Anda di halaman 1dari 10

RESUME KEPERAWATAN PADA BAYI E

DENGAN IKTERIK NEONATUS DI RUANG PERINATAL


RSUD DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Disusun Oleh
DINA LINDA PRATIWI
I4B019042

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019
A. IDENTITAS
1. Tanggal pengkajian : 8 Desember 2019
2. Pukul : 09.00 WIB
3. Nama klien : Bayi E
4. Umur : 5 hari/ 0 tahun
5. Diagnosa Medis : Hiperbilirubin
B. DATA FOKUS
Data Subjektif
-
Data Objektif
- Hasil laboratoium menunjukkan kadar bilirubin indirek 16.68 (tinggi)
- Suhu 36,7 derajat celcius
- RR 43 kali/menit
- HR 133 kali/menit
- Bayi sering rewel
- Kulit pasien teraba hangat
- Kremer derajat II
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hiperbilirubinemia neonatus berhubungan dengan usia neonatus 1-7 hari
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NOC NIC Rasional
Setelah dilakukan 1. Kaji faktor risiko 1. Mengetahui penyebab
tindakan keperawatan riwayat dan mengurangi
selama 1x8 jam hiperbilirubin bayi risiko keparahan
diharapkan iketrik kejadian
pasien berkurang 2. Instruksikan kepada 2. Menambah informasi
bahkan menghilang. keluarga untuk dan pengetahuan
Indikator A T prosedur perawatan kepada keluarga
Warna kulit 2 5 fototerapi
Peningkatan 3 5 3. Lepas kassa setiap 4 3. Agar bagi dapat
suhu kulit
jam atau saat lampu kontak dengan orang
Keterangan:
off tuanya
1: deviasi berat dari
4. Monitor kondisi 4. Memantau kondisi
rentang normal
mata pasien dari mata pasien
2: substensial
edema, drainase, dan
3: deviasi cukup dari
warna
rentang normal
5. Monitor vital sign 5. Memantau keadaan
4: deviasi ringan dari
fisiologis pasien
rentang normal 6. Rubah posisi bayi 6. Mengurangi risiko
5: tidak ada deviasi setiap 4 jam kerusakan integritas
kulit
7. Dorong pemberian 7. Mempercepat
ASI penurunan kadar
bilirubin

E. IMPLEMENTASI
No. Hari/Tanggal Jam Implementasi Respon
1 Minggu, 8 08.00 1. Mengukur vital sign DS: -
Desember DO: suhu tubuh
2019 pasien 36,6 derajat
celcius, RR 43
kali/menit, HR 140
kali/menit, dan kulit
pasien teraba hangat
08.30 2. Memberikan ASI DS: -
dengan gelas 20 DO: ASI dalam gelas
mL 20ml telah habis
10.30 3. Merubah posisi DS: -
pasien DO: posisi pasien
lurus dengan kepala
menghadap ke atas,
sebelumnya kepala
pasien menghadap ke
kiri.
11.00 4. Memberikan ASI DS: -
dengan gelas 20 DO: ASI dalam gelas
mL 20ml telah habis
11.30 5. Mengukur vital DS: -
sign pasien DO: suhu tubuh
pasien 37.0 derajat
celcius, RR 38
kali/menit, HR 152
kali/menit.
12.00 6. Merapikan tempat DS: -
tidur pasien DO: tempat tidur
pasien terlihat rapi
13.00 7. Mengganti pakaian DS: -
pasien dan DO: pasien tidak
mengecek mata BAB dan hanya
pasien BAK, kedua mata
pasien bersih tidak
ada kotoran
13.20 8. Melanjutkan DS: -
penyinaran DO: pasien kembali
dilakukan penyinaran
hari ke 3

F. EVALUASI
No. Hari/Tanggal Jam Evaluasi
1. Minggu, 8 13.45 DS:
Desember DO:
2019 - Pasien tampak tidur
- Suhu pasien 37.0 derajat celcius
- RR 47 kali/menit
- HR 146 kali/menit
- Tidak ada kerusakan pada kedua mata
pasien
- Warna kulit pasien sudah kecoklatan
A: masalah keperawatan hiperbilirubinemia
neonatus dapat teratasi sebagian dengan
indikator:
Indikator Awal Target Saat ini
Warna kulit 2 5 3
Peningkatan 3 5 4
suhu kulit

P:
Observasi tanda-tanda vital pasien dan
pemberian terapi dilanjutkan.

G. EVIDANCE BASED
ANALISIS TINDAKAN FOTOTERAPI

Tindakan yang dilakukan sebagai salah satu bentuk


penatalaksanaan pasien dengan kadar bilirubin yang tinggi (hiperbilirubin)
adalah dengan fototerapi. Fototerapi merupakan prosedur standar dalam
penatalaksanaan hiperbilirubinemia di rumah sakit yang bertujuan untuk
mencegah agar kadar bilirubin indirek dalam darah tidak mencapai kadar
yang neurotoksik Gomella (2009). Tujuan fototerapi adalah mengonversi
bilirubin menjadi photoisomers kuning dan produk oksidasi tidak berwarna
yang kurang lipofilik dari bilirubin dan tidak memerlukan konjugasi hepar
untuk ekskresi. Photoisomers diekskresikan terutama dalam empedu dan
produk oksidasi terutama di urin melalui proses fotoisomerisasi dan
isomerisasi structural (Deorari 2002; Porter 2002; AAP 2004). Keefektifan
tindakan fototerapi dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dewi, dkk (2016) dengan hasil bahwa terdapat penurunan kadar bilirubin
pada sebanyak 44 bayi hiperbilirubinemia dengan usia kehamilan ≥35
minggu. Lamanya waktu penyinaran bergantung pada tingkat
keabnornormalan kadar bilirubin dalam tubuh. Setiap tindakan memiliki
efek samping yang berbeda-beda. Fototerapi diberikan secara
berkelanjutan dan hanya dihentikan saat bayi menyusu atau dimandikan.
Saat fototerapi bayi telanjang, hanya digunakan penutup mata berwarna
putih dan popok (Dewi, dkk 2016). Efek samping jangka pendek pada
pemberian fototerapi adalah gangguan keseimbangan suhu (hipertermi),
kehilangan cairan (dehidrasi), gangguan kalsium (hipokalsemi), diare, dan
eritema pada kulit (Xiaong, dkk 2011).

H. Daftar pustaka

American Academic of Pediatrics. Management of hyperbilirubinemia in


the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Clinical Practice
Guideline 2004;114:297-316.
Deorari A, Agarwal R. Unconjugated hyperbilirubinemia in newborns:
current perspective. Indian Pediatrics 2002;39:30-42.
Dewi, dkk. 2016, Efektivitas Fototerapi Terhadap Penurunan Kadar
Bilirubin Total pada Hiperbilirubinemia Neonatal di RSUP Sanglah.
Denpasar: Sanglah
Gomella TL. Hyperbilirubinemia indirect (unconjugated
hyperbilirubinemia). Dalam: Management, procedure, on-call, disease
and drug. Seventh edition. Lange; 2009.h.498-510
Porter ML, Dennis BL. Hyperbilirubinemia in the newborn. Am Fam
Physician 2002;65:599-606.
Xiaong T, Cambier S, Mu D. The side effects of phototherapy for neonatal
jaundice : what do we know ? What should we do ?. Eur J Pediatr
2011;170:1247-55.
RESUME KEPERAWATAN PADA BAYI E
DENGAN BBLR DI RUANG PERINATAL RSUD DR. R. GOETENG
TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Disusun Oleh
DINA LINDA PRATIWI
I4B019042

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019
A. IDENTITAS
1. Tanggal pengkajian : 6 Desember 2019
2. Pukul : 10.00 WIB
3. Nama klien : Bayi E
4. Umur : 4 hari/0 tahun
5. Diagnosa Medis : BBLR
B. DATA FOKUS
Data Subjektif
-
Data Objektif
- Bayi dengan berat badan rendah (1765 gram)
- Suhu 36,3 derajat celcius
- RR 48 kali/menit
- HR 127 kali/menit
- Akral teraba dingin
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hipotermia berhubungan dengan kurang suplai lemak subkutan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NOC NIC Rasional
Setelah dilakukan Regulasi temperature
tindakan keperawatan
1. Monitor suhu 1. Memantau perubahan
selama 1x8 jam,
diharapkan suhu tubuh minimal tiap 2 jam perburukan/perbaikan
dalam batas normal
fisiologis pasien
dengan kriteria hasil:
Indikator A T 2. Monitor warna 2. Memantau perubahan
Suhu 3 5
kulit perburukan/perbaikan
tubuh
tidak fisiologis pasien
stabil 3. Monitor HR dan 3. Memantau perubahan
hipotermia 3 5
Keterangan: RR perburukan/perbaikan
1= Berat fisiologis pasien
2 = Cukup berat
3 = Sedang 4. Diskusikan tentang 4. Mencegah perburukan
4 = Ringan pentingnya keadaan suhu tubuh
5 = Tidak ada
pengaturan suhu
dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan

E. IMPLEMENTASI
No. Hari/Tanggal Jam Implementasi Respon
1. Jumat, 6 10.00 Mengukur suhu pasien DS: -
Desember
DO: suhu pasien
2019
36,2 derajat
celcius
10.30 Mengobservasi warna DS: -
kulit DO: kulit teraba
dingin dan
sedikit tampak
sianosis
Mengukur suhu pasien DS: -
11.20
DO: suhu pasien
35,9 derajat
celcius
Melakukan Nesting DS: -
13.00
DO: bayi tampak
tenang dan
nyaman
13.20
Mengukur suhu pasien DS: -
DO: Suhu tubuh
pasien 36,8
derajat celcius
dalam inkubator
F. EVALUASI
No. Hari/Tanggal Jam Evaluasi
1. Jumat, 6 13.45 S: -
Desember
2019 O: suhu tubuh pasien 36,6 derajat celcius.
Pasien tampak tenang dan nyaman

A: masalah teratasi dengan indikator:

Indikator A T Saat
ini
Suhu 3 5 5
tubuh
tidak
stabil
hipotermia 3 5 5

P: Monitor vital sign

G. EVIDANCE BASED

Nesting adalah suatu alat yang digunakan diruang


NICU/Perinatologi yang terbuat dari bahan phlanyl dengan panjang sekitar
121 cm-132 cm, dapat disesuaikan dengan panjang badan bayi yang
diberikan pada bayi prematur atau BBLR. Nesting ditujukan untuk
meminimalkan pergerakan pada neonatus sebagai salah satu bentuk
konservasi energi merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan
(Bayuningsih, 2011).

Menurut Priya dan Bijlani (2005, dalam Bayuningsih, 2011),


manfaat penggunaan nesting pada neonatus adalah:

a. Memfasilitasi perkembangan neonatus


b. Memfasilitasi pola posisi hand to hand dan hand to mouth pada
neonatus sehingga posisi fleksi tetap terjaga
c. Meminimalisasi kecatatan akibat salah posisi bayi
d. Mencegah komplikasi yang disebabkan pengaruh posisi akibat
gravitasi
e. Mendorong perkembangan normal neonatus
f. Mempercepat masa rawat neonatus

H. DAFTAR PUSTAKA

Bayuningsih, R. (2011). Efektivitas penggunaan nesting dan posisi prone


terhadap saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada bayi prematur
di rumah sakit umum daerah (rsud) kota bekasi. Depok: Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai