Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KIMIA FARMASI

ANALISIS GUGUS FUNGSI

DISUSUN OLEH

NAMA : NANANG

NIM : 1900076

PRODI : DIII-B (II)

DOSEN PEMBIMBING:

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

2020
KATA PENGANTAR

uji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah
berjudul “Gugus-gugus Fungsi dalam Kimia Organik” ini telah dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu kewajiban sebagai belajar Kimia Farmasi .

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Materi
Kimia Farmasi terutama mengenai Analis gugus fungsi. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.  

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Jika kalau ada kat kata salah mohon
dimaafkan.

Pekanbaru,02 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................


1.2 Rumusan masalah........................................................................................................
1.3 Tujuan masalah............................................................................................................

BAB II ISI

2.1 Pengertian Analisis kualitatif gugus fungsi.................................................................

2.2 Macam macam gugus Fungsional...............................................................................

2.3 Sifat sifat gugus fungsi...............................................................................................

2.3.1 Alkohol...............................................................................................................

2.3.2 Aldehid................................................................................................................

2.3.3 Asam Karboksilat...............................................................................................

2.3.4 Amina.................................................................................................................

2.3.5 Phenol................................................................................................................

2.3.5 Guanidin............................................................................................................

2.3.6 Gugus karbonil...................................................................................................

2.3.7 Gugus Alkena....................................................................................................

2.4 Senyawa Hidroksi......................................................................................................

2.5 Senyawa Alifatik........................................................................................................

2.6 Senyawa aromatik......................................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................

3.2 Saran............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kimia Farmasi merupakan salah satu ilmu yang tujuannya untuk mengetahui sifat-
sifat fisika dan kimia dari bahan obat-obatan. Khusus untuk bahanobat-obatan yang
berasal dari alam dipelajari dalam ilmu farmakognosi dan fitokimia. Sedangkan proses
untuk mengenal sifat fisika dan kimia bahan obat ini disebut dengan identifikasi atau
analisa(kimia analisis)

Gugus fungsi adalah suatu gugus yang memberikan karakteristik kepada senyawa
organik, oleh karena itu jika suatu molekul memiliki dua gugus fungsi berlainan dengan
jarak yang berjauhan, maka senyawa itu akan mempunyai sifat atau karakteristik dari
masing-masing gugus fungsi, namun apabila letak kedua gugus fungsi tersebut
berdekatan maka gugus fungsi itu akan saling berinteraksi sehingga akan memberikan
sifat-sifat khusus pada senyawa yang bersangkutan tersebut yaitu akan memiliki
sifat gabungan dari kedua gugus yang diikatnya

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud gugus Fungsi
2. Apa saja gugus fungsi
3. Sifat sifat gugus fungsi
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengatahui pengertian analisis kualitatif gugus fungsi
2. Mahasiswa mengatahui gugus analisis gugus fungsi
3. Mahasiswa mengatahui sifat sifat bagian gugus fungsi
BAB II
ISI

2.1 Pengertian analisis kualitatif gugus fungsi


Gugus fungsional adalah gugus yang terdapat dalam suatu senyawa organik yang
beran pada analisa senyawa tersebut. Gugus fungsi ialah atom atau kelompok atom
dalam molekul yang memiliki sifat-sifat kimia yangkhas. Gugus fungsi yang sama
dalam molekul yang berbeda dapat memperlihatkan perilaku kimia yang sama
cenderung . Gugus fungsi menjadi kapak reaktif dalam molekul organik, dan sifat
kimianya kurangbergantung pada sifat hidrokarbon yang dilekatinya. Gugus fungsi
melekat padasuatu kerangka organik dan paling menentukan sifat kimia dari kerangka
tersebut Sebagian besar gugus fungsi yang ditemukan dalam obat-obatan mudah
mengalami hidrolisis pada penyimpanan, tetapi yang paling umum ditemui pada ester
dan amida. Hidrolisis ester dan amida terjadi sebagai hasil serangan nukleofilik pada
karbon karbonil dan pemecahan lebih lanjut ikatan tunggal karbon-oksigen atau karbon-
nitrogen

Atom karbon bergabung dengan atom lain (misalnya H, N, O, S dan halogen)


untuk membentuk satuan struktural yang disebut gugus fungsi. Gugus fungsi ini sangat
penting karena gugus fungsi merupakan acuan untuk membagi senyawa organik
menjadi kelas-kelas, lalu gugus fungsi merupakan situs untuk mengetahui karakteristik
reaksi kimia. Pada gugus fungsi tertentu, untuk semua senyawa yang mengandung
gugus fungsi yang sama akan memiliki reaksi kimia yang sama pula, kemudian gugus
fungsi ini berperan penting sebagaia dasar penamaan senyawa organik. Macam-macam
gugus fungsi diantaranya adalah alkohol, amina,aldehid dan keton dan asam karboksilat.
Gugus fungsi dari alkohol adalah –OH (hidroksi) gugus yang berikatan pada atom
karbon tetrahedral (karbon yang mempunyai empat ikatan tunggal untuk atom lain.
Gugus fungsi dari amina adalah gugus amino yaitu atom nitrogen yang berikatan pada
satu, dua atau tiga atom karbon dengan ikatan tunggal. Gugus fungsi untuk aldehid dan
keton adalah C=O (gugus karbonil). Pada rumus struktur secara singkat, gugus aldehid
ditulis dengan menunjukkan karbon-oksigen yang berikatan ganda sebagai –CH=O,
atau alternatifnya ditulis sebagai –CHO, sedangkan pada gugus keton, karbon karbonil
mengikat dua atom karbon. Gugus fungsi asam karboksilat adalah –COOH (gugus
karboksil = karbonil + hidroksil). Pada rumus struktur secara singkat, gugus karboksil
bisa ditulis sebagai –COH
Gugus fungsi memberikan sifat fisika dan kimia yang spesifik pada molekul yang
dilekatkan kepadanya, molekul tersebut memiliki grup yang sama pada senyawaorganik
(dan, oleh karena itu, bersama-sama menempati gugus fungsi yang sama) secara umum
menunjukkan sifat

2.2 Adapun gugus fungsional yang dimiliki antara lain:


No Gugus Fungsi Rumus
1 Rumusan ikatan tak jenuh
C C

2 Gugus alkohol OH

R CH2

3 Hidrokarbon Aromatis

4 Inti piridin

5 Gugus Fenol Ar OH
6 Gugus Enol

C CH2 C C CH2 C

7 Gugus Karboksilat O
R C OH
8 Gugus metoksi R CH3
9 Gugus Etoksi R C2H5

10 Gugus Karbonil O

R CH

11 Gugus Amina R-NH2


12 Gugus Nitro R-NO3
13 Gugus Sulfon R-SO2
14 Gugus Sulfoanat R-SO2-OH
15 Gugus guanidin NH2

NH C NH2

16 Gugus asam x amina


R CH C H

NH2 O

2.3 Sifat sifat Gugus Fungsi


2.3.1 Alkohol

Berdasarkan jenis atom karbon yang mengikat gugus OH, alkohol dibedakan
atas alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier. Dalam alkohol primer,
gugus OH terikat pada atom karbon primer, dan seterusnya.
a. Tata Nama Alkohol
Nama IUPAC alkohol diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan
mengganti akhiran a menjadi ol.
CH3- CH2- CH2- OH 1-Propanol
Selain nama IUPAC, alkohol sederhana juga mempunyai nama lazim, yaitu alkil
alkohol.
CH3- CH2- OH etil alkohol

Rumus struktur

b. Sifat-Sifat Alkohol
- Sifat Fisis
Alkohol mempunyai titik cair dan titik didih yang relatif tinggi. Pada suhu
kamar, alkohol suku rendah berbentuk cairan, suku sedang berupa cairan kental,
sedangkan suku tinggi berbentuk padatan.
- Sifat Kimia
Gugus OH merupakan gugus yag cukup reaktif sehingga alkohol mudah
terlibat dalam berbagai jenis reaksi. Reaksi dengan logam aktif misalnya logam
natrium dan kalium membentuk alkoksida dan gas hidrogen. Alkohol sederhana
mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air. Jika alkohol
dipanaskan bersama asam sulfat pekat akan mengalami dehidrasi (melepas molekul air)
membentuk eter atau alkena.

Dimana dalam gugus alkohol ini terdapat berbagai reaksi dimana percobaan ini
sudah di pratikkan di lab yaitu reaksi
1. Reaksi warna Azo
Pada reaksi alkohol ini terdapat berberapa sempel dan menambahkan larutan
azo(A dan B),pada reksin alkohol ini warna azo A dan B dan ditamahkan
larutan NaOH ,pereaksi ini memberi tanda warna kekuningan kemerahan
sampai coklat kemerahan karena pada ini warna ini tidak dapat tertarik dengan
amil alkohol
2. Pereaksi esterifikasi
Pada preaksi adalah reaksi mengubah dari suatu asam karboksilat dan alkohol
dengan menggunaka katalis.dimana hasil reaksi ini menghasilkan bau antara
lain
 Metanol dengan asam salisilat = Metil silsilat ( bau ganda pura)
 Metanol dengan asam banzoat = metil benzoat ( bau pisang ambon)
 Etanol dengan asam salisilat = etil silsilat ( bau gandapura)
 Etanol dengan asam benzoat = etil benzoat (bau pisang ambon)
 Etanol dengan asam asetat = etil asetat (bau pembersih kutex)
3. Reaksi untuk alkohohol polivalen dimana reaksi terbagi menjadi tiga test
dengan borat dan reaksi cuprifil,dimana pada reaksi borath ditandai dengan
warnanya merahnya berkurang kkarena warna tersebut ditarik sehingga
menghilang.sedangkan reaksi cuprifil dimana rekasi dengn larutan cuso4 dan
ditambah makanya ditandai dengan warna biru tua jernih.

2.3.2 Aldehid

Gugus fungsi aldehida itu disebut juga gugus formil.


a. Tata Nama Aldehida
Nama alkanal diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti
akhiran a menjadi al. Tata nama isomer alkanal pada dasarnya sama seperti
tatanama alkanol, tetapi posisi gugus fungsi ( -CHO ) tidak perlu dinyatakan
karena selalu menjadi atom karbon nomor satu.
CH3-CH-CH2-CHO
|
CH3
3-metilbutanal
Nama lazim aldehida diturunkan dari nama lazim asam karboksilat yang
sesuai dengan mengganti akhiran at menjadi aldehida dan membuang kata
asam. Misalnya asam format nama lazimnya adalah formaldehida.
Rumus struktur

b. Sifat-Sifat Aldehida
- Oksidasi
Pereaksi Tollens adalah suatu larutan basa dari ion kompleks perakamonia.
Pereaksi tollens dibuat dengan cara menetesi larutan perak nitrat
dengan larutan amonia, sedit demi sedikit hingga endapan yang mula-mula
terbentuk larut kembali. Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian yaitu Fehling
A dan Fehling B. Fehling A adalah larutan tembaga sulfat, sedangkan Fehling
B merupaka campuran larutan NaOH dan kalium-natrium tartrat (garam
Rochlle). Pereaksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua campuran
tersebut, dicampurkan dengan larutan NaOH, membentuk suatu larutan yang
berwarna biru tua.
- Adisi Hidrogen
(ReduIkatan rangkap -C=O dari gugus fungsi aldehida dapat diadisi gas
hidrogen membentuk suatu alkohol primer. Adisi hidrogen menyebabkan
penurun bilangan oksidasi atom karbon gugus fungsi. Oleh karena itu adisi
hidrogen tergolong reduksi.

2.3.3 asam karboksilat


3. Asam Karboksilat (alkanoat)
a. Tata Nama Alkanoat
Nama asam alkanoat diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan
mengganti akhiran a menjadi oat dan memberi awalan asam. Misalnya alkana
menjadi asam alkanoat.

CH3-CH-CH2-COOH
|
CH3
asam 3-metilbutanoat
Nama lazim asam karboksilat. Misalnya asam metanoat nama lazimnya
adalah asam format.
Rumus struktur

b. Sifat-Sifat Asam Karboksilat


- Sifat Fisis
Memiliki ikatan hidrogen yang kuat antara molekul-molekul asam karboksilat.
Titik leleh dan titik didih relatif lebih tinggi. Asam-asam yang berbobot-molekul
rendah larut dalam air maupun dalam pelarut organik.
- Sifat Kimia
Semua asam karboksilat tergolong asam lemah, harga tetapan
kesetimbangan 5. Makin bertambah atom karbon, makin lemah asamnya
(Ka), sekitar 1 x 10-5 sifat asamnya.
-Asam karboksilat bereaksi dengan basa membentuk garam.
sam karboksilat bereaksi dengan alkohol, membentuk ester (Reaksi
Esterifikasi).
c. Reaksi-Reaksi Asam Karboksilat
- Reaksi penetralan
Asam karboksilat bereaksi dengan basa membentuk garam dan air. Garam
natrium atau kalium dari asam karboksilat membentuk sabun. Sabun natrium
juga dikenal juga sabun keras, sedangkan sabun kalium disebut juga sabun
lunak. Sebagai contoh adalah natrium stearat dan kalium stearat. Asam alkanoat
merupakan asam lemah. Semakin panjang rantai alkilnya, semakin lemah
asamnya. Asam format adalah yang paling kuat, asam ini mempunyai Ka = 1,8 x
10-4. Oleh karena itu kalium dan natrium mengalami hidrolisis parsial dan bersifat
basa.
- Reaksi pengesteran
Asam karboksilat bereaksi dengan alkohol membentuk ester yang disebut
Esterifikasi (Pengesteran).

2.3.4.Amina
Tata Nama IUPAC (Sistematik)
Nama sistematik untuk amina alifatik primer diberikan dengan cara seperti
nama sistematik alkohol, monohidroksi akhiran –a dalam nama alkana induknya
diganti oleh kata amina.

Contoh:

CH3- CH-CH3

NH2
2-propanamina
NH2
CH3-CH2-CH-CH2-CH3

NH2

3-pentanamina

Untuk amina sekunder dan tersier yang asimetrik (gugus yang terikat pada
atom N tidak sama), lazimnya diberi nama dengan menganggapnya sebagai
amina primer yang tersubtitusi pada atom N. Dalam hal ini berlaku ketentuan
bahwa gugus subtituen yang lebih besar dianggap sebagai amina induk,
sedangkan gugus subtituen yang lebih kecil lokasinya ditunjukkan dengan cara
menggunakan awalan N (yang berarti terikat pada atom N).

Sifat-Sifat Amina
- Sifat Kimia
 Pada senyawa dengan rantai pendek, merupakan senyawa polar yang mudah
larut dalam air.
 Memiliki titik didih dan titik leleh yang dengan seiring bertambah cenderung
bertambah panjangnya rantai karbon.
 Semua amina bersifat sebagai basa lemah dan larutan amina dalam air
bersifat basa.

 Sifat Fisis
 Suku-suku rendah berbentuk gas.
 Tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan.
 Mudah larut dalam air
 Amina yang lebih tinggi berbentuk cair/padat.
 Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya Berat Molekul.

Adapun reaksi reaksi yang dilakukan pada lab


1. Reaksi dengan p-DAB HCL dimana paa reaksi ini menggunakan sampel dan
dicampurkan dengan perekasi tandan pereaksi ini adalah akan berbentuk warna
endapan warna kuning (alifatist) dan warna kuning jingga sampai merah jingga
(pada amin aromatis)
2. Reaksi dengan batang korek api dimana pada rekasi menggunaka batang korek
apayang mengandung ligni dan dicampurkan kedalm hcl encer tanda yang
diberikan pada reaksi adalah bewarna jingga

2.3.5Phenol
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau
khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH)
yang berikatan dengan cincin fenil. Kata fenol juga merujuk  pada beberapa zat yang
memiliki cincin aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil Mempunyai sebuah
cincin aromatic dengan satu atau lebih gugus hidroksil ,sering bergabung dengan
glukosida dan  biasanya terdapat dalm rongga sel. Beberapa golongan polimer
penting seperti lignin, melanin, dan tannin, adalah  polfenol. Fenol memiliki
kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang
cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya.
Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O−

Rumus:

Berdasarkan sifat nya


SIFAT KIMIA 
• Fenol tidak dapat dioksidasi menjadi aldehid atau keton yang jumlah atom C-nya
sama , karena gugus OH-nya terikat pada suatu atom C yang tidak mengikat atom H
lagi. Jadi fenol dapat dipersamakan dengan alkanol tersier.
• Jika direaksikan dengan H2SO4 pekat tidak membentuk ester melainkan
membentuk asam fenolsulfonat ( o atau p).
• Dengan HNO3 pekat dihasilkan nitrofenol dan pada nitrasi selanjutnya terbentuk
2,4,6 trinitrofenol atau asam pikrat.
• Larutan fenol dalam air bersifat sebagai asam lemah jadi mengion sbb :
Karena itu fenol dapat bereaksi dengan basa dan membentuk garam fenolat

SIFAT FISIKA
• Fenol murni berbentuk Kristal yang tak berwarna, sangat berbau dan mempunyai
sifat-sifat antiseptic
• Agak larut dalam air dan sebaliknya sedikit air dapat juga larut dalam fenol cair.
Karena bobot molekul air itu rendah dan turun titik beku molal dari fenol itu tinggi,
yaitu 7,5 maka campuran fenol dengan 5-6% air telah terbentuk cair pada
temperature biasa. Larutan fenol dalam air disebut air karbol atau asam karbol.

Pada percobaan praktek di lab ini dimana phenol melakukan percobaan

1. Pereaksi warna azo dimana reaksi ini menggunakan larutan azo A yaitu larutan
asam salisilat dan diazo B larutan NaOH pada pereaksi ini memberi tanda warna
kuning kemerahan jika dikocokkan dengan amil alkohol akan warna merah
tertarik amil alkohol maka menghasil kan hasil reaksi tersebut
 Phenolkuning kemerahan
 ResorcinolCokelat kemerahan
 X NaptholCokelat kemerahan
 B Naphthol kuning
2. Pereaksi dengan Fecl3 dimana reaksi ini menggunakan larutan FeCl3 kedalam
larutan dimana pada reaksi memberi tanda warna (merah ungu,ungu,biru,atau
hijau)

2.3.6 Guanidin
Guanidine adalah senyawa dengan rumus HNC (NH 2 ) 2 . Ini adalah
padatan tak berwarna yang larut dalam pelarut polar. Ini adalah basis kuat yang
digunakan dalam produksi plastik dan bahan peledak . Ini ditemukan dalam urin
sebagai produk normal metabolisme protein. Suatu gugus guanidin juga muncul
dalam molekul organik yang lebih besar, termasuk pada rantai samping arginin

NH2
. NH C NH

Struktur
Guanidine dapat dianggap sebagai analog nitrogen asam karbonat . Yaitu,
gugus C = O dalam asam karbonat digantikan oleh gugus C = NH, dan setiap OH
digantikan oleh NH2 kelompok. [3] Isobutylene dapat dilihat sebagai analog karbon
dengan cara yang hampir sama. Analisis kristalografi terperinci dari guanidin
diuraikan 148 tahun setelah sintesis pertamanya, meskipun molekulnya sederhana.
posisi atom hidrogen dan parameter perpindahannya ditentukan secara akurat
menggunakan difraksi neutron kristal tunggal.

Reaksi guanidine dapat dilakukan dengan reaksi sakugachi dengan


menggunakan tetes NaOH beberapa tetes x nafthol dimana reaksi ini memberi
tanda warna merah ungu

2.3.7 Gugus karbonil


Gugus karboksil adalah gugus aldehida yang ikatan dengan atom H nya
digantikan dengan gugus OH. Gugus karboksil biasanya dilambangkan dengan –
COO–. Contoh senyawa organic yang dibentuk dari gugus karboksil adalah asam
karboksilat. Asam karboksilat mengandung gugus pergi yang terikat pada karbon
asil, sedangkan aldehida dan keton tidak. Biasanya reagensia mengadisi pada gugus
karbonil dari keton dan aldehida, tetapi mensubstitusi untuk gugus pergi tersebut
dalam derivat asam
Senyawa karboksilat memiliki beberapa turunan, salah satu yang terkenal
contohnya adalah ester. Ester adalah senyawa yang terbentuk dari reaksi esterifikasi
dari alkohol dan asam karboksilat dalam lingkungan asam. Ester merupakan salah
satu dari kelas-kelas senyawa organic yang berguna, dapat diubah menjadi
anekaragam senyawa lain. Ester lazim dijumpai dalam alam. Lemak dan lilin adalah
ester. Ester juga digunakan untuk polimer sintetik; dakron misalnya, adalah suatu
poliester
Ester atsiri menyebabkan aroma yang sedap dalam banyak buah dan parfum.
Citarasa buah alamiah merupakan ramuan rumit bermacam-macam ester bersama
dengan senyawa organic lain. Citarasa buah sintetik biasanya hanya merupakan
ramuan sederhana dari beberapa ester dengan beberapa zat lain; oleh karena itu,
citarasa sintetik jarang dapat menyamai citarasa alamiah yang sesungguhnya
Nama suatu ester disusun dari dua kata, dimana kata pertama ialah nama gugus
alkil yang terikat pada oksigen ster dan kata kedua berasal dari nama asam
karboksilatnya, dengan membuang kata asam. Nama ester mirip dengan garam
karboksilat. Esterifikasi alkohol dengan suatu alkohol merupakan reaksi reversible.
Bila asam karboksilat diesterkan, digunakan alkohol berlebih. Untuk membuat reaksi
kebalikannya – yakni hidrolisis berkataliskan asam dari ester menjadi asam
karboksilat digunakan air berlebihan

Adapun gugus karbonil ini dimana dapat dilakukan di pratek lab adalah reaksi
aldehyda dan frmaldehyda.pada reaksi aldehyda ini menggunakan sampel yang
dibuat kemudian ditambahkan pereaksi dimana reaksi ini diberi tanda merah sampai
ungu.sedangkan untuk formaldehyd dimana pada reaksi menggunakan H2SO4 dan
ditambahkan sampeldan kristal garam pada reaksi ini diberi tanda yaitu warna rosa
ungu

2.3.8 Gugus alkena

Dalam suatu reaksi adisi (penghilangan ikatan rangkap/reaksi penambahan),


ikatan phi akan diputus dan dipasang electron ikatannya akan digunakan untuk
membentuk dua buah ikatan sigma.
               C = C                C – C
   Senyawa yang mengandung ikatan phi biasanya mempunyai energy yang lebih
tinggi daripada senyawa padanannya yang hanya mengandung ikatan sigma oleh karena
itu, suatu reaksi adisi biasanya berlangsung eksoterm.
Ikatan ganda dua dan ganda tiga dengan mudah akan bereaksi dengan molekul halide
(X2) atau dengan hydrogen halide (HX) pada suhu kamar. Brom merupakan reagen yang
paling baik untuk menguji ikatan tak jenuh karena hilangnya warna brom sesudah
bereaksi dengan ikatan jenuh mudah diamati. Ikatan ganda dua juga bereaksi dengan
KMnO4 sehingga menghasilkan diol yang ditandai dengan hilangnya warna ungu dari
permanganate. (Penuntun Praktikum Kimia Organik I).
   Seperti asam, klor dan brom mengadisi ikatan rangkap karbon-karbon dan ikatan
ganda tiga. Suatu uji laboratorium yang lazim mengenai adanya ikatan rangkap atau
ganda tiga dalam suatu senyawa yang tak diketahui struktur ialah dengan mereaksikan
senyawa itu dengan larutan encer Br2 dalam CCl4. Reagensia penguji berwarna coklat,
wara coklat kemerahan (dari Br2); hilangnya warna ini menunjukkan bahwa uji ini
positif. Hilangnya warna larutan Br2/CCl4 oleh suatu senyawa anu  adalah sugestif,
tetapi bukan bukti definitive, bahwa keton dan fenol juga menghilangkan warna larutan
Br2/CCl4.
                                                                  
     CH3CH = CHCH3  + Br2                                CH3CH - CHCH3
   2-butena               merah                              2,3-dibromobutana
                                                                            tak berwarna
                                                                                  Br   Br
CH3C ≡ CCH3  +  2Br2                                       CH3C – CCH3
   2-butuna          merah                                                                Br   Br
                                                                     2,2,3,3-tetrabromobutana
                                                                             tak berwarna
            F2 maupun I2 bukanlah reagensia yang berguna dalam reaksi adisi alkena. Fluor
bereaksi dengan meledak dengan senyawa organic. Iod memang mengadisi ikatan
rangkap, tetapi produk 1,2-diodo tidak stabil dan melepaskan I2 untuk membentuk
kembali alkena.
                        R2Cl – ClR2    ←    R2C = CR2 + I2
            Oleh karena itu reaksi adisi yang ini hanyalah umum untuk klor dan brom.
Alkena yang lebih tersubstitusi akan lebih reaktif terhadap X2 daripada alkena yang
berkurang tersubstitusi. Urutan kereaktifannya sama dengan urutan terhadap HX.
     CH2 = CH2        RCH = CH2        R2C = CH2        R2C = CHR        R2C = CR2
naiknya reaktivitas terhadap adisi X2 atau HX
(Fessenden & Fessenden : 400 – 401)
            Alkena atau olefin dalam Kimia Organik adalah hidrokarbon tak jenuh dengan
sebuah ikatan rangkap dua antara karbon. Alkena asiklik yang paling sederhana, yang
membentuk satu ikatan rangkap dan tidak berikatan dengan gugus fungsional manapun,
maka akan membentuk suatu kelompok hidrokarbon dengan rumus umum CnH2n.
            Alkena yang paling sederhana adalah etena, atau etilena (C2H4). Senyawa
aromatic sering kali juga digambarkan seperti alkena siklik, tapi struktur dan ciri-ciri
mereka berbeda sehingga tidak dianggap sebagai alkena.
Tatanama IUPAC
            Untuk mengikuti tatanama IUPAC, maka seluruh alkena memiliki nama yang
diakhiri –ena. Pada dasarnya, nama alkena diambil dari nama alkana dengan
menggantikan akhiran –ana dengan –ena. C2H6 adalah alkana bernama etana sehingga
C2H4 diberi nama etena.
            Pada alkena yang memiliki kemungkinan rangkap dibeberap tempat, digunakan
penomoran dimulai dari ujung yang terdekat dengan ikatan tersebut sehingga atom
karbon pada ikatan rangkap bernomor sekecil mungkin untuk membedakan isomernya.
Contohnya adalah 1-heksena dan 2-heksena. Penamaan cabang sama dengan alkana.
            Pada alkena yang lebih tinggi, dimana terdapat isomer yang letaknya berbeda
dengan letak ikatan rangkap, maka system penomoran berikut ini dipakai :
1.      Penomoran rantai karbon terpanjang dilihat dari ujung yang terdekat dengan ikatan
rangkap, sehingga atom karbon pada ikatan rangkap tersebut mempunyai nomor sekecil
mungkin.
2.      Ketahui letak ikatan rangkap dengan letak karbon rangkap pertamanya.
3.      Penamaan rantai alkena itu mirip alkana.
4.      Beri nomor pada atom karbon, diketahui letak lokasi dan nama gugusnya, ketahui
letak ikatan rangkap, lalu terakhir namai rantai utamanya.                          
Notasi Cis-Trans
            Dalam sebuah kasus khusus pada alkena dimana 2 atom dapat dipakai. Jika
gugus sejenis terletak pada tempat yang sama dari ikatan rangkap, maka disebut
 sebagai (cis-). Jika gugus sejenis terletak bersebrangan, maka disebut sebagai (trans).
2.4 Senyawa Hidroksi

Senyawa Hidroksil adalah gugus fungsional -OH yang digunakan sebagai


subsituen di sebuah senyawa organik. Molekul yang mengandung gugus hidroksil
dikenal dengan sebutan alkohol.

Tata nama senyawa alkohol :

 Penamaan alkohol mengikuti aturan IUPAC

1. temukan rantai karbon terpanjang yang paling tidak mengikat satu gugus -OH,
ini adalah rantai utamanya
1. jika ada lebih satu gugus -OH, maka cari rantai terpanjang yang paling
banyak mengandung gugus -OH-nya
2. namai apakah itu termasuk alkohol, alkana diol, triol, dsb.
2. beri nomor pada gugus -OH, usahakan agar gugus -OH mendapatkan nomor
terkecil
3. prioritaskan gugus alkohol diatas gugus fungsi lainnya (karena gugus
alkohol/hidroksi adalah gugus yang mendapat prioritas tertinggi dalam
penamaan)

Nama IUPAC Nama umum

CH3CH2OH Etanol Etil alkohol


CH3CH2CH2-OH 1-Propanol Propil alkohol

 Penamaan alkohol mengikuti aturan Trivial

Tatanama trivial atau tata nama dagang yang lazim merupakan sistem penamaan
yang tidak resmi dan digunakan sebelum kemunculan sistem IUPAC. Pada umumnya
tata nama trivial alkohol dilakukan dengan menyebutkan nama alkil diakhiri dengan
alkohol. Berikut ini sobat, beberapa nama trivian dan sistem IUPAC untuk alkohol

2-Propanol Isopropil alkohol

2.5 Senyawa Alifatik

Alifatik (bahasa Yunani: aleiphar, berarti minyak atau lemak) adalah senyawa organik
yang tidak mempunyai gugus fenil (bahasa Inggris: aromatic ring).[1] Senyawa alifatik
dapat berupa : siklik (bahasa Inggris: cyclic), seperti sikloheksana asiklik, seperti
heksana atau: jenuh, seperti heksana, tak jenuh, seperti heksena. Pada senyawa alifatik,
atom karbon dapat saling mengikat dalam bentuk rantai lurus bercabang maupun
bercabang, atau cincin non aromatik (alisiklik), dengan ikatan tunggal, ganda dan tiga
ikatan kovalen. Ikatan kovalen dapat mengikat unsur lain selain hidrogen, antara lain
oksigen, nitrogen, belerang, klor. Pada umumnya senyawa alifatik mudah terbakar
(bahasa Inggris: flammable) sehingga sering digunakan sebagai bahan bakar, seperti
metana untuk bahan bakar kompor dan asetilen untuk pengelasan (bahasa Inggris:
welding). Contoh senyawa alifatik : Etana , Isobutana atau 2-metil-propana. Alifatik
adalah senyawa organic yang tidak memiliki gugus fenil. Senyawa alifatik umumnya
udah terbakar sehingga sering digunakan sebagai bahan bakar. Contoh dari Senyawa
Alifatik adalah Metana dan Asetilen. Perbedaan dari kedua senyawa tersebut terletak
pada ada tidaknya gugus fenil. Dalam kimia, gugus fenil adalah salah satu gugus
fungsional pada suatu rumus kimia. Rumusnya adalah –C. Senyawa alifatik juga dikenal
sebagai hidrokarbon alifatik atau senyawa non-aromatik.

Senyawa hidrokarbon alifatik adalah senyawa karbon yang rantai C nya terbuka
dan rantai C itu memungkinkan bercabang. Berdasarkan jumlah ikatannya, senyawa
hidrokarbon alifatik terbagi menjadi senyawa alifatik jenuh dan tidak jenuh.

 Senyawa alifatik jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya hanya berisi
ikatan-ikatan tunggal saja. Golongan ini dinamakan alkana.  Contoh senyawa
hidrokarbon alifatik jenuh:

 Senyawa alifatik tak jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya terdapat
ikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Jika memiliki rangkap dua dinamakan
alkena dan memiliki rangkap tiga dinamakan alkuna. Contoh senyawa
hidrokarbon alifatik tak jenuh:

. Senyawa alifatik dapat berupa:

1. siklik (bahasa Inggris: cyclic), seperti sikloheksana (rumus molekul C6H12.


Sikloheksana digunakan sebagai pelarut nonpolar pada industri kimia, dan juga
merupakan bahan mentah dalam pembuatan asam adipat dan kaprolaktam,
keduanya juga merupakan bahan produksi nilon. Dalam skala industri,
sikloheksana dibuat dengan mereaksikan benzena dengan hidrogen.
2. asiklik, seperti heksana (senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus
kimia C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3).
Awalan heks– merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan
akhiran –ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang
menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Seluruh isomer heksana amat tidak
reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Heksana juga
umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil).

Penggunaan industri hidrokarbon alifatik dan alisiklik meliputi:

 Pelarut
 Zat antara kimia
 Senyawa pemadam api
 Agen pembersih logam

Senyawa alifatik ditemukan di:

 Bahan kimia
 Cat dan pernis
 Tekstil
 Karet
 Plastik
 Pewarna
 Obat-obatan
 Cuci kering

2.6 Senyawa Aromatik

Senyawa Aromatic adalah senyawa organic yang memiliki gugus fenil. Senyawa
Aromatik bersifat karsinogenik genetoxic, yang tidak ada batas aman untuk terkena
risiko kanker. Contoh dari senyawa Aromatik adalah Benzena. Gugus terbesar dari
senyawa aromatik adalah mereka yang satu atau lebih dari hidrogen benzena digantikan
oleh beberapa atom atau gugus lain, seperti dalam toluena (C6H5CH3) dan asam
benzoat (C6H5CO2H). Senyawa aromatik polisiklik merupakan rakitan dari cincin
benzena yang berbagi sisi-misalnya, naftalen (C10H8). Senyawa aromatik heterosiklik
mengandung setidaknya satu atom selain karbon dalam cincin. Contohnya termasuk
piridin (C5H5N), di mana satu nitrogen (N) menggantikan satu gugus CH, dan purin
(C5H4N4), di mana dua nitrogen menggantikan dua gugus CH. Senyawa aromatik
heterosiklik, seperti furan (C4H4O), tiofena (C4H4S), dan pirol (C4H4NH),
mengandung cincin beranggota lima di mana oksigen (O), sulfur (S), dan NH, masing-
masing, menggantikan Unit HC = CH.

Senyawa aromatik paling sederhana adalah benzena (C6H6), senyawa bersifat


karsinogen yang mudah terbakar, namun merupakan bahan kimia industri penting.
Kongfigurasi 6 atom karbon pada senyawa ini di kenal dengan cincin benzene.Benzena
merupakan suatu anggota dari kelompok besar senyawa aromatik, yakni senyawa yang
cukup distabilkan oleh delokalisasi elektron-pi.

Persyaratan Senyawa Aromatik :

1.      Molekul harus siklik dan datar .

2.      memiliki orbital p yang tegak lurus pada bidang cincin (memungkinkan


terjadinya delokalisasi elektron pi).
3.      memiliki orbital p yang tegak lurus pada bidang cincin (memungkinkan
terjadinya delokalisasi elektron pi)

 Senyawa aromatik yaitu senyawa karbon yang terdiri dari 6 atom C yang membentuk
rantai benzena.

Perbedaan Antara Senyawa Aromatik dan Alifatik :

 Senyawa aromatik mengandung cincin aromatik atau ‘cincin benzena’.


Sementara senyawa alifatik adalah senyawa kimia organik tanpa cincin benzena.
 Senyawa aromatik perlu kondisi khusus untuk bereaksi. Sedangkan senyawa
alifatik bereaksi lebih bebas dan mudah.
 Senyawa aromatik selalu siklik karena mengandung cincin benzena sebagai
bagian dari struktur. Sementara senyawa alifatik dapat linear serta siklik.
 Senyawa aromatik selalu tak jenuh. Sedangkan senyawa alifatik bisa jenuh serta
tak jenuh.
 Dalam senyawa aromatik, cincin benzena terkonjugasi karena adanya bolak
ikatan ganda. Sedangkan mayoritas senyawa alifatik tidak terkonjugasi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gugus fungsional adalah gugus yang terdapat dalam suatu senyawa organik
yang beran pada analisa senyawa tersebut. Gugus fungsi ialah atom atau kelompok
atom dalam molekul yang memiliki sifat-sifat kimia yangkhas. Gugus fungsi yang
sama dalam molekul yang berbeda dapat memperlihatkan perilaku kimia yang sama
cenderung . Gugus fungsi menjadi kapak reaktif dalam molekul organik, dan sifat
kimianya kurangbergantung pada sifat hidrokarbon yang dilekatinya. Gugus fungsi
melekat padasuatu kerangka organik dan paling menentukan sifat kimia dari kerangka
tersebut Sebagian besar gugus fungsi yang ditemukan dalam obat-obatan mudah
mengalami hidrolisis pada penyimpanan, tetapi yang paling umum ditemui pada ester
dan amida

Gugus fungsi yang terasuk ke dalam golongan senyawa alifatik antara lain
alkana, alkena dan, alkuna.  Senyawa turunan alkana antara lain yaitu alkohol, eter,
aldehid, keton, ester, asam karboksilat, dan alkil halida.Reaksi-reaksi yang terjadi pada
senyawa organik antara lain reaksi substitusi, reaksi adisi, dan reaksi
eliminasi.Produk-produk pertanian organik dapat berupa pupukm organik, sayuran
organik, biopestisida, dan biofungisida. Sayuran yang telah dibudidayakan secara
organik seperti bayam jepang, sawi dan tomat memiliki manfaat yang jauh lebih baik
bagi tubuh.

3.2 Saran
Pembaca dapat memahami dan dapat melakukan dan memahami reaksi reaksi
yang ada gugus fungs,pembaca dapat memeberi komentar apabila ada kesalahan
DAFTAR PUSTAKA
Based, J.dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta : EGC
Fessenden. 1989. Kimia Organik II. Jakarta : Erlangga
Hoffman, R.V., 2004. Organic Chemistry An Intermediate Text, 2nd
edition.New Mexico : John Willey and Sons Inc.
McMurry, J., 1984. Organic Chemistry. California : Wadsworth Inc.
Pine S H., J B. Hendrickson, D J Cram dan G S. Hammond. 1988. Kimia
Organik. Bandung : ITB Bandung.
Sitorus,Marham.2007.Kimia Organik Fisis.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai