Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

HUKUM ADMINISTARSI NEGARA

Tentang

Wewenang

Disusun Oleh Kelompok 6 :

ARINALDO : 1813030138

ADRIAN AKMAL FAHROZI : 1813030055

AYU MELIANA PUTRI : 1813030139

JENI GUSSAPUTRA : 1813030132

MARISA INDRIANI : 1813030130

WINDA ANGGRAINI : 1813030105

Dosen Pengampu:

Supardi, S.Ag., M.H.

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

2019 M/1441 H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat dan rahmat-Nya maka tersusunlah makalah ini. Makalah ini

disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Hukum Administrasi Negara. Tidak lupa

kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi pihak-pihak yang

mendukung tersusunnya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh

karena itu Kami sangat mengharapkan dan berterimakasih apabila anda memberikan

kritik dan saran atas makalah ini, sehingga hal tersebut dapat memotivasi saya agar

dapat berkarya dengan lebih baik lagi.

Padang, 29 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2

BAB II ........................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Pengertian Wewenang ........................................................................................ 3

B. Sumber Wewenang ............................................................................................ 8

C. Macam-macan dan Bentuk Wewenang ............................................................ 10

D. Tindakan Tanpa Wewenang ............................................................................. 12

E. Penyalahgunaan Wewenang............................................................................. 14

Bab III ......................................................................................................................... 22

Penutup........................................................................................................................ 22

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 22

B. Saran ................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ilmu sosiologi, kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting

dalam kehidupan masyarakat, dimana pemimpin selalu ada dalam berbagai kelompok

baik kelompok besar seperti pemerintahan maupun kelompok kecil seperti kelompok

RT sampai kelompok ibu-ibu arisan.

Dari sekelompok individu dipilih salah satu yang mempunyai kelebihan di

antara individu yang lain, dari hasil kesepakatan bersama, maka munculah seorang

yang memimpin dan di sebut sebagai pemimpin. Kepemimpinan adalah perilaku

seseorang individu ketika ia mengarahkan aktivitas sebuah kelompok menuju suatu

tujuan bersama (hemphill dan Coons, 1957:7).

Dari kepemimpinan itu, maka munculah kekuasaan. kekuasaan adalah

kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya di dalam suatu hubungan

social yang ada termasuk dengan kekuatan atau tanpa mengiraukan landasan yang

menjadi pijakan kemungkinan itu.

Seorang pemimpin mempunyai kekuasaan untuk mengatur dan mengarahkan

anggota-anggotanya. Selain itu, pemimpin juga mempunyai wewenanga untuk

memerintah anggotanya. Wewenang merupaka hak jabatan yang sah untuk

memerintahkan orang lain bertindak dan untuk memaksa pelaksanaannya. Dengan

1
wewenang, seseorang dapat mempengaruhi aktifitas atau tingkah laku perorangan dan

grup.

Maka kepemimpinan tidak akan pernah lepas dari kekuasaan dan kewenangan

untuk mengatur anggota-anggotanya. Dari makalah ini, penulis ingin menjelaskan

bagaimana hakikat kepemimpinan, kekeuasaan, dan kewenangan yang sebenarnya

karena dilihat masih banyaknya orang yang menjadi pemimpin namun menyalah

gunakan kekuasaannya dan kewenangannya

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan wewenang?

2. Apa saja sumber-sumber wewenang?

3. Apa saja macam dan bentuk wewenang?

4. Bagaimana tindakan tanpa wewenang?

5. Bagaimana yang dimaksud penyalahgunaan wewenang?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan wewenang.

2. Menjelasakan sumber-sumber wewenang.

3. Menjelasakan apa saja bentuk dan macam wewenang.

4. Menjelasakan bagaimana tindakan tanpa wewenang.

5. Menjelasakan bagaimana tindakan tanpa wewenang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wewenang

Wewenang adalah bagian penting dari hukum administrasi. Indroharto

mengatakan bahwa wewenang merupakan pengertian pokok hukum tata negara dan

hukum tata usaha negara. Wewenang oleh Indroharto diartikan sebagai suatu

kemampuan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk

menimbulkan akibat-akibat hukum yang sah. Stroink mengartikan wewenang sebagai

kemampuan yuridis dari seseorang.

Rene Seerden dan Frist Stroink menyatakan bahwa ciri utama dari wewenang

adalah bahwa wewenang melaksanakan secara sepihak menimbulkan akibat berlaku

untuk semua orang. Hal ini yang membedakan dari hubungan privat, dimana dua

belah pihak atau lebih menciptakan kewajiban berdasarkan suatu kesepakatan. 1

Selanjutnya, Bradley dan Ewing menyatakan bahwa dalam hukum

administrasi wewenang memiliki dua pengertian yang tidak selalu dibedakan yaitu:

1. Kemampuan untuk melakukan tindakan dengan cara-cara tertentu(misalnya,

wewenang untuk menyediakan layanan perpustakaan atau membeli tanah, atas

dasar suatu kesepakatan untuk kepentingan rekreasi publik).

2. Wewenang untuk membatasi atau mengambil hak orang lain(misalnya, untuk

mengatur perdagangan mobil atau membeli tanah untuk tujuan kepentingan

umum, meskipun pemilik tanah tidak ingin menjual tanahnya).


1
A’an effendi dan Freddy Poernomo, Hukum Administrasi, (Jakarta: Sinar grafika, 2017), hlm. 107.

3
Menurut Peter Cane, wewenang memiliki tiga pengertian sebagai berikut:

1. Bahwa badan pemerintahan memiliki kewenangan(hukum) untuk melakukan X,

maka berarti bahwa badan pemerintahan tersebut(secara hukum) berhak untuk

melakukannya.

2. Perlu dibedakan antara kewenangan hukum dan apa yang disebut kewenangan de

facto.

3. Pengertian ketiga dari wewenang adalah diskresi. Diskresi adalah konsep yang

rumit tetapi dapat dikatakan bahwa pokok atau intisari dari diskresi adalah

pilihan.2

Menurut Prajudi Admosudirjo, terdapat perbedaan antara kewenangan dan

wewenang walaupun dalam praktik perbedaannya tidak selalu dirasakan perlu.

Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasaal

dari kekuasaan legislatif (diberi oleh undang-undang) atau diberi kekuasaan eksekutif

dan administratif. Kewenangan (yang biasanya terdiri atas beberapa wewenang

adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap

suatu bidang pemerintahan atau bidang urusan), Sedengkan wewenang hanya

mengenai sesuatu onderdil saja. Didalam kewenangan terdapat wewenang, wewenang

adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak hukum publik misalnya wewenang

menandatangani/menerbitkan surat izin dari seorang pejabat atas nama menteri,

2
Ibid, hlm. 108-109.

4
sedangkan kewenangan tetap berada ditangan menteri(delegasi wewenang). Dengan

demikian menurut Prajudi bahwa kewenangan lebih luas dari pada wewenang.

Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan membedakan wewenang terhadap kewenangan.

“Wewenang adalah hak yang dimiliki oleh badan dan pejabat pemerintahan

atau penyelenggaraan lainnya untuk mengambil keputusan atau tindakan dalam

penyelenggaraan pemerintahan (Pasal 1 angka 5). Kewenangan pemerintahan yang

selanjutnya disebut kewenangan adalah kekuasaan badan dan pejabat pemerintahan

atau penyelenggaraan negara lainnya untuk bertindak dalam ranah hukum

publik(Pasaal 1 angka 6).”

Dengan demikian, dalam perspektif Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2014 tentang Administrasi Pemerintahan, kewenangan lebih luas dari wewenang.

Kewenangan adalah kekuasaan yang berarti didalamnya ada hak dan kewajiban

sementara wewenang adalah hak.3

Begitu pentingnya kedudukan wewenang sehingga F.A.M Stroik dan J.G

Steenbeek menyatakan: “Het begrip bevoegheid in dan ook een kembergrip in het

staats-en administratief recht”. Yang bermakna wewenang merupakan konsep inti

dari hukum tata negara dan hukum administrasi.

Istialah wewenang disejajarkan dengan “Authory” dalam bahasa Inggris dan

“bevoegheid” dalam bahasa Belanda. Authory dalam Black’s law dictionary

3
Ibid, hlm. 111.

5
diartikan sebagai legal power, a right to command or to act; teh right and power of

public officers to require obedience to their orders lawfully isued in scope of their

public duties. Yang artinya kewenangan atau wewenang adalah kekuasaan hukum,

hak untuk memerintah atau bertindak, hak atau kekuasaan pejabat publik untuk

memaruhi aturan hukum dan lingkup melaksanakan kewajiban publik.4

Wewenang sebagai konsep hukum publik sekurang-kurangnya terdiri dari tiga

komponen, yaitu pengaruh, dasar hukum, dan komformitas hukum. Komponen-

komponen ini bertujuan agar pejabat negara tdak menggunakan wewenang diluar

tujuan yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan, mempunyai dasar

hukum dalam bertindak, dan mempunyai tolak ukur pada legalitas tindakan. Philipus

M. Hadjon menyatakan untuk memudahakan memberikan pemahaman tentang

kekuasaan bebas atau diskresi dengan cara melihat ruang lingkupnya. Meliputi:

1. Kewenangan untuk memutuskan sendiri

2. Kewenangan interprestasi terhadap norma-norma tersamar (vage normen),

Perihal kewenangan tidak terlepas dari hukum tata negara dan hukum

administrasi negara, kedua hukum ini yang mengatur tentang kewenangan. Hukum

tata negara bekaitan dengan susunan negara atau organ dari negara (staat,

inrichtingrecht, organisatierecht) dan posisi warga negara yang berkaitan dengan hak-

4
Abdul Latif, Hukum Administrasi Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta: Rajawali Pers),
hal. 6.

6
hak (grondrechten). Dalam organ atas susunan kekuasaan negara diatur mengenai:

bentuk negara, bentuk pemerinth, dan pembagian kekuasaan dalam negara.

Pembagian kekuasaan dalam negara secara horizontal meliputi: kekuasaan

legislatif, eksekutif dan yudikatif, dan vertikal terdiri dari pemerintahan pusat dan

daerah. Telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, mengenai pembagian kekuasaan.

Pasal 4 ayat (1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan

pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. (2) Dalam melakukan kewajibannya

presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden.

Pasal 5 ayat (1) presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang

kepada Dewan Perwakilan Rakyat. (2) presiden menetapkan peraturan pemerintah

untuk menjalankan undang-undang sebagaiman mestinya.

Pasal 17 ayat (1) presiden dibantu oleh menteri-menteri negara. (2) menteri-

menteri itu diangkat dan diberhentiak oleh presiden. (3) setiap menteri membidangi

urusan tertentu dalm pemerintahan. (4) pembentukan, pengubahan, dan pembubaran

kemententrian negara diatur dalam undang-undang.5

Pasal 18 ayat (1) Negara Kesatuan Republlik Indonesia dibagi atas daerah-

daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang

5
Ibid, hlm. 7.

7
mempunyai pemerintahan daerah provinsi, daerh kabupaten, dan kota mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.6

B. Sumber Wewenang

Badan pemerintahan memiliki wewenang yang melekat padanya. Setiap badan

pemerintahan memiliki wewenang hanya dapat dilaksanakan undang-undang atau

konstitusi. Pelaksaan wewenang hanya dapat dilaksanakan oleh badan pemerintahan

harus diberikan dengan bahasa yang jelas dan tidak diragukan karena tidak ada

wewenang yang ragu-ragu, dan pemberian wewenang tunduk pada interpretasi yang

ketat.

Menurut Rene Seerden dan Frits Stroink, wewenang dapat diperoleh secara

atribusi (attribution) atau delegasi (delegation). Pengetian atribusi dan delegasi

sendiri dijelaskan oleh mereka, dimana atribusi berarti memberikan kewenangan asli,

sementara delegasi berarti bahwa organ yang telah diberikan kewenangan asli

tersebut oleh ketentuan undang-undang diberikan kewenangan untuk memindahkan

atau mendelegasikan semua atu sebagian kewenangannya kepada orang lain. Oleh

karena itu, pada delegasi dipersyaratkan adanya dasar hukum dalam ketentuan

undang-undang.

Atribusi berasal dari kata latin ’tribuere’ yang berarti to give atau distribute.

Jadi. Sementara itu delegasi atribusi adalah wewenang yang diberikan yaitu diberikan

oleh undang-undang dasar atau undang-udnang kepada satu jabatan dari kata

6
Ibid, hlm. 9.

8
latin’delegatio’ yang berarti substitution. Jadi delegasi berarti penggantian. Delegasi

adalah peralihan wewenang dari satu badan pemerintahan ke badan pemerintahan

lainnya. Jadi dalam delegasi terjadi penggantian pemilik wewenang dari pemberi

delegasi atau delegator kepada penerima delegasi.7

Berkaitan dengan atribusi, delegasi dan mandat kini diatur dalam Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. Pasal 1 angka 22

UU No 30 Thn 2014dikatakan atribusi adalah pemberian kewenangan kepada badan

dan atau pejabat pemerintahan oleh undang-undang dasar negara republic Indonesia

tahun 1945 atau Undang-Undang. Delgasi menurut Pasal 1 angka 23 UU No 30 Thn

2014 adalah pelimpahan kewenangan dari badan dan atau pejabat pemerintahan yang

lebih tinggi kepada badan atau pejabat pemerintahan yang lebih rendah dengan

tanggung jawab dan tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi.

Selanutnya, dalam Pasal 1 angka 24 UU No 30 thn 2014, mandat dimaknai sebagai

pelimpahan kewenangan dari badan atau pejabat pemerintahan yang lebih tinggi

kepada badan atau pejabat pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab

dan tanggung gugat yang tetap berada pada pemberi mandat.

Mengenai delegasi, norma yang ditentukan dalam UU No 30 Thn 2014

berpendirian bahwa pendelegasian kewenangan ditetapkan berdasarkan peraturan

perundang-undangan dalam hal ketentuan peraturan perundang-undangan

menentukan lain badan atau pejabat pemerintahan yang memperoleh wewenang

dalam delagasi tersebut dapat mensubdelegasikan tindakan kepada badan dan atau

7
Ibid, hlm.112-113.

9
pejabat badan pemerintahan lain dengan ketentuan, a. dituangkan dalam bentuk

peraturan sebelum wewenang dilaksanakan, b. dilakukan dalam lingkungan

pemerintahan itu sendiri dan c. paling banyak diberikan kepada badan atau pejabat

pemerintah diatas satu tingkatnya. Dalam hal pelaksaan wewenang berdasakan

delegasai menimbulkan ketidakefektifan penyelenggaraan pemerintahan, badan dan

atau pejabat pemerintahan yang memberikan pendelegasian kewenangan dapat

menarik kembali wewenang yang telah didelegasikan.

C. Macam-macan dan Bentuk Wewenang

1. Wewenang terikat

Pemberian wewenang oleh peraturan perundang-undangan kepada badan atau

pejabat pemerintahan dapat menggunakan rumusan dengan mandatory tentu,yaitu

terminology yang bersifat memerintah, misalnya: harus atau wajib .terminologi yang

membolehkan seperti dapat atau dimana pembuatan keputusan harus

mempertimbangakan secara layak.wewenang yang disebut pertama adalah

wewengang terikat dimana badan atau pejabat pemerintahan hanya melaksanakan

atau tidak melaksanakan apa yang dikehendaki oleh undang undang dan tidak ada

ruang memilih atau menafsirkannya.

Dalam hukum administrasi perancis wewenang terikat competence

liect yang secara harfiyah berarti bound authority yaitu wewenang yang didalamnya

tidak ada ruang untuk memilih sama sekali.wewenang terikat adalah wewenang yang

10
didalamnya tidak ada ruang memilih sama sekali contoh klasik wewenang sebagai

berikut :

“jika warga negara menagjukan permohonan izin berburu,setelah permohonan

lulus ujian maka ia berhak untuk mendapatkan izin yang dimohonkannya itu dan

memenuhi persyaratan yang diwajibkan. Menurut hukum badan atau pejabat

pemerintahan terikat untuk menerbitkan izin dan tidak ada pilihan untuk melakukan

sebaliknya,hakim akan melakukan pengujian penuh atas pemberian keputusan jika

terjadi penolakan atas permohonan tersebut”.

Berdasarkan peraturan perundang undangan di inodnesia wewenang

terikat mislanya terdapat pada pasal 37 ayat 1 UU no. 32 tahun 2009 tentang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang menetapkan.yang isinya

“mentri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai deengan kewenangannya wajib

menolak permohonan izin lingkungan apa bila permohonan izin tidak dilengkapi

dengan amdal atau UKL-UPL”

Berdasarkan pasal 37 ayat 1 UU no. 32 tahun 2009 diatas mentri, gubernur,

atau bupati/walikota sesuai deengan kewenangannya wajib menolak permohonan izin

lingkungan apa bila permohonan izin tidak dilengkapi dengan amdal atau UKL-

UPLtidak ada ruang untuk memilih dan menafsirkan lain.8

2. Wewenang garis (Line authority)

Wewenang garis adalah kekuasaan, hak dan tanggung jawab langsung berada

pada seseorang atas tercapainya tujuan. Ia berwewenang mengambil keputusan dan

8
Undang-Undang no. 32 tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup

11
berkuasa, berhak serta bertanggung jawab langsung untuk merealisasi keputusan

tersebut. Disimbolkan dengan garis

3. Wewenang staff (Staff authority),

Wewenang staff adalah kekuasaan dan hak, hanya untuk memeberikan data,

informasi dan saran-saran saja untuk membantu lini, supaya bekerja efektif dalam

mencapai tujuan. Seseorang yang mempunyai wewenang staf, tidak berhak

mengambil keputusan dan merealisasikan keputusan serta tidak bertanggung jawab

langsung atas tercapainya tujuan. Tegasnya pemegang wewenang staf hanya

merupakan pembantu lini untuk menyediakan data, informasi, dan saran-saran

dipakai tidaknya tergantung manajer lini. Disimbolkan dengan garis terputus-putus

4. Wewenang Fungsional (Functional authority)

Wewenang Fungsional kekuasaan seorang manajer adalah karena proses-

proses, praktek-praktek, kebijakan-kebijakan tertentu atau soal-soal lain yang

berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan oleh pegawai-pegawai lain

dalam bagian-bagian lain pula. Disimbolkan dengan garis terputus-putus dan titik-

titik

5. Wewenang wibawa

kewibawaan seseorang adalah karena kecakapan, perilaku, ketangkasan, dan

kemampuan, sehingga ia disegani.

D. Tindakan Tanpa Wewenang

1. Menyimpang dari tujuan atau maksud dari suatu pemberian kewenangan.

12
Setiap pemberian kewenangan kepada suatu badan atau kepada pejabat

administrasi negara selalu disertai dengan “tujuan dan maksud” atas diberikannya

kewenangan tersebut, sehingga penerapan kewenangan tersebut harus sesuai dengan

“tujuan dan maksud” diberikannya kewenangan tersebut. Dalam hal penggunaan

kewenangan oleh suatu badan atau pejabat administrasi negara tersebut tidak sesuai

dengan “tujuan dan maksud” dari pemberian kewenangan, maka pejabat administrasi

Negara tersebut telah melakukan penyalahgunaan kewenangan.

2. Menyimpang dari tujuan atau maksud dalam kaitannya dengan asas legalitas.

Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan dasar

dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam sisitem hukum

kontinental. Pada negara demokrasi tindakan pemerintah harus mendapatkan

legitimasi dari rakyat yang secara formal tertuang dalam undang-undang.

3. Menyimpang dari tujuan atau maksud dalam kaitannya dengan asas-asas

umum pemerintahan yang baik.9

Asas-Asas Umum penyelenggaraan negara dalam Pasal 3 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme meliputi, a. Asas kepastian hukum; b. Asas tertib

9
Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolak Ukur Peradilan Administrasi di Indonesia. Alumni,
Bandung, 1985, hlm. 220.

13
penyelenggaraan Negara; c. Asas kepentingan umum; d. Asas keterbukaan; e. Asas

proposionalitas; f. Asas profesionalitas; dan g. Asas akuntabilitas.

Penyalahgunaan kewenangan sangat erat kaitan dengan terdapatnya ketidaksahan

(cacat hukum) dari suatu keputusan dan atau tindakan pemerintah/penyelenggara

negara. Cacat hukum keputusan dan atau tindakan pemerintah/penyelenggara negara

pada umumnya menyangkut tiga unsur utama, yaitu unsur kewenangan, unsur

prosedur dan unsur substansi, dengan demikian cacat hukum tindakan penyelenggara

negara dapat diklasifikasikan dalam tiga macam, yakni: cacat wewenang, cacat

prosedur dan cacat substansi. Ketiga hal tersebutlah yang menjadi hakekat timbulnya

penyalahgunaan kewenangan.

E. Penyalahgunaan Wewenang

Terkait tindak pidana penyalahgunaan wewenang jabatan ini, dimuat dalam

pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001, “Bahwa setiap

orang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,

menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena

jabatan atau kedudukan dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat satu

14
tahun dan paling lama dua puluh tahun dan atau denda paling sedikit Rp

50.000.000,00 dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00.”10

Pengertian mengenai penyalahgunaan kewenangan dalam hukum administrasi dapat

diartikan dalam 3 (tiga) wujud, yaitu:

1. Penyalahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan yang

bertentangan dengan kepentingan umum atau untuk menguntungkan

kepentingan pribadi, kelompok atau golongan;

2. Penyalahgunaan kewenangan dalam arti bahwa tindakan pejabat tersebut

adalah benar ditujukan untuk kepentingan umum, tetapi menyimpang dari

tujuan kewenangan yang diberikan oleh undang-undang atau peraturan-

peraturan lainnya;

3. Penyalahgunaan kewenangan dalam arti menyalahgunakan prosedur yang

seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi telah

menggunakan prosedur lain agar terlaksana.11

Pada dasarnya, penyalahgunaan kewenangan mempunyai karakter atau ciri

sebagai berikut:

1. Menyimpang dari tujuan atau maksud dari suatu pemberian kewenangan.

10
Ibid, hlm. 223.
11
https://id.wiktionary.org/wiki/melampaui_wewenang

15
Setiap pemberian kewenangan kepada suatu badan atau kepada pejabat

administrasi negara selalu disertai dengan “tujuan dan maksud” atas diberikannya

kewenangan tersebut, sehingga penerapan kewenangan tersebut harus sesuai dengan

“tujuan dan maksud” diberikannya kewenangan tersebut. Dalam hal penggunaan

kewenangan oleh suatu badan atau pejabat administrasi negara tersebut tidak sesuai

dengan “tujuan dan maksud” dari pemberian kewenangan, maka pejabat administrasi

Negara tersebut telah melakukan penyalahgunaan kewenangan.12

2. Menyimpang dari tujuan atau maksud dalam kaitannya dengan asas legalitas.

Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan dasar

dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam sisitem hukum

kontinental. Pada negara demokrasi tindakan pemerintah harus mendapatkan

legitimasi dari rakyat yang secara formal tertuang dalam undang-undang.

3. Menyimpang dari tujuan atau maksud dalam kaitannya dengan asas-asas

umum pemerintahan yang baik.

Asas-Asas Umum penyelenggaraan negara dalam Pasal 3 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme meliputi, a. Asas kepastian hukum; b. Asas tertib

penyelenggaraan Negara; c. Asas kepentingan umum; d. Asas keterbukaan; e. Asas

proposionalitas; f. Asas profesionalitas; dan g. Asas akuntabilitas.


12
Loc, cit.

16
Penyalahgunaan kewenangan sangat erat kaitan dengan terdapatnya

ketidaksahan (cacat hukum) dari suatu keputusan dan atau tindakan

pemerintah/penyelenggara negara. Cacat hukum keputusan dan atau tindakan

pemerintah/penyelenggara negara pada umumnya menyangkut tiga unsur utama,

yaitu unsur kewenangan, unsur prosedur dan unsur substansi, dengan demikian cacat

hukum tindakan penyelenggara negara dapat diklasifikasikan dalam tiga macam,

yakni: cacat wewenang, cacat prosedur dan cacat substansi. Ketiga hal tersebutlah

yang menjadi hakekat timbulnya penyalahgunaan kewenangan.

Dasar pengujian ada atau tidaknya penyalahgunaan ini adalah peraturan dasar

(legalitas) sebagai hukum positif tertulis yang melatar belakangi ada atau tidaknya

kewenangan saat mengeluarkan suatu keputusan, artinya ukuran atau kriteria ada atau

tidaknya unsur “menyalahgunakan kewenangan” haruslah berpijak pada peraturan

dasar mengenai tugas, kedudukan, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja.

Penyalahgunaan kewenangan yang diatur dalam Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun

1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001 bukanlah satu-satunya bentuk penyalahgunaan

kewenangan. Selain penyalahgunaan kewenangan dalam Pasal 3 UU Nomor 31

Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tersebut, terdapat tiga bentuk

penyalahgunaan lainnya yaitu tindak pidana penyuapan kepada aparatur negara,

tindak pidana gratifikasi kepada aparatur negara dan tindak pidana pemerasan oleh

pejabat/aparatur negara. Ketiga bentuk tindak pidana korupsi tersebut masing-masing

17
diatur dalam pasal tersendiri dalam UU Nomor 31 Tahun 1999 jo UU Nomor 20

Tahun 2001.13

Untuk tindak pidana korupsi suap ini, diatur dalam Pasal 5 dengan ancaman

pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau

pidana denda paling sedikit Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan paling

banyak Rp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah), baik terhadap pemberi

suap maupun terhadap penerima suap.

Gratifikasi diatur dalam Pasal 12B, Gratifikasi yang nilainya

Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi

tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi, sedangkan yang

nilainya kurang dari Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa

gratifikasi tersebut dilakukan oleh penuntut umum.

Ancaman pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang

menerima gratifikasi berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan

kewajiban atau tugasnya adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara

paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).14

13
Https://iainptk.ac.id/tiga-wujud-penyalahgunaan-wewenang-dalam-hukum-administrasi
14
Https://iainptk.ac.id/tiga -wujud-penyalahgunaan-wewenang-dalam-hukum-administrasi

18
Pada hakekatnya, gratifikasi adalah pemberian kepada pegawai

negeri/penyelenggara negara dan bukan merupakan suap. Gratifikasi merupakan suap

apabila diberikan oleh si pemberi gratifikasi berhubungan dengan jabatan dan yang

berlawanan dengan kewajiban atau tugas si penerima gratifikasi sebagai pegawai

negeri.

Perbedaan prinsip antara ketiga bentuk penyalahgunaan kewenangan tersebut

diatas dengan penyalahgunaan kewenangan dalam Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999

jo UU Nomor 20 Tahun 2001 adalah bahwa terjadinya ketiga bentuk penyalahgunaan

kewenangan tersebut tidak disyaratkan harus berimplikasi terhadap kerugian negara

atau kerugian perekonomian negara, sedangkan terjadinya penyalahgunaan

kewenangan pada Pasal 3, mensyaratkan harus terdapat implikasi kerugian negara

atau kerugian perekonomian negara.

Jika dilihat pada penanganan kasus pejabat yang menyalahgunakan

kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau

kedudukan dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, hampir

terjadi pada setiap Kementerian dan Lembaga, termasuk pada Kementerian Agama

juga tidak luput dari adanya pejabat yang menyalahgunakan kewenangan,

kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.15

15
Https://iainptk.ac.id/tiga-wujud-penyalahgunaan-wewenang-dalam-hukum-administrasi

19
Upaya dari pemerintah untuk memerangi korupsi dan dalam rangka

percepatan pemberantasan korupsi, Presiden melalui Inpres Nomor 5 Tahun 2004,

telah menginstruksian kepada para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu agar

melakukan langkah dan program kongkrit percepatan pemberantasan korupsi;

Kemudian Inpres Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan

Pemberantasan Korupsi.

Terakhir Inpres No 2 Tahun 2014 tanggal 21 Maret 2014 tentang Aksi

Penceghan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014. Semakin gencar upaya

pemerintah untuk memberantas Korupsi ini, tetapi kenyataannya korupsi bukan

berkurang, Korupsi makin menggeliat untuk meningkat. Bahkan realitas korupsi telah

dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari “Lintas Kekuasaan”.

Bentuk-bentuk penyalahgunaan wewenang jabatan yang biasanya sering

terjadi dalam tatanan birokrasi adalah pemberhentian pejabat struktural yang

bertentangan dengan aturan perudang-undangan, dimana dalam hal pemberhentian

pejabat struktural menurut Peraturan Pemerintah Nomor 100 tahun 2000 jo Peraturan

Pemerintah Nomor 13 tahun 2002 tentang perubahan PP Nomor 100 Tahun 2000

pasal 10 menyebutkan bahwa Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dari jabatan

struktural karena :

1. mengundurkan diri dari jabatan yang didudukinya;

2. mencapai batas usia pensiunan;

20
3. diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil;

4. diangkat dalam jabatan struktural lain atau jabatan fungsional; 16

5. cuti di luar tanggungan negara, kecuali cuti di luar tanggungan negara karena

persalinan;

6. tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;

7. adanya perampingan organisasi pemerintah;

8. tidak memenuhi persyaratan kesehatan jasmani dan rohani; atau

9. hal hal lain yang ditentukan dalam peraturan perundang undangan yang

berlaku.

Namun kenyataannya sering terjadi, banyak pejabat struktural diberhentikan

tidak memenuhi persyaratan dalam pasal 10 PP Nomor 100 tahun 2000 tersebut, dan

prosedur pemberhentian dari jabatan manakala pejabat yang diberhentikan tersebut

melakukan pelanggaran disiplin, juga tidak dilakukan sebagaimana ketentuan dalam

PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS Pasal 24 ayat (1) “Sebelum PNS

dijatuhi hukuman disiplin setiap atasan langsung wajib memeriksa terlebih dahulu

PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin”. Ayat (2) “Pemeriksaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertutup dan hasilnya

dituangkan dalam bentuk berita acara pemeriksaan”.17

16
Https://iainptk.ac.id/tiga -wujud-penyalahgunaan-wewenang-dalam-hukum-administrasi
17
Https://iainptk.ac.id/tiga -wujud-penyalahgunaan-wewenang-dalam-hukum-administrasi

21
Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

Wewenang adalah hak yang dimiliki oleh badan dan pejabat pemerintahan

atau penyelenggaraan lainnya untuk mengambil keputusan atau tindakan dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Wewenang sebagai konsep hukum publik sekurang-

kurangnya terdiri dari tiga komponen, yaitu pengaruh, dasar hukum, dan komformitas

hukum. Komponen-komponen ini bertujuan agar pejabat negara tdak menggunakan

wewenang diluar tujuan yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan,

mempunyai dasar hukum dalam bertindak, dan mempunyai tolak ukur pada legalitas

tindakan.

Pembagian kekuasaan dalam negara secara horizontal meliputi: kekuasaan

legislatif, eksekutif dan yudikatif, dan vertikal terdiri dari pemerintahan pusat dan

daerah. Telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, mengenai pembagian kekuasaan. Ada beberapa macam wewenang yang secara

umu dikenal antara lai: Wewenang terikat, Wewenang garis (Line authority),

Wewenang staff (Staff authority), Wewenang Fungsional (Functional authority), dan

Wewenang wibawa.

Sumber wewenang dalam hukum administrasi negara yaitu, delegasi dan

atribusi, atribusi adalah wewenang yang diberikan yaitu diberikan oleh undang-

undang dasar atau undang-udnang kepada satu jabatan. Sedangkan delegasi berarti

22
penggantian. Delegasi adalah peralihan wewenang dari satu badan pemerintahan ke

badan pemerintahan lainnya. Wewenang terbagi beberapa macam yaitu, Wewenang

terikat, Wewenang garis (Line authority), Wewenang garis (Line authority),

Wewenang staff (Staff authority), Wewenang Fungsional (Functional authority), dan

Wewenang wibawa.

Jika sebuah tindakn tanpa wewenang banyak penyimpangan yang terjadi

seperti, Menyimpang dari tujuan atau maksud dari suatu pemberian kewenangan,

Menyimpang dari tujuan atau maksud dalam kaitannya dengan asas legalitas, dan

Menyimpang dari tujuan atau maksud dalam kaitannya dengan asas-asas umum

pemerintahan yang baik.

B. Saran

Di dalam hal mempelajari tentang wewenang di dalam hukum administrasai

negara tentunya, sebagai mahasiswa setidaknya betapa pentingnya sebuah wewenang

dalam diberikan amanah dalam menjalankan tugas sebagai pejabat-pejabat negara

yang diembankan oleh negara. Dan sebagai pejabat-pejabat negara akan baiknya

mengetahui hal tersebut, jika sebuah amanah dijalankan tanpa wewennag akan

banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam negara, contohnya

bisa terjadi korupsi dan lain-lain. Kalau para pejabat mengetahui tugas dan wewenang

dan menjalankan sebaik-baiknya ishallah negara akan aman dari tindakan sewenang-

wenang para pejabat.

23
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

A’an effendi dan Freddy Poernomo. 2017. Hukum Administrasi. Jakarta: Sinar
grafika.

Latif, Abdul. Hukum Administrasi Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi. (Jakarta:
Rajawali Pers

Atmosudirdjo, S. Prajudi. 1994. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia


Indonesia

Tjandra, Ridwan. Hukum Administrasi Negara. Sinar Grafika.

Basah, Sjachran. 1985. Eksistensi dan Tolak Ukur Peradilan Administrasi di


Indonesia. Bandung: Alumni
INTERNET
Https://iainptk.ac.id/tiga-wujud-penyalahgunaan-wewenang-dalam-hukum-
administrasi.

https://id.wiktionary.org/wiki/melampaui_wewenang.

24

Anda mungkin juga menyukai