Service Ecaunter PDF
Service Ecaunter PDF
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang penulis paparkan diatas, maka penulis mengambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari titik temu jasa (service encounter)?
2. Apa saja indikator-indikator didalam service encounter?
3. Apafaktor-faktor yang mempengaruhi didalam service encounter?
4. Bagaimana konsep segitiga pertemuan jasa (service encounter triad)?
5. Apa dimensi-dimensi yang ada didalam service encounter?
6. Bagaimana caramengelola service encounter?
7. Bagaimana caramenghindari kegagalan didalam service encounter?
8. Bagaimana penggunaan technology infusion strategy dalam service
encounter?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pelanggan, yang meliputi perilaku verbal dan nonverbal, tangible cues meliputi
seragam karyawan dan simbol-simbol jasa seperti peralatan, brosur informasi, dan
physicalsetting.
4
Service encounter yang digambarkan dalam bentuk segitiga diatas
menjelaskan interaksi diantara konsumen, karyawan dan juga organisasi. Salah
satu karakteristik yang unik pada jasa adalah partisipasi yang aktif dari konsumen
dalam proses penyampaian jasa. Setiap moment of truth melibatkan sebuah
interaksi antara konsumen dengan penyedia jasa. Semuanya sebenarnya memiliki
peranan penting termasuk lingkungan organisasi jasa yang yang harus menunjang
proses interaksi ini. Jadi ketiga partisipan tersebut yaitu karyawan, konsumen dan
juga organisasi bekerja dalam satu bentuk yang kepentingannya berbeda. Yang
harus diusahakan adalah demi mencapai hasil yang sama-sama bagi masing-
masing pihak.
Hubungan antara ketiga partisipan tersebut, akan berdampak pada
pencapaian hasil sama-sama memuaskan bagi masing-masing pihak, sebagai
berikut:
A. Organisasi Mendominasi Pertemuan
Manajer organisasi menginginkan proses pencapaian jasa berjalan dengan
se-efisien mungkin untuk menghindari beban biaya yang terlalu besar yang dapat
mengurangi keuntungannya. Service organisasi menetapkan lingkungan untuk
service encounter, interaksi antara pelanggan dan kontak yang terjadi dalam
konteks satu kultur organisasi seperti juga lingkungan service organisasi secara
fisik. Service organisasi terbagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut:
1) Culture
Merupakan suatu pola kepercayaan dan harapan yang dibagi bersama oleh
norma-norma para anggota dan hasil-hasil organisasi dengan kuat dapat
membentuk perilaku dari individu atau kelompok-kelompok di organisasi. Culture
merupakan tradisi-tradisi dan kepercayaan-kepercayaan dari suatu organisasi yang
berbeda dengan organisasi lainnya.
2) Empowerment
Merupakan suatu struktur yang ideal dalam organisasi mempunyai strategi
pengawasan untuk mengurangi interaksi langsung dengan pelanggan, untuk itu
karyawan diberikan pelatihan, motivasi dan disediakan informasi tepat waktu
yang berbasis komputer yang dapat memungkinkan karyawan untuk mengatur
service encounter pada penyerahaan jasa.
5
3) Control Systems
6
perubahan kebutuhan dan permintaan pelanggan. Karyawan memerlukan
kemampuan untuk mengenali kebutuhan pelanggan. Karyawan juga perlu
memahami perlakuan yang mana tidak pantas, yaitu perilaku yang menghasilkan
ketidakpuasan pelanggan.
B. Assurance
Zero defects di industri manufaktur pada dasarnya adalah sebuah usaha
untuk memberikan jaminan kepada pelanggan bahwa mereka dijamin akan
mendapat produk yang standar dari waktu ke waktu. Sebab, pelangan tidak mau
mengambil resiko bahwa produk yang mereka beli tidak sesuai dengan apa yang
mereka harapkan. Pelanggan membutuhkan kepastian. Maka, tidak mengherankan
apabila banyak penelitian dan praktek bisnis yang ditujukan untuk meningkatkan
persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa melalui pengembangan
dimensi assurance. Akan tetapi, perspektif tersebut hanya memperhitungkan
perasaan dari pelanggan saja, meniadakan perspektif perilaku dari service
employees.
C. Civility
Riset konsumen memberikan bukti empiris bahwa perilaku yang sopan
(civil behaviour) karyawan akan menghasilkan kualitas jasa yang
semakin favourable dan peningkatan persepsi kepuasan pelanggan. Ketika
perilaku karyawan: penuh perhatian, sopan, kooperatif, dan terlihat ingin sekali
mendengarkan apa yang diucapkan pelanggan, maka situasi tersebut akan
mengakibatkan peningkatan persepsi pelanggan terhadap kualitas
jasa. Sebaliknya, apabila karyawan terlihat tidak tertarik (disinterested), maka
persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa akan menurun.
D. Customer orientation
Untuk meningkatkan kinerja organisasi, orientasi pelanggan merupakan
salah satu cara yang banyak dipraktekkan. Paradigma ini menyoroti kebutuhan
organisasi untuk mendukung karyawan agar menghilangkan semua tindakan yang
bersifat mengorbankan (sacrifice) kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam
bahasa awam, hal tersebut dideskripsikan dalam terminologi “pelanggan adalah
7
raja”. Dilihat dari perspektif resiprositas, apabila karyawan memberi dukungan
pada kesejahteraan pelanggan maka pelanggan merasa memiliki obiligasi/hutang
untuk membalas tindakan tersebut. Tindakan balasan pelanggan diwujudkan pada
persepsi yang semakin tinggi terhadap kualitas jasa yang diberikan perusahaan.
E. Recovery
Keluhan merupakan sebuah pertanda adanya ketidakpuasan. Apabila hal
tersebut tidak ditindaklanjuti, pelanggan akan pindah ke pemasok dan/atau merek
produk atau jasa yang lain, berpartisipasi dalam word of mouth (WoM) negatif,
atau melakukan keluhan ke organisasi/pihak ketiga. Akan tetapi yang paling
berbahaya adalah: pelanggan tidak melakukan tindakan apapun kepada
organisasi. Secara diam-diam mereka menghukum organisasi dengan cara
“pindah” ke organisasi yang lain, yaitu: organisasi yang mereka yakini akan
memberikan kepuasan kepada mereka. Adanya perilaku “switching” secara diam-
diam ini menyebabkan organisasi tidak memiliki kesempatan untuk
mempertahankan pelanggannya. Organisasi tidak memiliki informasi apapun
mengenai mengapa mereka tidak puas.
F. Spontanitas
Bitner menyatakan bahwa kejutan yang berikan kepada pelanggan akan
meningkatkan customer retention dan persepsi terhadap kualitas jasa yang
diberikan oleh perusahaan. Riset empiris membuktikan bahwa “perlakuan khusus”
dari karyawan merupakan sumber dari kepuasan dan kualitas jasa.
misal: pelanggan diperlukan secara personal.
G. Teamwork
Bagi perusahaan jasa yang berkinerja tinggi, teamwork merupakan fokus
untuk menghasilkan value yang tinggi bagi pelanggan.Selain itu, dukungan dari
rekan kerja juga dapat memotivasi karyawan dan memungkinkan karyawan
menghasilkan kinerja layanan yang tinggi. Kehadiran community spirit di tempat
kerja merupakan sebuah penawar (antidote) yang powerful terhadap munculnya
efek service burnout.
8
H. Empati
Kemampuan berempati karyawan yang tinggi terhadap pelanggan
menghasilkan persepsi kualitas jasa yang tinggi di mata pelanggan. Empati
biasanya diperagakan oleh karyawan yang bersifat: approachable,
caring, understandi, dan membuat usaha/tindakan untuk memahami kebutuhan
pelanggan.
I. Reliability
Membahas studi mengenai kualitas jasa, ada satu variabel yang secara
konsisten menjadi penentu utama dari persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa,
yaitu: reliability. Karyawan harus memelihara konsistensi mereka dalam
memberikan jasa kepada pelanggan, bersifat dependable, dan akurat pada waktu
mengadakan dealing dengan pelanggan. Sebab, sifat intangibility dari produk
jasa membuat pelanggan sulit untuk mengevaluasi jasa tersebut sebelum
pelanggan mengalami pengalaman pengadopsian. Akibatnya, banyak ekspektasi
dan keputusan awal yang dibuat oleh pelanggan didasari oleh janji-janji yang
dibuat oleh perusahaan. Dengan perkataan lain, apabila karyawan dapat
memberikan layanan as reliably as possible dan doing things “right the first time”
maka pelanggan akan memiliki persepsi yang menyenangkan terhadap kualitas
jasa.
J. Responsiveness.
Zeithaml & Bitner mendefinisikan responsiveness sebagai keinginan untuk
menolong pelanggan dan menyediakan layanan secepat mungkin. Perilaku
karyawan yang responsiveness, menurut hasil penelitian akan meningkatkan
persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa. Apabila karyawan menolong pelanggan
dan secara cepat memberikan layanan yang menyenangkan, maka persepsi
pelanggan terhadap kualitas jasa akan meningkat.
K. Tangibles
Variabel tangibles merupakan representasi dari aspek-aspek fisik
dari service delivery, misal: estetika, kebersihan fasilitas, kerapihan karyawan
dalam berpakaian, dll. Pada awalnya mungkin agak membingungkan untuk
9
mengasosiasikan perilaku karyawan selama di service encounter dengan persepsi
pelanggan terhadap variabel tangibles. Akan tetapi, karyawan tetap bertanggung
jawab untuk memproduksi aspek-aspek fisik yang berkualitas tinggi pada
pelanggan. Misal: karyawan dapat membuat komitmen untuk berpakaian secara
pantas (sesuai norma bisnis), atau mempersembahkan fasilitas fisik yang bersih
selama proses di service encounter. Tindakan tersebut akan mempengaruhi
persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa yang diberikan oleh perusahaan. Jadi,
karyawan bisa memberikan kontribusi pada peningkatan persepsi pelanggan
terhadap kualitas jasa melalui variabel tangibles.
10
Gambar 2.Operating Strategy And Service Delivery System
Model tersebut merupakan suatu proses yang dinamis, yang secara terus-
menerus membutuhkan perhatian, baik dari perusahaan maupun dari karyawan
dan konsumen. Kepuasan karyawan diukur dari sedikitnya karyawan yang
mengundurkan diri atau dengan tingkat produktifitasnya yang dapat ditentukan
antara lain dari pemahamannya terhadap budaya kualitas yang kadang-kadang
membutuhkan biaya yang cukup besar dan waktu yang relative lama.
Investasi melalui program-program peningkatan sumber daya manusia
akan berkaitan langsung dengan kualitas jasa yang diberikan. Hal ini juga akan
berimbas pada pertumbuhan pendapatan perusahaan karena kepuasan dari
konsumen yang terus meningkat. Model dari Heskeet pada gambar 2 diatas
memberikan cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan budaya kualitas
diantara karyawan melaui program-program sebagai berikut:
A. Pengembangan Individual; misalnya dengan menyusun manual perintah
kerja, sehingga karyawan baru maupun karyawan lama dapat memperoleh
ketrampilan dan pengetahuan teknis yang dibutuhkan karena jelas apa yang
akan dikerja dan urutan-urutannya.
B. Melakukan Pelatihan Manajemen; dengan cara mengikutsertakan para
manajer dari tingkat atas, menengah ataupun bawah pada seminar-seminar
ataupun acara-acara lain guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mereka.
C. Menyusun Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dan Program
11
Pelaksanaan Dengan Jelas; perusahaan harus dapat mengidentifikasi
karyawan-karyawan yang potensial dengan mengamati mereka dalam
menjalankan tugas-tugas mereka. Mereka mungkin dapat menduduki posisi-
posisi penting yang memang layak untuk mereka sehingga mereka merasa
bahwa jenjang karier nya akan jelas dan ini juga akan berpengaruh kepada
semangat mereka dalam bekerja
D. Standar Kerja; perencanaan tenaga kerja maupun program peningkatan karir
tidak mungkin dilaksanakan apabila perusahaan tidak mempunyai standar
kinerja.
E. Survey Pendapat Yang Ditunjukan Kepada Karyawan; hal ini untuk
mendapatkan keluhan ataupun saran yang perlu untuk ditangani dan dicarikan
jalan keluarnya.
F. Pembagian Laba (Profit Sharing); adalah suatu cara yang sangat efektif
untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam bisnis jasa maupun bisnis non-
jasa.
12
perilaku pelayanan umum sangat penting untuk mengantisipasi ketidakpuasan
pelanggan terhadap service encounter. Hal-hal yang dapat dilakukan dan yang
tidak harus dilakukan dalam pelayanan dituangkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Perilaku Yang Harus Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Secara Umum
DalamPelayanan
13
Memperhatikan pelanggan Membuat pelanggan tidak puas
Coping Berusaha untuk mengakomodasi Membiarkan pelanggan yang
Menjelaskan tidak puas mempengaruhi yang
lainnya
Karakteristik jasa yang tidak berwujud menjadi masalah lain, karena riset
menunjukkan bahwa harapan pelanggan bersifat lebih tinggi untuk jasa yang tidak
dapat diraba dibandingkan dengan produk. Hal itu menjadi suatu tantangan bagi
suatu organisasi sebagai contoh adalah hotel, rumah makan (restoran), dan lainya
untuk menambahkan lebih banyak keadaan tangible (nyata yang dapat dirasakan
oleh panca indera) di dalam service encounter untuk mengurangi adanya ketidak
singkronan terhadap harapan pelanggan. Untuk itu, penyedia jasa dapat
menambahkan lebih banyak keadaan tangible ketika penyerahan jasa dengan
mempertunjukkan secara langsung proses jasa kepada pelanggan. Sebagai contoh:
Di suatu pengaturan rumah makan, penyedia jasa dapat menyajikan secara
langsung proses persiapan dan memasak makanan kepada para tamu sehingga
mereka bisa merasakan proses dan melihat bagaimana makanan itu disiapkan.
Hal lain yang perlu pertimbangan yaitu komunikasi verbal maupun
nonverbal ketika mengelola service encounter. Hal tersebut antara lain adalah
penampilan karyawan dengan karakteristik yang afektif seperti friendliness,
responsiveness, and enthusiasm positively influences customer’s overall
evaluation of service encounter and perceptions of service quality. Teori
menjelaskan bahwa sikap karyawan yang meliputi keakraban, respon yang
cepat, dan antusias yang positif yang dapat mempengaruhi pelanggan secara
menyeluruh dalam penilaian service encounter dan persepsi terhadap kualitas jasa.
Selain itu komunikasi verbal dan nonverbal antara penyedia jasa dan konsumen
berpengaruh terhadap pelanggan dengan perasaan subjektif, yang pada gilirannya
dapat mempengaruhi penilaian terhadap service encounter.
Komunikasi verbal merupakan suatu bentuk komunikasi, di mana pesan
disampaikan secara lisan atau tertulis menggunakan suatu bahasa. Sedangkan
komunikasi nonverbal adalah kumpulan isyarat, gerak tubuh, intonasi suara,
sikap, yang memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi tanpa kata-kata.
Ada beberapa komunikasi nonverbal dalam service encounter, diantaranya
14
adalah sebagai berikut:
1. Kinesics (gerakan tubuh); body movements such as eye contact, nodding,
hand shaking, smiling and adopting a relaxed and open posture; (kontak
mata, mengangguk, gerakan tangan, tersenyum, dan postur tubuh yang
tegak dan seimbang).
2. Paralanguage (keanekaragaman bahasa); vocal pitch, vocal loudness or
amplitude, pitch variation, pauses and fluency; (nada suara, berbicara
dengan perlahan, perbedaan nada suara, adanya jeda ketika berbicara dan
kelancaran bicara).
3. Proxemics (jarak dalam berinteraksi); the distance and relative postures
of the service provider and customer, and particularly the use of touch.
(jarak yang relatif antara postur tubuh penyedia jasa dan konsumen, dan
menggunakan sentuhan ketenangan).
4. Physical appearance (penampilan secarafisik).
15
meningkatkan utilitasbarang.
3. Jasa sebagai produk utama yang dijual, seperti hotel, bank, asuransi, dan
perusahaanpenerbangan.
16
yang memiliki database ekstensif jumlah pelanggan. Setiap file berisi preferensi
unik pelanggan individual dan diperbaharui oleh karyawan yang mengidentifikasi
adanya preferensi atau kebiasaan baru.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karakteristik jasa yang tidak berwujud menjadi suatu masalah, karena riset
menunjukkan bahwa harapan pelanggan bersifat lebih tinggi untuk jasa yang tidak
dapat diraba dibandingkan dengan produk. Pengelolaan Service Encounter
merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan didalam sebuah perushaan jasa
untuk mencapai kepuasan dari konsumen. Hal ini dikarenakan didalam service
encounter akan terdapat moment of truth yaitu mengenai persepsi ataupun
penilaian dari konsumen apakah jasa yang di berikan memusakan konsumen atau
malah sebaliknya. Salah satu kunci dari kesuksesan service encounter yang baik
adalah sumber daya yang berada didalamnya. Sumber daya ini adalah pihak-pihak
internal dari perusahaan itu sendiri. Sehingga jika perusahaan ingin mendapatkan
kepuasan konsumen melalui service encounter yang baik, perusahaan harus
mengelola atau mengatur bagian dari internal perusahaan itu sendiri, terutama
pada bagian yang memiliki kontak dekat dengan konsumen yaitu para karyawan.
Sikap karyawan yang meliputi keakraban, respon yang cepat, dan antusias
yangpositif terhadap konsumen perlu diperhatikan karena itu adalah hal yang
menjadi penilaian konsumen atas pelayanan yang diberikan di perusahaan
tersebut.
18
Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa sangat perlu mempelajari materi mengenai Titik Temu
Jasa (Service Encounter) karena nantinya setiap individu termasuk para
mahasiswa akan masuk ke dalam dunia kerja yang tidak menutup kemungkinan
akan berhadapan dengan kepuasan konsumen sehingga kita perlu untuk
mempelajari bagaimana cara mengelola service encounter agar kepuasan
konsumen tercapai.
19
DAFTAR RUJUKAN
20