Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Letak Geografis

PT. Greenfields Indonesia berlokasi di Desa Babadan,Dusun maduarjo,Kecamatan


Ngajum,Malang Jawa Timur, dengan batas-batas lokasi:
a. Sebelah Utara : Gunung Kawi
b. Sebelah Selatan : Desa Jamboer
c. Sebelah Barat : Dusun Gendogo
d. Sebelah Timur : Desa Precet
PT. GreenfieldsIndonesian dengan jarak dari kota malang ± 40 Km berada pada
ketinggian 1.200 meter diatas permukaan laut, dengan suhu udara rata-rata 16-20Cº. Curah
hujan dilokasi cukup tinggi yaitu sekitar 2997 mm/tahun dengan kelembapan sebesar 45%.
Letak perusahaan dari pemukiman pendudukan 2 Km. Wilayah perusahan ditutupin dengan
pagar tembok setinggi 2,5m dan diberi kawat duri pada ujung pagar. Pintu masuk utama
terbuat dari pagar besi dan ketinggian 2m dan pintumasuk ke perusahan di tutupin dengan
pagar besi otomatis ketinggian 1,5m.

1.2 Sejarah Perusahaan

Tahun 1990-an, negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengalami


perkembangan ekonomi yang sangat pesat.Meningkatnya daya beli masyarakat, kebutuhan
akan gaya hidup sehat dan bahan makanan berkualitas tinggi juga meningkat. Sayangnya
kebutuhan untuk hal tersebut kebanyakan dipenuhi dengan produk-produk impor dan produk
lokal yang menggunakan susu bubuk.
Perusahaan peternakan penghasil susu berskala besar, tidak adanya angkatan kerja
yang cukup untuk menunjang, dan tidak adanya tanah subur, sumber air serta sumber bahan
dasar lainnya. Tantangan yang harus dihadapi oleh sebuah perusahaan susu murni yang
bermaksud melayani pasar domestik Indonesia dan kawasan di sekitarnya. Peluang dan
berbagai tantangan ini menjadi awal dari terbentuknya PT Greenfields Indonesia.

1
Tanggal 14 Maret 1997, PT Greenfields Indonesia dilahirkan oleh sekelompok
usahawan Australia dan Indonesia yang memiliki latar belakang, keahlian dan pengalaman
kuat di bidang agrobisnis. Perusahaan dimulai dengan mengembangkan tanah peternakan di
Desa Babadan, Gunung Kawi, Jawa Timur, suatu tempat dengan lingkungan yang sangat
ideal untuk sapi-sapi perah khusus yang didatangkan dari Australia dengan tujuan agar
produksi susu tinggi.
Bulan April 1999 dimulailah konstruksi fasilitas pengolahan susu yang kemudian
mulai beroperasi pada bulan Juni 2000. Susu yang dihasilkan oleh peternakan ini merupakan
susu dengan mutu sangat tinggi serta memenuhi syarat terketat dunia dalam
mikrobiologi. PT Greenfields Indonesia memproduksi susu pasteurisasi dan susu UHT
dalam beberapa jenis, rasa, dan ukuran kemasan yang berbeda. Peternakan Greenfields
memiliki lebih dari 4.000 ekor sapi Holstein yang menghasilkan sekitar 20 juta liter susu
murni setiap tahunnya.
Peminat pasar domestik, lebih dari 50% hasil produksi PT Greenfields Indonesia
dipasarkan di Singapura, Malaysia, Hong Kong, Phillipina dan negara-negara lain di
kawasan ini.

1.3 Bidang Usaha yang Dilakukan

Usaha peternakan PT.Greenfields Indonesia merupakan usaha yang bergerak dalam


bidang peternakan sapi, yang mempunyai tujuan utama yaitu membuka lapangan usaha dan
meningkatkan gizi masyarakat.Adapun kegiatan yang dilakukan PT. Greenfields
Indonesiaadalah :
1. Pemeliharaan sapi perah dan pedet
2. Memproduksi susu sapi perah yang kemudianakan dilakukan pengolahan tahap pertama
yaitu pendinginan
3. Pemasaran produk susu sapidari PT Greenfields Indonesia berupa Susu UHT, ISL, Keju,
whipping cream untuk di pasarkan di beberapan wilayah indonesia dan di ekspor ke
beberapa negara seperti Singapur, Malaysia, dan Hongkong.

2
BAB II

KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

2.1 Kegiatan Rutin

2.1.1 Kegiatan perawatan pedet (nursery)

Pemeliharaan pedet di PT Greenfields Indonesia rutin dilakukan setiap hari.Pedet yang


baru dilahirkan langsung diberikan kolostrum dari induk sapi yang selesai
melahirkan.Kolostrum adalah air susu yang dikeluarkan oleh induk sapi yang telah
melahirkan.Kolostrum dihasilkan hari pertama sampai hari ketujuh setelah
melahirkan.Beberapa macam kandungan kolostrum yang dapat bermanfaat untuk menjaga
kekebalan tubuh anak sapi atau pedet diantaranya: Imunoglobulin, Lactoferin, Lactabulmin,
Glycoprotein dan Cytokines. Zat-zat tersebut sangat berfungsi membantu melawan virus,
jamur dan bakteri dalam tubuh. Kolostrum juga mengandung faktor pertumbuhan alami
yang berfungsi untuk meningkatkan metabolisme tubuh, memperbaiki sistem DNA dan
RNA, merangsang pertumbuhan hormon, mengandung mineral, anti-oksidan, enzim, asam
amino, vitamin A, B12, dan E, selain itu juga berfungsi memperbaiki dan meningkatkan
pertumbuhan jaringan tubuh. Disamping hal tersebut diatas kolostrum juga banyak
mengandung kalsium, vitamin, protein, tenaga dll. Semua kandungan ini berfungsi untuk
meningkatkan energi dalam tubuh ternak sapi perah, meningkatkan kekuatan dan juga
jumlah otot, dan masih banyak lagi fungsi yang lainnya.
Menurut Tizard (2000), kolostrum adalah sekresi kelenjar ambing yang terkumpul
selama beberapa minggu terakhir masa kebuntingan, dikeluarkan dari aliran darah dibawah
pengaruh hormon estrogen dan progesteron. Sedangkan menurut Hodek and Haven (2004),
kolostrum adalah susu yang pertama kali disekresikan setelah partus dengan kadar protein
yang tinggi. Kolostrum mengandung beberapa macam imunoglobulin (Ig), antara lain IgG,
IgM, dan IgA.
Tujuan kolostrum diberikan untuk pedet yang baru lahir adalah untuk
kebutuhan gizi protein dan kekabalan tubuh pedet. Hal ini sependapat dengan Tizard (2000)

3
yang menyatakan bahwa Sapi memiliki kekebalan yang sangat rendah pada saat pertama kali
lahirdikarenakan sifat plasenta yang impermeabel terhadap protein kolostrum.
Kolostrum yang akan diberikan ke pedet harus melalui proses pasteurisasi yang
dimulai dari penimbangan berat jenis.Jika pada saat penimbangan kolostrum menunjukkan
angka 1055 maka kolostrum diberikan untuk pedet betina,kemudian jika menunjukkan
angka 1045 maka diberikan untuk jantan.Proses setelah uji berat jenis adalah kolostrum
dipasteurisasi pada suhu 60ºC dengan lama waktu satu jam,kemudian dimasukkan ke freezer
agar dapat bertahan lama.Kolostrum yang akan diberikan untuk pedet diambil dari freezer
lalu dimasukkan ke mesin thawing dengan suhu 48ºC hingga kolostrum bersuhu
38ºC.Tujuan kolostrum dipasteurisasi adalh untuk mengurangi jumlah bakteri dan untuk
meningkatkan penyerapan imunoglobulin G dikarenakan imunoglobulin-g mempunyai
ukuran yang besar dibandingkan bakteri.Jika bakteri terlalu banyak maka hanya sedikit
imunoglobulin-g yang diserap oleh usus halus.
Pemberian kolostrum untuk umur 1 hari pedet umur 3 hari sampai pra sapih diberi
susu segar dengan ukuran yang berbeda.Setelah 8 jam pemberian kolostrum terahir pedet
umur 2-7 hari diberi 5 liter susu segar dalam 2 kali pemberian per hari.untuk pedet umur 8
sampai 16 hari diberi susu segar sebanyak 7 liter dalam 2 kali pemberian per hari sedangkan
pedet umur 17 hingga 52 hari diberi 9 liter perhari dalam 2 kali pemberian per hari.Setelah
pedet sapi sudah tidak diberi susu segar.Saluran pencernaan pedet saat lahir belum
berkembang dan berfungsi dengan baik, sehingga belum mampu untuk mencerna pakan
padat, rumput, atau sumber serat lainnya.Oleh karena itu, pemberian pakan padat dan
hijauan (pakan sumber serat) pada pedet dilakukan secara bertahap. Saat pedet baru
dilahirkan, pakan pertama yang harus diberikan adalah kolostrum karena pedet hanya
mampu memanfaatkan nutrien susu, kemudian meningkat dengan pemberian susu induk
atau susu pengganti, pakan padat, dan rumput.
Pedet sapih sudah murni diberi pakan padat untuk memperlancar proses
ruminansi.Masa prasapih pada pedet merupakan periode kritis dan sangat rentan terhadap
perubahan pakan maupun kondisi lingkungan. Beberapa hari setelah lahir, pedet sangat
tergantung pada nutrien susu karena mikroba di dalam rumen belum berkembang dengan
baik sehingga belum mampu mencerna komponen pakan padat. Konsumsi susu yang tinggi
pada pedet, menyebabkan biaya pakan dan biaya pembesaran pedet yang tinggi. Upaya

4
percepatan peningkatan konsumsi pakan padat dan penyapihan perlu dilakukan untuk
mengurangi biaya pembesaran pedet.
Konsumsi dan pencernaan pakan padat dapat merangsang perkembangan mikroba dan
saluran pencernaan pedet. Perkembangan mikroba dan saluran pencernaan diharapkan dapat
dipercepat dengan cara inokulasi bakteri. Inokulasi bakteri yang terdapat pada
saluran pencerna serat (probiotik) asal rumen kerbau diharapkan dapat mempercepat
kemampuan pedet dalam mencerna pakan padat khususnya komponen serat.Pencernaan
serat meningkatkan produksi volatile fatty acids (VFA) dalam rumen.Produk fermentasi
tersebut mampu merangsang pertumbuhan papil rumen.Konsumsi ransum yang telah
mencapai jumlah 500-700 g/hari (Jones & Heinrichs, 2007), mengindikasikan bahwa rumen
pedet telah berkembang dengan baik.
Inokulasi bakteri pencerna serat (probiotik) dan suplementasi kobalt (Co) dapat
membantu proses sintesis vitamin B12 oleh mikroba dalam saluran pencernaan.
Perkembangan mikroba rumen yang lebih cepat, memungkinkan mikroba rumen
menghasilkan vitamin B kompleks termasuk vitamin B12.Vitamin B12 hasil sintesis
mikroba dapat diserap darah dan mempengaruhi sintesis butir darah merah (proses
pematangan sel-sel darah merah) sehingga dapat memperbaiki status fisiologis dan nafsu
makan pedet.Vitamin B12 juga diperlukan untuk metabolisme sel terutama dalam saluran
pencernaan, sumsum tulang, jaringan syaraf, dan sel-sel pertumbuhan, serta untuk
mempercepat pertumbuhan.
Dairy farm PT Greenfields untuk pakan pedet sapih menggunakan pakan pellet dan
out hay dengan ukuran 2,5-3 kg/ekor/hari untuk uur 3-4 bulan dan 4,5-5 kg/ekor/hari untuk
pedet umur 4-5 bulan untuk kebutuhan pakan dan kebutuhan nutrien.Kebutuhan nutrien dari
anak sapi sangat beragam, dari kebutuhan untuk hidup pokok hingga untuk memperoleh
pertambahan bobot maksimal yang berasal dari deposit protein dan mineral. Kebutuhan
nutrien pada anak sapi antara lain bergantung kepada umur, bobot badan dan pertambahan
bobot badan (Rakhmanto, 2009). Tingkat pertambahan bobot badan maksimum, ditentukan
oleh tingkat konsumsi energi untuk produksi ternak (Roy, 2007). Menurut Cullison et
al. (2003), fungsi pakan bagi ternak adalah menyediakan energi untuk produksi panas dan
deposit lemak, memelihara sel-sel tubuh, mengatur berbagai fungsi, proses dan aktivitas
dalam tubuh.

5
Bertambahnya konsumsi pakan padat seperti ransum pemula (calf starter) dan rumput,
maka papila rumen akan berkembang yang diikuti dengan pertumbuhan mikroorganisme
rumen (Rakhmanto, 2009). Menurut Swenson & Reece (2006), mikroorganisme rumen
dapat mensintesis asam amino dalam tubuhnya. Jumlah mikroorganisme rumen akan stabil
jika pH rumen mendekati netral yang dicapai pada umur sekitar 8 minggu (Roy, 2007).
Jumlah bahan kering pakan yang dapat dikonsumsi dalam bentuk cair lebih banyak
dibandingkan dengan pakan dalam bentuk padat, hingga pedet mempunyai bobot hidup 70
kg.Energi dari pakan cair yang berupa susu dapat lebih efisien tercerna oleh pencernaan
monogastrik dibanding dengan pencernaan ruminansia pada pakan padat (Roy, 2007).
Kegiatan rutin selanjutnya pada PT Greenfields Indonesia adalah pemberian dan
penggantian air minum terhadap pedet. Pemberian air minum di PT greenfields Indonesia
untuk pedet umur 1-52 hari adalah setelah pemberian susu selesai.Hal ini dilakukan
dikarenakan agar pedet tetap mengkonsumsi susu secara maksimal demi pertumbuhan yang
baik seperti yang diharapkan.Penggantian air minum untuk pedet pra sapih dilakukan secara
kontroling yaitu pengecekan secara berkala agar pada setiap kaleng air minum yang kosong
maupun kotor dapat langsung dilakukan penggantian demi kesehatan ternak pedet tersebut.
Kaleng antara yang digunakan untuk susu dan air minum pun harus berbeda dikarenakan
kaleng air susu ataupun kaleng air minum masih terdapat banyak bakteri jika tidak
dibersihkan.Semakin banyak pemberian air minum maka akan menurunkan nilai CR (Sari,
2010). Syarief dan Sumporastowo (2005) dalam Kurniadi (2009), yang mengatakan bahwa
kebutuhan air minum pada pedet berkisar antara 20-30 liter/ekor/hari.
Kebersihan kandang pedet adalah yang utama demi kenyamanan ternak pedet. PT
Greenfields yang menggunakan alas jerami untuk pedet umur 1-30 hari harus selalu diganti
setiap harinya. Kandang pedet sebaiknya berada pada kondisi individu, bebas debu dan
memiliki sirkulasi udara yang baik. Satu pintu masuk dianjurkan untuk mencegah
penyebaran penyakit dari satu pedet kepada pedet lain. Lantai kandang dapat diberi lapisan
jerami atau yang tetap dijaga kebersihan dan kekeringannya serta diganti setiap pedet
tersebut dipindahkan/dikeluarkan dari kandangnya. Pedet mendapat susu secara ad libitum,
sehingga nutrisinya terpenuhi. Melakukan controlling setiap waktu adalah hal terpenting
demi kenyamanan ternak. Jerami yang basah maupun tak layak pakai dikarenakan feses

6
pedet pun harus diganti untuk kesehatan pedet agar tidak terkena berbagai penyakit seperti
diare.

2.1.2 Maternity

Penanganan sapi bunting di PT Greenfield Indonesia di masukan dalam program


pengeringan (dry off program) di pen DP (dry pregnant) akan selalu dikontrol. Sapi dengan
umur kebuntingan 7 bulan keatas akan dipindahkan ke pen 7 (pen transisi).Pengeringan
dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : 1). Pemerahan berselang, 2). Pemerahan
tak lengkap, 3). Penghentian pemberian konsentrat dengan tiba - tiba dibarengi dengan
pemerahan bersela (Syarief dan Sumoprastowo, 2005).Tujuan di laksanakannya masa kering
pada sapi ternak yang bunting ini adalah untuk mengembalikan kondisi tubuh atau memberi
istirahat sapi dan mengisi kembali kebutuhan vitamin serta mineral dan menjamin
pertumbuhan foetus di dalam kandungan. Menurut Siregar dalam Adika Putra (2009), masa
kering sapi perah yang terlalu pendek menyebabkan produksi susu turun. Masa kering sapi
perah secara normal adalah 80 hari dan pakan terus dijaga mutunya, terutama 2-3 bulan
terakhir sebelum masa kering kandungan.
Sapi dapat langsung digiring menuju pen maternity (pen beranak). Hal ini sangat
penting dilakukan untuk menghindari sapi melahirkan di kandang pen dry pregnant sehingga
tidak membahayakan pedet yang akan lahir.Begitu juga saat sapi menujukkan tanda-tanda
melahirkan, biasanya sangat terlihat pada bagian vulva yang adanya lendir berwarna
kekuningan atau merah yang menggantung, sapi merejan, amnion terlihat atau pecah dan
organ tubuh pedet terlihat.
Masalah yang sering terjadi adalah distokia dalam posisi posterior (posisi kepala pedet
menghadap kedalam). Sapi tersebut bila mengalami distokia maka dengan segera dokter
hewan ataupun pegawai kandangmembetulkan posisi pedet dalam kondisi
normal. Pedet yang lahir di PT Greenfields Indonesia rata rata lahir dengan cara dan kondisi
normal. Pedet yang keluar dengan kondisi posterior atau kelainan yang lain maka kelahiran
dibantu dengan tracker .

7
Faktor faktor yang menyebabkan distokia adalah:
1. Secara genetis,induk tersebut memiliki kecenderungan mengalami distokia.
2. Adanya gen gen resesif pada induk dan pejantan yang dapat menghasilkan foetus
tidak sempurna.
3. Sapi dara yang mengalami kekurangan gizi pakan sehingga ukuran tubuhnya kecil.
4. Induk sap di kawinkan terlalu awal/muda.
5. Alat reproduksi mengalami infeks misal pada dinding terus.
6. Posisi foetus yang tidak benar dalam uterus,misal kaki terlipat atau leher dan kepala
trlipat ke samping.
Faktor terpenting dalam beternak adalah membuat ternak tersebut nyaman. Kandang
adalah salah satu faktor penting dalam kelancaran kelahiran. Kandang harus
memberikan rasa nyaman bagi ternak dan pemilikinya, ventilasi yang cukup untuk
pergantian udara, mudah dibersihkan, dan tidak ada genangan air (Ernawati, 2000).
Kandang sapi perah terdiri atas kandang untuk sapi induk, kandang pejantan, kandang
pedet serta kandang isolasi (Williamson dan Payne, 2000). Sistem perkandangan ada
dua tipe yaitu stanchion barn dan loose house. Stanchion barn yaitu sistem
perkandangan dimana hewan diikat sehingga gerakannya terbatas sedangkan loose
house yaitu sistem perkandangan dimana hewan dibiarkan bergerak dengan batas –
batas tertentu (Davis, 2000).
Keberadaan kandang di PT Greenfield Indonesia untuk sapi yang akan beranak atau
kandang kering kandang sangat penting. Hal ini disebabkan sapi yang akan beranak
memerlukan exercise atau latihan persiapan melahirkan (bisa berupa jalan-jalan di
dalam kandang) untuk merangsang kelahiran normal.Kandang sapi perah terdiri atas
kandang untuk sapi induk, kandang pejantan, kandang pedet serta kandang isolasi
(Williamson dan Payne, 2000) Di kandang ini, sapi tidak diperah susunya selama sekitar
80 hari . Pakan yang di makan hanya untuk kebutuhan anak yang berada didalam
kandungannya dan kebutuhan hidupnya dalam mempersiapkan kelahiran. Kandang sapi
kering dapat dibuat secara koloni untuk 3 – 4 ekor sapi tanpa disekat satu sama lain.
PT Greenfields Indonesia menggunakan kandang beratap monitor untuk dikandang
induk bunting. Suhu 16ºC-20ºC adalah suhu nyaman bagi ternak didaerah tropis. PT

8
Greenfields Indonesia melengkapi kandang induk bunting dengan mesin pendingin
(Blower) dan sprinkel untuk dapat menyetarakan suhu tubuh sapi. Mesin Pendingin
akan selalu dinyalakan diluar waktu pemberian pakan. Pada saat pemberian pakan
blower dimatikan dan sprinkel dinyalakan. Sistem tersebut digunakan dengan harapan
pada saat blower dimatikan dan sprinkel dinyalakan sapi mencari tempat yang dingin
untuk menjaga suhu tubuhnya dan mendekat ke sprinkel yang tempatnya diatas tubuh
sapi dan pakan.
Pemberian pakan pada PT Greenfield Indonesia untuk sapi bunting mempunyai
peran penting untuk mempersiapkan kelahiran.Sapi perah dalam kondisi kering,
kebutuhan akan konsumsi pakan penting untuk di perhatikan. Hal ini di maksudkan
untuk menjaga kesehatan sapi itu sendiri serta untuk menjaga kesehatan kandungan
ternak tersebut. Pada kondisi ini komposisi ransum perlu dilakukan perhitungan secara
optimal guna untuk meminimalkan problem metabolik pada atau setelah beranak serta
untuk meningkatkan produksi susu pada masa laktasi berikutnya.Pakan mempunyai
peranan yang penting, baik diperlukan bagi ternak-ternak muda untuk mempertahankan
hidupnya dan menghasilkan suatu produksi serta tenaga, bagi ternak dewasa berfungsi
untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Pakan yang diberikan pada seekor
ternak harus sempurna dan mencukupi akan kebutuhan tubuhnya untuk
kelahiran. Sempurna dalam arti bahwa pakan yang diberikan pada ternak tersebut
harus mengandung semua nutrien yang diperlukan oleh tubuh dengan kualitas yang baik
(Sugeng, 2005).Jenis pemberian pakan pada sapi bunting bedasarkan umurnya dapat
diihat pada Table 1.
Tabel 1. Pembberian pakan pada sapi bunnting
NO Umur Sapi Bunting Jenis Pakan

Konsentrat Hijauan

1. Sapi Bunting Umur 3- 3kg/ekor/hari 3kg/ekor/hari


6 Bulan
2. Sapi Bunting Umur 6- 4kg/ekor/hari 5kg/ekor/hari
9 Bulan
Sumber : PT Greenfied Indonesia

9
Perbedaan jumlah pakan yang diberikan antara sapi bunting
muda dengan sapi bunting tua bertujuan untuk meningkatkan
asupan nutrisi bagi induk danfoetus. Saat memasuki umurkebuntingan tua (6-
9 bulan), induk sebaiknya dipindahkan ke kandang yang lebih luas dan tali
kekangnya juga dikendurkan agar bergerak lebih leluasa dan bertujuan untuk exercise.
Hal utama yang penting diperhatikan pada sapi perah bunting adalah ransum dan
kesehatan, sapi perah bunting yang mendapat ransum yang baik, dalam kuantitas dan
kualitas, serta kesehatan yang terpelihara baik akan melahirkan pedet yang sehat dan
kuat, kesulitan dalam melahirkan dapat dihindarkan (Putra, Adika. 2009).

2.1.3 Kegiatan rutin pengobatan dan kesehatan (Paramedis)

Kegiatan yang selalu dilakukan di PT Greenfields Indonesia pengecekan


kesehatan rutin terutama untuk pedet umur 0-5 bulan.Penyakit yang sering ditemukan
adalah diare , pneomonia dan kembung.Faktor kesehatan ternak sangat menentukan
keberhasilan kita di dalam suatu usaha peternakan. Oleh karena itu menjaga kesehatan
ternak harus menjadi salah satu prioritas utama disamping kualitas makanan ternak dan
tata laksana yang memadai.Sanitasi kandang ternak pedet merupakan usaha dalam
rangka membebaskan kandang dari bibit-bibit penyakit maupun parasit lainnya dengan
mengunakan obat-obatan pengendali seperti disinfectan pada dosis yang dianjurkan.
Tindakan ini harus dilakukan secara rutin pada kandang yang akan ditempati oleh
ternak. Jika ternak mengalami sakit dikandang, maka harus dipilih jenis disinfectan
pada dosis yang lebih tinggi agar penyakit yang sama tidak menyerang pada penyakit
yang lain. Sanitasi dapat menjamin ternak lebih sehat, sebab lingkungan yang kotor
dapat memancing bibit penyakit.
Penyakit seperti diare adalah penyakit yang sering dialami oleh pedet diakibatkan
kebersihan kandang , terlambatnya waktu pemberian susu dan kebersihan tempat air
minum. Adanya diare menyebabkan pedet mengalami dehidrasi (kehilangan cairan
tubuh) dengan cepat. Derajat dehidrasi pedet dapat diperkirakan dengan melihat gejala
yang tampak pada pedet. Selain itu derajat dehidrasi dapat diprediksi dengan melakukan
uji elastisitas kulit, caranya dengan melakukan penarikan / pencubitan kulit di daerah

10
leher. Pada pedet yang normal kulit akan kembali seperti ke keadaan semula dalam
waktu kurang dari 2 detik.
Diare pada pedet bisa disebabkan olehfaktor infeksius dan non infeksius. Diare
padaneonatus menyebabkan kerugian ekonomiyang tinggi pada industri peternakan
sapiperah di berbagai negara. Sebagaimanadinyatakan oleh Malik et al (2012),
bahwadiare menyebabkan tingginya tingkatmorbiditas dan mortalitas pedet,
terutamapada minggu pertama setelah lahir. Tingginyakerugian ekonomi tidak hanya
karenakematian pedet, tetapi akibat biaya yangtinggi untuk pengobatan dan kerugian
akibatgangguan pertumbuhan pedet.
Diare non infeksius biasanya disebabkan oleh perubahan yang mendadak dari
program pemberian pakan. Dapat terjadi ketika pemberian susu buatan (CMR – Calf
MilkReplacement) tidak sesuai takaran, terlalu dingin atau bahkan basi. Diare sering
terjadi pada saat peralihan, ketika pedet yang semula hanya mengkonsumsi susu sebagai
satu satunya sumber nutrisi, mulai makan serat kasar atau hijauan sebagai suplemen.
Sebab mekanik lain seperti minum yang terlalu cepat dan adanya gumpalan rambut/bulu
pada saluran pencernaan juga menyebabkan diare (Ata et al, 2013). Meskipun tidak
berbahaya dan tidak sampai menyebabkan kematian, diare non-infeksi ini dapat dengan
cepat melemahkan tubuh yang pada gilirannya dapat menyebabkan ternak rentan
terkena diare infeksi atau penyakit lain yang lebih parah.(Dunia Veteriner, 2009) . Diare
infeksius , kemungkinandisebabkan oleh infeksi bakteri, virus danprotozoa. Hal ini
sesuai dengan pernyataanMargerison dan Downey (2005), bahwaproblem pencernaan
pada pedet bisadikelompokkan menjadi faktor infeksius dan non infeksius. Problem
infeksius biasanyaterjadi pada tiga hari pertama kelahiran pedetberupa infeksi bakteri,
antara lain E. coli,Salmonella, Clostrdium, sementara pada umur selanjutnya berupa
problem virus, yaituRotavirus danCoronavirus, serta protozoa,yaitu Cryptosporidium
spp. Dinyatakanlebih lanjut oleh Anonimous (2010) bahwabakteri Salmonella penyebab
diare yaituSalmonella thypimurium dan Salmonellaenteridis. Ditambahkan oleh
Nagwa et al(2013), Clostridium penyebab diare berupaClostridium perfringens yang
menghasilkantoxin tipe B, C dan D.
Ternak pedet di PT Greenfields Indonesia yang terkena penyakit diare memiliki
ciri ciri feses encer, warna tidak normal, antara putih sampai kuning kehijauan, lemas,

11
mata cekung. Penderita mengalami penurunan berat badan secara cepat, dan dehidrasi.
Dinyatakan Margerison dan downey (2005), bahwa
virus RotavirusdanCoronavirus menyebabkan kerusakanvilli-villi usus, sehingga
menyebabkanhilangnya kemampuan digesti dan absorbsi,yang berakibat terjadi diare
dan dehidrasipada pedet penderita.
Pengobatan yang dilakukan pada kasusdiare dalam penelitian ini adalah dengan
pemberian Avante, Duphafral, Vetadryl danBiosolamine.Duphafral adalah vitamin,
bentukcairan. Tiap ml mengandung Vitamin A500.000 IU, Cholecalciferol (Vit D3)
50.000IU, Vitamin E 50 IU. Indikasi pencegahan siensi vitamin A, D3 dandan
pengobatan deE. Diberikan melalui suntikan intramuskuleratau subkutan dengan dosis :
anak sapi ( 0,5– 1 ml ).Vetradyl adalah obat anti histamin,setiap milliliter mengandung
diphenhydraminHCl 20 miligram. Dosis yang digunakanuntuk sapi adalah 1,25 – 2,5
per 100 kilogrambobot badan. Diberikan secara injeksiintramuskuler.Avante merupakan
preparat antibiotispektrum luas, efek antibakterial sangat kuatterhadap bakteri gram
negatif maupun positif,termasuk bakteri penghasil β-laktamase sertabakteri anaerobik.
Avante injeksi mencapaikonsentrasi serum efektif dalam waktusingkat, sehingga
memberikan efek terapeutikdalam waktu 1 jam setelah pemberian. Avante0,1 gram
mengandung 100 mg ceftiofursodium.Biosolamine mengandung ATP,Magnesium
aspartat, Kalium aspartat, NatriumSelenite dan vitamin B12. Indikasi obat iniadalah
untuk menstimulir tubuh, terutamapada tonus otot, sehingga bisa diberikanpada ternak
yang mengalami kelemahan ototakibat kerja keras, transportasi, melahirkan,kekurangan
makanan, infeksi dan dyspnoesyndrome pada anak sapi.
Kasus diare pedet disarankanoleh Subronto (2003), tidak memberikan airsusu
atau susu pengganti (milk replacer)selama 1-2 hari, sampai diare dapat
diatasi.Pemberian antibiotik secara oral dihindari,karena berefek negatf berupa
dibebaskannyaendotoksin secara langsung akibat kematiandan terlarutnya sel-sel
bakteri. Endotoksintersebut dapat mengakibatkan kematianmendadak karena shock
endotoksin.Dinyatakan pula bahwa pada penderita diareperlu diterapi dengan pemberian
cairan faalidan elektrolit.Disarankan oleh Anonimous (2010),beberapa upaya tindakan
pencegahan yangbisa dilakukan pada kasus diare pedet, yaitu:(1) pemberian kolostrum
segera, sejamsetelah pedet lahir, (2) tersedia kandangyang nyaman, bersih, hangat,

12
terlindungdari angin dan cuaca dingin, (3) pedetdikandangkan secara terpisah dari
sapidewasa, (4) manajemen dan pemberian pakanyang baik, (5) perubahan pemberian
pakandilakukan secara bertahap, baik jenis maupun volumenya.
Penyakit selain diare di PT Greenfields Indonesia yang sering terjadi adalah
pneumonia. Penyebab utamapneumonia pada pedet adalah Mycoplasmabovis. Penyakit
pneumonia pada penelitianini dimungkinkan disebabkan oleh multifaktor, antara lain :
virus, bakteri danlingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataanLorenz et al. (2011),
bahwa pneumoniapada pedet disebabkan oleh kelompokvirus, antara lain Bovine
Herpes Virus(BoHV1), Bovine Respiratory Syncytial uenza 3 VirusVirus (BRSV),
dan Parain(PI3) dan kelompok bakteri, antara lain:Mycoplasma bovis, Pasteurella
multocida,Mannheimia haemolytica, Histophilus somnidan fakor-faktor
lingkungan.Mycoplasma bovis selain menyebabkanpneumonia, bakteri ini juga
menimbulkanradang pada tulang (arthritis), tendo dancairan sendi (tenosynovitis),
telinga, matadan saluran reproduksi. Pada penelitianini, pedet penderita hanya
menunjukkanpneumonia, belum sampai menimbulkanradang di organ lain, antara lain :
respirasi cepat dan dangkal, sesaknapas, batuk, keluar lender pada hidung,bahu
direnggangkan. Hal ini sesuai denganpernyataan Subronto (2003).
Penanganan pneumonia di PT Greenfields Indonesiadenganpemberian kombinasi
antibiotik dengananti-radang non steroid atau Non-steroidal ammatory drugs (NSAIDs)
. Menurutanti-inLorenz et al. (2011), dengan terapi inihasilnya lebih baik jika
dibandingkan dengantanpa diterapi atau diterapi hanya denganantibiotik. Kombinasi
antara antibiotikdengan NSAIDs akan menurunkan pyrexia,gejala klinis, keruskan paru-
paru, danmemperbaiki pertambahan bobot badanharian. Pada penelitian ini dilakukan
terapidengan pemberian obat-obatan, yaitu :gentamycin, dexametazone, vetadryl
danbiosolamin.Gentamycin merupakan antibiotikagolongan aminoglikosida.
Mekanisme kerjagentamisin adalah dengan mengikat secaraireversibel sub unit ribosom
30S dari kuman,yaitu dengan menghambat sintesis proteindan menyebabkan kesalahan
translokasi kode
genetik. Gentamisin bersifat bakterisidal.Gentamisin efektif terhadap berbagai
strainkuman Gram negatif (Hardjasaputra, 2002).Dexamethasone berperan sebagaianti
radang pada sapi umumnya diberikansecara intra muskuler, namun pada

13
kasuskeradangan berat pada organ dalam sepertijantung, bisa juga diberikan
intravena.Pemberian intavena akan berefek secara cepatuntuk meminimalisir kejadian
keradanganotot jantung (myocardium ). Penangananpneumonia yang tepat, dengan
pemberianantibiotik yang spesifik untuk saluranpernafasan dan pemberian
dexamethasoneuntuk mengurangi keradangan paru paru. Kebanyakan penyakit
pneumonia disertai diare,dikarenakan pedet tidak bisa meludah padahal pada ludah
tersebut terdapat banyak bakteri. Bakteri tersebut kemudian masuk ke saluran
pencernaan dan menyebabkan diare. Pengobatan yang telah dicoba lewat intra muscular
dan jika tidak berpengaruh maka pedet diinfus dengan glukosa.

2.2 Kegiatan Insidental

2.2.1 Potong Tanduk dan Bedah Bangkai

Kegiatan wajib yang dilakukan di PT Greenfields Indonesia adalah adalah


kegiatan insidental yang sangat penting yang dilakukan pada waktu tertentu.Kegiatan
tersebut sangat penting dilakukan demi kenyamanan dan kesehatan ternak . dehorning
atau potong tanduk adalahpada pemeliharaan pedet masa sapih sangat perlu ditinjau dari
segi keamanan karena tanduk sapi perah betina dapat merugikan karena ternak menjadi
sulit untuk dikendalikan, misalnya pada saat pemberian obat, palpasi rektal (dikodok),
pemberian nomor telinga dll, sehingga dapat membahayakan orang disekitarnya dan
membahayakan ternak disekitarnya.
Sebaiknya tanduk sapi perah betina di potong, keuntungannya adalah “AMAN”
Tanduk dapat dipotong pada masa pedet, sapi dara atau pada masa sapi laktasi.
Potong tanduk di PT Greenfields Indonesia dilakukan pada umur 14-30 hari.
Alat yang digunakan sepertibesi panas yang ditancapkan kebagian bakal tanduk lalu
ditekan dan dilepaskan, setelah itu bagian luka dikasih sejenis betadine berwarna ungu
atau interchemie yang berfungsi untuk mencegah bakteri masuk kedalam tubuh pedet
dan cepat menyembuhkan luka pada pedet.
Kegiatan selain potong tanduk adalah bedah bangkai. Bedah bangkai dilakukan
setelah terdapat pedet yang mati. Cara ini adalah hal yang paling efektif untuk
mengetahui penyakit yang diderita ternak pedet tersebut. Diagnosa yang terlihat pada

14
pedet akan dijadikan evaluasi oleh perusahaan untuk perawatn yang lebih baik lagi.
Bangkai dibuang dalam sumur bangkai yang berjarak 100 m dari kandang terdekat dan
sumber air.
Kasus enterotoksemia atau kembungdi PT Greenfields indonesia disebabkan
oleh Cl.perfringens tipe A dan C. Bakteri Cl.perfringens sebenarnya merupakan bakteri
yang normal, komensal hidup di dalam saluran pencernaan hewan sehat. Dalam keadaan
tertentu bakteri ini dapat tumbuh, berkembangbiak dan menghasilkan
toksin.Enterotoksemia bersifat akut, dengan gejala klinis spesifik yang terkadang tidak
tampak nyata. Karena kelainan patologis-anatomisnya tidak menciri, maka penyakit ini
mudah dikelirukan dengan penyakit lain seperti misalnya hipomagnesemia, yang
jugamemperlihatkan gejala mati mendadak, dan adanya perdarahan pada epikardial dan
endokardial. Diagnosis dilakukan dengan mengamati gejala klinis, dan mengirim
sampel usus, cairan tubuh dan bahan lain yang dicurigai kelaboratorium bakteriologi.
Sampel jaringan organ harus sudah diperiksa dalam waktukurang dari sehari guna
menghindari diagnosis yang keliru.Pengobatan untuk infeksi dan intoksikasi yang
disebabkan oleh Cl. perfingens seperti pemberian antibiotika atau kemoterapetika,
kurang memberikan hasil yang berarti atau tidak efektif.Dalam banyak kasus, periode
berlangsungnya penyakit dapat demikian singkat, sehingga pengobatan tidak sempat
untuk dilakukan.Pengobatan yang efektif tentunya dengan pemberian antitoksin spesifik
sesuai dengan tipe Cl. perfringens penyebab penyakit.Tetapi, pemberian antitoksin
dalam jumlah besar tentunya sangat mahal dan tidak efisien untuk dilakukan.Karena
kerugian ekonomi yang besar akibat kematian sapi yang disebabkan oleh
enterotoksemia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan penyakit yang selalu
menyerang hewan atau sapi yang dalam kondisi terbaiknya.Di luar negeri, seperti di
Australia, Amerika, dan negara-negara di Eropa, pencegahan penyakit dengan vaksinasi
sudah rutin dilakukan. Tetapi hal ini belum umum dilakukan di indonesia karena
kurangnya pengetahuan mengenai keberadaan dan patogenesis penyakit ini. Dalam
tulisan ini akan di kemukakan kasus enteroksemia yang terjadi pada sapi perah di
Indonesia (Kalender et al, 2007.

15
2.2.2 Pemotongan Kuku

Pemotongan kuku yang dilakukan oleh petugas kesehatan dilaksanakan setiap 6


bulan sekaliuntuk menghindari kepincangan karena sapi yang mempunyai kuku terlalu
panjang cenderung akan pincang dan mengganggu kesehatanya sehingga ditakutkan
akan mengalami stress dan menurunkan produksi susu,sedangkan untuk pemberian obat
cacing 4 bulan sekali, namun di PT.Greenfields Indonesia pemotongan kuku lebih
diinsentifkan kepada sapi yang sudah tidak produksi atau pada >150 hari laktasi. Tujuan
pemotongan kuku diatas hari ke-150 laktasi yaitu untuk mencegah sapi stres sehingga
dikhawatirkan akan menurunkan produksinya.
Pemotongan kuku dilakukan dikandang jepit supaya sapi mudah untuk
ditangani.Sapi yang dipilih untuk dipotong kukunya dalah sapi-sapi yang celah kukunya
sudah tidak renggang dan kuku sudahmelengkung keatas. Pemotongan kuku dilakukan
oleh petugas kesehatan. Kegiatan pemotongan kuku di PT Greenfiled Indonesia juga
bertujuan supaya sapi terhindar dari penyakit Penyakit mulut dan kuku (PMK).Penyakit
mulutkuku atau yang biasa disingkat PMK adalah penyakit yang cukup berbahaya dan
sangat merugikan.Penyakit ini disebabkan olehpicorna-virus.Penyakit ini menyerang
hewan berkaki genap, termasuk sapi (Listiana dkk., 2012).
2.2.3 Vaksinasi
Vaksinasi di PT greenfields Indonesia dilakukan secara berkala, yang dilakukan
berdasarkan populasi sapi perah diindonesia yang terkena penyakit.Populasi sapi perah
pada tahun 2006 di Indonesia tercatat hanya 382.313 ekor dengan laju perkembangan
populasi mencapai 2,5% per tahun. Peningkatan populasi dan tingkat produksi
diperkirakan tidak banyak berubah, sehingga produksi susu nasional tidak banyak
mengalami perubahan yang signifikan dalam dekade terahir ini. Populasi dan
produktivitas sapi perah tersebut tidak sebanding dengan tingkat konsumsi susu
penduduk Indonesia yang berjumlah 210 juta jiwa. Kondisi ini menyebabkan produksi
susu lokal hanya dapat mensuplai sekitar 30% konsumsi susu nasional. Beberapa
penyakit dapat menyerang sapi perah dan telah mempengaruhi produktivitas dan
kualitas susu yang dihasilkan seperti mastitis, penyakitBrucellosis, infectiousbovine
rhinotracheitis (IBR), bovineviral diarrhoea (BVD) dan colibacillosis.

16
Brucellosis adalah penyakit menular pada hewan dan manusia yang disebabkan
oleh bakteri Brucella abortusdan hampir seluruh propinsi di Indonesia sudah tertular
oleh penyakit ini.(Toharmat et al., 2009).Penyakit inilah yang sering menimbulkan
terjadinya gangguan reproduksi dan keguguran pada kebuntingan 5-7 bulan.Keguguran
merupakan gejala klinis yang patognomonis (gejala utama) pada awal infeksi.Setelah
beberapa kali keguguran, atau adanya gangguan kelahiran, perlekatan plasenta juga
sering terjadi.
Program pengendalian dan pemberantasan Brucellosis pada sapi telah dilakukan
oleh pemerintah dengan program vaksinasi dan potong bersyarat (test and slaughter)
namun kenyataannya penyebaran penyakit ini dari tahun ke tahun semakin
meningkat.Meningkatnya penyebaran Brucellosis pada sapi ini dapat dikarenakan
adanya mutasi ternak yang kurang dapat dipantau oleh petugas peternakan, biaya
kompensasi pengganti sapi reactor positif sangat mahal dan kurangnya kesadaran dan
pengetahuan peternak. Oleh karena itu, Brucellosis menjadi salah satu prioritas nasional
untuk dilakukan pencegahan, pengendalian dan pemberantasannya, karena dampak
kerugian ekonomi yang ditimbulkan ditaksir mencapai Rp. 138,5 miliar setiap tahunnya
akibat tingginya angka keguguran, lahir mati, lahir lemah, infertilitas dan sterilitas pada
sapi (Anonimus, 1998).
2.3 Kegiatan Penunjang
Evaluasi dilakukan setiap hari dan diakhir kegiatan Praktik Kerja. Evaluasi
harian dilakukan dengan cara membuat rangkuman tentang apa yang telah dilakukan
selama satu hari serta pemecahan masalah apabila terdapat perbedaan antara teori yang
sudah didapat diperkuliahan dengan kenyataan yang ada di lokasi tempat praktik kerja.
Evaluasi atau diskusi dilakukan setiap 10 hari sekali dengan dokter hewan atau
karyawan di PT Greenfield Indonesia.Evaluasi dan diskusi ini bertujuan untuk
mengetahui kinerja dan pengetahuan yang didapat mahasiswa selama melakukan
kegiatan praktik kerja dan mendiskusikan hal-hal yang masih belum dimengerti dan
dipahami.

17
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1. Pemeliharaan pedet di PT Greenfields Indonesia rutin dilakukan setiap hari. Pedet


yang baru dilahirkan langsung diberikan kolostrum dari induk sapi yang selesai
melahirkan. Kolostrum adalah air susu yang dikeluarkan oleh induk sapi yang telah
melahirkan.Pengobatan atau pengecekan dilakukan setiap hari dengan perlakuan
tergantung kondisi dan diagnosa ternak.
2. Potong tanduk di PT Greenfields Indonesia dilakukan pada umur 14-30 hari. Alat yang
digunakan sepertibesi panas yang ditancapkan kebagian bakal tanduk lalu ditekan dan
dilepaskan, setelah itu bagian luka dikasih sejenis betadine berwarna ungu atau
interchemie yang berfungsi untuk mencegah bakteri masuk kedalam tubuh pedet dan
cepat menyembuhkan luka pada pedet.
3. Evaluasi atau diskusi dilakukan setiap 10 hari sekali dengan dokter hewan atau
karyawan di PT Greenfield Indonesia. Evaluasi dan diskusi ini bertujuan untuk
mengetahui kinerja dan pengetahuan yang didapat mahasiswa selama melakukan
kegiatan praktik kerja dan mendiskusikan hal-hal yang masih belum dimengerti dan
dipahami

3.2 Saran

1. kandang pedet harusnya terdapat kuncian untuk kaleng pakan dan minum agar tidak
sering jatuh.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous.2010. Manajemen Pemeliharaan dan Kesehatan Pedet. Kementrian Pertanian.


Direkorat Jendral Peternakan 1 Peternakan. Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi
Perah, Baturaden.
Ata Nagwa S, Sohard M Dorgham, Eman A Khairy and Mona S, Zaki.2013. Calf Scours :Defi
nition and cause. Life Science Journal. 10(1).
Cullson, C. A., V. M. X. Campos, C. G. R. Lang, J. A. S. Oaxaca, S. C. Suares, C. A. C.
Jimenez, M. S. C. Jimenez, S. D. P. Betancurt, & J. E. G. Liera. 2008. Effect of the off-
springs sex on open days in dairy cattle. J. Ani. Vet. Adv. 7(10): 1329-1331.
Enarwati, I. 2000. IlmuReproduksiTernak Mata KuliahPeternakan.
JurusanProduksiTernakFakultasPeternakanUniversitasUdayana. Bali.
Hardjsaputra, Timan. 2002, Manajemen Budidaya Sapi Perah. Laboratorium Ternak Perah,
Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Hodek, M., I. Aguilar, and I.haeven. 2004. Short communication: Trend for monthly change in
days open in Holsteins. J. Dairy Sci 92: 4689-4696.
Jones, A. & Heinrich. K. 2007. Comparative Studies on the Reproductive Efficiency of
Imported and Local Born Friesian Cows in Pakistan. Journal of Biological Sciences,3.
Kalender, E. danSupriyadi. 2007. PenampilanReproduksiTernakSapiPotongBetina di Daerah
Istimewa Yogyakarta.Seminar NasionalTeknologiPeternakandanVeteriner. pp. 64-67.
Yogyakarta.
KementerianPertanian. 2014. PedomanPembibitanSapiPerah yang Baik. Jakarta.

Listiana P, Soedomo R, Allen DT. 2012. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta

Lorenz Igrid, Bernadetta Early, John Gilmore,Ian Morgan, Emer Komedy and Simon J More.
2011. Calf Health from Birth to Weaning III, Housing and Manajement of Calf
Pneumonia. Irish Journal .64 : 14.

19
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................................ i


Kata Pengantar ........................................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Letak Geografis ................................................................................................................. 1
1.2 Sejarah Perusahaan ........................................................................................................... 1
1.3 Bidang Usaha yang Dilakukan.......................................................................................... 2
BAB II KEGIATAN DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 3
2.1 Kegiatan Rutin .................................................................................................................. 3
2.2 Kegiatan Insidental .......................................................................................................... 14
2.3 Kegiatan Penunjang ......................................................................................................... 17
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 18
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 18
3.2 Saran ................................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………. 19

iii
20

Anda mungkin juga menyukai