Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2020
A. DESAIN SISTEM PENYAMPAIAN JASA (SERVICE DELIVERY)
Proses desain atau perancanngan sistem penyampaian jasa merupakan suatu proses
kreatif yang diawali dengan menyusun tujuan jasa. Dari tujuan itu baru diidentifikasikan
dan dianalisis semua alternatif yang dapat digunakan mewujudkannya. Kemudian
dilakukan seleksi dan pemilihan alternatif yang paling sesuai. Umumnya desain sistem
penyampaian jasa mencakup aspek lokasi fasilitas, tata letak fasilitas, desain pekerjaan,
keterlibatan pelanggan, pemilihan peralatan dan kapasitas jasa. Pada prinsipnya proses
desain jasa merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus. Apabila sudah
diimplementasikan, maka segala macam modifikasi dapat saja dilakukan dalam rangka
menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi.
D. SERVICE ECOUNTER
a. Pengertian Service Encounter
Suprenant dan Solomon (dalam Jayawardhena, 2010; Brexendorf et al., 2010;
danBitner et al., 1990) mendefinisikan service encounter sebagai interaksi dyadic
antara seorang konsumen dengan penyedia jasa. Definisi ini mendukung
pernyataan Czepiel (dalam Jayawardhena, 2010) yang memberikan pengertian
service encounter sebagai “role performances in which both customer and
providers have role to enact.” Sependapatdengan 2 definisi sebelumnya, Zeithaml
et al. (2009) juga mengemukakan bahwa service encounter didefinisikan sebagai
titik pertemuan antara konsumen dengan penyedia jasa dimana terjadi interaksi
antara kedua pihak tersebut. Penggunaan istilah service encounter dalam definisi-
definisi tersebut diatas memfokuskan pada elemen interpersonal dari kinerja
perusahaan jasa.
Sementara Shostack (dalam Bitner et al., 1990) mencoba mendefinisikan
service encounter secara lebih luas, yaitu rentang periode waktu dimana
konsumen berhubungan dengan perusahaan jasa. Hal senada juga disampaikan
oleh Wu dan Liang (2009) yang menyatakan bahwa “service encounteras the
lasting personal impressions that customer receive upon first encountering a
service which they hopefully take with them and communicate to others.“ Definisi
ini menekankan pada pentingnya semua aspek dariperusahaan jasa termasuk
personal, fasilitas fisik dan elemen-elemen lain yang nampak selama konsumen
berinteraksi dengan perusahaan jasa. Dengan kata lain definisi ini tidak membatasi
service encounter dengan interaksi personal saja bahkan tanpa interaksi
personalpun sebuah service encounter dapat terjadi.
Berdasarkan pengertian service encounter yang memfokuskan pada interaksi
personal ini, terdapat 2 dimensi dalam service encounter yaitu dimensi task
competence dan dimensi interaction competence (Brexendorf et al.,2010).
1. Task competence mengacu pada pengetahuan, kemampuan, keterampilan
dan perhatian untuk menjalankan tugas memenuhi kebutuhan konsumen.
Hasil studi literatur yang dilakukan oleh Brexendorf et al. (2010)
menunjukkan bahwa kompetensi karyawan jasa akan membantu
memecahkan masalah konsumen dan secara positif akan mempengaruhi
kepuasan konsumen.
2. Interaction competence mencakup kemampuan untuk berperilaku secara
komunikatif sehingga dapat mendukung hubungan interpersonal.
Berdasarkan teori kebutuhan interpersonal, seseorang mempunyai
kebutuhan khusus dalam berinteraksi dengan orang lain, antara lain
kebutuhan untuk diperlakukan secara hormat. Jika interaksi yang terjadi
tidak dapat memenuhi kebutuhan ini, maka interaksi tidak akan dinilai
berharga dan akan segera ditinggalkan.
b. Arti Penting Service Encounter
Istilah service encounter secara luas digunakan untuk mengindikasikan adanya
situasi kontak antara konsumen dengan penyedia jasa (Lloyd and Luk, 2011).
Service Encounter sering disebut sebagai the moment of truth, yang akan
meninggalkan kesan tentang perusahaan secara keseluruhan. Karena kebanyakan
jasa diproduksi dengan membutuhkan kehadiran konsumen, maka terjadinya
kontak dengan konsumen (service encounter) tidak dapat dihindari.
Menurut Zeithaml et al. (2009), sebuah jasa merupakan rangkaian dari
beberapa service encounter. Beberapa jenis jasa mempunyai jumlah service
encounter sedikit, beberapa jenis jasa yang lain mempunyai jumlah service
encounter banyak. Dari sudut pandang konsumen, kesan paling menonjol dari
sebuah jasa terjadi dalam setiap service encounter, dimana saat-saat inilah
konsumen menerima penggalan-penggalan kualitas dari sebuah perusahaan jasa
dan setiap penggalan kualitas ini akan menyumbang pada kepuasan konsumen
secara total. Sementara dari sudut pandang pemasar, setiap service encounter
merupakan kesempatan untuk membuktikan kualitas dan kesempatan untuk
meningkatkan loyalitas konsumen.
Kesalahan atau masalah yang terjadi pada tahap awal service encounter (dari
serangkaian service encounter sebuah jasa secara menyeluruh) akan sangat
menentukan apakah seorang konsumen akan terus menggunakan jasa atau
menghentikan konsumsi sebelum penyajian jasa berakhir. Namun demikian,
service encounter - service encounter berikutnya juga mempunyai pengaruh pada
kepuasan dan loyalitas konsumen. Setiap service encounter akan menciptakan
kesan tersendiri dalam benak konsumen.
Oleh karena itu, pemasar harus menjaga konsistensi kualitas dari setiap u.
Hasil studi literatur yang dilakukan oleh Zeithaml et al. (2009) menunjukkan
bahwa setiap perusahaan jasa mempunyai beberapa service encounter yang
menjadi kunci keberhasilan karena mempunyai peran besar dalam menentukan
kepuasan konsumen. Sebagai contoh:
untuk jasa hotel, 10 menit pertama merupakan momen penting bagi tahap awal
service encounter untuk memastikan apakah tamu hotel tetap tinggal di hotel atau
pindah ke hotel lain. Sementara untuk jasa hotel, hasil penelitian menunjukkan
bahwa service encounter yang berhubungan dengan staf perawatan adalah service
encounter yang lebih penting.
Konsumen mempunyai harapan yang lebih spesifik dan lebih nyata dari setiap
encounter dibanding harapan terhadap jasa secara keseluruhan. Sebagai contoh,
jumlah menit dimana seorang konsumen berharap ketika menunggu pesanan tiba
di meja dibandingkan harapan konsumen terhadap kecepatan pelayanan restoran
secara umum. Oleh karena itu, pemasar harus mengidentifikasi harapan konsumen
di setiap service encounter terutama untuk service encounter yang menjadi kunci
dari usaha jasanya.
c. Jenis-Jenis Service Encounter
Terdapat 3 jenis service encounter yaitu : remote encounter, phone encounter dan
face to face encounter (Zeithaml et al., 2009).
1. Remote encounter dan phone encounter dapat terjadi tanpa adanya hubungan
langsung antar personel. Sebagai contoh, ketikaseorang nasabah
menggunakan ATM dari sebuah bank, ketika seorang pelanggan toko
menggunakan telepon untuk memesan barang yang akan dibelinya, ketika
seorang konsumen mencari informasi dari iklan di internet dan sebagainya.
Meskipun tidak ada hubungan personal secara langsung, service encounter
tersebut tetap merupakan kesempatan bagi perusahaan jasa untuk
membuktikan kualitas jasanya.
2. Dalam remote encounter, bukti-bukti fisik yang nampak dan kualitas proses
secara teknikal menjadi dasar bagi konsumen dalam menilai kualitas jasa.
Sementara dalam phone encounter, tekanan suara, pengetahuan dan keahlian
karyawan penerima telepon dalam menangani keinginan konsumen sangat
mempengaruhi penilaian konsumen terhadap kualitas.
3. Face to face encounter terjadi ketika konsumen dan penyedia jasa bertemu
secara langsung secara personal. Jenis encounter ini paling komplek dibanding
jenis lainnya. Perilaku verbal maupun non verbal sangat menentukan kualitas
jasa. Bahkan peran konsumen dalam berinteraksi itu sendiri juga sangat
menentukan kualitas jasa.
E. SERVICE SCAPES
Lingkungan layanan atau servicescape, merupakan elemen penting dalam
bauran pemasaran jasa yang secara nyata turut mempengaruhi kepuasan seorang
konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan. Fasilitas servicescape
yang disediakan dapat memberikan kesempatan istimewa kepada perusahaan
dalam mengirimkan pesan-pesan yang kuat dan konsisten berkenaan dengan apa yang
ingin dicapai, diberikan perusahaan kepada segmen pasar yang dituju, serta pesan-
pesan berkenaan dengan karakteristik jasa yang dimiliki. Servicescape juga sangat
penting dalam membentuk image atau persepsi karena melalui lingkunganlayanan
konsumen siap untuk mengidentifikasikan dan membandingkan suatu perusahaan
jasa dengan perusahaan jasa lainnya. Berikut adalah pengertian servicescape
menurut para ahli:
Lovelock dan Wirtz (2011:276) mendefiniskan servicescape sebagai
berikut, “Service environment, also called servicescape, relate to the style and
appearance of the physical surrondings and experiental elements encountered by
customers at service delivery site”. Lingkungan layanan yang disebut juga
servicescape, merupakan gaya dan wujud dari lingkungan fisik dan
elemenelemen eksperiental lainnya yang ditemukan oleh pelanggan di tempat
jasa tersebut disampaikan.
Menurut Bitner (1992) dalam Mudie dan Pirrie (2006:84), servicescape
memiliki dimensi kunci yang terdiri dari atau kondisi lingkungan (ambient condition),
ruang dan fungsi (space and functionality), dan kegunaan tanda-tanda, simbol dan
artefak (the use of signs, symbol, and artifacts).
Pemakaian servicescape mengacu pada siapa yang melakukan tindakan dalam
servicescape baik itu pelanggan, karyawan maupun keduanya). Menurut Mary Jo
Bitner dalam buku Zeithaml dan Bitner (2013:282), tipologi servicescapedapat dibagi
menjadi dua dimensi utama, yaitu pemakaian lingkungan layanandan
kompleksitas fisik lingkungan organisasi, sebagai berikut:
1) Servicescape usage (pemakaian lingkungan layanan)
Berdasarkan pemakaian fisik mengacu pada siapa yang melakukan
tindakan dalam lingkungan fisik (servicescape), baik itu pelanggan,
karyawan, maupun keduanya.
2) Complexity of the servicescape (kompleksitas fisik lingkungan organisasi)
Berdasarkan kompleksitas fisik, lingkungan fisik dapat dikelompokan menjadi
dua, sebagai berikut:
a. Lean environment, yaitu lingkungan jasa yang sangat sederhana,
dengan sedikit elemen, sedikit ruang dan hanya segelintir peralatan.
b. Elaborate environment, yaitu lingkungan jasa yang sangat kompleks,
dengan banyak elemen dan banyak bentuk.
LOKASI FASILITAS JASA.
Menurut (Heizer dan Render, 2004 : 410). bahwa seperempat total pendapatan
perusahaan mungkin dibutuhkan hanya untuk menutup biaya pengangkutan bahan mentah
yang masuk dan produk jasa yang keluar dari perusahaan.
Keputusanlokasiseringbergantungkepadatipebisnis.Untukkeputusanlokasi industri,
strategi yang digunakan biasanya adalah strategi untuk meminimalkan biaya, sedangkan
untuk bisnis eceran dan jasa profesional, strategi yang digunakan terfokus
padamemaksimalkanpendapatan.Alasanutamaterjadinyaperbedaandalampemilihan lokasi
adalah adanya perbedaan kebutuhan masing-masing perusahaan. Lokasi yang baik adalah
persoalan individual. Hal ini sering disebut pendekatan “situasional” atau “contingency”
untuk pembuatan keputusan – bila dinyatakan secara sederhana, “semuanya bergantung” (T.
Hani Handoko, 2000 :67).
2. Kedekatan dengan pasar. Dekat dengan pasar akan membuat perusahaan dapat
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para langganan, dan sering
mengurangi biayadistribusi.
4. Kedekatandenganbahanmentahdansupplier.Apabilabahanmentahberatdan susut
cukup besar dalam proses produksi maka perusahaan lebih baik berlokasi dekat
dengan bahan mentah, misal pabrik semen, kayu, kertas, danbaja
5. Fasilitas dan biaya transportasi. Tersedianya fasilitas transportasi baik lewat darat,
udara, dan air akan melancarkan pengadaan faktor-faktor produksi dan penyaluran
produkperusahaan.
Jasatidakdipasarkanmelaluisalurandistribusitradisionalsepertihalnyabarang fisik.,
misalnya dari pabrik ke pedagang grosir, kemudian ke pengecer untuk selanjutnya
diteruskan kepada konsumenakhir.
Secara sederhana waralaba bias diartikan sebagai system pemasaran atau distribusi
barang dan jasa, dimana sebuah perusahaan induk (franchisor) memberikan kepada individu
atau perusahaan lain (franchisee) yang berskala kecil atau menengah, hak-hak istimewa
untuk melakukan sistem usaha tertentu dengan cara yang sudah di tentukan, selama waktu
tertentu dan di tempat tertentu pula.
Secara garis besar terdapat tiga bentuk sistem waralaba. Pertama, product franschise
atau product distribution franschising, di mana franschisor memberikan kekeluasaan bagi
para franchisee untuk memproduksi dan mendistribusikan lini produk tertentu dengan
menggunakan nama merek dan sistem pemasaran yang dikembangkan oleh franschisor.
Akan tetapi, lokasi fasilitas jasa acapkali tetap merupakan faktor krusial yang
berpengaruh terhadap kesuksesan suatu jasa, karenalokasierat kaitannyadenganpasar
potensialpenyediajasa.Secaragarisbesar,adaduakemungkinanpertimbangandalam hal lokasi
fasilitas jasa. Pertama, pelanggan mendatangi fasilitas jasa, misalnya pasien dating ke
tempat praktek dokter, puskesmas atau rumah sakit. Kemungkinan kedua adalah penyedia
jasa yang mendatangipelanggan.
Pemilihan tempat atau lokasi memerlukan pertimbangan cermat terhadap beberapa faktor
berikut :
1. Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.
2. Vasibilitas, yaitu lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan jelas dari jarak
pandangnormal.
Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberikan peluang besar terhadap
terjadinya impulse buying.
4. Tempat parkir yang luas, nyaman, dan aman, baik untuk kendaraan roda dua
maupun rodaempat.
5. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha di
kemudianhari.
6. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan.
7. Kompetisi, yaitu lokasipesaing.
8. Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang bengkel kendaraan
bermotor terlalu berdekatan dengan pemukimanpenduduk.
Banyak definisi tata letak pabrik yang dikemukakan oleh para ahli yang pada dasarnya
adalah sama, diantaranya yaitu :
2. Tataletakfasilitasadalahfungsiyangmelibatkananalisa(sintesa),perencanaan dan
desain dari interelasi antara pengaturan fasilitas fisik, pergerakan material, aktivitas
yang dihubungkan dengan personil dan aliran informasi yang dibutuhkan untuk
mencapai performan optimum dalam rentang aktivitas yang berhubungan (James M,
Apple,1990).
Didalam perencanaan fasilitas pabrik ada dua hal pokok yang akan dibahas, yaitu
pertama berkaitan dengan perencanaan lokasi pabrik (plant location) yaitu
penetapanlokasidimanafasilitas-fasilitasproduksiharusditempatkan,danyangkedua adalah
perancangan fasilitas produksi (facilities design) yang akan meliputi perancangan struktur
bangunan (structure design), perancangan tata letak fasilitas produksi (facilities/plan layout
design) dan perancangan sistem pemindahanmaterial.
Keadaan (setting) dan lingkungan tempat penyampaian jasa merupakan aspek yang
tidak kalah pentingnya dan tidak boleh dilupakan dalam desain jasa. Persepsi
pelangganterhadapsuatujasadapatdipengaruhiolehatmosfir(suasana)yangdibentuk oleh
eksterior dan interior fasilitastersebut.
Bila kita memasuki salah satu hotel atau bank, seringkali secara sadar atau tidak
sadar kita memikirkan beberapa hal berikut :
Apa yang dapat digambarkan bentuk luar (eksterior) hotel atau bank tersebut
tentang penawaran yang ada didalamnya?
Adapun unsur-unsur yang perlu dipertimbangkan dalam tata letak fasilitas jasa
meliputi (Mudie dan Cottam, 1993) :
1. Pertimbangan/perencanaan spasial
Aspek-aspek seperti simetri, proporsi, tekstur, warna dan lain-lain dipertimbangkan,
dikombinasikan, dan dikembangkan untuk memancing respon intelektual maupun
emosional dari pemakai orang yang melihatnya. Respon inilah yang dipersepsikan
sebagai kualitas visual. Kualitas ini dapat dimanupalasi atau dikendalikan perancang
untuk menciptakanlingkungan tertentu yang mampu mendorong terbentuknya respon
yang diinginkan dari pelanggan.
2. Perencanaanruangan.
3. Perlengkapan(perabotan).
4. TataCahaya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain tata cahaya adalah cahaya
disiang hari, warna, jenis dan sifat aktifitas yang dilakukan didalam ruangan, persepsi
penyedia jasa akan tugasnya, tingkat ketajaman penglihatan,dan suasana yang
diinginkan(tenang, damai, segar, riang, gempita, dan lain-lain).
5. Warna
Banyak orang yang menyatakan bahwa warna memiliki bahasanya sendiri, dimana
warna dapat mengerakkan perasaan dan emosi. Sebagai contoh, warna bendera setiap
negara memiliki maknanya sendiri-sendiri. Merah pada bendera Indonesia berarti
berani dan putih artinya suci. Di dalam suatu warna terkandung tiga unsur:
Hue (corak warna), yaitu nama dari warna, seperti merahh, biru,hijau.
Ruang lingkup pekerjaan rancang fasilitas mencakup satu kajian yang cermat paling
tidak dari bidang-bidang berikut : (James M. Apple, 1990)
1. Pengangkutan
2. Penerimaan
3. Gudang bahanbaku
4. Produksi
5. Perakitan
6. Pengemasan danpengepakan
7. Pemindahanbarang
8. Pelayananpegawai
9. Kegiatan produksipenunjang
10. Pergudangan
11. Pengiriman
12. Perkantoran
13. Fasilitas luar(penunjang)
14. Bangunan
15. Lahan
16. Lokasi
17. Keamanan
18. Buangan
1. Selfservice
Yaitumengalihkanpelanggandariyangsemulahanyaberperansebagai penerima
layanan menjadi produsenjasa.
2. Directservice
Yakni membawa layanan atau jasa ke tempat pelanggan ( rumah atau kantor ).
3. Pre service
Yaitu merampingkan proses aktivasi jasa. Focus pre service adalah proses–
prosesfrontendyangbisadisedarhanakanagarpelanggandapatsegera mendapatkan
layananinti.
4. Bundled service
Yaitu menggabungkan berbagai jasa kedalam satu produk.
5. Physicalservice
Yakni,mengubahpengalamanpelanggandengancaramerancangulang elemen tangible
pengalaman jasa, seperti fasilitas jasa, peralatan, penampilan karyawan, materi
komunikasi pemasaran danlain-lain.
PERMINTAAN
Pengertian permintaan adalah sejumlah barang dan jasa yang diinginkan untuk dibeli
untuk memenuhi kebutuhan pada berbagai tingkat harga dan waktu tertentu di
pasar.
Permintaan dapat dibagi menjadi:
Intensitas kebutuhan
Semakin penting barang/jasa dalam memenuhi kebutuhan seseorang maka
jumlah permintaannya akan semakin meningkat. Misalnya permintaan payung
di kala hujan akan lebih tinggi dibandingkan saat tidak hujan.
Jumlah penduduk
Semakin besar jumlah penduduk di suatu negara maka semkain besar
permintaannya terhadap barang/jasa.
Selera
Peningkatan selera pada satu jenis barang/jasa akan meningkatkan permintaan
terhadap barang/jasa tersebut dibandingkan dengan jenis barang/jasa lain.
Misalnya permintaan terhadap tiket konser artis Korea meningkat akhir-akhir
ini karena meningkatnya kegemaran remaja Indonesia terhadap artis-artis
tersebut.
Barang Pengganti
Ketersediaan barang pengganti berpengaruh terhadap jumlah barang dan jasa
yang diminta. Ketika harga teh meningkat, masyarakat yang menganggap kopi
adalah barang substitusi dari teh akan mengalihkan pembeliaannya ke kopi
sehingga permintaan kopi akan meningkat.
Kurva Permintaan
Kurva permintaan adalah kurva yang menggambarkan fungsi antara harga dan jumlah
barang yang diminta. Perubahan pada harga barang itu sendiri akan menyebabkan
pergeseran sepanjang kurva permintaan (gambar A) sementara perubahan pada faktor-
faktor lain akan menyebabkan pergeseran kurva (gambar B).
Gambar 1
Gambar 2
PENAWARAN
Pengertian penarawan adalah sejumlah barang dan jasa yang tersedia di pasar untuk
dijual pada berbagai tingkat harga dan waktu tertentu.
Hukum Penawaran
Berkebalikan dengan hukum permintaan, peningkatan harga barang/jasa akan
menyebabkan penwaran terhadap barang/jasa tersebut meninngkat dan sebaliknya,
dengan asumsi faktor lain dianggap tetap.
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penawaran
Selain harga barang itu sendiri, beberapa faktor lain yang memengaruhi permintaan
adalah:
Biaya produksi
Tinggi rendahnya biaya produksi berpengaruh terhadap kemampuan produksi
dan harga jual barang, sehingga berpengaruh terhadap jumlah penawaran.
Teknologi
Semakin mutakhir teknologi yang digunakan maka produksi semakin efisien
sehingga jumlah yang ditawarkan dapat ditingkatkan.
Kurva penawaran
Kurva penwaran adalah kurva yang menggambarkan fungsi antara harga
dengan jumlah barang/ jasa yang ditawarkan. Perubahan harga barang/jasa itu
sendiri akan berpengaruh terhadap pergerakan sepanjang kurva penawaran
(gambar 1) sementara perubahan pada faktor lain akan berpengaruh terhadap
pergeseran kurva permintaan (gambar 2).
Gambar 3
Gambar 4
Keterangan: Perkiraan peningkatan harga di masa mendatang mengurangi jumlah
yang ditawarkan saat ini (dari A ke B).
Salahsatutantanganterbesardalampemasaranadalahmenyelaraskankapasitas
penawaran dan permintaan terhadap jasa perusahaan. Dalam setiap momen tertentu,
jasa berkapasitas tetap akan menghadapi salah satu dari empat kondisi berikut:
1. Permintaan berlebihan
Dalam kondisi seperti ini tingkat permintaan jauh melampaui kapasitas
maksimum yang tersedia.
4. Kapasitas berlebihan
Permintaan berada dibawah tingkat optimum, sehingga ada sebagian
sumberdaya yang terbuangpercuma.
Strategi Mengelola permintaan
Sebagai co-producer Edvarsson, et al. , 1994 atau partial empoyee Schneider Bowen,
1983, pelanggan bisa memainkan peran aktif dalam operasi jasa. Partisipasi bisa juga terbatas
pada bentuk keterlibatan yang lebih pasif, misalnya dalam bentuk:
a. Kebutuhan akan kehadiran fisik, misalnya operasi ginjal atau tambal gigi
b. Kebutuhan akan kehadiran pelanggan secara mental, misalnya jasa pendidikan
c. Kebutuhan untuk memulai dan mengakhiri proses jasa, misalnya reparasi mobil
Riset Schneider, et al. 1998, 2002 menemukan bahwa iklim atau suasana jasa service
climate tempat kerja karyawan jasa mempengaruhi kepuasan pelanggan secara signifikan.
Dengan kata lain, iklim jasa yang positif berkaitan erat dengan tingkat kepuasan pelanggan
yang lebih tinggi, terutama apabila tingkat intangibilitas penawaran tinggi; jika tingkat
kendala waktu penyampaian jasa harus dirampungkan dengan cepat dan kebutuhan bekerja
sama dengan orang lain tinggi; serta manakala semua karyawan menyepakati bahwa kualitas
jasa merupakan prioritas strategik organisasi.
Gittell, 2002. Scheider 2004 mengungkapkan bahwa kesimpulan ini konsisten pada
sejumlah industri jasa, seperti bank, perusahaan asuransi, pasar swalayan, perusahaan
pendanaan mobil, perusahaan ritel, hotel, dan restoran. Iklim jasa yang kuat terbentuk
manakala para karyawan menyepakati bahwa kualitas jasa benar-benar difokuskan dalam
organisasinya dan itu tercermin dalam perilaku manajemen.
Partisipasi pelanggan juga mengacu pada tingkat usaha dan keterlibatan pelanggan,
baik mentak maupun fisik yang dibutuhkan dalam rangka memproduksi dan menyampaikan
suatu konsep jasa. Pelanggan berpartisipasi dalam produksi dan penyampaian jasa dengan
cara menyediakan tenaga atau pengetahuan pada proses penciptaan jasa. Tingkat pertisipasi
pelanggan bervariasi menurut McColl Kennedy, 2003 diantaranya:
1. Pelanggan
2. Proses
Untuk mendorong partisipasi pelanggan dalam penyampaian jasa, proses jasa harus
dibuat sesederhana mungkin.
3. Jasa
2. Reciprocal servicedesign
4. Pooled servicedesign
Pertisipasi pelanggan tidak lepas dari masalah. Setidaknya ada empat masalah
potensial berkenan dengan implementasi partisipasi pelanggan.
- Pertama, partisipasi pelanggan dalam proses penyampaian jasa secara
berkesinambungan menyebabkan meningkatnya ketidakpastian dalamaktivitas
produksi.
- Kedua, minimnya atau bahkan tidak ada interaksi antara pelanggan dan karyawan
jasa dalam pemanfaatan teknologi swalayan yang menyebabkan penyedia jasa
sulit menciptakan loyalitas sejati yang bercirikan sikap positif dan perilaku
pembelian ulang tinggi.
- Ketiga, semakin besarnya partisipasi pelanggan dalam proses penyampaian data
yang di fasilitasi dengan pemanfaatan teknologi berpotensi mengubah
karakteristik peran karyawan jasa.
- Keempat, apabila teknologi memainkan peran besar dalam memfasilitasi
peningkatan partisipasi pelanggan, ada risiko bahwa teknologi gagal berfungsi
sebagai mana yang diharapkan.
Kesimpulan dari ini semua adalah bahwa perusahaan harus memuaskan para
karyawannya dalam rangka mewujudkan kepuasan pelanggan. Secara ringkas Dowling, 2004
menggambarkan betapa pentingnya peran karyawan dalam setiap organisasi, apalagi
penyedia jasa.
DAFTAR PUSTAKA
Bary Render dan Jay Heizer, 2005. Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh, Buku 1, Jakarta.
Penerbit: Salemba Empat
Jacobs F,Robert dan Chase B, Richard, 2015. Manajemen Operasi dan Rantai Pasokan,
Operations and Supply Chain Management, Edisi 14, Buku 1, Jakarta. Penerbit:
Salemba Empat.
Rahayu, Fatik. 2013. Dampak Service Encounter Qualityterhadap Service Value Evaluation:
Studipada Higher Education Service.Media Riset Akuntansi, Auditing &
Informasi. Vol.13 No.3 : 19-22
Pfdslide.2015.Desain Sistem Ian Jasa. Dikutip
darihttps://pdfslide.net/documents/desain-sistem-ian-jasa.html (Diakses 06 april 2020)
https://jigelworld.blogspot.com/2015/04/resume-bab-4-sistem-penyampaian-
jasa.htmlhttp://staffnew.uny.ac.id/upload/132233218/pendidikan/PERTEMUAN
%205.pdf
http://jsma.stanim.ac.id/pdf/vol4/1/3%20Sistem%20Penyampaian%20Jasa
%20%28Service%20Delivery%29%20Sebagai%20Salah%20Satu%20Faktor
%20Pembentuk%20Citra%20Perusahaan%20Atau%20Organisasi%20-%20Tatang
%20Kusmayadi.pdf
https://www.ilmu-ekonomi-id.com/2018/08/desain-jasa-pengertian-perbedaan-
desain-produk-dan-jasa-serta-tahapan-desain-jasa.html
http://xerma.blogspot.com/2014/12/pengertian-tata-letak-fasilitas.html
https://text-id.123dok.com/document/1y9jkgwqg-peranan-pelanggan-dan-karyawan-dalam-
sistem-jasa.html
http://doputsi.blogspot.com/2016/05/peran-karyawan-dalam-penyampaian-jasa.html?m=1
https://www.studiobelajar.com/permintaan-dan-penawaran/
http://permintaandanpenawaranjasa.blogspot.com/2017/04/strategi-menyelaraskan-
permintaan-dan.html
eprints.undip.ac.id
Gambar : 1. https://i1.wp.com/www.studiobelajar.com/wp-content/uploads/2015/09/kurva-
permintaan.jpg?w=960
2. https://i1.wp.com/www.studiobelajar.com/wp-
content/uploads/2015/09/pergeseran-kurva-permintaan.jpg?w=960
3. https://i2.wp.com/www.studiobelajar.com/wp-content/uploads/2015/09/kurva-
penawaran.jpg?w=960
4. https://i2.wp.com/www.studiobelajar.com/wp-
content/uploads/2015/09/pergeseran-kurva-penawaran.jpg?w=960