Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN MASALAH UTAMA RAKHITIS

Untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah Keperawatan Dasar 1

DOSEN MATA KULIAH: IKA MUSDALIA, S.KEP, NS, M.KES

Disusun Oleh: Kelompok VI

Ariana Putri (B0219502)


Kornelius kelfin sangbuah (B0219507)
Musdalifah (B0219508)
Nur Auliah (B0219356)
Sintia Misel (B0219340)

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT


PROGRAM STUDI SI KEPERAWATN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna atas berkat
dan rahmatnyalah, sehingga kami dapat menyelesaikan asuhan keperawatan tentang
masalah utama pasien Rakhitis tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan askep ini, kami menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dan
kekurangan karna kemampuan kami masih terbatas. Maka kritik yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan untuk menjadi pedoman dan pembelajaran bagi kami dalam
menyusun asuhan keperawatan di lain waktu.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusanan askep
ini,kami menyampaikan terimah kasih dan penghargaan yang tak terhingga. Semoga Tuhan
yang maha pemurah merahmati kita, supaya upaya kecil ini besar manfaatnya bagi kita
semua.

Majene, 23 september 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Sampul ...................................................................................................................................... I

Kata pengantar ........................................................................................................................ II

Daftar isi ................................................................................................................................. III

BAB I pendahuluan .................................................................................................................. 1


A. Latar belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah ................................................................................................. 1

C. Tujuan penulisan ....................................................................................................1

D. Manfaat ................................................................................................................. 2

BAB II Pembahasan ................................................................................................................. 3

A. Definis..................................................................................................................... 3

B. Etiologi.................................................................................................................... 4

C. Klasifikasi.................................................................................................................5

D. Manifestasi klinik.................................................................................................... 5

E. Pengobatan ...........................................................................................................6

F. Penanganan Rakhitis...............................................................................................7

G. Pemeriksaan diagnostik.........................................................................................8

H. Penatalaksanaan................................................................................................... 8

I. Askep rakitis............................................................................................................8

BAB III Penutup ..................................................................................................................... 13

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 13

B. Saran .................................................................................................................... 13

Daftar pustaka ....................................................................................................................... 14


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium. Kurangnya kalsium
akanmengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat pada tulang, sehingga semakin
lamaakan terjadi perubahan pada struktur tulang. Akibatnya tulang menjadi
kehilangankepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak dan patah.Rakitis adalah
pelunakan tulang pada anak-anak berpotensi menyebabkan patah tulangdan kelainan
bentuk.
Rakitis adalah salah satu penyakit anak yang paling sering dibanyak negara
berkembang.Terjadinya rhakitis merupakan rangkaian awal terjadinya osteoporosis, pada
saatsekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam.
Berdasarkan hasil penelitian University of Otago, Selandia Baru, bekerja sama
denganSeameo Tropmed RCCN, Universitas Indonesia dan Universitas Putra Malaysia
yangdipublikasikan European Journal of Clinical Nutrition tahun 2007, perempuan
indonesiahanya mengkonsumsi 270 mg kalsium perhari.
Hal tersebut berarti asupan kalsium perempuan indonesia bahkan berkurang
50%rekomendasi kalsium harian yang dibutuhkan.Data kepadatan tulang yang dianalisa oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan(Puslitbang) ditemukan bahwa 2 dari 5 orang anak
indonesia beresiko menderitakerapuhan tulang.

B. Rumusan masalah

a) Apa yang dimaksud dengan rakhitis ?


b) Apa etiologi dari rakhitis ?
c) Apa klasifikasi dari rakhitis ?
d) Apa manifestasi klinik dari rakhitis ?
e) Bagaimana patofisiologi rakhitis ?
f) Bagaimana penatalaksanaan rakhitis ?
g) Bagaimana penanganan rakhitis ?
h) Bagaimana pemeriksaan diagnostic rakhitis ?
i) Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien rhkitis ?
j) Bagaimana implementasi dan evaluasi rakhitis ?

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Makalah dibuat agar mahasiswa keperawatan dan mengetahui dan memahami tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan Rakhitis.

b. Tujuan khusus
Tujuan makalah dibuat agar mahasiswa dapat :
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari Rakhitis
2. Mengetahui dan memahami Etiologi dari rahkitis
3. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari rakhitis
4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinik dari rakhitis
5. Mengetahui dan memahami patofisiologi rakhitis
6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan rakhitis
7. Mengetahui dan memahami penanganan rakhitis
8. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostic rakhitis
9. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien rhkitis

D. Manfaat

Diharapkan hasil asuhan keperawatan dapat menjadi bahan kajian bagi teman – teman
untuk mengembangkan dalam proses belajar mengajar dalam pembuatan askep maupun
memberikan wawasan dan pengetahuan bagi penderita cara mengatasi rakhitis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisis
Rakhitis adalah pelunakan dan melemahnya tulang pada anak-anak, biasanya
karena kekurangan vitamin D yang ekstrim dan berkepanjangan. Vitamin D sangat
penting dalam penyerapan kalsium dan fosfor dari saluran pencernaan, yang
dibutuhkan anak untuk membangun tulang yang kuat. Kekurangan vitamin D membuat
sulit untuk mempertahankan dengan tepat tingkat kalsium dan fosfor pada tulang.
Jika vitamin D atau kekurangan kalsium menyebabkan rakhitis, menambahkan vitamin D
atau kalsium untuk diet yang dihasilkan umumnya memperbaiki masalah tulang bagi
anak.
Vitamin D berfungsi sebagai hormon untuk mengatur kadar kalsium dan fosfor dalam
tulang. Jika seseorangkekurangan vitamin D, tubuh tidak akan menyerap kalsium dan
fosfor dengan benar. Ketika tubuh Anda merasakan ketidakseimbangan kalsium dan
fosfor dalam aliran darah, bereaksi dengan mengambil kalsium dan fosfor dari tulang
meningkatkan kadar darah yang diperlukan tubuh. Hal ini lantas melemahkan struktur
tulang, yang dapat menyebabkan cacat kerangka, seperti bowlegs atau salah
kelengkungan tulang belakang.
Penyebab utama adalah kekurangan vitamin D, namun kekurangan kalsium
yang memadai dalam diet juga dapat menyebabkan rakitis (kasus diare berat dan
muntah dapat menjadi penyebab kekurangan). Meskipun dapat terjadi pada orang
dewasa, sebagian besar kasus terjadi pada anak-anak menderita gizi buruk, biasanya
akibat kelaparan atau kelaparan selama tahap awal masa kanak-kanak. Osteomalacia
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi serupa terjadi pada orang
dewasa, umumnya karena kekurangan vitamin D. Asal usul "rakitis" kata mungkin dari
kata dialek Inggris Kuno 'wrickken', memelintir. Kata berasal Yunani "rachitis" (ραχίτις,
yang berarti "peradangan tulang belakang") kemudian diadopsi sebagai istilah ilmiah
untuk rakitis, terutama karena kesamaan kata-kata 'dalam suara.
Penyebab utama dari rakitis adalah kekurangan vitamin D. Vitamin D diperlukan untuk
penyerapan kalsium dari usus. Sinar matahari, sinar ultraviolet terutama,
memungkinkan sel-sel kulit manusia mengkonversi vitamin D dari aktif ke keadaan aktif.
Dengan tidak adanya vitamin D, kalsium tidak benar diserap, mengakibatkan
hipokalsemia, menyebabkan cacat tulang dan gigi dan neuromuskuler gejala, misalnya
hyperexcitability. Makanan yang mengandung vitamin D termasuk mentega, telur,
minyak hati ikan, margarin, susu dan jus, dan ikan berminyak seperti tuna, ikan herring,
dan salmon. Suatu bentuk yang jarang dominan terkait-X ada yang disebut rakitis
Vitamin D tahan.
Kasus telah dilaporkan di Inggris dalam beberapa tahun terakhir dari rakitis pada anak-
anak dari latar belakang sosial yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk membuat
vitamin D karena sinar ultraviolet matahari tidak mencapai kulit karena penggunaan
terus-menerus dari tabir surya yang kuat, atau terlalu banyak "yang mencakup up "di
bawah sinar matahari, atau menghabiskan waktu di dalam ruangan terlalu banyak.
Kasus lain telah dilaporkan di antara anak-anak dari beberapa kelompok etnis di mana
ibu menghindari paparan matahari untuk alasan agama atau budaya, mengarah ke ibu
kekurangan vitamin D. British Medical Journal melaporkan pada 2010 bahwa dokter di
Newcastle di Tyne melihat 20 kasus rakitis per tahun.

B. Etiologi

Penyebab kelainan ini bukan hanya karena faktor genetik, tapi juga ada sejumlah faktor
lain, seperti:
1. Posisi tidur yang salah, misalnya tengkurap seperti katak. Jika berlangsung lama,
kebiasaan ini dapat mengakibatkan gangguan rotasi dan bentuk tungkai.
2. Kebiasaan duduk yang salah, misalnya duduk dengan posisi kaki membentuk huruf
W atau bersila pada anak.
3. Kebiasaan menggendong yang salah, misalnya saat digendong menyamping, kaki
anak dibiarkan melingkari tubuh Anda dan membentuk sudut 90 derajat.
4. Memakaikan popok sekali pakai dengan cara dan pada saat yang tidak tepat,
misalnya terus-menerus pada saat anak sedang belajar berjalan. Hal ini membuat anak
sulit menemukan posisi kaki yang stabil.
5. Memakaikan baby walker. Anak yang belum cukup kuat menopang berat tubuhnya
akan memaksakan salah satu kakinya untuk menyangga seluruh berat tubuhnya.
Akibatnya, tungkai bawah dan pergelangan kaki saja yang terlatih, sehingga terjadi
ketidakseimbangan kekuatan otot (muscle imbalance). Penggunaan baby walker
memang tidak dianjurkan, karena sering juga menimbulkan kecelakaan pada anak.
6. Anak kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium akan
mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia kekurangan
vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu penyerapan kalsium di dalam
tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi makan tulang-tulang si kecil menjadi lunak
dan mudah patah. Proses mineralisasi adalah proses proses terakhir pembentukan
tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis proses mineralisasi dalam
tubuhnya akan berlangsung dengan baik.
7. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya tak
mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.
8. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium akan
meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat.
9. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek pemakaian
obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan terhadap penyakit ini.
10. Gangguan penyerapan.

Penyebab utama rakhitis yang terjadi setelah masa anak-anak ialah :

1. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa usus


halus proksimal dan penyakit ileum.
2. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang menyebabkan peningkatan
kerja enzim-enzim oksidase hati.
3. Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired), renal tubular
acidosis yang disertai disproteinemia kronik.

C. Klasifikasi
Sehubungan dengan vitamin D rakhitis dibagi menjadi dua jenis :
Ricketsklinis di bagi menjadi beberapa periode aliran, yang ditandai dengan gejalah
tertentu
Muncul pada usia 2-3 bulan dan berlangsung dari 1,5 minggu – 1 bulan. Pada saat ini,
orang tua mulai melihat penampakan gejalah pertama :
· Organ internal dan system patologi - .
· Biasaanya penyumbang 6-7 bulan hidup.
· Penyakit ini terus maju dalam beberapa arah dan pada saat yang sama sejumlah
gejalah baru
Deformasi tulang :
Mengurangi otot dan kelemahan aparat ligamen :
Anak dengan rakhitis, mulai akhir untuk menjaga kepala anda, duduk dan berjalan. Bayi
kibra pasti dan lutut tidak stabil dan bertabrakan, lebar melangkah menyempit tajam.
Anak sering mengeuhkan kelelahan dan rasa sakit setelah berjalan
· Gejalah system saraf yang diperburuk oleh :
· Bagian dari saluran pencernaan :
· Darih darah ada anemia defisiensi besi diucapkan :
· Gagal system kekebalan tubuh – anak anak sakit lebih sering dan lebih keras.

D. manifestasi klinik
Kekurangan vitamin D dimulai perlahan-lahan sebelum tanda-tanda fisik dan gejala
rakhitis muncul. Ketika tanda-tanda dan gejala rakhitis berkembang, tanda itu
mencakup:
1. Kerangka cacat (Deformitas rangka)
Balita: kaki bengkok (genu varum)
Anak lebih tua: Knock-lutut (genu valgum) atau "lutut keanginan"
Kranial, tulang belakang, dan panggul cacat
2. Tulang rapuh tulang
Anak-anak rakhitis lebih rentan terhadap patah tulang.
3. Gangguan pertumbuhan
Pertumbuhan tertunda akibat rakhitis.
4. Masalah gigi
Termasuk cacat pada struktur gigi, peningkatan kesempatan rongga, miskin dan
menunda pembentukan enamel gigi.
5. Nyeri tulang
Mencakup nyeri di tulang belakang, panggul dan kaki.
6. Kelemahan otot
Penurunan otot dapat membuat gerakan tidak nyaman
7. Hipokalsemia (tingkat rendah kalsium dalam darah), dan
8. Tetani (kejang otot tidak terkendali di seluruh tubuh).
9. Craniotabes (tengkorak lunak)
10. Costochondral pembengkakan (alias "rosario reyot" atau "rachitic rosario")
11. Harrison alur
12. Malleoli ganda tanda akibat hiperplasia metaphyseal
13. Pelebaran pergelangan tangan menimbulkan kecurigaan awal, itu adalah karena
hiperplasia tulang rawan metaphysical
Patofisiologi
Defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yang merangsang
pelepasan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid meningkatkan
penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa mineralisasi tulang yang
adekuat, maka tulang menjadi tipis. Terjadi penimbunan osteoid yang tidak
terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang membungkus saluran-saluran tulang bagian
dalam, hal ini menimbulkan deformitas tulang.
Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif yang memacu absorbsi
kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan
kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah.. Tanpa vitamin D yang mencukupi,
kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ketempat kalsifikasi tulang, sehingga
mengakibatkan kegagalan mineralisasi,terjadi perlunakan dan perlemahan kerangka
tubuh. Rakhitis (riskets) adalah penyakit tulang pada anak akibat defisiensi vitamin D.
Rakitis menyebabkan disorganisasi tulang, terutama di lempeng pertumbuhan atau
epifisis sehingga pertumbuhan terhambat. Rakitis jarang dijumpai di Amerikan Serikat,
tetapi mungkin ditemukan pada keluarga yang sangat miskin atau yang berada di
daerah-daerah pinggiran. Malabsorbsi kalsium dalam makanan pada para pengidap
penyakit crohn sindrom malabsorbsi atau fibrosis kistik dapat menyebabkan
osteomalasia atau rakhitis.

E. Pengobatan

1. Diet dan sinar matahari


Pengobatan meliputi peningkatan asupan makanan kalsium, fosfat dan vitamin D.
Paparan terhadap cahaya ultraviolet B (sinar matahari ketika matahari tertinggi di
langit), minyak ikan cod, minyak ikan pecak-hati, dan viosterol adalah sumber vitamin D.
Sebuah jumlah yang cukup cahaya ultraviolet B sinar matahari setiap hari dan
persediaan yang memadai kalsium dan fosfor dalam makanan dapat mencegah rakhitis.
Darker bayi berkulit perlu lebih lama untuk terkena sinar ultraviolet. Penggantian
vitamin D telah terbukti benar rakhitis menggunakan metode terapi sinar ultraviolet
dan obat-obatan.
Rekomendasi adalah untuk 400 unit internasional (IU) vitamin D per hari untuk bayi dan
anak-anak. Anak-anak yang tidak mendapatkan jumlah yang cukup vitamin D
meningkatkan risiko rakhitis. Vitamin D sangat penting karena membiarkan tubuh untuk
penyerapan kalsium untuk digunakan dalam kalsifikasi tulang yang tepat dan
pemeliharaan.
2. Suplementasi
Cukup kadar vitamin D juga dapat dicapai melalui suplemen makanan dan / atau
paparan sinar matahari. Vitamin D3 (cholecalciferol) adalah bentuk yang lebih disukai
karena lebih mudah diserap daripada vitamin D2. Kebanyakan dermatologists
merekomendasikan suplemen vitamin D sebagai alternatif untuk paparan ultraviolet
terlindungi karena peningkatan risiko kanker kulit yang berhubungan dengan paparan
sinar matahari. Perhatikan bahwa pada bulan Juli di New York City di siang hari dengan
sinar matahari, seorang laki-laki putih di T-shirt dan celana pendek akan menghasilkan
20000 IU Vitamin D dari 20 menit dari paparan sinar matahari non-tabir surya
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), bayi yang diberi ASI mungkin tidak
mendapatkan cukup vitamin D dari ASI saja. Untuk alasan ini, AAP merekomendasikan
bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif menerima suplemen vitamin D harian dari usia 2
bulan sampai mereka mulai minum sekurang-kurangnya 17 ons susu yang diperkaya
vitamin D atau formula sehari. Ini persyaratan untuk D suplemen vitamin tidak cacat
dalam evolusi ASI manusia, tetapi bukan akibat pajanan bayi modern menurun terhadap
sinar matahari (yaitu yang diberi ASI bayi yang menerima paparan sinar matahari yang
cukup kurang mungkin mengembangkan rakhitis, suplemen walaupun masih dapat
diindikasikan di musim dingin, tergantung pada garis lintang geografis).

F. Penanganan rakitis

Berikut penanganan yang biasanya dilakukan pada penderita rakhitis berdasarkan


penyebabnya :
1. Jika kekurangan kalsium.
Jalan satu-satunya memperbanyak konsumsi unsur kalsium sehingga memperkuat kerja
sel osteoblas (pembentuk tulang). Oleh sebab itu, makanan seperti sayur-sayuran,
buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt, sangatlah disarankan. Suplemen kalsium
dapat ditambahkan baik yang berbentuk sirup atau tablet dengan konsumsi 1,5 gram
per hari. Kekurangan kalsium juga menyebabkan mudah mengalami kram pada otot
tangan dan kaki serta terganggunya tekanan darah.
2. Jika kekurangan vitamin D.
Ada dua sumber vitamin D:
a) Terkena sinar matahari
Kulit memproduksi vitamin D ketika itu terkena sinar matahari.
b) Makanan
Usus menyerap vitamin D yang ditemukan secara alami dalam makanan yang dimakan,
atau ditambahkan ke dalamnya selama pemrosesan, atau dari suplemen atau
multivitamin yang dikonsumsi.
Perbanyak mengonsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan
susu. Bisa juga dengan sering berjemur di bawah sinar matahari karena akan membantu
pembentukan vitamin D dalam tubuh. Waktu yang tepat untuk berjemur sekitar pukul 7
- 9 pagi dan sore pada pukul 16 --17. Berjemur di luar waktu tersebut justru berbahaya
karena matahari banyak mengeluarkan sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan
kanker kulit dan katarak.
3. Jika karena gangguan ginjal atau hati
Langkah pertama adalah menyembuhkan dulu gangguan/penyakit tersebut. Biasanya
terapi yang dilakukan lebih lama karena gangguan ginjal maupun hati mengganggu
metabolisme penyerapan kalsium.
4. Jika karena pengaruh atau efek samping dari obat-obatan seperti steroid.
Maka konsumsi obat itu harus segera dikurangi atau kalau bisa diganti dengan obat
yang bisa menyerap kalsium.
5. Jika sudah telanjur mengalami patah tulang.
Mau tak mau harus dilakukan tindakan seperti gips untuk patah tulang di bagian lengan.
Kalau patah tulang di bagian tungkai atau tulang paha dilakukan dengan biopsi. Berbeda
patah tulang pada anak-anak relatif mudah tersambung kembali, yakni sekitar tiga
bulanan. Tindakan selanjutnya upaya rehabilitasi atau fisioterapi untuk melatih
kemampuan atau keterampilan gerak. Misalnya, melatih keseimbangan duduk, berdiri,
dan berjalan.

G. Pemeriksaan diagnostic

a) Evaluasi dengan sinar-x dapat memperlihatkan penurunan osifikasi / demineralisasi


tulang secara umum
b) Pengukuran kalsium dan fosfat serum akan memperlihatkan nilai yangrendah
c) Pemeriksaan urin menunjukkan kalsiun dan kreatinin rendah
d) Pemeriksaan vertebra akan memperlihatkan adanya patah tulangkompresi tanpa
batas vertebra yang jelas.
e) Biopsi tulang akan menunjukkan peningkatan jumlah osteoid

H. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medik
Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D
200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan 1.600 IU
setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan. Jika terjadi kekurangan fosfat
(hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.
b. Penatalaksanan non medic
Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak konsumsi
unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja lebih keras lagi.
Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt.
Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan. Jika kekurangan vitamin D, sangat
dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur,
minyak ikan, dan susu. Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah
sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 – 9 pagi dan sore pada
pukul 16 –- 17.
I. Askep Rakitis

a. Pengkajian
Pemeriksaan fisik
~ infeksi,
Observasi gaya jalan, postur, cara berdiri, posisi duduk mulai pada saat pasien
memasuki ruangan. Perhatikan kesimetrisan ekstremitas tubuh, adanya deformitas
kasar, genu valgum, lordosis kifosis serta adanya kelemahan atau antropi otot – otot
skelet.
Pada pemeriksaan fisik pasien osteomalasia didapatkan deformitas skelet. Deformitas
vertebra dan deformitas lengkungan tulang panjang membuat penampakan pasien
menjadi tidak normal dan jalannya membebek. Dapat menjadi kelemahan / antropi
otot, serta rasa tidak nyaman dengan penampilan mereka.
~ palpasi
Tulang, sendi dan otot mengenai pembengkakan, nyeri tekan perubahan suhu local
ataupun adanya krepitasi.
Pasien osteomalasia biasanya mengeluh nyeri tulang umum pada punggung bawah dan
ekstremitas disertai dengan nyeri tekan.
a) Kaji dan identifikasi adanya nyeri tulang dan nyeri tekan, meliputi :
- Serangan dan lamanya nyeri
- Lokasi penyebaran : punggung, kepala, bagian ekstremitas, oto, dan sendi
- Kharakter dan berat : berdenyut, tumpul, menusuk – nusuk
- Faktor yang memperberat / memperingan : istirahat dan obat – obatan
- Tanda dan gejalah yang menyertai : kelemahan, dan kebas, tremor, antropi otot-
otot
Nyeri biasa disebabkan oleh :
Ø Gangguan sendi – sendi atau susunan sendi pada susunan tulang belakang
Ø Gangguan pada otot-otot badan
Ø Kelainan tulang – tulang sendi, misalnya patah tulang ( fraktur ) dan dislokasi
b) Kaji adanya fraktur
Fraktur umumnya sangat mudah terjadi pada pasien osteomalasia disebabkan
kelemahan dan kerapuhan tulang
c) Dapatkan informasi tentang penyakit yang diderita ( sindrom mal absorbs ) dan
kebiasaan konsumsi
Tanyakan kepada klien apakah iya mengidap penyakit kelainan gastrointestinal, gagal
ginjal kronik, atau penyakit patologik lainnya dan tanyakan apakah klien mendapat
asupan kalsium, fosfor, dan fitami D yang cukup dalam diet.

b. Diagnose keperawatan
1. Nyeri kronik berdasarkan pelunakan tulang
2. Gangguan bodi image berdasarkan perubahan bentuk tubuh
3. Gangguan tumbuh kembang berdasarkan kelainan bentuk tulang
4. Resti cedera berdasarkan gangguan musculoskeletal
5. Konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu

c. Intervensi
Intervensi I
Intervensi
Rasional
Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri ( skala 0-10 ) selidiki perubahan karakteristik
nyeri
Untuk mengetahui respond dan sejauh mana tingkat nyeri pasien
Berikan tindakan kenyamanan ( contoh ubah posisi sering, pijatan lembut )
Mencegah penggeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka
Berikan lingkungan yang tenang
Agar pasien dapat beristirahat dan mencegah timbulnya stress
Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgenetik, kaji efektifitas dari tindakan
penurunan rasa nyeri
Untuk mengurangi rasa sakit / nyeri
Kolaborasi dengan ilmu gizi tentang asupan nutrisi pasien dengan pemberian vitamin D
Pemberian vitamin D membantu untuk perbaikan tulang

Intervensi II
Intervensi
Rasional
Pantau kebutuhan akan bantuan pelayanan kesehatan dirumah dan kebutuhan akan
peralatan pengobatan yang tahan lama
Membantu menentukan intervensi yang akan dilakukan
Ajarkan pasien tentang dan pantau mengguanakan alat bantu ( misalnya : tongkat,
walker, kruk, atau kursi roda )
Membantu perawatan diri dan memandirikan pasien teknik pemindahan yang tepat
mencegah abrasikulit dan jatuh
Pantau kebutuhan pasien akan pendidikan kesehatan
Untuk menentukan tindakan yang dibutuhkan oleh pasien

Intervensi III
Intervensi
Rasional
Binalah hubungan saling percaya
Dasar mengembangkan tindakan keperawatan
Kajilah penyebab gangguan citrah tubuh
Merencanakan intervensi lebih lanjut
Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan
Memfasilitasi dengan memanfaatkan kelebihan
Perhatikan perilaku menarik diri, membicarakan diri tentang hal negative, penggunaan
penyangkalan atau terus menerus melihat perubahan nyata atau yang diterima
Mengidentifikasi tahab berduka atau kebutuhan untuk intervensi
Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negative, dan kehilangan bagian tubuh
Ekspresin emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan realitas hidup tanpa
tungkai

Intervensi IV
Intervensi
Rasional
Hindari perilaku yang beresiko tinggi terhadap pasien seperti aktifitas yang berat
Agar tidak terjadi cidera pada pasien
Pasang pengaman ditempat tidur pasien
Untuk menghidari jatuh terhadap pasien
Anjurkan kepada pasien agar menggunakan sandal yang tidak licin saat ke kamar mandi
atau mobilitas
Mengguanakan sandal licin atau tanpa sandal mengakibatkan pasien terjatuh
Anjurkan keluarga agar selalu mendampingi atau menbantu setiap aktivitas pasien
Agar meminimalisir resiko cedera terhadap pasien

Intervensi V
Intervensi
Rasional
Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
Agar tidak mengalami hal yang merusak harga diri pasien
Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
Untuk mempertahankan interaksi sosial
Monitor frekuensi mengritik dirinya
Untuk menghindari depresi yang akan timbul

d. Implementasi dan Evaluasi


No Dx
Implementasi
Evaluasi
1.
2. Memantau tingkat dan intensitas nyesi
3. Melatih ROM aktif dan perpindahan maksimal 2 kali sehari
4. Memberikan lingkungan yang terbuka pada pasien untuk mendiskusiakan masalah
yang dialami
5. Pemberian analgenetik sesuai anjuran dokter
6. Memantau minum obat vitamin D dan asupan gizi
S: klien melaporkan nyeri berkurang
O : skala nyeri 3
A : klien menerima kenyamanan pada situasi yang dialaminya
P : tindakan keperawatan di lanjutkan
2.
1. Pantau kebutuhan kesehatan pasien
2. Mengajarkan menggunakan alat bantu untuk melakukan akivitas
3. Mengajarkan pasien tentan pendidikan diri untuk kesehatan
S : klien banyak belum paham akan pendidikan kesehatan pasien
O: klien dapat berpindah dengan bantuan alat
A : klien dapat melakukan aktivitas dengan bantuan alat kesehatan
P :: tindakan perawat di lanjutkan
3.
1. mengkaji dan meningkatkan derajat dukungan yang ada untuk pasien
2. mendorong partisipasi dalam hal aktivitas sehari-hari
3. mendorong ekspresi ketakutan, perasaan negative
S: -
O : klien menerima kenyataan pada situasi yang dialami
A : klien menunjukkan sikapa yang baik
P : tindakan keperawatan dihentikan
4.
1. Pantau aktifitas pasien yang beresiko tinggi
2. Mengajarkan pasien agar menggunakan sandal
3. Mengarahkan keluarga pasien untuk mendampingi setiap aktivitas pasien
S : klien mengungkapkan perasaannya mengenai penyakitnya
O : klien menggunakan sandal pada saat masuk di kamar mandi
A : klien menunjukkan perilaku adabtasi
P : tindakan perawatan dihentikan
5.
1. memantau persepsi perubahan pada tubuh pasien seperti penampilan
2. memantau perubahan dalam kemampuan memperkirakan hubungan special tubuh
terhadap lingkungan
3. pantau perubahan gaya hidup pasien
S: -
O:klien merubah penampilannya
A : klien menerima keadaanya
P : tindakan keperawatan dihentikan
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Rakitis merupakan gangguan kesehatan yang meliputi pelunakan dan pelemahan
tulang, yang terjadi pada masa kanan – kanan. Keanaan ini, terutama disebabkan oleh
kekurangan vitamin D, kalium dan fosfat
Rakitis terjadi ketika defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yang
merangsang pelepasan hormone para tiroid. Peningkatan hormone para tiroid
meningkatkan penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tampa meneralisasi
tulang yang ade kuat maka tualng menjadi tipis. Terjadi penimbunan osteoit yang tidak
terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang membungkus saluran-saluran tulang bagian
dalam hal ini menimbulkan deformitas tulang. Tampa Vitamin D yang mencukupi,
kalsium, dan fosfat tidak dapat dimasukkan ketempat klasifikasi tulang, sehingga
mengakibabtkan kegagalan meneralisasi, terjadi perlunakan dan perlemahan kerangka
tubuh.
Manifestasi klinik rakhitis yang terlihat pada anak- anak : nyeri tulang dan nyeri tekan
tulang, kelemahan otot, cara berjalan seperti bebek atau pincang, pada penyakit yang
lebih lanjut, tungkai melengkung ( karena berat tubuh dan tarikan otot ), vertebra yang
melunak.
B. Saran
Dengan askep ini disarankan kepda para pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan agar dapat lebih memperdalam lagi pengetahuan mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan rhakitis sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
denia keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Alfiansyah, Muhammad. (2012). Gangguan dan Kelainan Pada Tulang [Online]. Tersedia
:http://www.sentra-edukasi.com/2011/07/gangguan-dan-kelainan-pada-tulang.html
[18 Maret 2012]
Handayani, Dewi. et al. (2010). Perawatan Bayi Baru. Jakarta : Pt. Aspirasi Pemuda.
http://id.wikipedia.org/wiki/Rakitis
Novikasari, Nurlita. (2009). Sejarah Penyakit Rakhitis [Online]. Tersedia
:http://ilmukeperawatan4u.blogspot.com [18 Maret 2012]
Prianggoro, Hasto. (2012). Tulang Sehat, Anak Kuat [Online]. Tersedia
:http://www.Tulang-Sehat-Anak-Kuat-1.htm [18 Maret 2012]
Rahayu, Utami Sri. (2012). 9 Rambu Menjemur Bayi [Online]. Tersedia
:http://menyusui.net/diet-ibu-anak/9-rambu-menjemur-bayi/ [18 Maret 2012]
Rickets vs. abuse: a national and international epidemic Kathy A. Keller & Patrick D.
Barnes Received: 4 November 2007 / Revised: 28 July 2008 / Accepted: 18 August 2008

Anda mungkin juga menyukai