Anda di halaman 1dari 4

A.

Dasar Teori

Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang
terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada atom karbon alfa dari posisi –
COOH. Rumus umum asam amino ialah (Poedjiadi, 2009):

R-CH-COOH

NH2

Dari rumus umum tersebut dapat dilihat bahwa atom karbon alfa ialah atom karbon
asimetrik, kecuali bila R ialah atom H. oleh karena itu asam amino juga mempunyai sifat
memutar bidang cahaya terpolarisasi atau aktivitas optic (Poedjiadi, 2009).

Asam amino merupakan senyawa-senyawa kristalin yang tak berwarna, larut dalam air
(kecuali sistin dan tirosin) mereka ada umumnya larut dalam alcohol encer, tidak larut dalam
alcohol absolut atau dalam eter atau dalam pelarut-pelarut organic yang umum. Ada sejumlah
asam amino seperti: glisin, alanine, serin, mempunyai rasa yang manis. Glutamate mempunyai
rasa gurih, sedangkan asam-asam lainnya mempunyai rasa yang pahit (Sastrohamidjojo, 2005).

Asam amino membentuk garam internal yang disebut ion zwiter. Proton yang lemah dari
asam karboksilat mudah dialihkan kepada gugus amino, yaitu basa lemah sehingga terbentuk
garam internal (Willbrham, 2007).

Asam-asam amino berada dalam campuran yang seimbang antara bentuk non ionic dan
bentuk dipol. Keseimbangan lebih condong kea rah kanan, hingga asam-asam amino 50 % lebih
berada dalam bentuk dipol atau bentuk zwitterion. Hingga sam-asam amino mempunyai
karakteristik seperti garam. Asam-asam amino bersifar amfoter dan bila bereaksi dapat bersifat
sebagai asam atau basa (Sastrohamidjojo, 2005).

Telah diketahui bahwa beberapa molekul asam amino dapat berikatan satu dengan lain
membentuk suatu senyawa yang disebut peptide. Apabila jumlah asam amino yang berikatan
tidak lebih dari sepuluh molekul oligopeptida. Peptide yang dibentuk oleh dua molekul asam
amino disebut dipeptide. Selanjutnya tripeptida dan tetrapeptida ialah yang terdiri atas tiga
molekul dan empat molekul asam amino. Polipeptida ialah peptide yang molekulnya terdiri dari
banyak molekul asam amino, dimana protein merupakan polipeptida yang terdiri atas lebih dari
seratus asam amino (Poedjiadi, 2009).

Menurut Sloane (2004), Asam amino adalah unit molekuler dasar yang membentuk
polimer protein panjang. Ada 20 jenis asam amino dalam protein yang menjadi dasar struktur
dan fungsi tubuh manusia. Setiap asam amino mengandung sedikitnya satu gugus karboksil (-
COOH) dan sedikitnya satu gugus amino (-NH3). Kedua gugus tersebut terikat pada atom
karbon yang sama.
Setiap asam amino mempunyai anak rantai yang disebut sebagai satu gugus R. asam-asam amino
memiliki perbedaan dalam gugus R-nya yang memberi ciri khas dan mempengaruhi sifat protein
tempat asam amino tersebut bergabung. Gugus R nonpolar menyebabkan asam amino relative
tidak larut dalam air. Gugus R yang polar atau bermuatan listrik menyebabkan asam amino larut
dalam air (Sloane, 2004).

Suhara (2008), penggolongan asam amino berdasarkan polaritas kandungan gugus R


(pada pH 7) diantaranya :

a. Gugus R non Polar : Alanin, Leusin, Fenilalanin, Isoleusin, Prolin, Triptofan, Valin
b. Gugus R Polar, tidak bermuatan : Asparagin, Glutamin, Glisin, Serin, Tirosin
c. Gugus R bermuatan negative : Asam asparat dan Asam glutamate
d. Gugus R bermuatan positif : Arginin, Histidin, Listin

Asam amino pembangun atau penyusun protein adalah alfa asam amino, yaitu asam amino
yang gugus aminonya terikat pada karbon alfa. Jika gugus aminonya terikat pada atom
karbon beta maka disebut asam beta amino. Hanya alfa asam amino yang ditemukan bebas di
alam (Sumardjo, 2009).

Sifat amfoter (amfiprotik)

 Asam amino dengan gugus karboksil menyebabkan sift asam karena gugus [-COOH]
dapat melepas ion H+ membentuk COO

 Asam amino dengan gugus amino menyebabkan sifat basa karena gugus [-NH2] dapat
melepas ion H+ membentuk –NH3+

Sifat senyawa demikian disebut amfoter (bereaksi baik dengan asam maupun basa),
pembentukan ion tersebut disebut dengan ion zwitter. Asam amino bersifat amfoter,
maka:

1. Jika direaksikan dengan asam, maka asam amino akan menjadi suatu kation.

2. Jika direaksikan dengan basa, masa asam amino akan menjadi suatu anion.

Klasifikasi asam amino berdasarkan rantai samping

a. Alanine

Bentuk yang umum di alam adalah L-alanin (S-alanin) meskipun terdapat pula bentuk D-
alanin (R-alanin) pada dinding sel bakteri dan sejumlah antibiotika. L-alanin merupakan
asam amino proteinogenik yang paling banyak dipakai dalam protein setelah leusin.

Gugus metil pada alanine sangat tidak reaktif sehingga jarang terlibat langsung dalam
fungsi protein (enzim). Alanine dapat berperan dalam pengenalan substrata tau spesifitas,
khususnya dalam interaksi dengan atom nonreaktif seperti karbon. Dalam proses
pembentukan glukosa dari protein, alanine berperan dalam daur alanine.

Rantai :

H2N-CH-COOH

CH3

b. Glisin (Gly)

Glisin atau asam aminoetanoat adalah asam amino alami paling sederhana. Rumus
kimianya yaitu C2H5NO2.

Glisin merupakan asam amino yang mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi
karena strukturnya sederhana. Secara umum protein tidak banyak mengandung glisin.
Pengecualiannya ialah pada kolagen pertiga dari keseluruhan asam aminonya adalah
glisin.

Rantai :

H2N-CH-COOH

H (sari, 2007).

Reaksi asam amino

Asam amino dapat bereaksi dengan basa kuat karena bersifat asam lemah dan bereaksi
dengan asam kuat karena mengandung gugus –NH2 yang bersifat basa lemah. Gugus yang
memberikan sifat asam adalah gugus –COOH. Hal ini karena asam amino bersifat amfoter.

Asam alfa-amino secara umum dimisalkan sebagai R-CH(NH2)-COOH. Pada saat


larutanya direaksikan dengan basa kuat, NaOH maka OH menyerang gugus –COOH
terbentuklah –COO.

R-CH(NH2)-COOH + OH -> R-CH(NH3+) – COOH

Ketika asam amino itu direaksikan dengan asam kuat, H2SO4(aq), ion-ion H+ tertarik ke
gugus –NH2 membentuk –NH3+.

R-CH(NH2)-COOH + H+ -> R-CH(NH3+)-COOH

Perhatikan persamaan reaksi ini. Ketika larutan NaOH ditambahkan ke dalam larutan asam
amino, ion-ion OH- dari NaOH menumbuk gugus –COOH dan menarik ion H+ membentuk
H2O. gugus asam berubah menjadi –COO-. Berarti saat asam amino ditambah basa kuat, bersifat
asam lemah. Kebalikannya, saat asam amino direaksikan dengan asam kuat HCL(aq), ion-ion H+
tertarik ke gugus –NH2 membentuk –NH3+. Berarti ketika asam amino ditambah dengan asam
kuat, bersifat basa lemah (Wirahardikusumah, 1977).

Dafpus

Poedjiadi. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.

Sari, Mutiara Indah. 2007. Struktur Protein. Medan : Universitas Sumatra Utara.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Organik. Yogyakarta : Penerbit UGM.

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Suhara. 2008. Dasar-dasar Biokimia. Bandung : Prisma Press

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta : Penerbit Bku Kedokteran EGC

Wilbraham, Antony, C., Matta, Michael, S. 2007. Pengantar Kimia Organik dan Hayati.
Bandung : Penerbit ITB.

Wirahardikusumah, Muhamad. 1977. Biokimia Protein, Enzim, dan Asam Nukleat. Bandung :
ITB.

Anda mungkin juga menyukai