Anda di halaman 1dari 11

HIPERKALSEMIA

1. Definisi
Hiperkalsemia mengacu pada kelebihan kalsium pada plasma, atau suatu keadaan
dimana konsentrasi kalsium dalam darah lebihdari 10,5 mg/dl darah. Kondisi ini
merupakan ketidakseimbangan yang berbahaya bila berat, pada kenyataannya, krisis
krisis hiperkalsemia mempunyai angka mortalitas 50% jika tidak diatasi dengan cepat.
Penyebab umum hiperkalsemia adalah penyakit neoplastik malignan dan
hiperparatiroidisme. Tumor malignansi dapat menyebabkan hiperkalsemmia melalui
berbagai mekanisme. Sekresi hormon paratiroid berlebih yang berkaitan dengan
hiperparatiroidisme menyebabkan meningkatnya pelepasan kalsium dari tulang an
meningkatnya penyerapan kalsium pada usu dan ginjal.
Mineral tulang akan hilang selama imobilisasi, kadang menyebakan kenaikan kalsium
total ( dan secara khusus terionisasi ) dalam aliran darah. Hiperkalsemia simtomatik
akibat imobilisasi, bagaimanapun jarang terjadi, bila memang terjadi hal ini
tampaknya terbatas pada individu dengan angka kepulihan kalsium yang tinggi
( seperti pada remaja selama pertumbuhan yang cepat ). Sebagian besar kasus
hiperkalsemia sekunder terhadap imobilitas terjadi setelah fraktur hebat atau multipel
atau paralisis traumatik yang luas.
Diuretik tiasid dapat menyebabkan sedikit kenaikan kadar serum kalsium karena
diuretik ini memperkuat kerja hormon paratiroid pada ginjal, yang mengurangi
ekskresi kalsium urine. Sindrom susu – alkali dapat terjadi pada pasien dengan ulkus
peptikum yang di obati dalam waktu lama menggunakan antasida susu dan alkalin,
terutama kalsium karbonat. Intoksikasi vitamin A dan D, juga penggunaan litium,
dapat menyebabkan kelebihan kalsium.
Disamping itu meningkatnya kalsium dalamdarah juga didukung dengan asupan
kalsium yang memang tinggi sertameningkatnya penyerapan kalsium pada sluran
cerna.

2. Manisfestasi Klinis
Secara umum, gejala – gejala hiperkalsemia adalah sebanding dengan tingkat
kenaikan kadar kalsium serum. Hiperkalsemia mengurangi eksatabilitas
neuromuskular karena hal ini menekan aktivitas pertemuan mioneural. Gejala – gejala
sperti kelemahan muskular, inkoordinasi, anoreksia, dan konstipasi dapat karena
penurunan tonus pada otot lurik dan polos.
Anoreksia, mual, muntah, dan konstipasi adalah gejala yang umum dari
hiperkalsemia. Dehidrasi terjadi pada mual, muntah, anoreksia, dan penyerapan
kalsium yang bwrkaitan dengan natrium pada tubulus renalis proksimal. Nyeri
abdomen dan tulang dapat terjadi. Distensi abdomen dan paralitik ileus dapat
menyulitka krisis hiperkalsemia hebat. Rasa haus yang hebat dapat terjadi sekunder
terhadap poliuria yang disebabakan oleh beban zat terlarut ( kalsium ) yang tinggi.
Pasien dengan hiperkalsemia dapat mengalami gejala yang menyerupai gejala ulkus
peptikum karena hiperkalsemia meningkatkan sekresi asam dan pepsin oleh lambung.
Konfusi mental, kerusakan memori, bicara tidak jelas, letargi, perilaku psikotik akut,
atau koma dapat terjadi. Gejala yang lebih hebat cenderung untuk timbul bila kadar
kalsium serum mendekati 16mg/dl atau lebih. Bagaimanapun beberapa pasien dapat
menjadi sangat terganggu dengan kadar serum kalsium hanya 12mg/dl. Gejala ini
akan mereda dengan kadar kalsium serum kembali pada normal setelah pengobatan.
Urinasi berlebih karena gangguan fungsi tubulus ginjal yang disebabkan oleh
hiperkalsemia dapat saja terjadi. Standstill jantung dapat terjadi ketika kalsium serum
adalah sekitar 18 mg/dl atau lebih. Efek inotropik digitalis ditingkatkan oleh kalsium,
karenanya, toksisitas digitalis diperberat oleh hiperkalsemia.
Krisis hiperkalsemia mengacu pada kenaikan akut kadar serum kalsium hingga
17mg/dl atau lebih tinggi. Rasa haus yang hebat atau poliuria secara khas ada.
Temuan lainnya dapat mencakup kelemahan muskular, mual yang tidak dapat
dihilangkan, kram andomen, obstipasi ( konstipasi yang sangat hebat ) atau diare,
gejala – gejala ulkus peptikum, dan nyeri tulang. Letargi, konfusi mental, dan koma
juga dapat terjadi. Kondisi ini sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan henti
jantung.

3. Evaluasi Diagnostik
Kadar kalsium serum lebih tinggi dari 10,5mg/dl ( SI: 2,6mmol/L ). Perubahan –
perubahan kardiovaskuler dapat mencakup beragam disritmia dan perpendekan
interval QT dan segmen ST. Interval PR kadang memanjang. Uji antibodi hormon
paratiroid ganda mungkin dilakukan untuk membedakan antara hiperparatiroidisme
dengan malignansi sebagai penyebab hiperkalsemia. Kadar hormon paratiroid
meningkat pada hiperparatiroidisme primer atau sekunder dan ditekan paa
malignansi. Temuan rontgen dapat menunjukan adanya osteoporosis, kavitasi tulang,
atau batu saluran kemih.

4. Penatalaksanaan
Tujuan terapeutik pada hiperkalsemia mencakup menurunkan kadar kalsium serum
dan memeperbaiki proses yang menyebabkan hiperkalsemia. Mengatasi penyebab
yang mendasari ( kemoterapi untuk malignansi atau paratirodektomi parsial untuk
hiperparatiroidisme ) adalah penting.
Tindakan umum termasuk pemberian cairan untuk mengencerkan kalsium serum dan
menungkatkan eksresinya oleh ginjal, memobilisasi pasien, dan membatasi masukan
kalsium melaui diet. Pemberian larutan natrium klorida 0.9% intravena secara
temporer mengencerkan kadar kalsium dan meningkatkan ekskresi kalsium urin
dengan menghambat reabsorbsi kalsium ditubular. Furosemid ( lasix ) sering
digunakan dalam kaitannya dengan pemberian salin, selain menyebabkan dieuresis,
furosemid meningkatkan ekskresi kalsium.
Kalsitosin dapat digunakan bagi pasien dengan penyakit jantung atau ginjal yang
tidak apat mentoleransi beban natrium yang besar. Kalsitosin mengurangi resorpsi
tulang, meningkatkan defosit kalsium dan fosfor dalam tulang, dan meningkatkan
ekskresi kalsium dan fosfor urine. Meskipun tesedia dalam beberapa bentuk, kalsitosin
yang didapatkan dari salmon umumnya digunakan. Pemeriksaan kulit untuk alergi
terhadap kalsitosin salmon penting untuk dilakukan sebelum kalsitosin diberikan.
Reaksi alergi sistemik mungkin terjadi karena hormon ini merupakan protein,
resistensi terhadap medikasi ini dapat berbentuk kemudian karena pembentukan
antibodi. Kalsitosin diberikan melalui suntikan IM ketimbang dengan subkuta karena
pasien dengan hiperkalsemia mempunyai perfusi jaringan subkutan yang buruk.
Bagi pasien dengan penyakit malignan, pengobatan diarahkan pada pengendalian
kondisi melalui pembedahan, kemoterapi, atau terapi radiasi. Kortikosteroid mungkin
digunakan untuk menurunkan pergantian tulang dan reabsorbsi tubular bagi pasien
dengan sarkoidosis, mieloma, limfoma, dan leukimia, pasien dengan tumor padat
kurang responsif. Bifosfonat menghambat aktivitas osteoklas. Pamidronat ( Aredia )
adalah agen yang paling paten dari preparat ini dan diberikan secara intravena, obat
ini menyebabkan pireksia transien, ringan, menurunkan jumlah SDP, dan miralgia.
Etidronat ( didronel ) adalah bifosfonat lainnya yang diberikan secara intravena, tetapi
kerjanya lambat. Mitharamycin, suatu antibiotik sitotoksik, menghambat resorpsi
tulang dan dengan demikian menurunkan kadar kalsium serum. Preparat ini harus
digunakan secara hati – hati karena memiliki efek samping yang signifikan, termasuk
trombositosenia, nefrotoksisitas, dan hepatotoksistas. Garam fosfat inorganik dapat
diberikan secara oral atau melalui selang nasogastrik (dalam bentuk phosbo-soda
atau neutra-Phos), secara rektal ( sebagai enema retensi ), atau secara intravena.
Terapi fosfat intravena dilakukan dengan sangat hati – hati dalam mengobati
hiperkalsemia karena hal ini dapat menyebabkan klasifikasi dalam beragam jaringan,
hipotensi, tetani, dan gagal ginjal akut.

5. Intervensi Keperawatan
Penting untuk memanatau kekambuhan hiperkalsemia pada pasien yang beresiko
terhadap kelainan ini. Melakukan intervensi, seperti meningkatkan mobilitas pasien
dan memperbanyak cairan, dapt membantu mencegah hiperkalsemia, atau
setidaknya meminimalkan keparahannya. Pasien dirawat yang bereriko tehadap
hiperkalsemia diberikan dorongan untuk ambulasi secepat mungkin, pasien rawat
jalan dan mereka yang dirawat dirumah diinformasikan tentang pentingnya ambulasi
yang sering.
Ketika memperbanyak cairan oral, perawat harus mwmpertimbangkan kesukaan dan
ketidaksukaan pasien. Cairan yang menganduing natrium harus diberikan, kecuali
dikontraindikasikan oleh kondisi lainnya, karena natrium memudahkan ekskresi
kalsium. Pasien yang dirawat dirumah didorong untuk minum 3 sampai 4 quart air
setiap hari, jika memungkinkan. Bulk yang adekuat harus diberikan dalam diet untuk
mengurangi kecenderungan terhadap konstipasi. Tindak kewaspadaan dilakukan
sesuai kebutuhan, ketika gejala – gejala mental akibat hiperkalsemia timbul. Pasien
dan keluarga diinformasikan bahwa perubahan mentak ini dapat pulih dengan
pengobatan. Kalsium yang meningkat menguatkan efek digitalis, karenanya pasien
dikaji terhadap tanda dan gejala toksisitas digitalis. Perubhan EKG dapat terjadi (PVC,
PAT, dan blok jantung) , karenanya nadi pasien dipantau terhadap segala
abnormalitas.
DEFINISI
Hiperkalsemia (kadar kalsium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalsium
dalam darah lebih dari 10,5 mgr/dL darah.

PENYEBAB
Hiperkalsemia dapat disebabkan oleh meningkatnya penyerapan pada saluran pencernaan maupun
karena meningkatnya asupan kalsium.
Orang-orang yang mengkonsumsi sejumlah besar kalsium (seperti yang kadang dilakukan oleh
penderita ulkus peptikum yang minum banyak susu dan juga mengkonsumsi antasid yang
mengandung kalsium), dapat menderita hiperkalsemia.

Suatu overdosis vitamin D dapat mempengaruhi konsentrasi kalsium darah, yaitu dengan
meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran pencernaan.

Penyebab paling sering dari hiperkalsemia adalah hiperparatiroidisme, yaitu suatu keadaan dimana
terjadi pengeluaran hormon paratiroid secara besar-besaran oleh satu atau lebih dari keempat
kelenjar paratiroid.
90% penderita hiperparatiroidisme primer memiliki tumor jinak (adenoma) pada salah satu
kelenjarnya.
10% sisanya memiliki kelenjar paratiroid yang membesar dan menghasilkan terlalu banyak hormon.
Pada kasus-kasus yang jarang, kanker kelenjar paratiroid menyebabkan hiperparatiroidisme.

Hiperparatiroidisme lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.


Juga lebih mungkin terjadi pada orang-orang tua dan pada mereka yang menerima terapi penyinaran
di leher.
Kadang-kadang hiperparatiroidisme terjadi sebagai bagian suatu sindroma neoplasia endokrin
multipel, yang merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi.

Penderita kanker sering mengalami hiperkalsemia.


Kanker ginjal, kanker paru atau kanker ovarium (indung telur), sering mengeluarkan sejumlah besar
protein yang memiliki efek yang mirip dengan hormon paratiroid. Efek ini dikenal sebagai sindroma
paraneoplastik.

Kanker juga menyebar (bermetastasis) ke tulang, menghancurkan sel-sel tulang dan melepaskan
kalsium tulang ke dalam darah.
Hal ini sering terjadi pada kanker prostat, payudara dan paru-paru.

Mieloma multipel (kanker yang melibatkan sumsum tulang) juga dapat menyebabkan penghancuran
tulang dan mengakibatkan hiperkalsemia.
Kanker yang lain juga meningkatkan konsentrasi kalsium darah, dengan mekanisme yang belum
sepenuhnya dapat dimengerti.

Pada penyakit-penyakit dimana terjadi penghancuran atau penyerapan sel-sel tulang (misalnya
penyakit Paget), juga bisa terjadi hiperkalsemia.
Orang-orang yang tidak banyak bergerak (misalnya penderita paraplegia (lumpuh kedua bagian
bawah tubuh), kuadriplegia (lumpuh keempat anggota gerak) atau yang berbaring di tempat tidur
dalam waktu lama, juga dapat menderita hiperkalsemia karena jaringan tulang diresorbsi.
GEJALA
Gejala paling awal dari hiperkalsemia biasanya adalah konstipasi (sembelit), kehilangan nafsu makan,
mual-muntah dan nyeri perut.

Ginjal mungkin secara abnormal akan menghasilkan air kemih dalam jumlah banyak.
Akibat pembentukkan air kemih yang berlebihan ini, cairan tubuh akan berkurang dan akan terjadi
gejala dehidrasi.

Hiperkalsemia yang sangat berat sering menyebabkan gejala kelainan fungsi otak seperti
kebingungan, gangguan emosi, delirium (penurunan kesadaran), halusinasi, kelemahan dan koma.
Dapat juga diikuti dengan irama jantung yang abnormal dan kematian.

Pada penderita hiperkalsemia menahun bisa terbentuk batu ginjal yang mengandung kalsium.
Bila terjadi hiperkalsemia berat dan menahun, kristal kalsium akan terbentuk di dalam ginjal dan
menyebabkan kerusakan yang menetap.

DIAGNOSA
Hiperkalsemia biasanya ditemukan pada saat melakukan pemeriksaan darah rutin.

Penyebabnya sering terlihat dari riwayat penderita dan kegiatannya yang terakhir (misalnya minum
sejumlah besar susu dan mengkonsumsi tablet antasid yang mengandung kalsium).
Untuk membantu menentukan penyebabnya, dilakukan pemeriksaan laboratorium dan rontgen.

PENGOBATAN
Pengobatan tergantung pada tingginya kadar kalsium darah dan penyebabnya.

Jika konsentrasi kalsium tidak lebih dari 11,5 mgr/dL darah, pengobatannya cukup dengan
menghilangkan penyebabnya.
Orang-orang yang memiliki fungsi ginjal normal dan kecenderungan mengalami hiperkalsemia
biasanya disarankan untuk minum banyak cairan yang akan merangsang ginjal untuk mengeluarkan
kalsium dan membantu mencegah dehidrasi.

Bila konsentrasi kalsium sangat tinggi (lebih dari 15 mgr/dL darah) atau bila timbul gejala kelainan
fungsi otak, diberikan cairan intravena asalkan ginjalnya berfungsi dengan baik.
Obat-obat diuretik seperti furosemid, meningkatkan pembuangan kalsium melalui ginjal dan
merupakan terapi yang utama.

Dialisa adalah terapi yang sangat efektif, aman dan dapat diandalkan, dan biasanya dilakukan pada
penderita hiperkalsemia berat yang tidak dapat diobati dengan cara lainnya.

Hiperparatiroidisme biasanya diatasi dengan pembedahan untuk mengangkat satu atau lebih
kelenjar paratiroid.
Agar hasilnya baik, semua jaringan paratiroid yang menghasilkan hormon dalam jumlah yang sangat
besar harus diangkat
Angka keberhasilan operasi ini mendekati 90%.

Beberapa obat lainnya dapat digunakan untuk mengobati hiperkalsemi bila metode lain gagal
dilakukan:
- plicamycin
- galium nitrate
- calsitonin
- biphosphonates
- corticosteroid.
Obat-obat tersebut terutama bekerja dengan memperlambat pemindahan kalsium dari tulang.

Hiperkalsemia yang disebabkan oleh kanker sulit untuk diobati.


Jika kankernya tidak dapat dikendalikan, biasanya hiperkalsemia akan kambuh kembali meskipun
telah dilakukan pengobatan yang terbaik.

Jakarta, 28 Sep 2008

Hipokalsemia
HIPOKALSEMIA

Hipokalsemia adalah berkurangnya kadar kalsium (Ca2+) serum tubuh kita. Dengan etiologi
yang beragam dan satu sama lain bisa saling mempengaruhi.

Faktor kausal.
Kurang adekuat diet harian bisa menjadi penyebab defisit Ca2+. Dan Hampir 46% Ca2+ serum
terikat protein, utamanya dengan albumin hingga penurunan kadar albumin tubuh akan
menyebabkan hypokalsemi. Hipokalsemia dengan penurunan kalsium bentuk ion lepas
sajalah (Ca2+) yang akan berkorelasi timbulnya gejala dan simptom pada kita.
Diet protein tinggi (protein > 0,9 – 1,0 mg/kgBB) berpengaruh pada level Ca2+ tubuh, karena
hanya bentuk ion Ca2+ yang bisa lepas dari jaringan tulang dan bisa dikeluarkan melalui urin.
Mekanisme rendahnya rasio kalsium dan fosfor pada diet tinggi protein, bisa dijelaskan
dengan mekanisme timbal balik antara level kalsium dan fosfor, dimana tubuh akan
kehilangan Ca2+ lebih banyak.
Faktor lain yang berkontribusi menyebabkan hipokalsemi, adalah:

 Penggunaan sitrat atau koreksi alkalasis yang berlebihan dalam darah


 Pengangkatan sekaligus ke 4 kelenjar dari Tyroid
 Kurang konsumsi vit D, atau kurang terpapar sinar matahari, terutama usia bayi dan
usia lanjut
 Hiperfosfatemia karena gagal ginjal
 Obat-obatan yang menyebabkan pengeluaran kalsium, misal (diuretik kerja kuat),
kafein, antikonvulsan, heparin, laxatif dan nikotin

Pengaruhnya.

 Pada Bayi dan Anak: berisiko tinggi dan mudah terserang patah tulang
 Pada Ibu hamil: bayi dalam kandungannya akan hipokalsemi juga dan si ibu akan
berisiko tinggi mengalami keguguran atau pre-eklamsi (keracunan kehamilan)
 Pada Usia Lanjut: mudah terkena osteomalasia dan osteoporosis, terutama pada
wanita yang sudah menopaus.

Gejala Klinis hypokalsemi.

 Neuromuskuler

Irritabilitas otot rangka (twiching, cramping, tetany)


Serangan akut
Hiper refleksi tendon dalam
Adanya tanda Trosseau’s atau Chvostek’s
Parestesia
Cemas, Psikosis

 Respiratori

Nafas pendek
Gagal nafas (tetani dan serangan akut)

 Kardiovaskular

Denyut jantung meningkat dan gangguan irama (disritmia)


Hpotensi
Denyut nadi melemah

 Gastrointestinal

Bising usus meningkat


Kejang perut
Diare

Penegakan Diagnosa.
Hipokalsemi ditegakkan dengan serum Ca2+ < 9 mg/dL (< 4.5 mEq/L). Dimana nilai
normalnya adalah 9 – 11 mg/dL (4,5 – 5,5 mEq/L)
Bila ekskresi kalsium > 150 mg/hari, berarti pasien disertai juga dengan hiperkalsiuria.
Ekskresi yang berlebihan ini juga menandai adanya suatu proses perusakan pada tulang.
Level serum Ca2+ yang turun menyebabkan lemahnya kontraksi otot jantung, ditandai dengan
memanjangnya fase isoelektrik Q-T pada EKG.
Pemeriksaan radiografi tidak bisa menjelaskan kerusakan yang terjadi pada tulang sampai
lebih dari 25% tulang termineralisasi. Pemeriksaan yang lebih sensitif adalah menggunakan
bone-testing, misal dengan densitometer atau foton absorpsimeter yang bisa mendeteksi
kerusakan tulang lebih awal.

Tatalaksana medis.
Praktisi akan mengobati gejala hipokalsemia dengan mencari etiologi dan penyakit dasar
yang menyertainya secara holistik. Pilihan terapi Ca2+ bisa dengan preparat oral dan infus,
yang rutenya tergantung berat ringannya gejala.
Untuk pasien dengan fungsi ginjal baik, direkomendasikan terapi penggantian Ca2+ elemental
sebanyak 1-2 g perhari, dalam bentuk gabungan dengan sitrat, glukonat, karbonat atau laktat.
Pemberian vit-D secara bersamaan juga diperlukan tuk membantu penyerapan kalsium.
Untuk mencegah kanker pada saluran reproduksi dianjurkan pemeberian hormon progesteron
(Terapi Pengganti Hormon/HRT).
Pada kehilangan fase akut, disarankan pemberian infus ca-glukonas 10%, 30-60 mL dalam
1000 mL selama 6 sampai 12 jam. Terapi ini sangat perlu apalagi bila pasien sudah kejang
(tetani atau konvulsi). Dan pada kasus gawat darurat bisa diberikan bahkan dalam hitungan
menit. Sepuluh mililiter dari 10% ca-glukonas mengandung 4,65 mEq atau 93 mg kalsium.
Karena pasien hipokalsemia biasanya disertai hipomagnesemia pula, tatalaksana defisiensi
magnesium pada pasien sebaiknya juga perlu diberikan.

Referensi:

Lee, AB Carla, et all; Fluids and Electrolytes A Practical Approach, 4thEd; FA Davis
Company, Philadelphia; 1996; p: 98-103;

Dr. Budhi Santoso


Sr. Medical Advisor
budhi@ho.otsuka.co.id

DEFINISI
Hipokalsemia (kadar kalsium darah yang rendah) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi
kalsium di dalam darah kurang dari 8,8 mgr/dL darah.

PENYEBAB
Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah.
Hipokalsemia paling sering terjadi pada penyakit yang menyebabkan hilangnya kalsium
dalam jangka lama melalui air kemih atau kegagalan untuk memindahkan kalsium dari
tulang.

Sebagian besar kalsium dalam darah dibawa oleh protein albumin, karena itu jika terlalu
sedikit albumin dalam darah akan menyebabkan rendahnya konsentrasi kalsium dalam darah.

Penyebab Hipokalsemia

Penyebab Keterangan
Biasanya terjadi setelah kerusakan kelanjar
Kadar hormon paratiroid paratiroid atau karena kelenjar paratiroid secara
rendah tidak sengaja terangkat pada pembedahan untuk
mengangkat tiroid
Kekurangan kelenjar Penyakit keturunan yg jarang atau merupakan
paratiroid bawaan bagian dari sindroma DiGeorge
Penyakit keturunan yg jarang;
Pseudohipoparatiroidisme kadar hormon paratiroid normal tetapi respon tulang
& ginjal terhadap hormon menurun
Biasanya disebabkan oleh asupan yg kurang,
kurang terpapar sinar matahari (pengaktivan vitamin
D terjadi jika kulit terpapar sinar matahari),
penyakit hati,
Kekurangan vitamin D
penyakit saluran pencernaan yg menghalangi
penyerapan vitamin D,
pemakaian barbiturat & fenitoin, yg mengurangi
efektivitas vitamin D
Kerusakan ginjal Mempengaruhi pengaktivan vitamin D di ginjal
Kadar magnesium yg rendah Menyebabkan menurunnya kadar hormon paratiroid
Asupan yg kurang atau
Terjadi dengan atau tanpa kekurangan vitamin D
malabsorbsi
Terjadi jika kelebihan asam lemak dalam darah
Pankreatitis karena cedera pada pankreas, bergabung dengan
kalsium
Mengurangi jumlah kalsium yg terikat dengan
Kadar albumin yg rendah albumin tetapi biasanya tidak menyebabkan gejala,
karena jumlah kalsium bebas tetap normal

GEJALA
Hipokalsemia bisa tidak menimbulkan gejala.

Seiring dengan berjalannya waktu, hipokalsemia dapat mempengaruhi otak dan menyebabkan
gejala-gejala neurologis seperti:
- kebingungan
- kehilangan ingatan (memori)
- delirium (penurunan kesadaran)
- depresi
- halusinasi.
Gejala-gejala tersebut akan menghilang jika kadar kalsium kembali normal.

Kadar kalsium yang sangat rendah (kurang dari 7 mgr/dL) dapat menyebabkan nyeri otot dan
kesemutan, yang seringkali dirasakan di bibir, lidah, jari-jari tangan dan kaki.

Pada kasus yang berat bisa terjadi kejang otot tenggorokan (menyebabkan sulit bernafas) dan
tetani (kejang otot keseluruhan).

Bisa terjadi perubahan pada sistem konduksi listrik jantung, yang dapat dilihat pada
pemeriksaan EKG.

DIAGNOSA
Konsentrasi kalsium abnormal biasanya pertama kali ditemukan pada saat pemeriksaan darah
rutin.
Karena itu hipokalsemia sering terdiagnosis sebelum gejala-gejalanya muncul.

Untuk menentukan penyebabnya, perlu diketahui riwayat lengkap dari keadaan kesehatan
penderita, pemeriksaan fisik yang lengkap dan pemeriksaan darah dan air kemih lainnya.

PENGOBATAN
Pengobatan hipokalsemia bervariasi tergantung kepada penyebabnya.

Kalsium dapat diberikan baik secara intravena maupun per-oral (ditelan).

Hipokalsemia menahun diperbaiki dengan mengkonsumsi tambahan kalsium per-oral.

Mengkonsumsi tambahan vitamin D dapat membantu meningkatkan penyerapan kalsium dari


saluran pencernaan.

Anda mungkin juga menyukai