Laporak Ketik Percobaan Metfar Percobaan 3
Laporak Ketik Percobaan Metfar Percobaan 3
Tujuan Percobaan
Setelah menyelesaikan percobaan ini maka mahasiswa akan mempunyai
kemahiran spesifik meliputi :
a. Mengenal, mempraktikkan, dan membandingkan cara-cara pemberian
obat terhadap kecepatan absorpsinya, menggunakan data farmakologi
sebagai tolok ukurnya.
b. Mengenal, mempraktikkan, dan membandingkan pengaruh dosis
pemberian obat terhadap efek farmakologi.
c. Membuat rancangan untuk percobaan menggunakan hewan utuh dengan
pengamatan efek spesifik berdasarkan rute pemberian.
d. Mengetahui kondisi eksperimen yang harus dikontrol meliputi kondisi
hewan uji (fisiologi, patologi, kualitas hewan uji).
e. Kemampuan membuat larutan stok, menghitung dosis dan volume yang
sesuai untuk masing-masing hewan uji.
f. Memahami tentang protokol eksperimental dan hubungannya dengan
waktu untuk menjamin reprodusibel hasil.
g. Mampu mengkuantifikasi hasil yang didapatkan dan menyajikan dengan
jelas dalam grafikm
h. Analisis statistika dengan benar.
Cara pemberian obat pada tikus rute oral yaitu cairan obat diberikan dengan
menggunakan sonde oral. Sonde oral ditempelkan pada langit-langit mulut
atas tikus, kemudian perlahan-lahan dimasukkan sampai ke esofagus dan
cairan obat dimasukkan. Cara pemberian intraperitonial yaitu pada saat
penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan
dengan sudut sekitar 10° dari abdomen pada daerah yang sedikit menepi
dari garis tengah, agar jarum suntik tidak mengenai kandung kemih.
Penyuntikan tidak di daerah yang terlalu tinggi untuk mengindari terjadinya
penyuntikan pada hati (Stevani, 2016).
Spesifikasi Persyaratan
1) TIkus Putih (Rattus norvegicus) BB : 200 gr (Standar)
(it is.com) Jenis Kelamin : Jantan
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
1. NaCl Fisiologis
Golongan Obat : Infus Rehidrasi
Indikasi : Pengganti cairan plasma isotonic yang hilang,
pengganti cairan pada lemolisis alkalosis
hiperkloramit
Dosis : Dosis bersifat individual. Dosis lazim
1000mg/70kgbb/hari dengan kecepatan infus
sampai dengan 7,7 ml/kg
Efek Samping : Domain, abses, nekrosis jaringan atau infokasi
Farmakokinetik : Injeksi NaCl langsung ke dalam pembuluh darah,
setelah diinjeksi NaCl akan terdistribusi cepat ke
dalam jaringan melalui pembuluh darah serta di
eliminasi melalui urin
Mekanisme Kerja : Sebagai sumber air dan elektrolit dalam tubuh serta
meningkatkan diuresis
Kelas Terapi : Larutan elektrolit
2. Fenitoin
Golongan Obat : Antikonvulsan
Indikasi : Status konvulsi, epilepsy, neuralgia trigerminal,
aritmia jantung
Dosis : Dosis dewasa : Dosis awal 200-300mg/hari,
diberikan dalam dosis tunggal atau dosis terbagi.
Dosis Anak : Dosis awal 15mg/kgbb/hari dalam 2
dosis terbagi
Efek Samping : Hipertrofi gusi, hisotisme, atksia, diplopia, ruam,
anoreksia, mual, neuropati perifer, disfungsi
seksual, disfungsi serebellar, penurunan absorpsi
kalium dalam usus , anemia, lupus syndrome
Farmakokinetik : Jika diberikan peroral, onset fenitoin lambat dan
bervariasisesuai dengan formulasinya.
Dimetabolisme di hati dan diekskreesikan dalam
bentuk urin
Mekanisme Kerja : Menstabilkan membrane sel saraf terhadap
depolarisaasi dengan cara mengurangi ion natrium
dalam neuron pada keadaan isttirahat atau selama
depolarisasi. Mengurangi influx ion kalsium
selama depolarisasi dan menekan perangsangan sel
saraf berulang
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Kanula/sonde oral
2. Neraca
3. Labu ukur
4. Gelas kimia
5. Erlenmeyer
6. Pengaduk
7. Pipet volume
8. Stopwatch
III.1.2 Bahan
1. Etanol
2. Aquades
3. Na-CMC
4. Dispo
III.1.3 Sampel
1. Fenintoin
2. NaCl fisiologis
Alat + Bahan
Klp1 (oral) Klp 2 (oral) Klp 3 (oral) Klp 4 (Ip) Klp 5 (Ip)
Amati
Catat
Kurva
IV.1 Hasil
Onset Obat Rute Pemberian Oral Durasi Obat Rute Pemberian Oral
400 400
Waktu (detik)
Waktu (detik)
300 300
0 0
I II III I II III
Kelompok Perlakuan Kelompok Perlakuan
Waktu (detik)
500 150
400
300 onset 100 Duras
i
200
50
100
0 0
I II I II
Kelompok Perlakuan Kelompok Perlakuan
IV.2 Pembahasan
Alasan perlakuan diberikan secara 2 rute yaitu rute oral dan rute
intraperitoneal yaitu agar dapat membandingkan onset dan durasi antar rute.
Alasan pada kelompok I diberi NaCMC dan kelompok hewan IV diberi
NaCl fisiologis yaitu sebagai kelompok kontrol negatif yang mana hewan
diberikan agen pembawa saja tanpa obat untuk melihat reaksi fisiologis
tanpa pengaruh obat dan ada tidaknya pengaruh agen pembawa. Alasan
pada kelompok II dan III diberi dosis fenitoin yang berbeda adalah untuk
mengamati pengaruh dosis terhadap efek farmakologis. Alasan penggunaan
Na-CMC sebagai agen pembawa rute oral yaitu karena fenitoin tidak larut
dalam air dan bisa terdispersi dalam air. Penggunaan NaCl fisiologis pada
rute oral adalah agar tidak terjadi lisis atau krenasi karena NaCl fisiologi
isotonis terhadap sel-sel tubuh.
Hasil yang diperoleh untuk rute pemberian secara oral yaitu kelompok
perlakuan I (NaCMC) rata-rata onset 1 menit 32 detik dan durasi rata-rata 1
menit 8 detik. Kelompok perlakuan II (Na-CMC + fenitoin 100 mg) onset
rata-rata 3 menit 14 detik dan durasi rata-rata 2 menit 31 detik. Pada
kelompok perlakuan III (Na-CMC + fenitoin 200 mg) rata-rata onset 3
menit 44 detik dan rata-rata durasi 7 menit 8 detik. Sehingga dapat dilihat
jika dosis yang diberikan makin tinggi, maka onset semakin lama dan durasi
yang ditimbulkan semakin lama seperti grafik yang makin naik. Pada rute
pemberian intraperitoneal, kelompok IV (NaCl fisiologis) onset rata-rata 3
menit 2 detik dan durasi rata-rata 1 menit 55 detik. Kelompok perlakuan V
(NaCl + fenitoin 100mg) rata-rata onset 11 menit 2 detik dan rata-rata
durasinya 3 menit 24 detik hal ini menunjukkan bahwa kelompok V
onsetnya lama yang mengakibatkan durasinya lama pula dengan ditandai
grafik naik karena pemberian injeksi.
Contoh obat yang digunakan secara oral antara lain luminal, Alprazolam,
Paracetamol, Asam Mefenamat, Ibuprofen, dll (ISO. 2017).
Contoh obat yang diberikan secara injeksi antara lain Magnesium sulfat
40% inj, magnesium sulfat 20% inj, Meylon 84-Bp, Ceftriaxone inj,
Dekstrose (Rusli, 2018), Stretozotocin (Stevani, 2016), vaksin BCG (ISO,
2017) dll. Dimana untuk pemberian melalui rute intraperitoneal contoh
obatnya Strelotobacin.
1. Onset adalah mula kerja obat memberikan efek sedangkan durasi obat
merupakan lamanya obat memberikan efek hingga tidak berefek.
2. Rute pemberian obat oral adalah rute pembelian melalui rongga mulut
dan masuk ke dalam organ pencernaan. Rute pemberian intraperitoneal
adalah rute pemberian pada rongga perut berhadapan dengan paha dalam
hewan uji dan 1 cm diatas kemaluan.
3. Onset dan durasi terbaik yaitu pada hewan uji dengan pemberian ip 100
mg fenitoin.
V.2 Saran
Ikatan Apoteker Indonesia. 2017. ISO: Informasi Spesialik Obat. Jakarta : ISFI
Penerbitan
UNIVERSITAS TADULAKO
PERCOBAAN II
DISUSUN OLEH :
KELAS A 2017
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019