Mortalitas Ikan Dan Pendugaan Populasi
Mortalitas Ikan Dan Pendugaan Populasi
Gultom
Hari/ Sesi/ Kelompok : Jumat/II/6
OLEH:
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
Perikanan ini dengan judul “Mortalitas Ikan dan Pendugaan Populasi” diamati
Biologi Perikanan yang telah dilaksanakan dan juga sebagai salah satu syarat
dosen pembimbing mata kuliah Biologi Perikanan dan asisten dosen yang telah
kata-kata masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini
sehingga berguna bagi kita semua. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat bagi
kita semua.
Isi Halaman
I. PENDAHULUAN . .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang. . ......................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat. ................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA. ................................................................. 3
III. BAHAN DAN METODE. ............................................................... 7
3.1. Waktu dan Tempat...................................................................... 7
3.2. Bahan dan Alat. .......................................................................... 7
3.3. Metode Praktikum. ..................................................................... 7
3.4. Prosedur Praktikum. ................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Tabel Halaman
Lampiran Halaman
Indonesia memiliki perairan yang sangat luas karena 70% dari negara
Usaha pembudidayaan ikan yang selama ini dilakukan di kolam kini sudah
berkembang kearah pembudidayaan ikan di dalam keramba dan jaring apung yang
berlokasi di perairan umum. Tentu saja spesies ikan yang dipelihara itu punya
kini kematian individu ikan sebagian besar disebabkan oleh adanya penangkapan
terutama pada spesies ikan yang bernilai ekonomis tinggi, pencemaran yang di
oleh predator dari hewan-hewan avertebrata, serangan hama dan penyakit serta
Angka mortalitas yang terjadi pada individu suatu spesies ikan sangat sulit
mortalitas terhadap individu suatu spesies ikan setiap tahunnya terus meningkat
dibedakan menjadi dua bagian yaitu: secara langsung dan secara tidak langsung.
sumber hasil perikanan di masa yang akan datang. Pendugaan populasi dalam
suatu perairan memungkinkan kita untuk mengetahui berapa banyak jumlah ikan
dan jumlah spesies dalam suatu perairan. Dengan demikian kita dapat mengetahui
maksimal.
Tujuan dari praktikum mortalitas ikan dan pendugaan populasi adalah untuk
mengetahui bagaimana tingkah laku ikan saat akan mengalami mortalitas, apa-apa
saja faktor yang menyebabkan mortalitas pada ikan, agar mahasiswa dapat
menduga populasi ikan di suatu perairan dan untuk melihat bias dari masing-
menghitung pendugaan populasi ikan dengan berbagai metode dan melihat bias
berbentuk lonjong; pada badan, sirip ekor, sirip punggung dan sirip perut terdapat
garis-garis tegak lurus dengan siripnya, matanya menonjol dan bagian tepinya
berwarna putih; dagingnya cukup tebal dan tidak terdapat duri-duri halus di
dalamnya; kepalanya besar; mulutnya lebar, bibirnya tebal, sisik besar-besar dan
kasar; sirip punggung dan sirip dubur memiliki beberapa jari-jari yang tajam
rawa-rawa, dan di air payau. Ikan nila umumnya terdapat di perairan yang arusnya
fisik oleh manusia atau mesin dan gejala alam. Kelima penyebab kematian itu
Sedangkan pengaruh secara tidak langsung kepada individu spesies ikan di dalam
populasi antara lain disebabkan oleh makanan, kondisi lingkungan yang kurang
kualitas air yang baik akan mengurangi resiko ikan terserang penyakit dan ikan
dapat bertahan hidup (Yuniarti, 2006). Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan
dipengaruhi oleh nutrisi makanan, selain itu peningkatan padat tebar ikan juga
limbah biasanya akan memperlihatkan pergerakan atau tingkah laku yang berbeda
ketika lingkungan hidupnya tidak tercemar. Gerakan renang selalu tidak beraturan
dan arah tidak menentu. Adakalanya pergerakan itu akan membentur ke dinding
tubuh sehingga keadaan itu mempercepat proses kematian individu ikan di dalam
Metode pendugaan populasi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu secara
langsung; cara ini dapat dilakukan pada suatu kolam yang luasnya terbatas sebab
kolam tersebut dapat dikeringkan dan ikan-ikan dapat ditangkap satu persatu.
Secara tidak langsung; cara ini dapat dilakukan dengan memperhatikan
metode regresi dari De Lury juga Laslie dan Davis. Dapat juga menggunakan
eksploitasi), kecapatan dan arah ruaya, penentuan umur dan pertumbuhan, tingkah
didalam populasi. Penentuan umur dengan metode penandaan ada dua yakni
marking dan tagging. Marking yaitu pemberian tanda pada tubuh ikan tanpa
dan pembuatan tato. Sedangkan tangging yaitu pemberian tanda pada tubuh ikan
yang tidak mudah berkarat seperti: perak, aluminium, plastik, nikel, ebonit dan
seluloid. Pada tag diberikan tanggal pelepasan, nomor seri dan kode-kode lainnya
Tagging ada 2 bentuk yaitu Internal Tag dan Eksternal Tag. Internal Tag
Eksternal Tag adalah dengan cara menempelkan benda asing ketubuh ikan.
menempelkan benda asing ke tubuh ikan akan tetapi dengan cara pemotongan
salah satu sirip perut atau sirip lainnya, dengan syarat setelah sirip dipotong maka
Bagian-bagian tubuh ikan yang diberi tag adalah: 1). Bagian kepala yang
meliputi tulang rahang bawah dan tutup insang. 2). Bagian tubuh yang meliputi
bagian depan sirip punggung, bagian belakang sirip punggung, bagian tengah
tubuh, sirip lemak (adifose find) dan batang ekor. Beberapa pertimbangan yang
harus diperhatikan dalam percobaan pemberian tanda pada ikan adalah: tujuan
bertanda, macam dan jumlah ikan yang terlihat, dan tenaga yang tersedia (Manda
et al, 2009)
keberhasilan pemijahan dan mortalitas dari anak-anak ikan tersebut. Sisa anak-
anak ikan yang tumbuh dan berhasil hidup mencapai ukuran yang dapat
rekruitmen ke dalam populasi ikan yang telah ada. Selain itu juga dipengaruhi
Populasi ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 2 Desember 2016, pukul
Adapun alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah baki atau nampan,
dan alat tulis, wadah plastik, detergen, bayclean, dan tangguk. Sedangkan bahan
yang digunakan selama praktikum ini adalah ikan nila (Oreochromis niloticus)
dimana objek diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan guna diambil
datanya sesuai dengan tuntunan yang terdapat didalam buku penuntun praktikum.
yang dijadikan sebagai hewan uji dimasukkan ke dalam wadah percobaan. Pada
wadah pertama dimasukkan satu spesies ikan dengan wadah tidak diberi bahan
pencemar, wadah kedua dimasukkan tiga spesies ikan dengan wadah diberi
deterjen (1gr-2gr), dan wadah ketiga dimasukkan tiga spesies ikan dengan wadah
diberi bayclean (1ml-2ml). Setelah itu amati dan catat pergerakan ikan sebelum
dan menjelang kematian, dan catat waktunya. Bandingkan gerakan sirip, bukaan
mulut, permukaan tubuh, operculum, denyut jantung, warna insang, jantung dan
warna visceral, antara 5 menit pertama dengan 10 menit pertama dengan 15 menit
pertama. Perhatikan dan catat ciri-ciri serta gejala yang timbul menjelang dan
tama menyiapkan sejumlah individu ikan hidup dari spesies tertentu lalu
meletakkannya pada wadah yang telah berisi air sebanyak 10 liter sampai
sirip atau pembuaatan tato. Individu ikan yang telah diberi tanda dimasukkan
kembali ke wadah semula dan biarkan ikan bertanda berbaur dengan ikan yang
sedangkan ikan yang tidak bertanda jumlahnya dinyatakan dengan u. Ikan dilepas
kembali ke dalam wadah dan dibiarkan beberapa menit untuk beradaptasi dengan
4.1. Hasil
Penangkapan 𝑃 − ^𝑃
𝐵𝑖𝑎𝑠 = 𝑥 100 %
𝑃
1 ∞
2 -115%
3 -330%
4 ∞
5 4,44%
6 4,44%
7 -72%
8 28,33%
9 38,57%
10 ∞
4.2. Pembahasan
4.2.1. Mortalitas Ikan
Mortalitas adalah angka kematian dari suatu populasi suatu ikan. Kematian
ikan di perairan umum selain mengalami kematian secara alami kini kematian
individu ikan sebagian besar disebabkan oleh adanya penangkapan terutama pada
spesies ikan yang bernilai ekonomis tinggi, pencemaran yang di akibatkan oleh
adanya limbah industry, pertambangan, pertanian, pemangsaan oleh predator dari
hewan-hewan avertebrata, serangan hama dan penyakit serta pengaruh gejala alam
terbukti ketika dilakukan percobaan terhadap ikan sampel ikan nila (Oreochromis
niloticus). Lima menit pertama dibiarkan pada wadah yang berisi detergen dan
bayclean, pada wadah yang diberi bayclean terlihat denyut jantung ikan cepat
20x/s, gerakan operculum cepat 391x/s, dan tubuh kasat/ belum mengeluarkan
lendir. Lima menit kedua denyut jantung ikan mulai melambat dari 20x/s menjadi
19x/s, gerakan operculum dari 391x/s menjadi 10x/s, dan tubuh sudah mulai
mengeluarkan lendir. Lima menit yang ketiga pergerakan ikan yang mulai
dilakukan penangkapan ikan sebanyak 10 kali. Pada praktikum kali ini penandaan
tubuh ikan tanpa menggunakan benda-benda asing. Tanda yang diberikan berupa
pemotongan sirip dan pembuatan tato pada ikan nila (Oreochromis niloticus).
secara acak dengan cara tanpa melihat dikarenakan karena di perairan memang
pengambilan sampel dilakukan secara acak juga. Saat praktikum ada ikan yang
diberi tanda atau marking dengan pemotongan sirip dan sebagian lagi ada yang
tidak diberi tanda/ dibiarkan saja. Ikan yang diberi tanda dilepaskan kembali agar
sampling hingga sepuluh kali pengulangan. Setelah itu gunakan metode petersen
∑m(u+r)
Metode Petersen (Sensus tunggal) 𝑃=
∑𝑟
∑m(u+r)
Metode Zoe Scehnebel (Sensus ganda) ^𝑃 =
∑𝑟
𝑃−^𝑃
𝐵𝑖𝑎𝑠 = 𝑥 100 %
𝑃
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
bahwa ikan nila (Oreochromis niloticus) sebagai hewan uji sampel tergolong ikan
dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung, baik secara tangging
5.2. Saran
sampel dilakukan secara acak tanpa memilih-milih ikan mana yang ingin
ditangkap. Salah satu cara terbaik yaitu mengambil sampel tanpa melihat ke
dalam wadah. Gunakan waktu yang ada seefisien mungkin dan semoga
dikemudian hari praktikum Biologi Perikanan berjalan dengan lebih baik lagi dan
Cahyono, Bambang. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar (Ikan Gurami, Ikan Nila,
Ikan Mas). Kanisius (anggota IKAPI). Yokyakarta.
Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Jakarta:
Bina Rupa Aksara.
m(u+r) 1
𝑃4 = = 80= 0 ^𝑃4 =
∑m(u+r)
=
86
= 8,6
𝑟
∑𝑟 10
m(u+r) 1
𝑃5 = = 91= 9 ∑m(u+r) 86
𝑟 ^𝑃5 = ∑𝑟
= 10
= 8,6
m(u+r) 2
𝑃6 = = 9 1 = 18 ∑m(u+r) 172
𝑟 ^𝑃6 = = = 17,2
∑𝑟 10
m(u+r) 4
𝑃7 = = 10 2 = 20 ∑m(u+r) 344
𝑟
^𝑃7 = = = 34,4
∑𝑟 10
m(u+r) 3
𝑃8 = = 12 1 = 36 ∑m(u+r) 258
𝑟
^𝑃8 = = = 25,8
∑𝑟 10
m(u+r) 1
𝑃9 = = 14 1 = 14
𝑟 ∑m(u+r) 86
^𝑃9 = = = 8,6
∑𝑟 10
m(u+r) 2
𝑃10 = = 14 0 = 0
𝑟 ∑m(u+r) 172
^𝑃10 = = = 17,2
∑𝑟 10
𝑃−^𝑃 0−34,4
𝐵1 = 𝑥 100 % = 𝑥 100 % = ∞
𝑃 0
𝑃−^𝑃 12−25,8
𝐵2 = 𝑥 100 % = 𝑥 100 % = -115%
𝑃 12
𝑃−^𝑃 10−43
𝐵3 = 𝑥 100 % = 𝑥 100 % = -330%
𝑃 10
𝑃−^𝑃 0−8,6
𝐵4 = 𝑥 100 % = 𝑥 100 % = ∞
𝑃 0
𝑃−^𝑃 9−8,6
𝐵5 = 𝑥 100 % = 𝑥 100 % = 4,44%
𝑃 9
𝑃−^𝑃 18−17,2
𝐵6 = 𝑥 100 % = 𝑥 100 % = 4,44%
𝑃 18
𝑃−^𝑃 20−34,4
𝐵7 = 𝑥 100 % = 𝑥 100 % = -72%
𝑃 20
𝑃−^𝑃 36−25,8
𝐵8 = 𝑥 100 % = 𝑥 100 % = 28,33%
𝑃 36
𝑃−^𝑃 14−8,6
𝐵9 = 𝑥 100 % = 𝑥 100 % = 38,57%
𝑃 14
𝑃−^𝑃 0−17,2
𝐵10 = 𝑥 100 % = 𝑥 100 % = ∞
𝑃 0
Lampiran 2. Alat dan bahan yang digunakan pada waktu praktikum.