Anda di halaman 1dari 17

REVIEW JURNAL

MATA KULIAH RISET OPERASI

Mengulas Jurnal : “Application of project scheduling and Cost analysis


Using PERT and CPM” International Journal of in Multidisciplinary
and Academic Research (SSIJMAR) Vol. 4, No. 2, April 2015 (ISSN
2278 – 5973)
Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Riset Operasi
Dosen Pengampu : Dewi Rohma Wati, S.P., M.Si

Disusun oleh :
Missa Ashari (11170920000003)
Muhammad Ilham Ramdani (11170920000006)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019

1
BAB I
RINGKASAN

1.1 Latar Belakang


Mempercepat (Crashing) adalah mengurangi waktu proyek dengan
pengeluaran sumber daya tambahan. Mempercepat (Crashing) jaringan adalah
tertular atau menekan jaringan yang berarti untuk mengurangi durasi proyek
dengan biaya minimum dengan durasi proyek minimum. Hal ini ditemukan bahwa
ada jadwal proyek untuk menentukan biaya optimum dan waktu dengan analisis
jaringan CPM / PERT. Dalam makalah ini kami menggunakan metode
Mempercepat (Crashing) optimal untuk meminimalkan biaya yang diperlukan
sementara mencapai waktu penyelesaian tertentu.
Manajemen proyek adalah alat yang digunakan oleh banyak perusahaan
untuk membantu meningkatkan kinerja dan daya saing. Proyek dan eksekusi
mereka, secara umum, membutuhkan sumber daya. Sebuah aspek penting dari
manajemen proyek adalah manajemen risiko. Berbagai jenis risiko yang hadir
dalam setiap proyek yang diberikan, tetapi penekanan dari penelitian ini akan
difokuskan pada jadwal/risiko waktu dan biaya yang terkait. Itu Risiko
jadwal/waktu dasarnya menyiratkan tidak menyelesaikan kegiatan proyek tepat
waktu, sehingga terlambat penyelesaian proyek. Akhir penyelesaian proyek
umumnya memiliki efek negatif bagi perusahaan tersebut sebagai biaya penalti
dan ketidakpuasan pelanggan. Dua yang paling populer pendekatan untuk Proyek
manajemen adalah metode jalur kritis (CPM) dan Evaluasi Proyek dan Ulasan
Teknik (PERT), yang dikembangkan singkat setelah Perang Dunia II. Metode
jalur kritis (CPM) dan Evaluasi proyek dan Review Technique (PERT) metode
telah digunakan sejak tahun 1950-an untuk estimasi waktu penyelesaian proyek.
Mempercepat (Crashing) adalah teknik kompresi diterapkan dalam
penjadwalan proyek untuk mempersingkat proyek atau kegiatan durasi dengan
menjelajahi alternatif untuk menerapkan kompresi jadwal maksimum dengan
biaya setidaknya tambahan. Contoh Mempercepat (Crashing) menambah sumber
daya untuk tugas-tugas jalur kritis. Manajer proyek adalah sering dihadapkan
dengan harus mengurangi waktu penyelesaian yang dijadwalkan proyek untuk

2
memenuhi suatu batas waktu. Dengan kata lain, manajer harus menyelesaikan
proyek lebih cepat dari yang ditunjukkan oleh analisis jaringan CPM / PERT.
Proyek Mempercepat (Crashing) adalah metode untuk memperpendek durasi
proyek dengan mengurangi waktu satu (atau lebih) dari kegiatan proyek penting
untuk kurang dari waktu aktivitas normal. pengurangan waktu aktivitas normal
ini disebut sebagai menerjang.

1.2 Tujuan
Tujuan dari jurnal yang berjudul “Application of project scheduling and Cost
analysis Using PERT and CPM” adalah sebagai berikut :
1. Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk
membuat perencanaan/penjadwalan proyek dengan Cirital Path Method
(CPM) dan Program Evaluation and Review Technique (PERT)
2. Mengidentifikasi komponen biaya untuk proyek
3. Menganalisis trade off dari penggunaan biaya normal dan biaya
mempercepat (crashing) dalam menjalankan proyek

1.3 Metode Penelitian


Menggunakan metode mempercepat (Crashing) optimal untuk
meminimalkan biaya yang diperlukan sementara mencapai waktu penyelesaian
tertentu, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menghitung biaya kemiringan dari masing-masing kegiatan proyek.
2. Mengidentifikasi jalur kritis dan menemukan durasi yang diharapkan dari
proyek.
3. Pilih salah satu kegiatan di jalur kritis suatu kegiatan yang memiliki biaya
kemiringan (slope). Setidaknya untuk lebih dari satu jalur kritis, pilih salah
satu aktivitas di masing-masing jalur kritis sehingga mempercepat semua
kegiatan untuk menghasilkan total biaya yang minimum antara semua
kombinasi kegiatan.
4. Mengurangi waktu aktivitas aktivitas yang dipilih secara progresif sampai
baik jatuh waktu tercapai atau jalur paralel non-kritis sebelumnya menjadi
kritis.

3
5. Lanjutkan langkah di atas sampai ada setidaknya satu jalur kritis yang
tidak ada kegiatan dapat lanjut jatuh.

1.4 Pembahasan
Kegiatan hubungan waktu-biaya (Activity time-cost relationship)
Sebuah representasi sederhana dari kemungkinan hubungan antara durasi
aktivitas dan yang langsung biaya muncul pada Gambar 1. Mengingat hanya
kegiatan ini dalam isolasi dan tanpa mengacu pada memproyeksikan batas
waktu penyelesaian, manajer akan memilih durasi yang menyiratkan biaya
langsung minimum, disebut durasi normal. Pada ekstrem yang lain, seorang
manajer mungkin memilih untuk menyelesaikan aktivitas di mungkin waktu
minimum, disebut jatuh durasi, tetapi dengan biaya maksimal. Hubungan
linear ditunjukkan pada Gambar 1 antara dua titik menyiratkan bahwa setiap
durasi menengah juga bisa menjadi terpilih. Ada kemungkinan bahwa
beberapa titik antara

Gambar 1: Linear trade-off waktu / biaya untuk kegiatan


dapat mewakili ideal atau optimal trade-off antara waktu dan biaya untuk
kegiatan ini. Slope yang menghubungkan titik normal (titik yang lebih rendah)
dan titik percepatan (titik atas) disebut biaya kemiringan aktivitas. Garis slope
ini dapat dihitung secara matematis dengan mengetahui koordinat titik-titik
normal dan percepatan. kemiringan biaya (slope) = biaya percepatan- Biaya
/ durasi yang normal yang normal - durasi percepatan.
Pada tabel berikut terdapat data pada waktu normal dan biaya, waktu
percepatan dan biaya untuk sebuah proyek dengan langkah-langkah untuk
mempercepat jaringan :

4
Tabel 1
Aktivitas Normal Percepatan
Waktu Biaya (Rs) Waktu Biaya (Rs)
(minggu) (NC) (minggu) (CC)
(NT) (CT)
1-2 8 7.000 3 10.000
1-3 4 6.000 2 8.000
2-3 0 0 0 0
2-5 6 9.000 1 11.500
3-4 7 2.500 5 3.000
4-6 12 10.000 8 16.000
5-6 15 12.000 10 16.000
5-7 7 12.000 6 14.000
6-8 5 10.000 5 10.000
7-8 14 6.000 7 7.400
7-9 8 6.000 5 12.000
8-9 6 6.000 4 7.800
Total Biaya = Rs 86.500

Biaya tidak langsung per minggu adalah Rs.1000


1. Menggambar jaringan untuk proyek & jalur kritis
2. Cari waktu yang optimal dan biaya yang optimal
3. Tentukan total waktu minimum & biaya yang sesuai.

5
TABEL 2
Normal Jatuh
Waktu Waktu AT
Aktivi Biaya Biaya ΔC ΔC /
tas (Ming (Rs.) (Ming (Rs.) AT
gu) gu)
(NC) (CC)
(NT) (CT)
1-2 8 7000 3 10000 5 3000 600
1-3 4 6000 2 8000 2 2000 1000
2-3 0 0 0 0 0 0 0
2-5 6 9000 1 11500 5 2500 500
3-4 7 2500 5 3000 2 500 250
4-6 12 10000 8 16000 4 6000 1500
5-6 15 12000 10 16000 5 4000 800
5-7 7 12000 6 14000 1 2000 2000
6-8 5 10000 5 10000 0 0 0
7-8 14 6000 7 7400 7 1400 200
7-9 8 6000 5 12000 3 6000 2000
8-9 6 6000 4 7800 2 1800 900

1. Menarik jaringan dari proyek yang diusulkan.

8 8

15 14

12

awal jalur kritis menjelang akhir

6
Aktivitas Lamanya Total
1-2 2-5 5-7 7-9 8 6 7 8 29
1-2 2-5 5-7 7-8 8-9 8 6 7 14 6 41
1-2 2-5 5-6 6-8 8-9 8 6 15 5 6 40
1-2 2-3 3-4 4-6 6-8 8-9 8 0 7 12 5 6 38
1-3 3-4 4-6 6-8 8-9 4 7 12 5 6 34

1→2→5→7→9 = 29 minggu,
1→2→5→6→8→9 = 40 minggu,
1→2→3→4→6→8→9 = 38 minggu,
1→4→4→6→8→9 = 34 minggu,
1→2→5→7→8→9 = 41 minggu itu adalah jalur kritis dari
durasi proyek.

2. Waktu optimum dan biaya optimum.


Langkah 1
Mempercepat kegiatan 7-8 dalam 1 minggu, sekarang kita
diidentifikasi aktivitas mereka di jalur kritis yang dapat jatuh dengan
biaya terendah yang menjadi slope sebagai daftar kegiatan 7-8, ΔC / AT
= 200.
Langkah 2
Mempercepat kegiatan 2-5 dalam 2 minggu
Langkah: 3
Mempercepat kegiatan 1-2 dalam 4 minggu
Langkah: 4
Mempercepat kegiatan 8-9 dalam 2 minggu
Langkah: 5
Mempercepat kegiatan 2-5 dalam 2 minggu dan aktivitas 3-4 dalam 2
minggu
Langkah: 6
Mempercepat kegiatan 1-2 dalam 1 minggu dan aktivitas 1-3 dalam 1
minggu

7
Langkah: 7
Menerjang kegiatan 2-5 dalam 1 minggu dan aktivitas 4-6 dalam 1
minggu
Normal

Duration
Weeks Indirect

Project
Represent
No.of Direct cost Crash Cost Total cost=

step
saved in cost (IC)
Activity Week (DC) (CC) CC+IC+CC
project Rs.
Crashed Crash Rs. Rs. Rs.
41X1000
CPM - Fig:4 - 41 86500 0 127500
=41000
40X1000 1X200=20
7-8 1 step:1 1 40 86500 126700
=40000 0
38X1000 200+ (2X500)
2-5 2 step:2 2 38 86500 =38000 =1200 125700
34X1000 1200+ (4X600)
1-2 4 step:3 4 34 86500 =34000 =3600 124100
32X1000 3600+ (2X900)
8-9 2 step:4 2 32 86500 =32000 =5400 123900
2-5 2 5400+ (2X500)
30X1000 +(2X250)
step:5 2 30 86500 =30000 =6900 123400
3-4 2
1-2 1 6900+ (1X600)
29X1000 +(1X1000)
step:6 2 29 86500 =29000 =8500 124000
1-3 1
2-5 1 8500+ (1X500)
28X1000 +(1X1500)
4-6 1 step:7 1 28 86500 =28000 =10500 125000
7-8 3 10500+
(3X200)+
5-6 3 (3X800)+
25X1000
step:8 3 25 86500 (3X1500) 132500
4-6 3 =25000
=18000

Langkah: 8
Menerjang dalam kegiatan 7-8 dalam 3 minggu, kegiatan 5-6 dalam 3
minggu dan aktivitas 4-6 dalam 3 minggu. Hasil di atas diringkas dalam
tabel di bawah: Tabel di atas menunjukkan,
1. Durasi normal dari proyek ini adalah 41 Minggu dan biaya Rs.1, 27.500 /
-,
2. Durasi yang optimal dari proyek ini adalah 30 Minggu dan sesuai biaya
Rs.1,23,400 / -,

8
3. Durasi minimum dari proyek ini adalah 25 Minggu dan sesuai biaya
Rs.1,32,500 /.

1.5 Kesimpulan
Jaringan waktu ditunjukan dalam langkah-langkah di atas semua
kegiatan sepenuhnya dipercepat. Dengan demikian durasi minimum
proyek adalah 25 minggu, durasi maksismum (lengkap) pada jaringan
yang dipercepat dari 41 minggu menjadi 25 minggu. Kami melihat
bahwa semua kegiatan pada jalur kritis yang dapat dipercepat, mengingat
kondisi yang memungkinkan terjadi untuk melakukan percepatan pada
jaringan proyek.

9
BAB II
ULASAN

2.1 Apresiasi
Secara umum jurnal yang berjudul “Application of project scheduling and
Cost analysis Using PERT and CPM” cukup baik dalam menginformasikan hasil
penelitiannya, dimana penulis menjabarkan alur perhitungan dengan jelas
walaupun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan belum terperinci,
sehingga dalam proses pemahaman jurnal, pembaca perlu mencari dari infromasi
lain untuk dapat memahami isi jurnal tersebut. Pada pembahasan penulis dengan
jelas memberi perician mengenai aktivitas- aktivitas yang dilalui dalam kegiatan
proyek lengkap dengan waktu dan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan.
Informasi yang saya dapatkan dari jurnal ini adalah informasi mengenai
bagaimana metode CPM dan PERT dapat benar-benar memcahkan masalah
dalam manajemen proyek.
Dalam jurnal ini juga dijelaskan bahwa metode CPM dan PERT dapat
membantu perusahaan dalam penjadwalan proyek sehingga mendapatkan waktu
dan biaya yang optimum. Selain menjelaskan tentang metode CPM dan PERT,
dalam jurnal ini juga dijelaskan mengenai resiko yang diperoleh ketika melakukan
percepatan dalam manajemen proyek, resiko-resiko tersebut antara lain :
1. Keterlambatan dalam penyelesaian proyek sehingga proyek tidak dapat
selesai tepat waktu.
2. Ketepatan waktu dalam penyelesaian proyek sehingga menimbulkan
kepuasan pelanggan, namun akan menyebabkan biaya proyek yang lebih
tinggi.

2.2 Ulasan (Teoritis)


Jurnal berjudul “Application of project scheduling and Cost analysis
Using PERT and CPM” mengulas teori-teori seputar percepatan waktu proyek
seperti :
1. Manajemen Proyek
2. Percepatan Waktu

10
3. Hubungan Kegiatan dan Biaya
Dimana,
1. Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah alat yang digunakan oleh banyak
perusahaan untuk membantu meningkatkan kinerja dan daya saing.
Proyek dan eksekusi mereka, secara umum, membutuhkan sumber daya.
Sebuah aspek penting dari manajemen proyek adalah manajemen risiko.
Berbagai jenis risiko yang hadir dalam setiap proyek yang diberikan, tetapi
penekanan dari penelitian ini akan difokuskan pada jadwal / risiko waktu
dan biaya yang terkait. Risiko jadwal / waktu dasarnya menyiratkan tidak
menyelesaikan kegiatan proyek tepat waktu, sehingga terlambat
penyelesaian proyek. Akhir penyelesaian proyek umumnya memiliki efek
negatif bagi perusahaan tersebut sebagai biaya penalti dan ketidakpuasan
pelanggan.

2. Percepatan Waktu
Percepatan adalah teknik kompresi diterapkan dalam penjadwalan
proyek untuk mempersingkat proyek atau kegiatan durasi dengan
menjelajahi alternatif untuk menerapkan kompresi jadwal maksimum
dengan biaya setidaknya tambahan. Contoh percepatan adalah menambah
sumber daya untuk tugas-tugas jalur kritis. Manajer proyek sering
dihadapkan dengan harus mengurangi waktu penyelesaian yang
dijadwalkan proyek untuk memenuhi suatu batas waktu. Dengan kata lain,
manajer harus menyelesaikan proyek lebih cepat dari yang ditunjukkan
oleh analisis jaringan CPM / PERT. Percepatan proyek adalah metode
untuk memperpendek durasi proyek dengan mengurangi waktu satu (atau
lebih) dari kegiatan proyek penting untuk kurang dari waktu aktivitas
normal, pengurangan waktu aktivitas normal ini disebut sebagai
percepatan waktu proyek.

11
3. Hubungan Kegiatan dan Biaya
Mengingat kegiatan ini dalam isolasi dan tanpa mengacu pada
memproyeksikan batas waktu penyelesaian, manajer akan memilih durasi
yang menyiratkan biaya langsung minimum, disebut durasi normal. Pada
ekstrem yang lain, seorang manajer mungkin memilih untuk
menyelesaikan aktivitas di mungkin waktu minimum, disebut jatuh durasi,
tetapi dengan biaya maksimal. Hubungan linear ditunjukkan pada gambar
dibawah ini antara dua titik menyiratkan bahwa setiap durasi menengah
juga bisa menjadi terpilih. Ada kemungkinan bahwa beberapa titik antara
dapat mewakili ideal atau optimal trade-off antara waktu dan biaya untuk
kegiatan ini. Kemiringan garis yang menghubungkan titik normal (titik
yang lebih rendah) dan titik kecelakaan (titik atas) disebut biaya
kemiringan aktivitas. Kemiringan garis ini dapat dihitung secara
matematis dengan mengetahui koordinat titik-titik normal dan kecelakaan.
Kemiringan Biaya = Biaya Kecelakaan - Biaya / Durasi Yang Normal -
Durasi Kecelakaan

2.3 Kritik Terhadap Artikel


Dalam jurnal “Application of project scheduling and Cost analysis Using
PERT and CPM” dapat dikategorikan cukup baik, walaupun tata cara
penulisannya masih belum lengkap seperti tidak spesifiknya metode penelitian
yang digunakan dalam penulisan, kemudian dalam pembahasan tidak mengulas
keterkaitan antara teori, hasil penelitian dan hubungannya dengan proyek di

12
lapangan, jurnal ini juga tidak menyebutkan lokasi proyek penelitian yang
dilakukan sehingga pembaca tidak mendapatkan informasi yang jelas mengenai
tujuan penelitian tesebut dan hubungan penelitian tersebut dengan kondisi proyek
di lapangan secara nyata. Singkatnya beberapa kritik yang menjadi catatan untuk
penulis jurnal berjudul “Application of project scheduling and Cost analysis
Using PERT and CPM” adalah sebagai berikut :
1. Tujuan penulisan tidak dicantumkan dengan jelas sehingga pembaca
kesulitan menemukan apa yang menjadi topic permasalahan.
2. Bagian pendahuluan tidak dijelaskan gambaran keadaan proyek maupun
data-data pendukung lainnya melainkan penulis hanya mencantumkan teori-
teori, sehingga pembaca sulit memahami kondisi yang terjadi di lapangan.
3. Metode penelitian tidak diricikan melainkan hanya disebutkan jenis
metodenya, yakni CPM dan PERT.
4. Penulis tidak mencantumkan lokasi penelitian.
5. Pada hasil pembahasan, tidak ada analisa yang jelas mengenai hubungan
antar tujuan, teori, kondisi proyek, maupun manfaat hasil penelitian tersebut
dalam keadaan nyata yang berlangsung di proyek penelitian tersebut.
6. Penulis juga tidak mencantumkan alasan maupun langkah-langkah
pengambilan keputusan, penulis hanya merincikan hasil perhitungannya.
7. Bagian kesimpulan dalam jurnal ini juga kurang informatif karena tidak
dijelaskan hubungan hasil penelitian dengan saran bagi manajer proyek
dalam mengambil keputusan atas hasil penelitian yang telah dilakukan.
Kesimpulan pada jurnal ini juga tidak menjabarkan manfaat yang diperoleh
manajer proyek apabila mengambil keputusan melalui hasil penelitian
tersebut.

2.4 Studi Pendukung


Jurnal pembanding yang kami gunakan adalah jurnal teknik industri Vol.
12, No. 3, universitas Diponegoro, yang diterbitkan pada September 2017
berjudul “Perencanaan Manajemen Proyek Dalam Meningkatkan Efisiensi Dan
Efektifitas Sumber Daya Perusahaan (Studi Kasus : Qiscus Pte Ltd)” yang ditulis
oleh Ganesstri Padma Arianie dan Nia Budi Puspitasari. Jurnal ini menggunakan

13
manajemen proyek yang baik, untuk dapat melakukan estimasi waktu dan biaya
yang diperlukan dalam menjalankan proyek, sehingga dapat meminimasi
kerugian biaya akibat kemungkinan keterlambaran proyek. Tujuan dari jurnal
pembanding ini adalah menyusun aktivitas global proyek hayyan dalam bentuk
work breakdown structure, membuat perencanaan/ penjadwalan proyek dengan
cirital path method (CPM) dan program evaluation and review technique (PERT),
mengidentifikasi komponen biaya untuk proyek hayyan, menganalisis trade off
dari penggunaan biaya normal dan biaya crashing dalam menjalankan proyek
hayyan.
Persamaan jurnal utama dan jurnal pembandimg adalah memiliki tujuan
yang sama yakni memecahkan masalah manajemen proyek untuk menemukan
waktu dan biaya proyek yang optimal menggunakan metode CPM dan PERT.
Namun, jurnal pembanding memiliki struktur penulisan yang lebih baik dan
penjelesan yang lebih informative, baik dari segi pembahasan hingga kesimpulan
hasil penelitian pada proyek tersebut. Hasil penelitian kedua jurnal ini juga
menyatakan bahwa apabila perusahaan ingin mengadakan percepatan proyek,
maka biaya yang dikeluarkan perusahaan lebih besar daripada biaya normal ketika
kegiatan proyek dijalankan dengan estimasi waktu normal.
Jurnal pembanding berjudul “Perencanaan Manajemen Proyek Dalam
Meningkatkan Efisiensi Dan Efektifitas Sumber Daya Perusahaan (Studi Kasus :
Qiscus Pte Ltd)” melakukuan kegiatan penelitiannya di perusahaan jasa teknologi
yakni Qiscus Pte Ltd atau PT. Sinergitas Mandiri Infokom. Dalam upaya
mempertahankan kesetiaan pelanggan menggunakan jasa dari Qiscus Pte Ltd dan
untuk menghindari adanya peningkatan kerugian dari tahun-tahun sebelumnya,
maka perusahaan perlu selalu berupaya menyusun manajemen proyek yang baik.
Salah satu proyek yang dilakukan Qiscus Pte Ltd adalah proyek Hayyan, yaitu
proyek dalam pembuatan website. Berdasarkan perhitungan dari metode PERT,
maka diketahui probabilitas proyek dilaksanakan selama 38 hari adalah 50%.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa adanya 50% kemungkinan terjadinya
keterlambatan, karena jika perencanaan proyek sesuai dengan jumlah hari pada
lintasan kritis, itu berarti perusahaan tidak memberikan waktu toleransi
keterlambatan dalam menjalankan proyek di tengah banyaknya ketidakpastian

14
kondisi. Ketidakpastian dari perusahaan Qiscus Pte Ltd dapat bersumber dari
sistem operasi, sumber daya manusia, biaya, lingkungan, dan lain sebagainya.
Sedangkan ketidakpastian dari perusahaan Hayyan dapat terjadi seperti
penambahan permintaan fitur website atau lain sebagainya. Berdasarkan
perhitungan, maka diketahui sebesar 95,25% proyek Hayyan dapat diselesaikan
oleh Qiscus Pte Ltd yang menunjukkan bahwa adanya 2 hari lebih lambat
dibandingkan jumlah hari pada lintasan kritis sebagai toleransi realistis untuk
keterlambatan proyek yang dilakukan Qiscus Pte Ltd. Dalam melaksanakan
proyek Hayyan dapat dilakukan percepatan aktivitas proyek (Crashing) tetapi
dengan adanya trade off antara waktu dan biaya. Percepatan yang dapat dilakukan
dengan mengurangi jumlah aktivitas sebanyak 6 hari, yaitu pada aktivitas proyek
normal dilakukan selama 38 hari menjadi 32 hari.Percepatan tersebut dapat
dilakukan dengan cara menambah jumlah pekerja, yaitu seorang desainer dan
seorang programmer. Sehingga, total biaya crashing meningkat akibat adanya
penambahan biaya langsung. Trade off ini yang dapat disampaikan Qiscus Pte Ltd
pada client dimana client yang dapat menentukan untuk memilih pengerjaan
proyek yang lebih cepat dengan biaya yang lebih tinggi atau proyek yang lebih
lama dengan biaya yang lebih rendah.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah dalam menjalankan proyek Hayyan
oleh Qiscus Pte Ltd, terdapat 4 aspek kerja yaitu terkait dengan tahap
pengumpulan data & informasi dan perekrutan SDM (requirement), tahap
perancangan desain proyek (design), tahap pengembangan sistem (development),
dan tahap penjaminan kualitas (integration & test) yang membutuhkan 5 orang
pekerja dan dalam waktu selama 38 hari bedasarkan Critical Path. Probabilitas
aktivitas dilaksanaakan sesuai dengan jumlah hari pada critical path adalah 50%.
Terdapat probabilitas penundaan aktivitas sebesar 50%, yang artinya proyek
mungkin dilaksanakan lebih dari 38 hari. Percepatan pelaksanaan proyek Hayyan
(Crashing) menghasilkan suatu trade off bagi client terhadap biaya dan waktu
yang dibutuhkan. Dengan adanya crashing menimbulkan peningkatan biaya
menjadi Rp 50.325.996,- sedangkan total biaya proyek tanpa adanya crashing
sebesar Rp 47.525.996,-.

15
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil tinjauan kami, baik jurnal utama yang berjudul


“Application of project scheduling and Cost analysis Using PERT and CPM”
maupun jurnal pembanding yang berjudul “Perencanaan Manajemen Proyek
Dalam Meningkatkan Efisiensi Dan Efektifitas Sumber Daya Perusahaan (Studi
Kasus : Qiscus Pte Ltd)” memiliki tujuan yang sama yakni memecahkan masalah
manajemen proyek untuk menemukan waktu dan biaya proyek yang optimal
menggunakan metode CPM dan PERT. Namun, jurnal pembanding memiliki
struktur penulisan yang lebih baik dan penjelesan yang lebih informative, baik
dari segi pembahasan hingga kesimpulan hasil penelitian pada proyek tersebut.
Hasil penelitian kedua jurnal ini juga menyatakan bahwa apabila perusahaan ingin
mengadakan percepatan proyek, maka biaya yang dikeluarkan perusahaan lebih
besar daripada biaya normal ketika kegiatan proyek dijalankan dengan estimasi
waktu normal.

16
DAFTAR PUSTAKA

S.Shanmugasundaram, V.Mathan Kumar. 2015. “Application of project scheduling and


Cost analysis Using PERT and CPM. International Journal of in Multidisciplinary and
Academic Research (SSIJMAR) Vol. 4, No. 2, April 2015 (ISSN 2278 – 5973).

Ganesstri Padma Arianie, Nia Budi Puspitasari. 2017. “Perencanaan Manajemen Proyek
Dalam Meningkatkan Efisiensi Dan Efektifitas Sumber Daya Perusahaan (Studi Kasus :
Qiscus Pte Ltd)”. Jurnal Teknik Industri, Vol. 12, No. 3, September 2017.

Wijaya, Andi. Pengantar Riset Operasi Edisi 3, Mitra Wacana Media, Jakarta 2013

17

Anda mungkin juga menyukai