Pengujian Ketidakrataan Benang
Pengujian Ketidakrataan Benang
NPM : 17010073
Grup : 2T4
2019
PENGUJIAN KETIDAKRATAAN BENANG
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk memahami prinsip kerja alat uji ketidakrataan benang.
2. Memliki kemampuan menganalisa ketidakrataan benang.
3. Untuk mengetahui apakah benang layak jual atau tidak berdasarkan uji ketidakrataanya
1 0,015-0,06
2 0,2-0,047
3 0,65-0,18
4 3,7-0,53
5 9-3,7
6 28-9
7 73-28
8 150-73
V. DATA PERCOBAAN
Waktu : 10 menit
No. benang : Ne1 36,6 ~ slot 7
Range of Scale : + 100%
Average Value : 23,5
Tabel Ketidakrataan
No Ketidakrataan (U%) (x x) 2
1 13 0,0064
2 13,2 0,0144
3 13 0,0064
4 13,2 0,0144
5 13 0,0064
∑ 65,4 0,048
x 13,08
Neps (2) 5
(x x) 2 SD
SD = CV = 100 %
n 1 x
0,048 0,109
=√ 4
=13,08 x 100%
=0,109 = 0,83%
VI. DISKUSI
Pada proses percobaan ketidakrataan ini harus di tentukan range of scalenya karena
posisi jarum penunjuk harus ditengah-tengah atau rentang arah jarum ke kanan dan kiri
harus seimbang. Pemasukan slot juga harus diperhatikan karena jika benang dimasukkan
pada slot yang salah, mesin tidak dapat membaca U% yang ada pada benang
Proses pemasukan benang ke mesin harus sesuai dengan alur yang ditentukan. Pada saat
proses kita harus benar-benar memperhatikan skala yang ditunjukka oleh jarum jangan
sampai terlewatkan. Pada proses U % akan dilakukan selama 5 menit dan pada pengujian
thickness, thinness, dan neps dibutuhkan waktu 10 menit. Dua pengujian dilakukan secara
bersamaan jadi waktu yang diperlukan adalah 10 menit. Diharapkan penguji selalu
mengawasi jalannya pengujian dan mencatat hasil pengujian sesuai dengan rentan waktu
yang diinstruksikan.
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum uji ketidakrataan benang, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
% ketidakrataan = 13,08%
SD = 0,109% Thick = 0
CV = 0,83% Neps = 5
Thin = 3
Hitariat S., Totong, Rohmah S., Widayat. “Bahan Ajar Praktikum Evaluasi Tekstil II
(Evaluasi Benang)”. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung. 2006.
PENGUJIAN BULU BENANG ( HAIRNESS )
I. Tujuan Praktikum
- Menjelaskan pengertian hairiness pada benang dan hubungan dengan proses
selanjutnya
- Memiliki kemampuan menguji hairiness
II. Teori Dasar
Dalam dunia industri, bulu benang sangatlah penting untuk keperluan pengendalian
mutu dan perdagangan. Bulu benang yang diluar standar menandakan bahwa proses
pembuatan benang tidak berlangsung dengan baik. Terjadinya bulu benang berarti ada
ketidaksempurnaan dalam proses pemintalan sehingga menimbulkan bulu benang. Bulu
benang yang terlalu banyak akan mempengaruhi proses pertenunan. Bulu benang sendiri
atau hairiness adalah jumlah helai total serat – serat yang menonjol dalam pengukuran
benang nyata sepanjang 1 cm. Contohnya hairness 4,0 dari suatu contoh berarti total jumlah
panjang serat yang menonjol 4 helai setiap benang yang panjangnya 1 cm. Jadi, hairness
adalah perbandingan total panjang serat-serat yang menonjol terhadap satuan panjang.
Hairness merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ketidakrataan pada benang.
Beberapa hal yang mempengaruhi bulu benang diantara lain:
1. Panjang serat
Makin panjang seratnya tentunya ujung-ujung seratnya dalam penampang yang sama
makin sedikit sehingga bulu pada benangnya makin sedikit.
2. Kerataan panjang serat
Serat yang mempunyai variasi panjang serat yang tinggi akan mengakibatkan setting
pada mesin pemintalan susah dilakukan sehingga kemungkinan menimbulkan bulu
akan semakin tinggi
3. Proses pemintalan
Adanya peralatan yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya makin menambah
kemungkinan meningkatnya bulu pada benang. Demikian juga adanya penambahan
peralatan pada pemintalan misalnya compact spinning akan meningkatkan kualitas
benang dengan sangat sedikitnya bulu benang.
III. Alat dan Bahan
1. Alat uji hairness, yang dilengkapi dengan motor penggulung benang, dan photocell
2. Seperangkat computer
3. Benang contoh uji (kapas)
V. Data Percobaan
0,5 mm (x x) 2 1,5 mm (x x) 2
732 1936 128 256
683 25 107 25
669 361 113 1
657 961 90 484
700 144 126 196
∑ = 3441 ∑ = 3427 ∑ = 564 ∑ = 962
ẋ = 688 ẋ = 685,4 ẋ = 112 ẋ = 192,4
1. No benang : 𝑁𝑒1 36,6
2. Panjang benang yang diuji : 0,75m dalam 1 menit
=4,25 %
=29,27
7. SD & CV ( 1,5 mm )
15.60
962
𝑆𝐷 = √5−1 = 15,60 𝐶𝑉 = 112
× 100 % = 13,83 %
VI.Diskusi
Hairness merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ketidakrataan pada benang.
Makin banyak hairness, makin tidak rata benangnya. Sebaliknya, makin sedikit hairness
semakin baik mutu benang tersebut menunjukkan jumlah panjang serat yang menonjol
semakin rendah. Ketidak rataan benang juga mempengaruhi ketika proses pencelupan atau
dyeing. Karena benang yang tidak rata disebabkan oleh neps sehigga akan mengakibatkan
bercak-bercak putih atau warnanya lebih cenderung muda dibanding yang lain.
Pada pengujian hairiness ini harus menyesuaikan letak benang. Hal ini dapat
dilakukan dengan melonggarkan atau mengencangkan tension. Tension juga berpengaruh
dalam kestabilan jalannya serat. Jika tension terlalu longgar akan mengakibatkan jalan
serat yang tidak stabil dan naik turun dan jika tension terlalu kuat akan mengakibatkan
jalan serat yang agak lama dan dapat mengakibatkan putus benang.
Di alat hairiness tester iini menggunakan dua sensor cahaya, yaitu untuk benang
bagian atas dan benang bagian bawah sehingga bulu benang pada sisi bagian bawah dan
atas terdeteksi akan tetapi bulu bagian sisi kanan dan kiri benang tidak terdeteksi.
VII. Kesimpulan
Hairness merupakan ujung-ujung serat yang menonjol pada permukaan benang.
Hairiness dapat terjadi karena
Panjang serat, karena semakin panjang serat maka semakin sedikit ujung benang dan
membuat bulu juga semakin sedikit
Kerataan panjang serat, serat yang mempunyai panjang yang tinggi akan mengakibatkan
setting pada mesin pemintalan susah dan menimbulkan bulu semakin banyak
Proses pemintalan, adanya mesin yang tidak berfungsi dan adanya penambahan alat
misalnya compact spinning akan meningkatkan kualitas benang dan menurunkan jumlah
bulu.
I. TUJUAN
Praktikan mengetahui cara pengujian crimp benang filament tekstur dengan cara kering
Praktikan dapat menjelaskan pengertian crimp pada benang filament tekstur
Praktikan dapat mengetahui kegunaan crimp dan hubungan dengan proses selanjutnya.
II. TEORI DASAR
Dalam dunia industri, crimp diperlukan agar benang dapat dipilin dengan mudah. Pada serat
atau benang filament buatan jumlah crimp yang terdapat pada seratnya sudah tertentu, hal ini
karena serat buatan tidak mempunyai crimp alam sehingga crimpnya dapat ditentukan pada
waktu pembuatan seratnya.
Benang tekstur adalah benang filament yang diproses dengan cara sedemikian rupa
sehingga sifat-sifat fisika dan permukaan (Physical and Surface Properties) berubah.
Perubahan itu tampak antara lain benang akan rua disebabkan oleh adanya crimp pada benang
dan juga tampak keras pada kain yang dibuat dari benang tekstur.
Perubahan sifat yang terjadi pada benang akan memberikan sifat-sifat tertentu pada kain,
yaitu:
Permukaan kain yang tidak rata
Memberikan regangan pada kain
Kain tidak mengkilap
Daya tembus udara kecil
Pegagan/rabaan lembut pada kain
(Tabel 3 – Suhu untuk pemanasan kain)
V. DATA-DATA
1. Panjang = 120 yard (109,73) m
5000
4. Panjang gulungan =2 𝑥 𝐷 = 11,9 𝑚 ≈ 12 𝑚
5. Cb = 49 cm La = 42 cm
Lb = 49,2 cm Cc =38 cm
Ca =39,4 cm
6. Perhitungan
(𝒍𝒃−𝒄𝒃)
CCBD= x 100
𝒍𝒃
(𝟒𝟗,𝟐−𝟒𝟗)
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟎, 𝟒𝟎𝟔 %
𝟒𝟗,𝟐
(𝒍𝒂−𝒄𝒂)
CCAD = x 100
𝒍𝒂
(𝟒𝟐−𝟑𝟗,𝟒)
= x 100 = 6,1%
𝟒𝟐
(𝒍𝒃−𝒍𝒂)
SS = x 100
𝒍𝒃
(𝟒𝟗,𝟐−𝟒𝟐)
= x 100 = 14,63%
𝟒𝟗,𝟐
(𝒍𝒂−𝒄𝒄)
CR = (𝒍𝒂−𝒄𝒂) x 100
(𝟒𝟐−𝟑𝟖)
= (𝟒𝟐−𝟑𝟗,𝟒) 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 153,8%
(𝒄𝒃−𝒄𝒂)
BS = x 100
𝒄𝒃
(𝟒𝟗−𝟑𝟗,𝟒)
= x 100 = 19,59%
𝟒𝟗
VI. DISKUSI
Praktikum evaluasi dengan pembahasan uji crimp pada benang tekstur, setelah
mendapatkan No benang contoh uji digulung dan dioven untuk mendapatkan nilai LB,
CB, CA, LA dan CC
Nilai yang didapatkan dari hasil pengujian diperoleh sebagai akibat dari kekuatan dan
mulur dalam keadaan basahnya sama dengan dalam keadaan kering. Jumlah dari crimp
benang buatan sudah tertentu atau ditentukan, sebelum serat tersebut dibuat, karena
benang buatan seratnya tidak mempunyai crimp alam. BS yang bagus adalah 21±3 .
VII. KESIMPULAN
Crimp merupakan serat yang cenderung bergelombang atau keriting dan kegunaannya
pada serat filament sintesis untuk membuat serat lebih bulky atau mengembang dan
nyaman ketika digunakan.
Dari praktikum uji crimp pada uji benang serat buatan menggunakan benang contoh uji
serat polyester, didapat data – data sebagai berikut :
Hitariat S., Totong, Rohmah S., Widayat. “Bahan Ajar Praktikum Evaluasi Tekstil II
(Evaluasi Benang)”. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung. 2006.