Pengawasan Uji Mutu Tahu
Pengawasan Uji Mutu Tahu
Makalah
Pendidik Pengampu:
Puji Rahmawati, S.TP, M.Si
Disusun oleh
Andari Sulfaj NIM. 1000748
Anja Wulan Sari NIM. 1005182
Firman Ryan Trianto NIM. 1000205
Hetty Restika Sari NIM. 1000497
Tedy Tarudin NIM. 1000684
Yatin Dwi Rahayu NIM.1006578
A. Latar Belakang
Tahu merupakan makanan yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia
karena rasanya enak, mudah dibuat, dapat diolah menjadi berbagai bentuk
masakan, harganya murah, serta mengandung protein tinggi. Tahu berasal dari
Cina. Nama tahu adalah kata serapan dari bahasa Hokkian (tauhu) yang secara
harfiah berarti kedelai yang difermentasi. Tahu pertama kali muncul di Tiongkok
sejak zaman Dinasti Han sekitar 2200 tahun lalu. Penemunya adalah Liu An,
seorang bangsawan yang merupakan cucu dari Kaisar Han Gaozu, Liu Bang
pendiri Dinasti Han. Dibawa para perantau Cina, makanan ini lalu menyebar ke
Asia Timur, Asia Tenggara, dan akhirnya ke seluruh dunia, termasuk Indonesia
(Wikipedia, 2010).
Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang
difermentasikan dan diambil sarinya. Dasar pembuatan tahu adalah melarutkan
protein yang terkandung dalam kedelai dengan menggunakan air sebagai
pelarutnya. Proses pengolahan tahu melibatkan banyak bahan dan alat sehingga
dibutuhkan suatu sistem penjaminan keamanan pangan yang disebut analisis
bahaya dan pengendalian titik kritis (hazard analysis critical control
point/HACCP) serta di perlukannya SSOP dan GMP industri tahu.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar kami memahami konsep
mengenai pengawasan mutu meliputi HACCP, GMP, dan SSOP serta mengetahui
penerapan dari pengawasan mutu tersebut dalam industry Tahu Susu Lembang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tahu
Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji
kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan
lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Asam amino
yang terkandung dalam proteinnya tidak selengkap protein hewani, namun
penambahan bahan lain seperti wijen, jagung atau menir adalah sangat baik untuk
menjaga keseimbangan asam amino tersebut.
Kacang-kacangan dan umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin)
sehingga mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini, bahan
tersebut perlu diawetkan. Hasil olahannya dapat berupa makanan seperti keripik,
tahu dan tempe, serta minuman seperti bubuk dan susu kedelai. Kedelai
mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat
mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong,
kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan
protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering.
Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber
protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat
dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai. Kedelai dapat
diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya. Proses
pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses
yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa
dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan.
Dasar pembuatan tahu adalah melarutkan protein yang terkandung dalam
kedelai dengan menggunakan air sebaagai pelarutnya. Setelah protein tersebut
larut, diusahakan untuk diendapkan kembali dengan penambahan bahan
pengendap sampai terbentuk gumpalan-gumpalan protein yang akan menjadi tahu.
Salah satu cara pembuatan tahu ialah dengan menyaring bubur kedelai sebelum
dimasak, sehingga cairan tahu yang sudah terpisah dari ampasnya.
1. Proses Pembuatan Tahu
Proses pembuatan tahu pada umumnya adalah :
a. Menimbang kedelai kuning sebanyak 1 kg
b. Mencuci dan rendam semalam
c. Mencuci lagi sambil diremas-remas sehingga kulit ari terlepas dan dipisahkan
dari kedelai
d. Menghancurkan dengan penambahan air panas, dilakukan sampai 8 liter air
panas
e. Menyaring dengan kain saringuntuk mengekstraksi protein kedelai
f. Mengekstraksi yang diperoleh dididihkan selama 30 menit atau sampai bau
languh ilang
g. Mendinginkan sampai suhu turun menjadi 85oC dan masukan salah satu
bahan penggumpal asam cuka 4% , 100 mL/1liter susu kedelai, CaSO4 1%, 250 mL/1
liter susu kedelai
h. Mengaduk per lahan-lahan untuk menghomogenkan bahan penggumpal
i. Setelah protein mulai menggumpal biarkan mengendap
j. Membuang air biang, gumpalan protein dimasukan ke dalam ceta k a n tahu
dilapisi kain kasa. Atur kain kasa dengan rapi untuk memudahkan
pengepressan. Beri pemberat untuk memadatkan gumpalan protein tahu.
k. Setelah dingin, keluarkan tahu dari alat cetakan
l. Memotong tahu yang dihasilkan sesuai dengan ukuran yang diinginkan
m. Merebus tahu yang dihasilkan (dapat ditambahkan kunyit/garam/pengawet yang
dijinkan penggunaannya)
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Tahu
Tabel 1. Perkiraan kebutuhan air pada pengolahan tahu untuk setiap 3 kg kedelai
5. Persyaratan GMP
GMP mempersyaratkan agar dilakukan pembersihan dan sanitasi dengan
frekuensi yang memadai terhadap seluruh permukaan mesin pengolah pangan
baik yang berkontak langsung dengan makanan maupun yang tidak. Mikroba
membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu persyaratan GMP:
mengharuskan setiap permukaan yang bersinggungan dengan makanan dan berada
dalam kondisi basah harus dikeringkan dan disanitasi. Peraturan GMP juga
mempersyaratkan penggunaan zat kimia yang cukup dalam dosis yang dianggap
aman.
7. Jenis Sanitizer
Sanitasi adalah langkah pemberian sanitizer dalam kimia atau perlakuan
fisik yang dapat mereduksi populasi mikroba pada fasilitas dan peralatan pabrik.
Sanitizer yang digunakan dalam industri pangan dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu :
a. Panas
1) Uap air panas (steam) mengalir dengan suhu dan waktu tertentu : 770C
selama 15 menit, atau 930C selama 5 menit
2) Untuk alat makan dan peralatan kecil (pisau dsb) 770C selama 2 menit,
dan 770C selama 5 menit untuk peralatan pengolahan.
3) 820C selama 20 menit untuk pengolahan pangan
b. Radiasi UV, waktu kontak harus lebih dari 2 menit, terutama digunakan untuk
sanitasi wadah pengemas dan ruangan yaitu untuk membunuh mikroba
termasuk virus.
c. Senyawa kimia (Disinfektan), disinfektan yang digunakan dalam industri
pangan adalah :
a) Senyawa khlorin
b) Iodium dan kompleks iodium
c) Senyawa amonium quartenair
d) Kombinasi asam-a
C. Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP)
HACCP adalah suatu pendekatan dalam pengendalian resiko terfokus pada
proses pengolahan makanan (Depkes). Sedangkan secara umum, HACCP adalah
suatu system yang mengidentifikasi bahaya spesifik yang mungkin timbul dan
cara pencegahan untuk mengendalikan bahaya tersebut.
Tujuan HACCP secara umum adalah meningkatkan kesehatan masyarakat
dengan cara mencegah atau mengurangi kasus keracunan dan penyakit melalui
makanan.
Kegunaan dari HACCP itu sendiri adalah mencegah penarikan makanan,
meningkatkan jaminan food safety, pembenahan dan pembersihan unit pengolahan
produksi, mencegah kehilangan konsumen, dan meningkatkan kepercayaan
konsumen.
Proses penyusunannya HACCP mengikuti 7 prinsip, meliputi:
1. Prinsip 1: Analisis bahaya dan pencegahannya
2. Prinsip 2: Identifikasi Critical Control Points(CCPs) di dalam proses
3. Prinsip 3: Menetapkan batas kritis untuksetiap CCP
4. Prinsip 4: Menetapkan cara pemantauanCCP
5. Prinsip 5: Menetapkan tindakan koreksi
6. Prinsip 6: Menyusun prosedur verifikasi
7. Prinsip 7: Menetapkan prosedur pencatatan (dokumentasi)
Analisis bahaya dilakukan dengan caramendaftarkan semua bahaya yang
mungkin terdapat dalam bahan baku dan tahap proses. Bahaya-bahaya yang
teridentifikasi kemudian ditabulasikan ke dalam sebuah tabel disertai sumber
bahaya, tingkat resiko dan tindakan pencegahannya. Tingkat resiko ditentukan
berdasarkan seberapa besar akibat yang akan ditimbulkan oleh suatu bahaya dan
seberapa sering bahaya tersebut kemungkinan terjadi. Setiap bahan baku dan
tahap proses ditentukan termasuk CCP atau tidak melalui pertimbangan tingkat
resiko dan berdasarkan jawaban atas pertanyaan dari CCP decision tree. Bahan
baku dan tahap proses yang termasuk CCP berarti harus dikendalikan dengan baik
supaya tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Tahap proses yang tidak
termasuk CCP, dapat termasuk control point (CP) yang berarti tahapan tersebut
apabila tidak dikendalikan dengan baik dapat menyebabkan kecacatan dari segi
kualitas.
Semua komponen yang mencakup tujuh prinsip sistem HACCP disajikan
dalam bentuk matrik/tabel, yaitu:
1. Tabel analisa bahaya bahan baku dan tahap proses, serta penetapan tingkat
resiko
2. Tabel penentuan Critical Control Point(CCP)
3. Matriks Critical Control Point (CCP), memuat proses yang termasuk CCP
beserta titik kritis dan prosedur yang harus ditempuh untuk
mengendalikannya
4. Matriks Control Point (CP), memuat prosesyang termasuk CP beserta titik
kritis dan prosedur yang harus ditempuh untuk mengendalikannya
Sebelum menerapkan HACCP untuk setiap sektor rantai pangan, sektor
tersebut harus telah menerapkan Prinsip Umum Higiene Pangan dari Codex.
Pedoman Praktis dari Codex yang sesuai, serta peraturan keamanan pangan
terkait, Tanggung jawab manajemen adalah penting untuk menerapkan sistem
HACCP yang efektif. Selama melaksanakan identifikasi bahaya, penilaian dan
pelaksanaan selanjutnya dalam merancang dan menerapkan sistem HACCP, harus
dipertimbangkan dampak dan bahan baku, bahan tambahan, cara pembuatan
pangan yang baik, peran proses pengolahan dalam mengendalikan bahaya,
penggunaan yang mungkin dari produk akhir, katagori konsumen yang
berkepentingan dan bukti-bukti epidemis yang berkaitan dengan keamanan
pangan.
Maksud dari sistem HACCP adalah untuk memfokuskan pada Titik Kendali
Kritis (CCPs). Perancangan kembali operasi harus dipertimbangkan jika terdapat
bahaya yang harus dikendalikan, tetapi tidak ditemukan TKK (CCPs). HACCP
harus diterapkan terpisah untuk setiap operasi tertentu. TKK vang diidetitifikasi
pada setiap contoh yang diberikan dalam setiap Pedoman praktek Higiene dari
Codex mungkin bukan satu-satunya yang diidentifikasi untuk suatu penerapan
yang spesifik atau mungkin berbeda jenisnya.
Penerapan HACCP harus ditinjau kembali dan dibuat perubahan yang
diperlukan jika dilakukan modifikasi dalam produk, proses atau tahapannya.
Penerapan HACCP perlu dilaksanakan secara fleksibel, dimana perubahan yang
tepat disesuaikan dengan memperhitungkan sifat dan ukuran dari operasi.
D. SSOP
Standard Sanitation Operational Procedure (SSOP) adalah suatu prosedur
standar operasi sanitasi yang harus dipenuhi oleh produsen untuk mencegah
terjadinya kontaminasi terhadap bahan pangan. Kontaminasi dapat didefinisikan
sebagai pencemar-an yang disebabkan oleh unsur dari luar, baik berupa benda
asing maupun mahluk asing. Mahluk hidup yang sering menyebabkan
pencemaran adalah mikroba, protozoa, cacing, serangga, dan tikus.
Kontaminasi bahan pangan dapat terjadi karena bahan pangan merupakan
media yang baik bagi mikroba. Sebagian besar unsur yang terdapat di dalam
bahan pangan merupakan unsur yang dibutuhkan oleh mikroba untuk tumbuh dan
berkembang. Kontaminasi juga dapat terjadi karena bahan pangan bersentuhan
dengan sumber kontaminasi yang ada pada tubuh hewan. Akibat yang timbulkan
oleh terjadinya kontaminasi adalah bahan pangan menjadi tidak layak untuk
dikonsumsi, masa simpan menjadi terbatas, dan mengalami susut bobot, mutu,
kesehatan, ekonomis, maupun sosia.
Ada beberapa komponen yang harus diperhatikan dalammelaksanakan
sanitasi lingkungan, yaitu:
1. Pasokan Air
Air merupakan komponen penting dalam industri pangan. Air dapat
membersihkan kontaminan dari bahan pangan, namun air yang tidak bersih dapat
menyebabkan kontaminasi pada bahan pangan. Air sebagai media pembersih
harus bersih
4. Toilet
Toilet adalah tempat karyawan buang air, dengan demikian harus selalu
bersihKebersihan toliet juga harus selalu terjaga. Toilet yang tidak terjaga
kebersihannya akan menjadi sumber kontaminan yang dapat mencemari bahan
pangan, baik melalui perantaraan karyawan atau binatang
8. Kesehatan Karyawan
Kondisi kesehatan setiap karyawan yang bekerja harus selalu dimonitor
oleh pihak perusahaan. Karyawan yang menderita sakit dan diduga dapat
mencemari bahan atau produk pangan dilarang bekerja di unit penanganan atau
pengolahan.
9. Pengendalian Hama
Hama harus dicegah agar tidak masuk ke unit penanganan atau
pengolahan. Hama dapat mencemari bahan pangan dengan kotorannya maupun
potongan tubuhnya. Hama juga dapat menjadi hewan perantara bagi mikroba
pencemar.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. GMP
GMP ( Good Manufactuirng Procces) ditujukan untuk mengembangkan
sistem mutu yang dapat dinilai agar dapat dipastikan bahwa produk
makanan aman dan sehat. Setiap industri diharapkan untuk menerapkan GMP ini.
Persyaratan GMP sendiri sebenarnya sebenarnya merupakan regulasi atau
peraturan sistem mutu (Quality System Regulation) yang diumumkan secara
resmi dalam Peraturan Pemerintah Federal Amerika Serikat No. 520 (Section 520
of Food, Drug and Cosmetics (FD&C) Act). Peraturan sistem mutu ini termuat
dalam Title 21 Part 820 of the Code of Federal Regulation), (21CFR820),tahun
1970 dan telah direvisi tahun 1980. Di Indonesia GMP ini dikenal dengan istilah
Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) yang diwujudkan dalam Peraturan
Pemerintah.
10 prinsip dasar GMP bagi sebuah Industri khusunya disini yang kami bahas
ialah Industri Tahu Lembang:
1. Desain fasilitas yang tepat dari awal
Bermula dari kunjungan kami ke lokasi industri pabrik tahu lembang yang
berada di lembang, kami dapat melihat langsung dan memperhatikan lokasi
industrinya. Dimana lokasi untuk produksi tahunya sendiri terlihat sangat rapi,
berdasar hasil obrolan dengan penanggung jawab produksinya, kami
menemukan jawaban bahwa denah untuk produksi memang direncanakan dan
disusun dari awal sedemikian rupa, agar memudahkan proses produksi. Hal
tersebut juga bertujuan agar menghilangkan system lalu-lalang karyawan,
yaitu berkurangnya karyawan yang bolak-balik mengangkut bahan, makanya
disusun berurut langkah-langkah produksinya.
2. Proses validasi
Proses validasi ini ialah untuk memastikan bahwa proses produksi bisa
dikendalikan. Pendesainan denah produksi yang baik juga sangat membantu
untuk pelaksanaan validasi ini, dimana pengontrolan terhadap proses produksi
dapat dilihat dari satu titik. Hal ini ditujukan untuk menstabilkan proses
produksi.
3. Mengimplementasikan prosedur GMP
Implementasi prosedur GMP dalam produksi tahu ini sangat vital, karena hal
ini menunjang memudahkannya proses produksi dan keamanan selama
melakukan produksi bagi pelakunya. Dari yang terlihat berdasar kunjungan
kami, di awal tempat produksi tepatnya didekat proses pembersihan kacang
kedele, terdapat papan tulis yang isinya ialah bahan-bahan dan langkah-
langkah produksi dari pembuatan tahu itu sendiri. Ini membuktikan bahwa
tahu lembang ini sendiri tidak mau kecolongan dalam proses pembuatan
tahunya. Dimana mereka sering menerima mahasiswa atau siswa magang
yang bisa dikatakan minim pengalaman dalam pembuatan tahu lembang itu
sendiri. Berhubung ini merupakan produksi tahu, jadi alat yang digunakanpun
tidak terlalu bergantung pada alat berat yang berbahaya, dan rata-rata
penggunaan alatpun tidak begitu sulit, dimana yang berat disini yaitu pada
proses perebusannya saja yang mungkin bisa menimbulkan bahaya, namun
bukan dari alat bahayanya berasal.
4. Mengidentifikasi siapa melakukan apa
Hal ini dilaksanakan cukup baik oleh industri tahu lembang ini, dimana
mereka menerapkan shift kerja yang baik, dimana setiap shiftnya dipegang
oleh seorang penanggung jawab yang bertanggung jawab akan produksi tahu.
Penerapan shift inilah yang membuat tim yang ia bentuk berjalan dengan baik
dalam proses produksi tahu. Setiap pekerjanya tahu apa yang harus ia lakukan
dan tahu dimana saja ia harus berada selama proses produksi berlangsung.
Bukti juga penerapan baiknya ialah disaat penambahan shift kerja bagi
pembuat tahu bantal yang hanya memproduksi tahu pada hari libur membuat
tidak terjadinya tumpang tindih saat proses produksi, dimana pembuat tahu
bantal tidak bengong saat pembuat tahu kotak, diamna siklusnya mereka
selalu bekerja hingga waktu istirahat dating, sehingga bisa dikatakan proses
produksinya sangat efektif.
5. Menyimpan catatan yang baik
Pencatatan bahan baku yang masuk, baik itu kacang kedele, kotak
pembungkusnya, dll sangat perlu dilakukan dalam proses GMP ini. Dari yang
kami dapat di industri tahu lembang, dimana management pencatatan bahan
baku yang masuk, keluar dan yang lain-lainnya dilakukandengan baik oleh
orang yang dipercaya, dimana setiap beres produksi harian dilakukan
pelaporan yang berguna untuk siklus persiapan bahan baku yang selalu siap
sedia, apalagi menghadapi hari libur.
6. Pelatihan dan pemahaman GMP
Menurut pengakuan dari penanggung jawab produksi, mereka tidak ada
pelatihan khusus bagi pekerjanya karena menurut mereka dengan adanya
pekerja yang magang seperti siswa dan mahasiswa membuat penerapan hal in
tidak perlu dilakukan.
7. Higienetas yang baik
Higeinetas dari industri tahu lembang ini sendiri terlihat cukup baik, lokasi
produksi yang langsung berbatasan dengan tempat penjualan dan
konsumenpun jika menginginkan juga bisa masuk kedalam tempat produksi.
Namun, pembersihan lokasi produksi masih berjalan dengan baik dan tempat
produksipun bisa terjaga dari sampah dan lain-lainnya. Namun dari hasil
obrolan dengan penanggung jawab produksi tahu lembang tersebut kami
mendapatkan bahwa peralatan yang digunakan seperti pemotong tahu dan
pencetak tahu tidak selalu dibersihkan setelah dipakai, namun terkadang
dibersihkan sesaat akan dipakai saja.
8. Memelihara fasilitas dan peralatan
Pemeliharaan fasilitas dan peralatan dari industri tahu ini cukup bak dimana
semuanya diatur dan berada pada satu orang penanggung jawab sehingga
asilitas dan peralatan produksi dikategorikan bersih dan sesuai untuk standar
produksi.
9. Menjaga kualitas
Penjagaan kualitas tahu di industri tahu lembang ini sangat baik, dimana
selalu dikontrol hasil produksinya dan sejauh ini penjagaan tempat produksi
dari hal-hal yang mungkin bisa menurunkan kualitas tahu sangat terjaga dari
semua pekerjanya.
10. Audit rutin
Tak jauh berbeda dari point nomer 6, dimana audit rutin tidak dilaksanakan di
industri ini.
Point yang menjadi perhatian kami dari industri tahu lembang ini ialah point
no 6 dan 10, yaitu tentang pelatihan dan pemahaman GMP dan audit rutin. Bagi
industri skala besar sangat dibutuhkan 2 point ini dalam menerapkan GMP yang
baik dan sesuai anjuran UU, disesuaikan dengan yang terjadi di industri tahu
lembang yang menurut kami industri ini bisa digolongkan ke industri menengah
keatas, dimana pelatihan dan pemahaman GMP dan audit rutin GMP ini sangat
perlu diperhatikan dan diterapkan di industri ini. Hal yang menjadi pertimbangan
disini ialah, tahu lembang dikonsumsi bukan hanya oleh orang sekitaran Bandung
saja, tapi juga dari luar daerah.
Penyebaran tahu yang luas membuat berbagai kalangan akan menjadi
konsumen dari tahu ini, sehingga semakin jauh para konsumen yang sehat akan
mulai mempertanyakan berbagai hal mengenai industri ini, hingga akhirnya
sampai kebagian point no 6 dan 10. Mungkin secara kasat mata akan terlihat para
pekerja di industri ini telah memahami GMP, namun selama ini hal tersebut
berasal dari kebiasaan pekerjanya saja yang terus dilakukan, sementara
pembelajaran yang mengikatnya tidak pernah dirasakan oleh para pekerjanya.
Mungkin bagi para pekerja yaitu siswa atau mahasiswa yang magang mereka
sudah pernah mendapatkannya di masa pembelajaran di kampus atau sekolahnya,
tapi itu hanya secara umum, sehingga yang benar-benar dalam industri tahu
mereka hanya menyesuaikan.
Solusinya ialah, dimulainya pelatihan dan penerapan GMP produksi tahu
tersebut yaitu pelatihan setiap bulannya mengenai GMP dan untuk mengatasi
kemungkinan dari mahasiswa dan siswa magang, dilakukan coaching dari
penanggung jawab shift produksi saat ia bertugas.
Sementara untuk audit, industri tahu lembang ini buuh untuk dilakukan
ialah pada saat hari senin, karena menurut kami itu adalah hari yang mana
intensitas konsumen mulai menurun setelah week end sehingga cukup banyak
waktu. Hal ini dipilih karena tahu lembang tidak memiliki hari libur, karena
liburan mereka selalu buka.
C. HACCP
1. Pembentukan Tim HACCP
Pembentukan tim HACCP merupakan langkah awal dari studi HACCP.
Tim HACCP terbentuk dari berbagai mulitidisiplin, mulai dari Manager,
Produksi, qualiti control, quality assurance, dan supervisor produksi. Apabilia
konsultan tidak tersedia maka diperlukan konsultan dari luar.
Tim HACCP yang kami bentuk masih dalam lingkup kecil yaitu Yatin
Dwi Rahayu sebagai ketua Tim yang beranggotakan 5 personil, yaitu Anda, Anja,
Firman, Hetty, dan Teddy. Anggota dari tim memiliki tugas untuk melaksanakan
pemantauan semua aspek produksi mulai dari penerimaan barang sampai produk
akhir dan distribusi kepada konsumen.
2. Deskripsi Produk
Nama Produk : Tahu Susu Lembang
Komposisi : Kacang kedelai, mentega, susu murni, garam,
bawang putih, air
Penyimpanan : Suhu ruang, suhu dingin
Pengemasan : Besek, wadah plastic
Daya Tahan : 4 hari
Pendistribusian : Mobil pengiriman
Tujuan Distribusi : Daerah sekitar Bandung
3. Identifikasi Konsumen
Identifikasi konsumen produk bertujuan untuk mengetahui siapa yang
mengkonsumsi produk. Konsumen produk tahu susu lembang ini adalah kalangan
umum termasuk bayi. Cara penyajiannya bisa direbus, dikukus, atau digoreng.
4. Diagram Proses
Diagram alir proses merupakan suatu urutan tahapan kerja dalam proses
produksi. Diagram alir proses penting untuk menentukan tahap operasional yang
akan dikendalikan untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan
terjadinya bahaya, sehingga akan mempermudah pemantauan selama proses
produksi tahu (Gambar x).
Gambar 3. Diagram Proses Pembuatan Tahu Susu
5. Analisis Bahaya
Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah menganalisis setiap bahaya yang
muncul dari setiap proses produksi. Penganalisissan bahaya inibertujuan utuk
melakukan pencegahan terhadap bahaya yang timbul dari setiap line produksi.
Bahaya yang umumnya timbul dari setiap tahapan proses adalah
disebabkan dari kontaminasi dengan air, alat, dak pekerja. Bahaya pertama,
kontaminasi bahan baku dengan air ditunjukkan pada tahap perendaman dan
pencucian. Air disini dapat mengkontaminasi bahan baku jika air yang digunakan
tidak memenuhi standar, air yang digunakan untuk merendam tidak diganti secara
berkala. Pencegahan dari kontaminasai air ini adalah menggunakan air yang
sesuai standar air (bebas cemaran, mengganti air perendaman berkala dan saat
pencucian bahan baku dicuci dibawah air mengalir tujuaannya agar sisa kulit yag
masih ada dapat ikut mengalir.
Bahaya dengan kontaminasi alat umumnya muncul pada setiap proses, jika
sanitasi alat tidak dijaga maka akan menurunkan kualitas produk. Alat yang harus
benar-benar dijaga higiennya adalah saat proses penggilingan, mesin giling yang
digunakan terbuat dari besi jika alat ini kotor atau berkarat maka akan mengurangi
mutu produk. Cara pencegahan bahaya yang bersumber dari kontaminasi alat
adalah dengan melakukan sanitasi alat sebelum dan sesudah dipakai.
Bahaya dengan kontaminasai pekerja, bisa timbul juga disetiap kegiatan
proses produks. Ketika APD pekerja tidak diperhatikan kemungkinan besar
kontaminasi pekerja dengan produk akan mempengaruhi kualitas produk. cara
pencegahannya adalah dengan membekali pekerja dengan APD yang lengkap,
mulai dari sarung tangan, tutup kepala, baju produksi.
Sumber bahaya lainnya adalah saat pencampuran bahan-bahan yang tidak
sesuai dengan takaran, pencegahannya adalah dengan melakukan penakaran
dalam setiap pencampuran bahan dan melakukan pengontrolan. Saat pemasakan
juga behaya yang timbul bisa dari waktu dan sushu pemasakan yang terlalu tinggi
dan laman, pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan mengukur suhu dan
lamanya pemasakan dengan thermometer dan pengukuran waktu.
Penyimpanan tahu pada TSL ini disimpan diruang produksi yang terbuka
tidak ada pengaturan suhu untuk penyimpanan TSL sehingga dapat menyebabkan
tahu mudah terkontaminasi dari udara. Namun, karena produksi TSL tidak
berjumlah banyak sehingga tahu yang disimpanpun tidak banyak karena langsung
dipasarkan dan diolah kembali di kawasan TSL itu sendiri.
Pekerja menggunakan
Sanitasi pekerja yang alat pelindung diri,
B : Kontaminasi kurang baik seperti sarung tangan,
pekerja tutup kepala
Pemasakan F : pemasakan
yang meliebihi Suhu dan waktu yang Menggunakan
standar dipakai memasak thermometer dan
terlalu lama mengatur waktu
pemasakan
Alat penyaring yang
F : Kontaminasi digunakan Melakukan perawatan
Penyaringan
alat dan pekerja terkontaminasi pada alat penyaring
misalnya kotor berdebu
Pekerja menggunakan
Sanitasi pekerja yang sarung tangan dan
kurang higine tutup kepala
Menggunakan alat
K : Terlalu
Pencampuran ukur untuk
banyak bumbu Human error pekerja
bumbu penambahan bahan
yang ditambhakan
pengendap
F : Kontaminasi Melakukan perawatan
pencetakan Debu,
alat pada alat pencetak
Alat yang digunakan
F: Kontaminasi
kotor Melakukan sanitasi
Pemotongan alat dan
Kebersihan pekerja pada alat dan pekerja
lingkungan
yang kurang higine
Menggunakan ruangan
Kontaminasi
Penyimpanan Udara khusus dengan suhu
dengan udara
yang diatur
6. Penentuan CCP
Penetapan CCP untuk setiap proses produksi ini berdasarkan sebuah
pohon keputusan. Pohon Keputusan CCP berisi pertanyaan-pertanyaan untuk
menentukan apakah suatu titik kendali merupakan CCP atau bukan.
Hasil dari pohon keputusan, tahap-tahap yang bukan termasuk CCP adalah
pada proses penanganan bahan baku, perendaman, pencucian, penggilingan,
penyaringan, pencetakan dan penambahan bumbu. Proses-proses tersebut hanya
merupakan proses pengolahan biasa yang tidak dapat mencegah atau mengurangi
bahaya. Sehingga untuk menghindari terjadinya kontaminasi maka kebersihan
alat, ruang produksi dan pekerja perlu diperhatikan.
Proses produksi yang menunjukkan CCP adala saat proses pemasakan da
penyimpanan. Proses pemasakan dimaksud untuk menghilangkan bahaya,
sehingga diperlukan pengawasan khusus agar segala jenis mikroba dapat mati dip
proses ini. Pengendalian yang dilakukan saat proses ini adalah dengan
pengontrolan suhu dan waktu pemasakan, pemantauan dengan cara mencatatt
suhu dan waktu pemasakan.
No Tahapan
Q1 Q2 Q3 Q4 Keputusan
Proses
1 Penangananan
Ya Tidak Ya Ya CP
bahan baku
2 Perendaman ya Tidak Ya Ya CP
3 Pencucian Ya Tidak Ya Ya CP
4 Penggilingan Ya Tidak Tidak CP
5 Perebusan ya Ya CCP
6 Penyaringan Ya Tidak Tidak CP
7 Pencampuran
Tidak CP
bumbu
8 Pencetakan Tidak CP
9 Pemotongan Tidak CP
10 Penyimpanan Ya Tidak Tidak CCP
8. Tahap Pemantauan
Pemantauan berfungsi untuk menetapkan prosedur tindakan untuk
memantau CCP, batas kritis dan orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan
pemantauan. Tindakan pencegahan yang telah dianalisisi kemudian harus
dipantau langsung untuk pelaksanaanya.
Kegiatan pemantauan dilakukan secara berkala, mulai dari proses produksi
awal sampai tahap akhir (penyimpanan). Frekuensi pemantauantindakan
pencegahan tergantung tahapan proses, jenis bahayanya dan tindakan pencegahan
yang dilakukan.
9. Tindakan Koreksi
Tindakan koreksi dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya
penyimpangan batas kritis. Tindakan koreksi harus memastikan bahwa CCP telah
berada pada titik kendali. Tindakan koreksi ini berupa melakukan pembersihan
alat sebelum digunakan, melakukan penakaran pada bumbu tambahan tahu,
penarikan produk ketika sudah melebihi batas penyimpanan, belum beres
10. Verivikasi
Tindakan verifikasi (pengkajian ulang) dilakukan terhadap hasil pemantauan
yang menunjukkan bahwa titik kendali kritis tidak terkendali. Dengan demikian,
data hasil pemantauan harus diperiksa secara sistimatis untuk menentukan titik
dimana pengendalian harus ditingkatkan atau apakah modifikasi harus dilakukan.
Bila terjadi penyimpangan, perlu diperbaiki dan dikembalikan ke proses yang
sebenarnya. Produk yang telah dihasilkan pada saat terjadi penyimpangan perlu
diidentifikasi. Tujuan dari pengkajian ulang ini adalah memperbaiki sistem
HACCP. Namun, untuk kali ini kita hanya mengverifikasi hanya dalam laporan
ini saja tidak menverifikasi langsung ke industri TSL karena keterbatasan waktu
dan tempat.
D. SSOP
TSL yang bisa digolongkan industri tahu menengah keatas ini belum
memiliki SSOP. Sanitasi yang mereka jalankan hanya meliputi pembersihan alat
dan tempat produksi yang tidak standar-standar untuk sanitasi. APD yang mereka
gunakan hanyalah celemek dan seragam TSL. Sanitasi pada industri tahu susu
lembang meliputi alat produksi dibersihkan setiap hari pada saat selesai produksi
untuk menghilangkan kotoran yang menempel dan memudahkan proses produksi
selanjutnya dan kualitas alat serta produk yang dihasilkan baik.
Lantai produksi dibersihkan 1-2 kali dalam satu minggu, tergantung
tingkat kotoran yang ada pada lantai. Tujuanya adalah menciptakan suasana
nyaman karena bersih dan menghindari adanya kotoran atau semacamnya yang
dapat mencemari produk tahu pada saat proses produksi.
Limbah diolah dan dibuang pada saluran pipa yang dialirkan ke spiteng
yang berjumlah 6 disekeliling belakang industri tahu untuk dialirkan dan ada juga
yang diolah dengan sistem anaerobik untuk memperoleh air jernih yang dapat
digunakan untuk menyiram tanaman atau sebagai pengairan pada kolam ikan.
Pekerja bagian produksi sebaiknya menggunakan sepatu but, sarung
tangan, tutup kepala, dan masker agar produk yang dihasilkan tidak terkontaminan
oleh rambut pegawai, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi turunya kualitas
produk tahu.
Yang menjalankan tugas sanitasi alat produksi adalah pegawai yang
bertanggung jawab atas alat yang digunakan atau sesuai alat yang dipegang agar
memudahkan dalam sistem pembagianya dan lebih bertanggungjawab dalam
kebersihan alat yang dipegang masing-masing.
A. Kesimpulan
Setelah kelompok kami melakukan observasi ke industry Tahu Susu
Lembang dan menganalisis pengawasan mutu industry tersebut dapat disimpulkan
bahwa GMP sebagai aspek pengawasan mutu belum di dokumenkan secara resmi
walau dalam pelaksanaanya secara tidak sadar sudah terbentuk GMP itu sendiri.
Aspek pengawasan mutu berikutnya adalah HACCP, industry tahu ini tidak
memiliki berkas HACCP sendiri sehingga pada aspek ini kami melakukan studi
HACCP. Study HACCP yang kami lakukan belum bisa sepenuhnya diterapkan
pada industry tersebut karena kami hanya melakukan observasi beberapa kali
sehingga penerapannya pun dirasa sulit jika hanya dengan observasi yang tidak
rutin dan tidak adanya kerja sama dengan pihak pengelola. SSOP, pada dasarnya
konsep SSOP telah diterapkan pada industry tahu ini, tetapi lagi-lagi tidak ada
berkas yang menjadikan SSOP itu harus dilakukan.
B. Saran
Saran untuk industry Tahu Susu Lembang ini adalah agar lebih
memperhatikan pengawasan mutu produk dengan mematenkan aspek pengawasan
mutu yang meliputi GMP, HACCP, dan SSOP nya. Pembentukan tim HACCP
juga perlu dilakukan oleh industry ini karena mengingat bahaya yang timbul dari
setiap proses bila tidak dilakukan pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, F.G. dan Surono. 2002. GMP Cara Pengolahan Pangan Yang Baik,
Bogor : M-Brio Press
Oginawati, Katharina. 2008. Diktat Sanitasi Makanan dan Minuman. Bandung :
Penerbit ITB
SNI 01-4852-1998. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis
(HACCP) serta Pedoman Penerapannya. Badan Standardisasi Nasional
(BSN)
Thaheer, Hermawan. 2008. Sistem Manajemen HACCP. Jakarta : Bumi Aksara
LAMPIRAN 1
Foto Kunjungan Industri Tahu Susu Lembang
K Keterangan:
A: Perendaman
J I B: Pencucian
C: Penggilingan
D: Pemasakan
E: Penyaringan dan
F E
Pencampuran
D I I H F: Pencetakan
G: Pemotongan
H: Pengemasan
C A
I: Penyimpanan
B G
J: Tempat Bahan
Tambahan
L
K: Limbah
L: Pemasaran