamatan dan perabaan (lebih rinci akan dijelaskan pada topik 4.6 mengenai judging).
Penentuan SKT dapat didasarkan atas penonjolan tulang rusuk, pantat dan paha atau tertutupnya
daerah tersebut dengan otot dan lemak seperti yang dikemukakan oleh Manu (2007).
Skor kondisi tubuh merupakan suatu indek yang menggambarkan tingkat perlemakan
tubuh di daerah lumbal tepat dibelakang tulang rusuk terakhir yang diukur dengan cara
palpasi. Sistem ini menggunakan skala antara 1,0 sampai dengan 5,0 yang menggambarkan
kondisi tubuh yang sangat kurus untuk skor 1,0 dan sangat gemuk untuk skor 5,0 seperti
yang dijelaskan pada Tabel 2. Penentuan skor kondisi tubuh dilakukan dengan meraba dan
Ilmu Tilik Ternak
menekan ”spinous processus”. Apabila antara kulit dan tulang tidak terdeteksi adanya
jaringan lemak, maka skor kondisi tubuh induk adalah 1,0. Skor 2,0 apabila hanya sedikit
lemak yang dapat teraba. Skor 3,0 apabila terasa adanya lemak dan diperlukan penekanan
jari untuk dapat merasakan tulang. Skor 4 tulang spinous masih terasa sedikit bila ditekan
dan skor 5 bila tulang spinous tidak terasa lagi bila ditekan.
Sko Keterangan
r
1 Bila tulang pada daerah rusuk, pantat dan paha kelihatan sangat
menonjol.
2 Apabila tulang rusuk yang menonjol kurang dari tiga ; daerah
rusuk, pantat dan paha terlihat tipis.
3 Kondisi kurus, tetapi tidak ada lagi tulang rusuk yang menonjol
keluar.
4 Kondisi tubuh sedang ; daerah rusuk, pantat dan paha terlihat
sudah berisi.
5 Kondisi gemuk, tubuh induk terlihat bulat berisi, daerah perut,
dan paha padat penuh dengan daging.
Body Condition Scorebersifat menduga perkembangan perototan dan lemak dari domba.
Pemberian angka berdasarkan perkiraan perototan dibagian tulang belakang pada wilayah loin,
denganm e n e m p e l k a n t a n g a n p a d a k e s e l u r u h a n b a g i a n l o i n b e l a k a n g b a i k
kurus
loin eyec u k u p b e r o t o t , b a g i a n p i n g g u l
danm e m b u t u h k a n t e k a n a n l e b i h b i l a
4.6. Judging
Judging adalah penilaian tingkatan ternak dengan beberapa karakteristik penting untuk
tujuan tertentu secara subjektif. Judging terdiri atas tiga langkah yaitu, penilaian melalui
kecermatan pandangan (visual), penilaian melalui kecermatan perabaan (palpasi), dan penilaian
melalui pengukuran tubuh. Memilih ternak berdasarkan visual berarti kita memilih ternak
Ilmu Tilik Ternak
berdasarkan sifat-sifat yang tampak. Cara memilih bibit hampir sama saja dengan seleksi untuk
tujuan produksi. Seleksi berdasarkan visual ini biasa disebut dengan judging. Ternak yang sehat
dapat dipilih dengan melakukan penilaian melalui pandangan dari samping, belakang, dan depan
atas ternak tersebut untuk mengetahui bahwa ternak dalam kondisi sehat, maka perlu diketahui
karakteristik ternak yang sehat. Selanjutnya, penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan
tulang-tulang rusuk (ribs) untuk memilih ternak yang gemuk (Harjosubroto, 1994).
tertentu (domba dan kambing 2 – 3 m) dari arah samping, belakang dan depan. Tujuan judging
adalah untuk:
- dengan asumsi, calon pembeli menginginkan ternak dengan bentuk tubuh yang bagus
- dijalankan/dituntun keliling
- pengamatan kelompok ternak dengan jarak kurang lebih 6 meter. Tujuannya agar bisa
- melakukan pengamatan terhadap setiap ternak secara seksama dari jarak dekat.
- mengusahakan ternak yang diamati secara seksama dari dekat tadi agar bangkit/
bergerak/berdiri.
Untuk melakukan pengamatan ternak dari jarak dekat maka ada tiga macam pengamatan yaitu :
Secara umum tubuh tampak besar, bagian atas dan bawah tubuh rata, kaki pendek, lurus dan
kuat.
- keadaan tubuh. Perhatikan keadaan tubuhnya di mulai dari samping apakah terlihat
- keadaan badan bawah dan atas. Perhatikan keadaan badan bawah dan atas apakah terlihat
- leher. Perhatikan lehernya apakah pendek, tebal atau panjang dan tipis
- kaki. Perhatikan bentuk kakinya apakah lurus kuat, pendek ataukah kecil dan panjang
Moncong besar berbentuk segi empat dengan lubang hidung cukup lebar, mata besar, dada dalam
- Muka atau wajah. Perhatikan bagian muka ternak apakah bentuk kepala muka pendek,
- Bahu. Perhatikan bagian bahu apakah lebar, bulat dan serasi atau sempit, kecil dan ringan
- Kaki depan. Perhatikan kaki depannya apakah kuat dan tegak atau lemah
- Mulai dari bahu sampai ke ujung pantat cukup lebar, padat dan berisi
- Bagian tubuh depan dan belakang. Perhatikan apakah lebar, harmonis atau sempit
- Tubuh bagian atas. Perhatikan apakah terlihat lebar, rata atau sebaliknya
- Keadaan tubuh. Amati apakah terlihat lebar, dalam, rata, berisi, padat atau sempit
- Posisi kaki. Amati apakah terlihat kuat dan kokoh atau lemah
Perabaan
Perabaan dimulai dari leher, punggung, pinggang sampai pantat, beberapa bagian yang perlu
- bagian rusuk
Judging atau penjurian pada domba dilakukan untuk memilih domba yangmemiliki
kondisi badan yang baik untuk dibeli sebagai domba untuk dikonsumsi maupun untuk
dipilih sebagai bibit unggul. Penilaian terhadap tubuh domba cenderunglebih sulit
2 0 0 5 ) . Penilaian tubuh terhadap domba dilakukan seperti pada ternak umumnya yakni melihatsecara
keseluruhan dari tubuh domba tersebut dengan memperhatikan beberapa poin penting untuk
diamati seperti konformasi, bentuk kaki, dan bentuk badan. Bruns(2003), menyatakan
penilaian pada domba dibagi menjadi dua kelas, yakni domba untuk breeding (jantan
dan betina) dan anak domba. Penilaian terhadap domba untuk breeding meliputi sturuktur
badan, volume dan perototan, panjang badan, feminitas bagi domba betina, dan ukuran testis
bagi domba jantan. Penilaian bagi anak dombauntuk konsumsi meliputi perototan, kondisi badan,
panjang badan, dan keseimbangan.Struktur badan merupakan salah satu poin pertama yang
cukup mudah dilihatdan harus dievaluasi untuk semua jenis domba baik jantan maupun
betina. Dombayang baik akan memiliki struktur badan yang baik dan seimbang. Struktur kaki
ideald i n y a t a k a n i d e a l a p a b i l a m e m b e n t u k g a r i s l u r u s d a n d o m b a d a p a t
b e r d i r i t e g a p sempurna. Kaki yang baik akan memiliki proporsi paha dan betis
yang seimbang(Bruns, 2003).Tubuh domba yang baik memiliki proporsional yang baik. Tubuh
domba yang baik berukuran panjang dan memiliki bagian loin yang panjang, lebar, dan
tulang pinggul yang lebar, leher yang panjang, dan berbentuk agak kotak Bruns (2003).Bentuk
tulang rusuk mengembang dengan baik dan memiliki dada yang lebar dan seimbang.
Gibson (2005), menyatakan bahwa pada domba jantan bentuk muka yangmaskulin yang ditandai
denganmuzzleyang lebar, tulang punggung yang baik, loinyang tebal, dan bahu yang
baik memiliki potensi yang baik untuk dijadikan sebagai pejantan maupun untuk
digemukkan. Anak domba untuk dikonsumsi memiliki penilaian yang sedikit beda dengan
penilaian domba dewasa. Anak domba konsumsiharus memiliki loin yang tebal dengan
Kartu Skor
Ilmu Tilik Ternak
Kartu skor dalam penilaian ternak merupakan alat bantu yang digunakandalam
variabel kesesuaian umur dengan bobot badan dalampenilaian ternak memiliki bobot yang
Kartu skor dalam penilaian ternak memiliki bentuk yang sangat bervariasi,namun
yang dinilai, bobot nilai variabel, dan nilai akhir dari masing-m a s i n g v a r i a b e l .
P a d a k o l o m v a r i a b e l b i a s a n y a j u g a d i i s i d e n g a n n a m a kelompok variabel,
sebagai contoh; penampilan umum, kepala dan leher, tubuhbagian depan, tubuh bagian
tengah, dan tubuh bagian belakang. Kelompok- kelompok variabel tersebut kemudian
dirinci menjadi variabel-variabel yang lebihkecil. Pada kolom bobot nilai, biasanya
yang dianggap ideal akan mendapatkan nilai maksimal 10. Pada kolom nilai, diisi dengan
nilai terhadap hasil pengukuranvariabel. Kolom nilai variabel diisi dengan mengalik an
hasil penilaian variabeldengan bobot variabel tersebut. Sebagai contoh; apabila variabel
kondisi tubuhdari ternak tersebut sangat baik dan diberi nilai 90, maka angka 90 ini
nilaivariabel tersebut nantinya menjadi maksimal 100 (untuk skala nilai 100) atau 10 (untuk
Kartu penilaian pada kambing potong dan kambing perah tertera pada tabel berikut.
Ilmu Tilik Ternak
No Variabel Bobot
Penampilan Umum ….37 %
1 Bobot (kesesuaian dengan umur) 4
2 Bentuk (punggung dan garis perut lurus, dalam, luas, garis perut rendah, 13
kompak, simetris)
3 Kondisi (dalam, perototan, perlemakan pada pangkal ekor, loin, punggung, 12
iga, pundak, isi antara brisket dan shoulder)
4 Kualitas (bulu halus, pertulangan halus dan kuat, kulit tidak tebal) 8
KEPALA DAN LEHER …………9 %
5 Kepala (penampilan bersih, mulut besar, bibir tipis, lubang hidung besar, 5
mata besar dan jernih, wajah pendek, jidad lebar, telinga tidak kasar, dengan
jarak antara keduanya relative lebar)
6 Leher (pendek, tebal, berisi penuh pada pertemuan dengan pundak) 4
TUBUH BAGIAN DEPAN …………..10%
7 Pundak (tertutp dengan daging, kompak pada bagian puncak, terhubung 8
secara halus dengan leher dan badan)
8 Belikat (bentuk secara keseluruhan bulat dan lebar) 1
9 Kaki ( lurus, pendek, saling berjauhan antara keduanya, kuat, penuh berisi, 1
pertulangan halus)
BADAN………..18 %
10 Dada (lebar, dalam, berisi) 2
11 Iga (melengkung dengan baik, panjang, saling berdekatan antara bilah satu 4
dengan lainnya, tertutup daging yang tebal)
12 Punggung (luas, lurus, tebal dan tertutup daging) 6
13 Loin (tebal, luas, mtertutup daging dengan baik) 6
TUBUH BAGIAN BELAKANG………17%
14 Hips (saling berjauhan, dalam, berisi) 1
15 Rump (panjang, level, lebar kea rah pangkal ekor, tebal pada pangkal ekor) 5
16 Thight (penuh, dalam, lebar) 5
17 Loin (tebal, luas, tertutup daging dengan baik) 5
18 Legs (lurus, pendek, kuat, pertulangan halus) 1
WOOL………9 %
19 Kuantitas (panjang, padat, merata dalam hal kepadatan dan ukuran panjang) 3
20 Kualitas (ikal, merata pada semua bagian kulit) 3
21 Kondisi (tidak kusam, tidak tercampur dengan material lain) 3
TOTAL 100