Elyusra
FKIP Universitas Muhammadiyah Bengkulu
yusra.el.261@gmail.com
Abstrak: Secara umum masalah dalam kajian ini adalah struktur amanat dalam cerpen pendek “Pulang” karya
Agus Safari. Kajian ini dilakukan dengan pendekatan strukturalisme. Data berupa cuplikan-cuplikan cerpen
pendek “Pulang” yang memuat amanat pengarang, baik berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat. Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik baca dan catat dengan instrumen daftar data. Analisis data dilakukan dengan teknik
analisis isi dan teknik hermeneotik/ penafsiran. Hasil penelitian menyatakan struktur amanat dalam cerpen
pendek “Pulang” karya Agus Safari merupakan sebuah struktur yang mendapatkan penggarapan yang baik dari
pengarang. Ada delapan amanat yang disampaikan pengarang dalam cerpen yang saling berhubungan erat.
Amanat sentralnya adalah bawalah pulang ke rumah anak kecil yang menangis di malam hari karena tidak punya
tempat pulang. Bentuk amanat yang disampaikan pengarang berupa pesan atau ajaran moral dan cara melalukan
sesuatu untuk mendapatkan kebahagiaan. Pengarang menyampaikan amanat secara implisit. Unsur amanat
memiliki hubungan erat dengan unsur tema, penokohan, alur, dan gaya bahasa.
158 LATERALISASI, Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume V, Nomor 02, Oktober 2017, hlm. 157-164
pendekatan struktural hendaknya dijalankan sebagai berikut: Data yang sudah terkumpul
dengan memperlakukan karya secara adil dan pada daftar data “di-copy paste”, sehingga
objektif, yakni hanya memfokuskan kajian pada berada pada tabel kerja 1, yakni tabel kerja
unsur-unsur yang ditemukan di dalam karya interpretasi/ penafsiran data. Setiap data dibaca
secara keseluruhan. Berikanlah penilaian ulang, dianalisis berdasarkan konsep amanat
terhadap keserasian atau keharmonisan semua yang sudah ditetapkan dan dirumuskan sebagai
komponen yang membentuk keseluruhan pesan pengarang serta dituliskan pada kolom
struktur serta hubungan harmonis antara isi amanat pengarang. Amanat-amanat pengarang
dengan bentuk. yang sudah terkumpul pada tabel kerja 1, dibaca
satu per satu untuk menemukan amanat-amanat
METODE yang bersamaan untuk dilakukan
Kajian ini merupakan penelitian penggabungan/ kategorisasi. Selanjutnya,
kualitatif, dalam arti kata, data yang mengidentifikasi bentuk-bentuk amanat
dikumpulkan dan dianalisis adalah data verbal berdasarkan kriteria yang ditetapkan,
berupa kata, frasa atau kalimat-kalimat, bukan dilanjutkan dengan mengidentifikasi cara
angka-angka. Untuk menganalisis data pengarang menyampaikan amanat dengan
digunakan metode deskriptif-analisis dan memperhatikan kelangsungan dan
metode hermeneotik. ketidaklangsungan penyampaiannya. Kegiatan
Data penelitian adalah bagian-bagian teks berikut adalah mendeskripsikan hasil kajian
cerpen pendek “Pulang” karya Agus Safari, dengan uraian rinci, sistematis, dan
berupa kata, frasa, klausa, kalimat, atau terorganisasi, sesuai urutan masalah yang
paragraf, yang berisi atau memuat amanat ditetapkan. Melakukan diskusi teman sejawat
pengarang. Sumber data adalah Cerpen pendek untuk kegiatan pemeriksaan keabsahan data dan
“Pulang” karya Agus Safari yang termuat dalam membahas hasil dengan orientasi pendekatan
Kumpulan Cerpen Pendek Graffiti Imaji, struktural, kemudian diakhiri dengan
cetakan pertama, tahun 2002, oleh penerbit menyimpulkan hasil penelitian.
Yayasan Multimedia Multicultural. Cerpen Berorientasi pada teknik pemeriksaaan
pendek ini ditulis sebanyak empat halaman, keabsahan data yang disarankan oleh Moleong
halaman 21-24. (2013), teknik yang digunakan dalam penelitian
Teknik pengumpulan data yang ini adalah: 1) teknik ketekunan pengamatan,
digunakan adalah teknik baca dan teknik catat. 2) teknik diskusi teman sejawat, dan 3) teknik
Teknik baca dijalankan dengan melalukan uraian rinci. Teknik ketekunan pengamatan
pembacaan terhadap teks cerpen secara dijalankan dengan membaca secara teliti dan
keseluruhan agar mendapatkan gambaran rinci, serta berkesinambungan semua data yang
umum struktur cerita. Teknik catat digunakan sudah terkumpul. Teknik diskusi teman sejawat
untuk mendata data-data yang diperoleh ke dilakukan dengan cara memaparkan data yang
dalam instrumen penelitian yang berupa daftar. dikumpulkan, kemudian dilakukan diskusi,
Berdasarkan teknik yang digunakan, dengan tujuan: menjajaki dan menguji
langkah-langkah pengumpulan data yang akan kesesuainan data dan tafsiran data yang sudah
dilakukan adalah: 1) membaca cerpen pendek dilakukan dengan mengutamakan pemikiran
“Pulang” karya Agus Safari secara cermat dari kritis. Teknik uraian rinci dilaksanakan dengan
awal sampai akhir untuk mendapatkan cara membuat uraian yang rinci, cermat, dan
gambaran umum cerita sebagai bahan untuk teliti berkenaan dengan: penjelasan fokus
menulis sinopsis cerita; 2) membaca ulang penelitian, menjelaskan penafsiran-penafsiran
cerpen pendek “Pulang” karya Agus Safari data dengan mengutarakan bukti-bukti
dengan fokus pada bagian-bagian teks yang tekstualnya, membahas temuan penelitian
merupakan struktur amanat, dengan panduan dengan tahapan memberikan penjelasan
teori yang sudah dirumuskan, kemudian lanjutan, mendiskusikan hasil penelitian dengan
menandainya dengan membuat garis bawah teori, menghubungkan hasil penelitian dengan
atau catatan pinggir; dan 3) mengetik bagian- penelitian sebelumnya, memberikan komentar-
bagian teks yang merupakan struktur amanat komentar berupa penilaian peneliti.
yang sudah ditandai pada teks ke dalam daftar Instrumen utama dalam penelitian ini
data. adalah peneliti sendiri. Untuk objektivitas dan
Data yang sudah terkumpul akan efisiensi proses analisis dan interpretasi,
dianalisis dengan teknik analisis isi dan teknik peneliti menggunakan instrumen pembantu
hermeneotik/ penafsiran. Langkah-langkah berupa daftar dan tabel. Format kedua
analisis data dilaksanakan dengan tahapan instrumen tersebut adalah sebagai berikut.
Struktur Amanat dalam Cerpen Pendek “Pulang” Karya Agus Safari (Elyusra) 159
Daftar 1 anak-anak yang rindu pulang, namun tidak
Format Daftar Pengumpulan Data Amanat punya tempat tinggal/ rumah, sehingga perlu
dalam Cerpen Pendek “Pulang” Karya Agus dicarikan solusinya.
Safari Amanat pengarang yang pertama adalah
No. Kutipan Teks Sumber pesan kepada pembaca agar peduli terhadap
Data yang Merupakan (Tahun, Halaman, sesuatu yang terjadi di sekitar kita, apalagi
Struktur Amanat Paragraf) terhadap adanya suara anak kecil yang
1 menangis di tengah malam. Kepedulian tokoh
2 saya terhadap lingkungan dibuktikan dengan
dst. kutipan berikut:
Cara pengisian daftar di atas adalah: “Tiba-tiba saya mendengarkan sebuah
1) menuliskan nomor data sesuai dengan urutan tangisan. Saya tutup buku “Meningkatkan
posisi bagian teks dalam cerpen; 2) bagian teks kecerdasan Anak” dari Joan Beck yang sedang
yang dikutip adalah yang memuat atau dibaca” (Damono, 2002:21).
merupakan struktur amanat, baik yang berupa “Saya buka pintu rumah, dingin terasa,
kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, atau namun segera terusir oleh rasa ingin tahu dari
percakapan tokoh; dan 3) menuliskan tempat/ mana suara tangisan itu” (Damono, 2002:21).
asal kutipan, dalam penelitian ini, sumber data Tokoh saya dapat dinyatakan sangat
dimaksud berupa tahun terbit karya, nomor peduli terhadap lingkungannya. Ia bersedia
halaman, dan paragraf (Damono, dkk.. 2002: menghentikan aktivitas membacanya dengan
21: 3). segera. Membaca sebuah buku di malam hari,
Tabel 1 apalagi yang membahas masalah yang cukup
Tabel Kerja Penafsiran Data Amanat dalam aktual, seperti meningkatkan kecerdasan anak
Cerpen Pendek “Pulang” Karya Agus Safari tersebut, tentu sangat mengasikkan. Walaupun
ada penghambat yang menghampiri, yakni rasa
No. Bagian Teks yang Amanat dingin di malam hari, tokoh saya tidak
data Merupakan Pengarang mengurungi niatnya.
Struktur Amanat Amanat pengarang yang kedua yakni
dan Sumber informasi untuk pembaca bahwa seseorang
01 yang tidak mempunyai tempat untuk pulang
02 merasakan kesedihan yang mendalam.
dst. Kesedihan tokoh anak kecil dalam cerpen ini
cukup mendapat penggarapan yang maksimal
HASIL DAN PEMBAHASAN dari pengarang, dengan kemunculannya
sebanyak empat kali, sebagaimana terbukti dari
Amanat Pengarang data-data berikut:
Berdasarkan pembacaan terhadap cerpen
“Pulang” Karya Agus Safari diperoleh sepuluh “Ia menatap. Aduh, lucunya. Matanya
data amanat. Berdasarkan hasil analisis data bulat basah berkilat-kilat membiaskan
diperoleh delapan amanat yang dikemukakan cahaya lampu sudut taman di samping
pengarang dalam cerpen tersebut. Amanat bangku” (Damono, 2002:21).
pengarang dimaksud mencakup: 1) Kita “Ia hanya menatap, masih menangis,
hendaknya peduli terhadap lingkungan; terisak perlahan lantas kembali
2) Seseorang yang tidak punya tempat/ rumah menunduk mengorek tanah” (Damono,
untuk pulang merasakan kesedihan yang 2002:21).
mendalam; 3) Untuk berhasil menggali hal “Ia tertegun, matanya berkedip-kedip.
yang bersifat pribadi dari seseorang hendaknya Astaga! Satu-persatu ada tetesan airmata
dilakukan dengan menempatkan diri sejajar bergulir di pipinya. Ia berbalik
dengan orang tersebut; 4) Seseorang perlu memunggungiku, kembali meringkuk di
waktu dan keberanian untuk mengungkapkan sudut bangku dekat rumpun mawar. Saya
masalah pribadinya; 5) Untuk mengetahui tertegun, bertanya-tanya” (Damono,
masalah pribadi seseorang hendaknya tidak 2002:23).
memaksa/ harus sabar; 6) Membantu “Kini pertanyaan: Mengapa menangis?
penyelesaian masalah yang dihadapi seseorang Jawabnya adalah pertanyaan: “Ke mana
lebih jitu dengan aksi/tindakan/perkataan; harus pulang?” (Damono, 2002:24).
7) Penyelesaian masalah seseorang hendaknya
dilakukan dengan tepat sasaran; 8) Banyak
160 LATERALISASI, Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume V, Nomor 02, Oktober 2017, hlm. 157-164
Kedalaman kesedihan yang dialami oleh lebih jitu dengan aksi/tindakan/perbuatan.
tokoh anak kecil di atas digambarkan pengarang Amanat ini disampaikan pengarang melalui
dengan keadaan matanya yang basah berkilat- tindakan yang dilakukan tokoh saya. Tokoh
kilat, masih menangis, terisak perlahan, Satu- saya membantu menyelesaikan masalah anak
persatu ada tetesan air mata bergulir di pipinya. kecil yang tidak memiliki rumah untuk pulang
Tidak saja dengan air mata, ekspresi kesedihan dengan membawanya pulang ke rumah.
juga digambarkan dengan bahasa tubuh. Rasa Kutipan berikut menjelaskannya:
kesedihan itu semakin dalam terasa ketika Astaga! Astaga! Saya tahu! Saya tahu
tokoh anak kecil itu “kembali menunduk jawaban pertanyaan saya sendiri. Saya
mengorek tanah”, Satu-persatu ada tetesan air dekati anak itu. Saya bisikkan padanya
mata bergulir di pipinya, kembali meringkuk. satu patah kata. Ia mengangguk, lalu
Setelah mendapatkan pengalaman estetik berhenti. Saya rengkuh ia dalam pelukan,
seperti ini, tentu akan tumbuh dalam diri kemudian saya bimbing ia menuju
pembaca rasa simpati dan peduli terhadap rumah. (Damono, 2002:23).
orang-orang yang tidak memiliki tempat
pulang, seperti tokoh anak kecil tersebut. Membawa tokoh anak kecil ke rumah
Amanat pengarang yang ke-3,4,dan 5, adalah jalan keluar masalah yang tepat sasaran.
berhubungan dengan cara berkomunikasi Jalan keluar dengan memberikan hal yang
dengan orang yang sedang bermasalah, dibutuhkan seseorang dan langsung kepada
terutama masalah yang membuat atau yang bersangkutan. Pengarang menawarkan
menimbulkan rasa sedih. Untuk mengetahui pemecahan persoalan atau jalan keluar yang
masalah yang bersifat pribadi dari seseorang berbeda dengan pemecahan masalah yang
yang sedang sedih, terutama anak kecil, pernah ditawarkan oleh pengarang-pengarang
hendaknya komunikasi dilakukan dengan yang lain. Dalam sinetron, misalnya, biasanya
menempatkan diri sejajar dengan orang yang anak kecil yang menangis di taman pada malam
sedang bermasalah tersebut, dengan hari seperti itu akan dinaikkan dengan paksa
memberikan waktu yang cukup, dan dengan oleh SATPOL PP ke atas mobil patroli. Si anak
cara yang sabar. Amanat pengarang ini dapat kecil akan bertambah ketakutan, tambah
diperjelas dengan kutipan berikut: meraung-raung tangisannya, dan memberonta
“Adik manis, kita teman lho,” (Damono, untuk dilepaskan. Ada yang sampai
2002:22). dikumpulkan di tempat penampungan anak-
“Kita teman kan?” tanya saya. Ia anak jalanan, yang kemudian kembali
mengangguk. “Jadi kalau kita teman, bisa menghadapi masalah.
ngobrol dong?” lalu saya menanti Amanat pengarang yang terakhir adalah
reaksinya. Ia terdiam. Saya diam” ajakan pengarang kepada pembaca agar
(Damono, 2002:22). memikirkan jalan keluar dari masalah yang
dihadapi oleh puluhan atau ratusan anak yang
Amanat pengarang ini sangat merindukan tempat pulang. Sudah terlalu lama
berhubungan dengan penokohan yang pertanyaan: Mengapa menangis? dijawab
digarapnya. Cara berkomunikasi dengan tokoh dengan pertanyaan pula, yaitu: Ke mana harus
anak kecil yang dipilih oleh tokoh saya pulang? Pengarang mengajak sidang pembaca
berhubungan erat dengan pengetahuan yang untuk memutus mata rantai persoalan ini. Tentu
dimilikinya, yakni pengetahuan tentang anak. dengan membimbing anak-anak tersebut
Terbukti ada alasan yang kuat, mengapa menuju rumah.
pengarang menghadirkan peristiwa tokoh aku Melalui cerpen pendek yang ditulis
membaca buku yang berhubungan dengan anak, dalam empat halaman, Agus Safari berhasil
sebagaimana kutipan berikut: Saya tutup buku menyampaikan amanat yang tergolong banyak
“Meningkatkan kecerdasan Anak” dari Joan kepada pembaca. Ia berhasil bertindak efisien.
Beck yang sedang dibaca” (Damono, 2002:21). Memang inilah yang mewarnai karya-karya
Pengetahuan dan wawasan tentang anak inilah prosa fiksi yang termuat di dalam Kumpulan
yang membuat tokoh saya berhasil menjalin Cerpen Pendek Graffiti Imaji yang diterbitkan
komunikasi dengan tokoh anak kecil dan oleh Yayasan Multimedia Multicultural.
mampu pula menyelesaikan masalah yang Sebagaimana dikatakan Damono, dkk.
dihadapinya. (2002:xv) “Seorang sastrawan harus
Selain lima amanat di atas, pengarang mengusahakan kemampuan untuk
juga menyampaikan bahwa untuk membantu menyampaikan hal penting dalam beberapa kata
penyelesaian masalah yang dihadapi seseorang saja”. Bahkan pengarang berhasil
Struktur Amanat dalam Cerpen Pendek “Pulang” Karya Agus Safari (Elyusra) 161
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan saya dan aku berlangsung dengan cepat, tidak
“satu patah kata” saja. Hal ini terbukti pada bertele-tele. Waktu yang singkat ini dibuktikan
kutipan berikut: dengan kalimat pengarang yang mengatakan:
Astaga! Astaga! Saya tahu! Saya tahu “Malam semakin tua, dan kembali pada
jawaban pertanyaan saya sendiri. Saya kesunyian alami.” Kalimat ini bermakna, bahwa
dekati anak itu. Saya bisikkan padanya walaupun malam sudah semakin tua, namun
satu patah kata. Ia mengangguk, lalu belum ada terjadi perubahan waktu yang
berhenti. Saya rangkuh ia dalam pelukan, berarti, situasi masih sama, yakni: “kembali
kemudian saya bimbing ia menuju pada kesunyian abadi”.
rumah.” (Safari dalam Damono, 2002:23- Cukup banyak diksi sebagai bukti kuat
24). bahwa peristiwa berlangsung dalam waktu yang
singkat dan dengan cepat. Penggunaan waktu
Agus Safari berhasil menyelesaikan yang singkat ini didukung oleh penggunaan
masalah dalam karya itu dengan satu patah kata, diksi-diksi: langsung, sesaat, tiba-tiba, kaget,
yakni kata “pulang”. Anak kecil yang menangis lantas, lalu, akhirnya, bertepatan dengan itu,
karena tidak punya tempat pulang, tentu tidak kunang-kunang ini nanti menangis kalau
akan menangis lagi. Bahkan pertanyaan “Ke ‘disekap’ lama-lama, kembali meringkuk,
mana harus pulang” pun sudah diperoleh Astaga!Astaga!, kembali. Penggunaan diksi-
jawabannya sebagaimana dikatakan tokoh saya: diksi di atas sangat potensial menggerakkan
“kemudian saya bimbing ia menuju rumah” jalan cerita dengan cepat dan lancar. Mari
(Damono, 2002: 24). Inilah amanat pokok/ nikmati penggunaan diksi-diksi di atas sebagai
amanat sentral dari berbagai amanat yang tersaji pada kutipan berikut:
diinventaris di atas. Amanat yang terletak “Saya ulurkan tangan mengajaknya
dalam peristiwa terakhir dalam cerita yang tidak duduk berdampingan. Ia tak menyambut,
ada lagi kelanjutannya. Dikatakan Muhardi dan tapi mau juga duduk. Sesaat kami duduk
Hasanuddin (2006: 37): “... amanat pengarang berdampingan.
sebenarnya terletak pada peristiwa-peristiwa “Kita teman kan?” tanya saya. Ia
yang tidak berfungsi lagi sebagai penyebab menganguk. “Jadi kalau kita teman bisa
peristiwa lain”. ngobrol dong?” lalu saya menanti
Selain jumlah amanat yang banyak, Agus reaksinya. Ia diam. Saya diam. Dalam
Safari juga berhasil menyampaikan amanat diam, saya jadi tak berdaya untuk
yang bermanfaat, sehubungan dengan persoalan memulai bercakap-cakap” .... “Lalu
kemanusiaan yang diusungnya dalam cerpen ketika asyik mengikuti pemikiran ini,
“Pulang”, pembaca diajak, diberitahu, dan tiba-tiba saya merasakan ada sentuhan
dimotivasi untuk peka terhadap lingkungan, halus di bahu kiri. Saya kaget, terlonjak
terutama terhadap persoalan kemanusiaan. Hal sedikit. Ia lantas tertawa melihat saya
ini sejalan dengan pendapat Muhardi dan tersentak, lalu tawanya menulari, dan
Hasanuddin (2006:47) yang menyatakan: akhirnya kami pun tertawa bersama.
“Penceritaan fiksi dilakukan untuk Bertepatan dengan itu ada kunang-
memperluas wawasan kemanusiaan, kunang terbang, saya tangkap. Lalu saya
memperhalus budi pekerti, memperkaya lihatkan dalam tangan yang terkepal
terhadap dilema kehidupan manusia, berisi kunang-kunang yang kerlap-kerlip.
mengundang pembaca untuk toleran dan Bersama-sama kami amati. Saya
bersimpati dengan permasalahan ceritakan padanya bahwa kunang-kunang
kemanusiaan, mengajak pembaca untuk ini nanti menangis kalau ‘disekap’ lama-
tamasya spiritual dan estetis sambil lama di tangan. Jadi sebaiknya
melirik permasalahan individu dan dilepaskan, supaya tidak menangis. Ia
lingkungannya, .... mengangguk.
“Ke mana kunang-kunang itu pergi?”
Apabila dihubungkan dengan waktu Tiba-tiba ia bertanya dengan suara yang
penceritaan yang digunakan pengarang yang bening.
hanya berlangsung beberapa saat saja, yakni “Pulang” (Damono,2002:22-23).
selama peristiwa tokoh saya mendengarkan
sebuah tangisan, kemudian berhenti membaca Kutipan di atas dapat dinyatakan “bebas”
buku yang sedang dibacanya, membuka pintu dari teknik mengulur-ulur waktu, yang biasanya
rumah, dan sudah berada di sudut taman tempat dimanfaatkan pengarang untuk menarik
“adik kecil” menangis. Setelah itu dialog tokoh perhatian dan memancing rasa penasaran
162 LATERALISASI, Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume V, Nomor 02, Oktober 2017, hlm. 157-164
pembaca. Walaupun demikian, rasa penasaran menyampaikan amanat tentang hal
pembaca dapat terpancing dan terpelihara. berkemunikasi dengan anak kecil. Amanat
Menjaga rasa penasaran pembaca merupakan pengarang bahwa untuk berhasil menggali hal
suatu tugas penting seorang pengarang. yang bersifat pribadi dari seseorang hendaknya
dilakukan dengan menempatkan diri sejajar
Bentuk-bentuk Amanat dengan orang tersebut.
Dari delapan amanat yang disampaikan Dinyatakan Sudjiman bahwa
pengarang dapat pula ditemukan adanya penyampaian amanat secara implisit adalah
beberapa bentuk amanat. Bentuk-bentuk amanat “jika jalan keluar atau ajaran moral itu
yang disampaikan pengarang adalah berbentuk disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang
pesan, ajaran moral, dan cara melalukan sesuatu cerita berakhir” (dalam Sudjiman, 1988:57).
untuk mendapatkan kebahagiaan. Amanat yang Amanat pengarang berupa jalan keluar dari
berupa pesan adalah: 1) kita hendaknya peduli permasalahan tokoh anak kecil yang tidak
terhadap lingkungan, 2) Seseorang yang tidak punya tempat pulang dalam cerpen tersebut
punya tempat pulang merasakan kesedihan disampaikan secara implisit, yang disiratkan
yang mendalam. 3) Seseorang perlu waktu dan dalam tindakan atau perbuatan tokoh saya di
keberanian untuk mengungkapkan masalah akhir cerita yang mengajak tokoh adik kecil
pribadinya; 4) Banyak anak-anak yang rindu pulang ke rumah tokoh saya yang berada di
pulang, namun tidak punya tempat tinggal/ dekat taman.
rumah, solusinya adalah membawa anak-anak “Astaga! Astaga! Saya tahu! Saya tahu
tersebut ke rumah. Amanat pengarang berupa jawaban pertanyaan saya sendiri. Saya
cara melakukan sesuatu adalah: 1) Untuk dekati anak itu. Saya bisikkan padanya
berhasil menggali hal yang bersifat pribadi dari satu patah kata. Ia mengangguk, lalu
seseorang hendaknya dilakukan dengan berhenti. Saya rengkuh ia dalam pelukan,
menempatkan diri sejajar dengan orang kemudian saya bimbing ia menuju
tersebut; 2) Penyelesaian masalah seseorang rumah. (Damono, 2002:23-24).
hendaknya dilakukan dengan tepat sasaran;
3) Untuk mengetahui masalah pribadi seseorang Dari hasil analisis dan pembahasan di
hendaknya tidak memaksa/ harus sabar; atas, dapat dinyatakan unsur amanat dalam
4) Membantu penyelesaian masalah yang cerpen “Pulang” mendapat penggarapan yang
dihadapi seseorang lebih jitu dengan serius dari pengarang. Pilihan pengarang
aksi/tindakan/perbuatan. terhadap bentuk cerpen pendek untuk
menyampaikan jalan keluar dari persoalan anak
Cara Pengarang Menyampaikan Amanat kecil yang menangis di malam hari karena tidak
Secara keseluruhan dapat dinyatakan punya tempat pulang dapat dinyatakan sangat
bahwa amanat-amanat pengarang disampaikan tepat. Persoalan anak-anak yang menangis
secara tidak langsung atau secara implisit. karena tidak dapat pulang dewasa ini sudah
Amanat pengarang ada yang disampaikan diketahui secara luas. Menurut pengarang,
melalui ucapan atau dialog antartokoh, jalan penyelesaian masalah itu adalah “pulang”.
pikiran tokoh dan perbuatan tokoh. Amanat “Pulang” sebagai persoalan dan sekaligus jalan
yang disampaikan pengarang melalui jalan keluar secara intensif disajikan pengarang mulai
pikiran tokoh seperti pada cuplikan berikut: dari judul cerita, mendominasi peristiwa-
“Ia menatap. Aduh, lucunya. Matanya peristriwa dalam cerita, dan sebagai penutup
bulat basah berkilat-kilat membiaskan cerita. Dalam penceritaan yang tidak panjang,
cahaya lampu sudut taman di samping pengarang juga mampu menyampaikan amanat
bangku” (Damono, 2002:21). yang cukup banyak kepada pembaca, terutama
amanat dalam hal berkomunikasi. Komunikasi
Dari cuplikan di atas diketahui pesan adalah hal yang sangat berperanan dalam
pengarang melalui jalan pikiran tokoh saya, kehidupan dewasa ini. Komunikasi bahkan
yang berpikiran bahwa tokoh anak kecil yang sangat menentukan dalam penyelesaian suatu
tidak punya tempat/ rumah untuk pulang persoalan. Selesai atau tidaknya suatu persoalan
merasakan kesedihan yang mendalam. Hal ini sangat bergantung pada berhasil atau tidaknya
terekspresi pada matanya yang basah. komunikasi yang dibangun oleh pihak-pihak
Amanat pengarang yang berupa cara yang terlibat dalam persoalan tersebut. Struktur
melalukan sesuatu disampaikan sebagai berikut: amanat merupakan satu kesatuan dengan
“Adik manis, kita teman lho” (Damono, struktur karya yang lain, yang dibuktikan
2002:22). Melalui kalimat ini pengarang dengan ditemukannya hubungan amanat dengan
Struktur Amanat dalam Cerpen Pendek “Pulang” Karya Agus Safari (Elyusra) 163
unsur tema, penokohan, unsur alur, dan unsur untuk mendapatkan kebahagiaan. Pengarang
gaya bahasa. menyampaiakan amanat secara implisit. Unsur
Cerpen pendek “Pulang” terbukti amanat punya hubungan erat dengan tema,
istimewa. Ia berbeda dengan cerpen pendek penokohan, alur, dan gaya bahasa.
yang lain dalam buku Kumpulan Cerpen
Pendek Grafitti Imaji tersebut. Cerpen pendek DAFTAR PUSTAKA
“Pulang” bahkan mampu menepis atau
membantah pernyataan Damono, dkk. Damono, dkk.. 2002. Kumpulan Cerpen Pendek
(2002:xv) dalam “Kata Pengantar” mereka, Graffiti Imaji. Jakarta: Yayasan
yang menyatakan: “Cerita-cerita dalam Multimedia Multicultural.
kumpulan ini berusaha untuk menyampaikan
Jabrohim (Editor). 2012. Teori Penelitian
berbagai masalah kita dengan cara yang
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
berbeda-beda pula, kebanyakan memberikan
kesan seperti sketsa, anekdot, atau bahkan Moleong, Lexy. 2013. Metodologi Penelitian
ringkasan cerita. Berdasarkan hasil analisis Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
yang sudah disajikan di atas, ternyata struktur Karya.
cerita, terutama unsur amanat digarap dengan Muhardi dan Hasanuddin. 2006. Prosedur
baik. Ada tiga peristiwa yakni peristiwa tokoh Analisis Fiksi. Padang: Yayasan Citra
saya membaca buku, peristiwa percakapan Budaya Indonesia.
tokoh saya dengan tokoh adik kecil di taman,
dan peristiwa tokoh saya mengajak adik kecil Nurfaidah, Resti. “Fiksi Mini sebagai Bentuk
pulang ke rumah. Tidak banyak peristiwa. Pemertahanan Sastra Daerah di Tengah
Peristiwa yang potensial yang proporsional Deraan Era Globalisasi”. Kemendikbud:
dalam mengemban tugas penyajikan persoalan Badan Pengembangan dan Pembinaan
dan jalan keluar. Sejalan dengan pendapat bahasa. http://badanbahasa.kemdikbud.
Tahar (2008: 120) “Tidak semua peristiwa perlu go.id/lamanbahasa/content/fiksi-mini-
diceritakan dalam sebuah cerpen, karena sebagai-bentuk-pemertahanan-sastra-
menulis cerpen merupakan “seni” daerah-di-tengah-deraan-era-globalisasi
mengefisienkan cerita, tapi utuh dan solid”. (Diunduh 30 Juli 2016).
Agus Safari sebagai pengarang ternyata Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita
berhasil melampaui standar atau kriteria, Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
dengan menyampaikan jalan keluar masalah
dengan satu patah kata “rahasia”, yang mampu Tahar, Harris Effendi. 2008. Menulis Kreatif,
membangkitkan imajinasi pembaca. Ia menulis: Panduan bagi Pemula. Padang: UNP
“Saya bisikkan padanya satu patah kata” Press.
(Damono, dkk., 2002:23). Sebagaimana Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-prinsip
dikatakan Damono, dkk. (2002:xv), “Seorang Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
sastrawan harus mengusahakan kemampuan
untuk menyampaikan hal penting dalam Yustiarti, Bekti. 2010. “Fiksi mini” Karya Baru
beberapa kata saja”. di Dunia Sastra. http://www.kompasiana.
com/bekti/55001809813311501afa7110/
KESIMPULAN fiksi-mini-karya-baru-di-dunia-sastra.
(Diunduh 17 Oktober 2017).
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut. Struktur amanat dalam cerpen
pendek “Pulang” karya Agus Safari merupakan
sebuah struktur yang mendapatkan penggarapan
yang baik dari pengarang. Struktur amanat
digarap secara maksimal sehingga jelas dan
menarik. Ada delapan amanat yang
disampaikan pengarang dalam cerpen yang
saling berhubungan erat. Amanat sentralnya
adalah bawalah pulang ke rumah anak kecil
yang menangis di malam hari karena tidak
punya tempat pulang. Bentuk amanat yang
disampaikan pengarang adalah berbentuk pesan
atau ajaran moral dan cara melalukan sesuatu
164 LATERALISASI, Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume V, Nomor 02, Oktober 2017, hlm. 157-164