Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ALAT REPRODUKSI SAPI BETINA


REPRODUKSI TERNAK

Oleh :

Achmad Wisri Ibrahim 24032118015

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
UNIVERSITAS GARUT
2020

2
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, dan berkatnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “ALAT REPRODUKSI BETINA” dengan tepat waktu.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Garut, 15 Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah .................................................................................................. 1
1.3. Maksud dan Tujuan................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................... 2
2.1. Organ Kelamin Primer .............................................................................................. 2
2.2. Organ Kelamin Sekunder .......................................................................................... 3
2.3. Organ Kelamin Luar ................................................................................................. 5
BAB III ALAT BAHAN DAN PROSEDUR KERJA ............................................................................ 7
3.1. Alat Bahan ................................................................................................................ 7
3.2. Prosedur Kerja .......................................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................. 8
4.1. Vagina ....................................................................................................................... 8
4.2. Serviks....................................................................................................................... 8
4.3. Uterus ........................................................................................................................ 8
4.4. Oviduk....................................................................................................................... 8
4.5. Ovarium .................................................................................................................... 8
BAB V PENUTUP ........................................................................................................................ 9
5.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Permasalahan yang dihadapi dunia peternakan Indonesia antara lain adalah masih rendahnya
produktifitas dan mutu genetik ternak. Keadaan ini terjadi karena sebagian besar peternakan di
Indonesia masih merupakan peternakan konvensional. Rendahnya produktifitas ternak sapi dari
aspek reproduksi antara lain, panjangnya jarak beranak (calving interval) sapi betina produktif
yang rata-rata diatas 18 bulan serta angka kelahiran (calving rate) yang masih dibawah 60 % dari
sapi betina produktif yang akan berdampak terhadap rendahnya perkembangan populasi sapi per
tahun dan rendahnya pendapatan petani dari usaha ternak sapi. Salah satu yang menjadi kendala
perkembangan ternak sapi adalah masalah reproduksi.
Reproduksi merupakan proses fisiologis pada makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan.
Hewan tingkat tinggi, termasuk ternak sapi, bereproduksi secara seksual dan proses reproduksinya
meliputi beberapa tingkatan fisiologik yang meliputi fungsi-fungsi yang sangat komplek dan
terintegrasi antara proses yang satu dengan yang lainnya. Tingkatan-tingkatan fisiologik tersebut
meliputi pembentukan sel-sel kelamin (gamet), pelepasan sel-sel gamet yang telah berdiferensiasi
secara fungsional, perkawinan untuk mempertemukan gamet jantan dan gamet betina, fertilisasi,
fusi antara kedua pronuklei, pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan zigote sampai kelahiran
normal. Sehingga menjadi kebutuhan yang esensial untuk selalu memperhatikan organ tersebut,
terutama pemahaman masing-masing bagian dan fungsinya.
1.2. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dari penulisan latar belakang, yaitu :
a. Apa saja bagian – bagian alat reproduksi sapi betina
b. Apa saja fungsi dari seiap bagian alat reproduksi sapi betina
1.3. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari penulisann identifikasi masalah, yaitu :
a. Untuk mengetahui bagian – bagian alat reproduksi sapi betina
b. Unttuk menetahui fungsi dari seiap bagian alat reproduksi sapi betina

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Organ Kelamin Primer


2.1.1. Ovarium
Gonad atau ovarium, merupakan bagian alat kelamin yang utama, ovarium
menghasilkan telur, oleh karena itu dalam bahasa Indonesia seringkali disebut induk
telur, indung telur atau ada pula yang menyebutnya pengarang telur. Perkembangan
ovarium pada masa reproduksi diatur oleh hormon-hormon yang berasal dari kelenjar
hifofisa yang terdapat di dasar otak dalam kepala. Bentuk ovarium berbeda menurut
spesiaes hewan.
Cavum abdomalis memiliki dwifungsi, sebagi organ eksokrin yang menghasilkan
sel telur atau ovum dan sebagai organ endokrin yang mengekresikan hormone kelamin
betina, estrogen dan progesteron. Dimana hormon ini berperan penting dalam
menyiapkan alat-alat reproduksi untuk kebuntingan dan memelihara kandungannya
sampai melahirkan.
Pasangan ovarium normal, pada sapi yang tidak bunting terletak di sebelah atas
rongga perut, 30-45 cm di sebelah dalam dari lubang vulva : (a) ovaria biasanya terletak
dekat dengan cornua uteri, yaitu tempat dimana dipertautkan dengan ligament ovaria ;
(b) ligament ini merupakan bagian dari alat penggantung lebar yang menggantungkan
saluran-saluran reproduksi pada dinding perut bagian atas.
Ovarium bentuknya biasanya bulat telur atau bulat tetapi kadang-kadang pipih
berhubung dengan pembentukan folikel dan corpoa lutea. Ukuran normal ovari sangat
bervariasi dari satu spesies ke spesies lain bahkan antara spesies juga terdapat varisasi.
Besar dan bentuk ovaria sering berubah. Ovarium umumnya berukuran panjang 32-42
mm, tinggi 19-32 mm dan lebar 13-19 mm dengan berat 10-19 gr. Pada anak sapi
ovarium kiri lebih besar dibanding dengan ovarium kanan, sedangkan pada sapi dewasa
ovarium kanan lebih besar. Sebagian besar dari permukaan ovarium diliputi oleh lapisan
epitel lembaga, ova dapat dilepaskan dari setiap tempat pada permukaan ovarium.
Medulla ovarium mengandung pembuluh darah , syaraf dan tenunan pengikat.
Ovarium sapi lebih kecil daripada kuda. Dan ovarium kanan biasanya lebih besar
daripada yang kiri. Berbentuk oval, tidak mempunyai fossa ovarii. Terletak 40-45 cm
dari pintu vulva sebelah luar. Apabila ada corpus luteum, maka lataknya superfisial,
sehingga menonjol dan dapat dilihat dari permukaan luar. Corpus luteum berwarana
kuning coklat.
Folikel pada ovarium bergaris tengah 12 mm pernah ditemukan pada anak sapi
berumur 4-5 bulan jauh sebelum pedet. Folikel yang masak bergaris tengah 8-19 mm.
Sedangkan corpus luteum yang telah matang bergaris tengah 25-32 mm. Pada sapi yang
tidak bunting dan normal, corpus luteum hanya aktif untuk beberapa hari, lalu mengecil.
Corpus luteum pada sapi yang sedang bunting tetap tinggal dan aktif di dalam ovarium
selama kebuntingan.

2
2.2. Organ Kelamin Sekunder
2.2.1. Oviduct (Tuba Fallopi)
Oviduct atau tuba fallopi yang juga disebut tuba uterine adalah saluran yang
berpasangan dan berkonvolusi yang menghantarkan ova dari ovarium menuju tanduk
uterus, dan juga merupakan tempat terjadinya fertilisasi oleh spermatozoa.
Tuba uterina bersifat bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah ovarium
ke kornua uterina dan menyalurkan ovum, spermatozoa, dan zigot. Tiga segmen oviduk
dapat dibedakan menjadi infundibulum, ampula, isthmus.
Epitel tuba uterina berbentuk silinder sebaris atau silinder banyak lapis dengan silia aktif.
Baik sel tipe bersilia maupun tidak bersilia dilengkapi dengan mikrovili.
Mukosa langsung berhubungan dengan submukosa karena lamina muskularis mukosa
tidak ada. Pada tuba uterina, propia submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar dengan
banyak sel plasma, sel mast dan leukosit eosinofil. Tunika mukosa submukosa pada ampula
membuat lipatan tinggi terutama pada babi dan kuda betina.
Tunika muskularis terutama terdiri dari berkas otot polos melingkar, memanjang dan
miring. Lapis otot tersebut memberikan jalur radial memasuki mukosa. Pada infundubulum
dan ampula, tunika muskularis yang tipis dan tersusun oleh lapis dalam melingkar. Tunika
serosa ada dan terdiri dari jaringan mengandung pembuluh darah dan saraf.
Tuba fallopi sapi betina merupakan satu pasang saluran yang berkelok-kelok dan
berjalan dari ovarium ke bagian sempit cornua uteri. Panjangnya rata-rata 12,4 cm pada
anak sapi, 20,4 pada sapi dara, 24,5 pada sapi tua. Kisaran panjang dari tuba fallopi yaitu
20-35 cm. Tuba fallopi memiliki garis tengah terkecil kira-kira mulai dari bagian
pertengahan pembuluh sampai titik terdekat persambungan dengan cornua uteri.

2.2.2. Uterus
Uterus memiliki kesamaan antara beberapa ternak lainnya, yaitu berbetuk bicornua
(dua tanduk). Pada hewan yang tak bunting uterus berada 25-40 cm ke deapan dari lubang
vulva, tepat di depan cervix. Corpus Uteri bergaris tengah transversal 9-12 cm berukuran
panjang 2-5 cm dan bagian depan terbagi atas 2 tanduk. Karena tanduk uterus terletak
sangat berdekatan sepanjang 10-15 cm dan tumbuh bersama, maka seakan-akan corpus
uteri tampak lebih panjang dari pada kenyataannya. Kadang-kadang tanduk uterus
memanjang masuk ke dalam cerviks, sehingga tidak terdapat corpus uteri. Pada tempat
dimana kedua tanduk memisahkan diri garis tengahnya 3-4 cm, Dari tempat pemisahan
panjang tanduk uterus biasanya 20-35 cm, membuat panjang seluruh uterus menjadi 30-55
cm. Panjang uterus beragam sesuai dengan umur hewan dan faktor lain (Nuryadi, 2010).
Uterus sapi terdapat sebagian besar di ruang abdomen. Corpus uterinya sangat pendek
(3-4 cm), tetapi mempunyai cornua uteri yang panjang (30-40 cm). Tidak seperti pada kuda
extremitas abdominalis dari cornua uteri sapi berbentuk corong dan berhubungan dengan
tuba uterine.
Ada 4 macam tipe uterus, yaitu a) Dupleks; uterus kanan dan kiri terpisan dan bermuara
secara terpisah ke vagina; b) Bipartil; uterus kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke
vagina dengan satu lubang; c) Bikornua; bagian uterus kana dan kiri labih banyak yang

3
bersatu bermuara ke vagina dengan satu lubang; d) Simpleks; semua uterus bersatu
sehingga hanya memiliki badan uterus.

2.2.3. Serviks
Serviks merupakan bagian dari alat reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang
5-10 cm dari tempat sambungan dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan
dengan vagina yang berdinding tipis. Fungsi utama menutup lumen uterus sehingga tidak
memberi kemunghkinan untuk masuknya jazad mikroskopik maupun makroskopik ke
dalam uterus dalam proses birahi, dengan mengsekresikan mukosa yang melewati vulva,
membantu saat proses kebuntingan dengan mampu menutup dengan ketat dengan satu
sumbat dari lender. Pada waktu melahirkan, Serviks akan berfungsi melebar yang
memungkinkan fetus beserta selaputnya mudah melewatinya.
Serviks atau leher uterus mengarah ke kaudal menuju ke vagina. Serviks
merupakan sphincer otot polos yang kuat, dan tertutup rapat, kecuali pada saat terjadi birahi
atau pada saat kelahiran. Pada saat birahi Serviks agak relaks sehinggga memungkinkan
spermatozoa untuk memasuki uterus. Pada saat tersebut bukan tidak mungkin Serviks akan
mengeluarkan mukus yang kemudian mengalir ke vulva. Peningkatan jumlah mucus juga
diproduksi oleh sel-sel goblet pada serviks selama kebuntingan, guna mencegah masuknya
zat-zat yang membawa infeksi dari vagina ke dalam uterus.
Epitel Serviks adalah silinder sebaris dengan banyak sel musigen. Sel mangkok
ada. Sekresi lendir yang meningkat terjadi selama berahi dan bunting, dan banyak lendir
keluar melalui vagina. Lamina propria terdiri dari jaringan ikat pekat tidak teratur yang
bersifat edematous, sehingga tampak sebagai jaringan ikat longgar selama birahi. Tunika
muskularis terdiri dari lapis dalam melingkar dan lapis luar yang memanjang. Serabut
elastik terdapat pada jaringan ikat pada lapis otot polos yang melingkar. Lamina serosa
serviks terdiri dari jaringan ikat longgar. Saluran memanjang dari epooforon sering tampak
pada lapis ini.

2.2.4. Vagina
Vagina merupakan perpanjangan dari cervix sampai ketempat sambungan uretra
dengan saluran alat kelamin adalah bagian yang berdinding tipis. Vagina merupakan
bagian dari organ repoduksi merupakan organ kopulasi pertemuan antara organ reproduksi
jantan dan betina. Sel epitel berada dinding vagina yang berada dekat Serviks terdiri dari
lapisan jajaran sel sel penghasil lendir dan sel epitel tipis.
Vagina adalah bagian saluran peranakan yang terletak di dalam pelvis di antara uterus
(arah kranial) dan vulva (kaudal). Vagina juga berperan sebagai selaput yang menerima
penis hewan jantan pada saat kopulasi. Membran mukosa dari vagina adalah epitel
squamosa berstrata yang tak berkelenjar. Pada bagian vagina sapi tersebut permukaannya
tidak mengalami kornifikasi, kemungkinan karena rendahnya tingkat sirkulasi estrogen.
Vagina terletak horisontal di ruang pelvis, dimulai dari cervix uteri sampai vulva.
Berbentuk tubulus sepanjang 15-20cm, dengan diameter 10-12 cm apabila diregang. Di

4
bagian cranial dari vagina terdapat fornix vaginae yang merupakan kantong yang dibentuk
oleh portio vaginalis uteri. Di bagian caudal vagina berhubungan dengan vulva. Vagina
sapi lebih panjang daripada kuda, juga dindingnya lebih tebal. Panjangnya 20-35 cm. Di
dinding ventral, diantara tunika muscularis dan selaput lendir terdapat 2 buah saluran
Gartner yang bermuara di posterior orificium urethrae externum. Saluran Gartner adalah
sisa embrional dari duktus Wolfii.
Dinding vagina memiliki tiga lapis : tunika mukosa-submukosa, tunika muskularis
dan tunika adventisia atau serosa. Mukosa vagina memiliki epitel pipih banyak lapis yang
meningkat tebalnya selama praestrus dan estrus. Pada daerah kranial vagina sapi betina,
lapis permukaan dengan sel-sel silinder dan sel mangkok terdapat pada epitel pipih banyak
lapis. Kelenjar intraepitel terdapat pada anjing betina selama birahi. Pada kuda betina , sel
epitel berbentuk polihedral dengan sedikit lapis sel pipih pada permukaan. Lapis propria
submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar. Tunika muskularis terdiri dari dua atau tiga
lapis. Lapis dalam melingkar tebal terdiri dari otot polos dan dipisah menjadi dua berkas
oleh jaringan ikat. Lapis luar tersusun memanjnag terdiri dari otot polos. Tunika adventisia
terdiri dari jaringna ikat longgar dan mengandung pembuluh darah, saraf dan ganglia.
Hanya bagian kranial vagina yang masih dibalut oleh serosa. Sebagian sel-sel otot polos
dari lapis luar vagina menyusup ke daerah subserosa sehingga disebut muskularis serosa.

2.3. Organ Kelamin Luar


2.3.1. Vulva
Vulva merupakan alat kelamin betina bagian luar termasuk clitoris dan vestibulum.
Bagian ini memiliki syaraf perasa, yang memegang peranan penting pada waktu kopulasi.
Kira-kira 7-10 cm masuk ke dalam dari lubang luar dan pada lantai dinding ventral
vestibulum terdapat celah sepanjang 2 cm. Celah ini merupakan pintu masuk kedalam
kantung buntu seburetrha (devertikulum suburethralis) dan juga merupakan sebagai
orificium urethralis. Saluran urethra masuk ke dalam vestibulum sedikit di depan saluran
buntu suburethra tadai pada dinding depan dan dapat merupakan sebagian dari saluran
buntu tadi. Saluran buntu sendiri panjangnya 3 – 4 cm. saluran urethra berjalan ke depan,
tepat di bawah vagina, ke kantung air seni.
Vulva (pupendum feminium) adalah bagian eksternal dari genitalis betina yang
terentang dari vagina sampai bagian yang paling luar. Pertautan antara vagina dan vulva
ditandai oleh orifis uretral eksternal dan sering juga oleh suatu pematang, pada posisi
cranial terhadap orifis uretral eksternal, yaitu hymen vestigial. Seringkali hymen tersebut
demikian rapat hingga mempengaruhi kopulasi.
Vestibula vagina adalah bagian tubular dari saluran reproduksi antara vagina dan labia
vulva. Labia atau bibir vulva adalah sederhana saja dan tidak terdiri dari labia mayor dan
minor seperti pada manusia.
Lubang luar alat reproduksi sapi betina berada tepat dibawah anus. Panjang 12 cm
dan mempunyai sudut lebar berbentuk bulat disebelah dorsal dan sudut sempit di sebelah

5
ventral. Labia mayor yang tebal ditutup oleh rambut-rambut halus sampai tempat
sambungan dengan mucosa. Pada perkawinan secara alamiah penis masuk ke dalam alat
reproduksi betina melewati vulva, dan pada waktu melahirkan anak sapi melewatinya.

2.3.2. Klitoris
Komisura ventral (bagian paling bawah) dari vulva terdapat klitoris yang merupakan
organ yang asal-usul embrionalnya sama dengan penis pada hewan jantan. Klitoris terdiri
atas dua krura atau akar, badan dan kepala (glans). Klitoris terdiri dari jaringan erektil yang
tertutup oleh epitel squamosa berstrata dan dengan sempurna memperoleh inervasi dari
ujung saraf sensoris.
Tepat disebelah dalam di tempat pertemuan bawah bibir vulva terdapat tenunan
erectile yang disebut clitoris. Hanya bagian ujung clitoris yang tampak, tetapi kira-kira
keseluruhan panjang Klitoris kira-kira 10 cm. Klitoris mempunyai persamaan dengan penis
hewan jantan. Labia minora atau bibir vulva yang kecil mengitari Klitoris, yang homolog
dengan praeputium.

6
BAB III
ALAT BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

3.1. Alat Bahan


Alat Bahan
Pisau Bedah Alat Reproduksi Sapi Betina
Pinset
Nampan

3.2. Prosedur Kerja


Berikut merupakan prosedur kerja :

a. Prosedur kerja dalam mengidentifikasi alat reproduksi sapi betina, dengan menyiapkan alat
reproduksi betina baik yang belum pernah melahirkan ataupun yang telah melahirkan.
b. Alat reproduksi sapi betina ini taruh di atas nampan, susun sedimikian rupa supaya dapat
terlihat semua bagian dari alat reproduksi sapi betina.
c. Saat mekalukan identifikasi kita bisa dapat membelah bagian – bagian dimana kita ingin
melakukan identifikasi supaya kita dapat melihat dengan jelas.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Organ reproduksi sapi betina, setelah dilakukan praktikum untuk organ reproduksi ternak
betina, dapat diketahui bahwa organ reproduksi terbagi menjadi 2 yaitu, sekunder dan primer.
Organ reproduksi ternak betina terdiri atas organ reproduksi primer dan sekunder. Organ
reproduksi primer terdiri atas gonad atau ovarium, menghasilkan ova, dan hormone reproduksi
betina. Organ reproduksi sekunder atau saluran reproduksi yang berfungsi menerima dann
menyalurkan sel sel reproduksi jantan dan betina, memberi makan dan melahirkan individu baru,
terdiri atas tuba falopii (oviduk), uterus, serviks, vagina, dan vulva.
4.1. Vagina
Setelah itu ada vagina. Vagina adalah bagian saluran reproduksi yang terletak
didalam pelvis, diantara cervix dan vulva.
vagina meruppakan bagian alat kelamin yang mudah didilatasi dan merupakan saluran
untuk kopulasi dan bagian jalan keluar fetus dan plasenta pada waktu lahir. Vagina ini
berfungsi untuk deposisi semen saat kawin alam. Karena penis jantan hanya akan mencapai
vagina saat penetrasi.
4.2. Serviks
cervix merupakan organ yang menyerupai sfingter (sphincter) yang memisahkan rongga
uterus dengan rongga vagina. Fungsi pokok cervix adalah untuk menutup uterus guna
melindungi masuknya bahan-bahan asing.Sfingter tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada
saat kelahiran saja.
serviks merupakan spincter otot polos yang kuat dan tertutup rapat, kecuali pada saat
estrus atau pada saat menjelang kelahiran. Servix terletak di antara uterus dan vagina,
merupakan pintu masuk kedalam uterus karena dapat terbuka atau tertutup yang sesuai dengan
siklus birahi.
4.3. Uterus
Setelah itu ke bagian uterus. Pada alat reproduksi sapi uterus terbagi menjadi 2 bagian
yaitu cournua uteri dan, corpus uteri. Uterus pada umumnya terdiri atas badan uterus (corpus
uteri), tanduk uterus (cornu uteri) yang pada umumnya berbentuk lancip, dan cerviks atau
leher uterus. Bentuk uterus pada setiap jenis hewan bervariasi. Uterus mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam proses reproduksi yaitu sejak estrus sampai bunting dan melahirkan.
uterus terdiri dari struktur yang menyerupai dua tanduk yang melengkung seperti tanduk
domba, dengan satu badan yang sama
4.4. Oviduk
Tuba falopii (oviduk) terikat pada penggantung yang disebut dengan mesosalfink dan
dibagi menjadi 3 bagian yaitu infundibulum dengan fimbrae, ampula, dan ismus.
4.5. Ovarium
Ovarium berfungsi untuk menghasilkan ovum atau sel telur yang sudah masak yang
nantinya akan di tangkap oleh infundibulum (pada unggas) dan fimbrae (pada ruminansia).
Ovarium terdapat 2 buah, kanan dan kiri yang terletak di dalam pelvis. Bentuk dan ukuran
ovarium berbeda-beda menurut spesies dan fase siklus estrus.

8
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan

Organ reproduksi pada betina terbagi atas tiga yaitu organ kelamin primer yaitu ovarium
(di dalamnya terdapat folikel dan corpus luteum), saluran reproduksi yaitu oviduct (tuba
fallopii), uterus, cervix, dan vagina. Ovarium terdiri dari 2 yaitu ovarium kiri dan ovarium
kanan, yang dimana menghasilkan sel telur dan homon kelamin betina. Oviduct dimana
fungsinya sebagai tempat fertilisasi, kapasitasi sperma. Uterus berfungsi tempat implatasi
embrio, transport spermatozoa, cervik terdiri dari 4 cincin berfungsi untuk mencegah
kontaminasi mikroba keuterus, dan vagina berfungsi untuk deposisi semen, jalur keluarnya
fetus dan plasenta pada kelahiran dan organ kopulasi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dikutip pada 15 Januari 2020, Organ reproduksi Betina, http://info-


peternakan.blogspot.com/2011/08/organ-reproduksi-betina.html

Dikutip pada 15 Januari 2020, Eva Mutiara Afiyah, Laporan Praktikum Anatomi Organ
Reproduksi Ternak,
https://www.academia.edu/35048631/Laporan_Praktikum_Anatomi_Fungsional_Organ_Rep
roduksi_Ternak

10

Anda mungkin juga menyukai