Anda di halaman 1dari 21

ASKEP PADA PASIEN TERMINAL ILLNES (PALLIATIVE CARE)

PADA ODHA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS

Kelompok I

1. Aryo Rahmat I (SK116009)


2. Azidatun Nasihah (SK117006)
3. Fika Rizkiyatul M (SK117012)
4. Lailatul Ijazah (SK117020)
5. Ratih Puspita D (SK117026)
6. Sri Mulyani (SK117032)

Program Studi Ilmu Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
2020
KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Makalah Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Terminal Illnes pada ODHA” ini dengan baik.
Makalah ini tidak dapat selesai tanpa dukungan moral dan materi yang
diberikan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terimakasih
kepada:

1. Allah SWT. Yang telah meridhoi pembuatan makalah dengan baik.

2. Ns. Triana Arisdiani, M.Kep.,Sp.Kep. MB dan tim selaku dosen


pengampu keperawatan HIV dan AIDS
3. Orang tua penulis yang telah memberikan dorongan dan motivasi.
4. Teman- teman penulis yang telah memberikan bantuan kepada
penulis.
5. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari


sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari rekan-
rekan pembaca sangat dibutuhkan demi penyempurnaan makalah ini.

Kendal, 17 Maret 2020

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................3
1.3 Tujuan..................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 ODHA .................................................................................................................6


2.1.1 Pengertian .................................................................................................6
2.1.2 Tujuan ........................................................................................................6
2.1.3 Prinsip ........................................................................................................7
2.1.4 Model atau tempat perawatan Palliative care............................................7
2.1.5 Peran dan fungsi perawat pada asuhan keperawatan
paliatif ........................................................................................................8
2.1.6 Prinsip asuhan keperawatan paliatif .........................................................9
2.1.7 Perawatan paliatif pada pasien HIV/AIDS.................................................9
2.1.8 Asuhan keperawatan pasien dengan pengguna ARV ..............................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulaan ........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah bentuk perawatan medis dan kenyamanan
pasien yang mengontrol intensitas penyakit atau memperlambat
kemajuannya, apakah ada atau tidak ada harapan untuk sembuh.
Perawatan paliatif tidak bertujuan untuk menyediakan obat dan juga
tidak sebaliknya perkembangan penyakit. Perawatan paliatif merupakan
bagian penting dalam perawatan pasien yang terminal yang dapat
dilakukan secara sederhana sering kali prioritas utama adalah kualitas
hidup dan bukan kesembuhan dari penyakit pasien. Namun saat ini,
pelayanan kesehatan di indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien
dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada
stadiumn lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada
penyembuhan tetapi juga perawatn agar mencapai kualitas hidup yang
terbaik bagi pasien dan keluarganya. Pada stadium lanjut, pasien
dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik
seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas
tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang
mempengaruhi hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien
pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan atau
pengobatan gejala fisik, namun tidak juga pentingnya dukungan
terhadap kebutuhan psikologi, sosial, dan spiritual yang dilakukan
dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan
paliatif. (Doyle & Macdonald, 2003: 5)

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang
asuhan keperawatan pada pasien terminal illness (palliative care)
ODHA

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien terminal
illnes (palliative care)
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pasien
terminal
c. Mahasiswa mampu menentapkan tujuan dan kriteria hasil pasien
terminal
d. Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan pasien
terminal

2
BAB II

STUDY PUSTAKA

A. Paliative care
1. Definisi
Palliative care adalah pendekatan yang bertujuan untuk
memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang mengahadapi
masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa,
melalui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan,
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalah lain baik fisik, psikososial, dan spiritual (WHO, 2011).
Palliative care merupakan pendekatan yang meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi
masalah terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa melalui
pencegahan-pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit
masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (Kemenkes RI Nomor
812, 2007)
2. Tujuan
Tujuan dari perawatan Palliative care adalah untuk mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidup, juga memberikan support kepada pasien dan keluarganya.
Meskipun pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum
meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stress
menghadapi penyakit yang dideritanya.
Perawatan paliatif meliputi :
a. Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan
lainnya
b. Menegaskan hidup dan mempercepat atau menunda kematian
c. Mengintegrasikan aspek-aspek paikologis dan spiritual
perawatan pasien
d. Tidak mempercepat atau melambat kematian
e. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu

3
f. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga
menghadapi penyakit pasien dan kehilangan mereka.
3. Prinsip
Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri pasien
dan keluarga pasien, dukungan untuk caregiver, Palliative care
merupakan akses yang kompeten dan belas kasih, mengembangkan
profesional dan sosial support untuk perawatan Palliative care.
Melanjutkan serta mengembangkan perawatan Palliative care
melalui penelitian dan pendidikan (Ferrell & Coyle, 2007).
4. Model atau tempat perawatan Palliative care
a. Rumah sakit (Hospice hospital care) poliklinik, rawat singkat,
rawat inap
b. Rumah (Hospice home care)
c. Hospis (Hospice care)
5. Peran dan fungsi perawat pada asuhan keperawatan paliatif
a. Pelaksana perawat
Memberikan asuhan keperawatan, pendidikan kesehatan,
koordinator, advokasi, kolaborator, fasilitator, modifikasi
lingkungan
b. Pengelola
Manajer kasus, konsultan, koordinasi
c. Pendidik
d. Peneliti
6. Prinsip asuhan perawatan paliatif
a. Melaksanakan pengkajian dengan cermat, mendengarkan
keluhan dengan sungguh-sungguh
b. Menetapkan diagnosa
c. Merencanakan asuhan keperawatan
d. Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan
e. Mengevaluasi perkembangan pasien secara cermat.

4
Perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita penyakit
terminal yang tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif. Perawatan
ini mencakup pasien dan melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono &
Rasdjidi, 2008)

Pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien dan


keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam nyawa, dengan
cara meringankan penderitaan rasa sakit, melalui identifikasi dini,
pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lain baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (WHO, 2016).

Serupa dengan penyakit kronis lainnya, pergeseran ke arah paliatif


masa akhir kehidupan merupakan keputusan yang membutuhkan
banyak pertimbangan dan kolaborasi antar pasien, keluarga, dan
pendamping. Terapi pada HIV secara spesifik baik terhadap penyakit
dan gejala, saat digunakan bersamaan, dapat membantu mengendalikan
gejala serta secara signifikan berkontribusi terhadap kenyamanan
pasien. Pada beberapa kasus, intervensi yang disesuaikan dengan
penyakit mungkin tidak memiliki manfaat memperpanjang kehidupan
secara langsung namun dapat membantu memberikan kualitas hidup
pada pasien yang akan meninggal. Pada individu lain, hal tersebut
mungkin juga dapat meringankan penderitaan dengan segera, serta
memperpanjang kehidupan. (Cherny, N., et al., 2015).

5
B. Perawatan paliatif pada pasien HIV/ AIDS.
Perawatan pasien dengan HIV tergolong rumit seperti pengobatan
gejala saat virus terkontrol atau membantu dengan perencanaan
perawatan lebih lanjut pada masa akhir kehidupan, tim perawatan
paliatif berperan penting dalam mendukung pasien dan dokter melalui
proses ini. Hal ini menjadi alasan perawatan paliatif dianjurkan sebagai
terapi pendamping bagi pasien HIV. Menyadari efek potensial dari
integrasi perawatan paliatif ke dalam perawatan rutin, World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa “perawatan paliatif sebaiknya
tergabung dalam setiap stadium penyakit HIV”. Hal serupa tertera dalam
pedoman UNAIDS yang menyatakan bahwa seluruh individu yang
hidup dengan HIV sebaiknya diberi perawatan paliatif yang efektif
selama pengobatannya. Program yang ada yang menggabungkan
perawatan paliatif ke dalam perawatan HIV beragam, menawarkan
berbagai layanan, termasuk perawatan paliatif berbasis rumah sakit dan
rawat inap (Souza, P.N., 2016).
Perawatan paliatif bukanlah pengganti untuk pemberian ART,
dipandang sebagai terapi tambahan bila digabungkan dalam proses
penyakit HIV dapat meningkatkan hasil luaran. Keterlibatan perawatan
paliatif secara dini tidak hanya meningkatkan kualitas kehidupan, namun
juga dapat memberikan keuntungan dampak kepatuhan terhadap
pengobatan. Sehingga penting untuk kualitas kehidupan dan hasil luaran
penyakit serta kelangsungan hidup untuk memprioritaskan integrasi
perawatan paliatif ke dalam perawatan HIV rutin. (Jones, S.G., 2017).
1 Komponen-komponen perawatan paliatif pada pasien HIV/AIDS
adalah:
a. Penilaian kebutuhan fisik, emosional, sosial dan spiritual
pasien maupun keluarga, meliputi: skrining nyeri dan gejala
fisik lain (termasuk efek samping obat antiretroviral) dan
skrining kesehatan mental serta kebutuhan dukungan sosial.
b. Mengobati gejala berdasarkan temuan medis.

6
c. Memberikan kebutuhan kesehatan mental dan dukungan sosial
berdasarkan kapasitas pelayanan.
d. Mendiskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai
kebutuhan dalam keahlian perawatan diri dan jangka panjang.
e. Melakukan follow-up dan membantu membuat rujukan apabila
dibutuhkan.
Kapan sebaiknya perawatan paliatif diberikan pada pasien HIV
tidak ada disebutkan dalam buku-buku pedoman khusus paliatif,
namun disarankan sebaiknya sejak pasien mendapat informasi
mengenai diagnosis HIV, karena beberapa studi menunjukkan saat
ini merupakan periode untuk kebutuhan paliatif segera. Selama
periode memulai terapi antiretroviral, pasien akan mengalami
ketidaknyamanan psikologis sebagai hasil koping terhadap
keberadaan penyakit ini, bersamaan dengan mengalami penderitaan
fisik yang disebabkan infeksi oportunistik, inflamasi oleh HIV, atau
oleh penyakit komorbid (Engels, J., 2009).
2 Implementasi perawatan paliatif pada pasien HIV
Beberapa studi mengenai implementasi perawatan paliatif
pada beberapa klinik HIV menyimpulkan terdapat lima langkah
proses integrasi perawatan paliatif-HIV (Green, K., Horne, C.,
2012; Engels, J., 2009) :
a. Membentuk tim dan menilai keuntungan dan keterbatasan
integrasi perawatan.
Tim meliputi kepala klinik/rumah sakit atau kepala subdivisi,
klinisi dari berbagai disiplin ilmu, perawat, dan klien atau
pasien. Tugas tim adalah menjamin bahwa proses integrasi
sesuai dan efisien. Tujuan primer tim adalah melakukan
penilaian kebutuhan perawatan paliatif pasien dan memutuskan
langkah yang harus diambil dalam rangka memenuhi
kebutuhan pasien. selanjutnya akan dipandu dan dimonitor
implementasinya. Pembentukan tim disesuaikan di masing-
masing tempat pelayanan.

7
b. Membuat perencanaan integrasi
Tujuan perencanaan integrasi adalah untuk memudahkan
tim integrasi mengambil langkah yang dibutuhkan dalam
menyediakan perawatan paliatif bagi pasien. Perencanaan
sebaiknya dibuat secara kolaboratif dengan bidang disiplin
lain, dan disusun secara spesifik mengenai apa yang
dibutuhkan, kapan dan oleh siapa. Idealnya perencanaan
tersebut harus melalui proses validasi.
c. Membangun sistem dan keahlian, memungkinkan integrasi
perawatan paliatif.
Perawatan paliatif masih tergolong baru dikenal oleh
pekerja kesehatan pelayanan pasien HIV, sehingga langkah
pertama yang penting adalah memberikan pelatihan dasar pada
mereka. Pelatihan dasar bisa diselesaikan dalam waktu
beberapa hari atau kurang, informasi yang diberikan meliputi:
1) Mengapa perawatan paliatif penting bagi kualitas hidup
pasien dan keluarganya.
2) Prevalensi nyeri, gejala lain dan gangguan kesehatan
mental yang bisa terjadi pada pasien HIV.
3) Intervensi utama pada pelayanan pasien HIV yang dapat
diimplementasikan untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut.
Langkah lain adalah menggunakan alat ukur untuk deteksi
gejala dan perawatan paliatif yang dibutuhkan. Terdapat
beberapa alat ukur untuk penilaian pasien yang dapat
digunakan pada perawatan pasien HIV, antara lain Palliative
Care Outcome Scale (POS) dan Memorial Symptom
Assesment Scale. Pusat perawatan HIV dapat menggunakan
alat ukur tersebut atau membuat sendiri alat ukurnya. Contoh
alat ukur yang dikembangkan oleh suatu klinik HIV di
Vietnam adalah alat ukur singkat yang menggambarkan
bermacam-macam gejala dan masalah. Alat ukur ini bertujuan

8
melihat masalah atau gejala yang ada pada pasien di klinik
HIV mereka dan dibuat tingkat keparahannya, seperti terlihat
pada gambar di bawah ini (Gwyther, L., et al., 2006; Engels, J.,
2009; Green, K., Horne, C., 2012).

C. Kasus ODHA
Tn.R, 40 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan mudah sakit-
sakitan, demam, flu, pusing, sakit kepala, nyeri dada, berkeringat pada
malam hari. Pemeriksaan fisik didapatkan terdapat benjolan di sekitar
leher. Perawatan hari ke 3 klien mengeluhkan sesak nafas dan jantung
berdebar-debar. Hari ke 4 pasien mengalami penurunan kesadaran, TD:
90/60 mmHg, N: 88x/menit, S:39°C, RR: 26x/menit dengan O2 sungkup
51/menit. Keluarga mengatakan cemas dengan kondisi Tn.R yang makin
menurun.

9
1. ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1 DS :Klien mengatakan sesak nafas Hiperventiasi Ketidakefektifan
DO : klian tampak sesak nafas , Klien terpasang sungkup pola nafas
51/menit (00032)
RR : 26X/ menit

2 DS : Klien mengatakan badanya panas Respon penyakit Hipertermia


DO : wajah pasien tampak merah (00007)
S : 39 ◦c

3 DS : Keluarga Klien mengatakan cemas dengan kondisi Tn. penyakit terminal Ansietas Kematian
R yang makin menurun (00147)
DO : Keluarga tampak cemas, sedih dan keluarga tampak

9
gelisah

4. DS : Pasien mengatakan nyeri dada Agen cidera biologis Nyeri akut ( 00132 )
DO : pasien tampak mringis kesakitan
P : nyeri karena sesak nafas
Q : seperti dirusuk
R : bagian dada
S:5
T : terus menerus

10
2. Diagnose keperawatan :
a) Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi
b) Hipertermia b/d respon penyakit
c) Ansietas kematian b/d penyakit terminal
d) Nyeri akut b/d agen cidera biologis
3. Prioritas diagnose keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi
b. Nyeri akut b/d agen cidera biologis
c. Hipertermia b/d respon penyakit
d. Ansietas kematian b/d penyakit terminal

11
4. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA Tujuan dan kriteria hasil INTERVENSI


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan klien dapat :
NIC : Managemen jalan nafas ( 3140 )
NOC : Status Pernafasan (0415)
O : observasi tanda-tanda vital ( pernafasan )
Skala outcome:
Ketidakefektif N : posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
1. Deviasi berat dari kisaran normal
an -Auskultasi suara nafas ,catat ventilainya yang
2. Deviasi yang cukup berat dari kisaran normal
pola nafas suaranya menurun
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
(00032) E : motivasi pasien untuk bernafas pelan dan dalam
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
C : kolaborasi dengan dokter tentang pemberian
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
oksigenasi
Kriteria Hasil:
Frekuensi pernafasan dipertahankan pada skala 2
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam NIC : managemen nyeri ( 1400 )
(00132 ) diharapkan klien dapat : O : Observasi skala nyeri
NOC : control nyeri ( 1605 ) N : Lakukan pengkajian secara komperhensif
Skala outcome: E : Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
1. tidak pernah menunjukan ( relaksasi , hypnosis , tens, dll )

12
2. jarang menunjukan -Pastikan perawatan analgesic bagi pasien
3. kadang-kadang menunjukan dilakukan dengan pemantauan yang tepat
4. sering menunjukan C : Kolaborasi dengan pasien , orangterdekat dan tim
5. secara konsisten menunjukan kesehatan lainya untuk memilh dan mengimplementasi
Kriteria Hasil: tindakan penurunan nyeri non farmakologi sesuai
1. Mengenal kapan nyeri terjadi di pertahankan kebutuhan
pada skala 2 di tingkatkan ke skala 4 -Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain dalam
2. Menggambarkan factor penyebab dipertahankan pemberian obat anagesik sesuai kebutuhan
pada skala 2 ditingkatkan ke skala 4
3.Melaporkan nyeri yang terkontrol di pertahankan
pada skala 2 di tingkatkan ke skala 4
4.Menggunakan analgesic yang direkomendasikan
di pertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala
4

Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam NIC : Perawatan demam ( 3740 )
(00007) diharapkan klien dapat : O : Pantau suhu tubuh dan tanda-tanda vital
NOC: Termoregulasi (0800) -Monitor warna kulit

13
E : Motivasi pasien untuk konsumsi cairan
Skala outcome : - Berikan informasi kepada keluarga pasien untuk
1. Sangat terganggu menyesuaikan suhu lingkungan sesuai kebutuhan
2. Banyak terganggu pasien.
3. Cukup terganggu N : tingkatkan intake cairan dan nurisi adekuat
4. Sedikit terganggu C : kolabrasi pada dokter daam pemberian obat
5. Tidak terganggu antipiretik sesuai kebutuhan pasien.

Kriteria Hasil :
1. Berkeringat saat panas dipertahankan pada skala 2
tingkatkan ke skala 4
2. Penurunan suhu tubuh dipertahankan pada skala 2
ditingkatkan ke skala 4
3. Perubahan warna kulit dipertahankan pada skala 2
ditingkatkan ke skala 5

Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam NIC : pengurangan kecemasan ( 5820 )
Kematian diharapkan klien dapat : O : Observasi tingkat kecemasan

14
(00147) NOC: Tingkat Kecemasan (1211) keluarga
Skala outcome: N : Gunakan pendekatan yang tenang
1. Berat dan menyakinkan
2. Cukup berat -Dorong keluarga untk mendamping
3. Sedang klien dengan cara yang tepat
4. Ringan -Berikan aktivitas pengganti yang
5. Tidak ada bertjuan mengurangi tekanan
Kriteria Hasil: E : berikan informasi factual terkait
1. Tidak dapat beristirahat dipertahankan pada skala 2 diagnosis, perawatan dann prognosis.
ditingkatan ke 4 berikan aktivitas pengganti yang
2. Perasaan gelisah dipertahankan pada skala 2 bertjuan mengurangi tekanan
ditingkatkan ke skala 4 C : kolabrasi dengan dokter tenang
3. Kesulitan berkonsentrasi dipertahankan pada skala 2 aturan penggunaan obat-obatan untuk
ditingkatkan ke skala 4 mengurangi kecemasan secara tepat

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Palliative care merupakan pendekatan yang meningkatkan kualitas
hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah
terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa melalui
pencegahan-pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit
masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual. Perawatan yang
dilakukan secara aktif pada penderita penyakit terminal yang tidak
memiliki respon terhadap terapi kuratif.

14
Daftar Pustaka

Doyle, Hanks and Macdonal. 2013. Oxford Textbook of Palliative


Medicine. Oxford Medical publications (OUP) 3 rd end 2003

Ferrell, B.R. & Coyle, N. (Eds) (2007). Textbook Of Palliative Nursing, 2 nd


ed. New York, NY: Oxford University Press.

KEPMENKES RI NOMER: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang


Kebijakan Perawatan Palliative Mentri kesehatan Republik Indonesia.

Coleein, I., 2010. Makna Spiritualitas pada Pasien HIV/AIDS dalam


Konteks Asuhan Keperawatan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo,
tesis. Jakarta: Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai