Anda di halaman 1dari 13

Analisis Kemunduran Ford di Indonesia Dibandingkan dengan Toyota Tahun

2010-2016

Agung Tri Putra 071511233004


Departemen Hubungan Internasional Universitas Airlangga
Surabaya, INDONESIA

ABSTRAK
Pada sebuah bisnis dikenal adanya strategi pemasaran untuk menggiatkan penjualan
barang-barang produksi. Pada tulisan ini penulis berusaha menjelaskan fenomena
kegagalan strategi marketing mix bisnis Ford motors melalui perbandingan antara
strategi marketing mix salah satu perusahaan otomotif terbesar di Indonesia. Dengan
keberadaan strategi ini seharusnya sebuah perusahaan dapat mendulang banyak sekali
keuntungan. Namun ternyata tidak semudah itu untuk menstimulasi psikologis pasar
agar dapat terpengaruh dengan pengondisian hal tersebut. Fenomenanya yang terjadi di
lapangan, faktanya tidak hanya satu produk yang menggunakan kebijakan strategis agar
pasar dapat terstimulasi agar menguntungkan bagi mereka. Karena semua perusahaan
cenderung melakukan pendekatan dan strategi untuk mempengaruhi psikologis
konsumen. Penulis menggunakan pendekatan teori competitive advantage dalam
menjelaskan fenomena yang terjadi dengan kemunduran Ford Motors dengan
membandingkannya melalui strategi marketing mix Toyota. Tulisan ini akan berfokus
kepada kegagalan Ford Motors dalam merumuskan strategi marketing mix yang
dilakukan terhadap psikologis pasar dan menilai kebiasaan serta nilai-nilai yang
dipegang oleh masyarakat Indonesia. Ford memutuskan untuk mengundurkan diri dari
pasar kendaraan roda empat Indonesia pada tanggal dua puluh lima Juni tahun 2016
dikarenakan mengalami banyak kerugian.
Kata Kunci: Kegagalan, Ford, Marketing Mix, Strategi, dan Toyota

ABSTRACT

In a business known as a marketing strategy to intensify the sale of production goods. In


this paper, the author tries to explain the phenomenon of failure of marketing mix strategy
business Ford Motors through comparison between marketing mix strategy one of the
largest automotive companies in Indonesia. With the existence of this strategy should a
company can gain a lot of profits. But it was not so easy to stimulate the psychological
market to be affected by the conditioning of it. The phenomenon that occurs in the market,
in fact not only one product that uses strategic policy for the market can be stimulated in
order to benefit them. Because all companies tend to approach and strategy to influence
consumer psychology. The author uses the competitive advantage theory approach to
explain the phenomena that occur with the decline of Ford Motors by comparing them
through Toyota's marketing mix strategy. This paper will focus on the failure of Ford
Motors in formulating a marketing mix strategy that is conducted on the psychological
market and assessing the habits and values that exist in Indonesian society. Ford decided
to withdraw from the Indonesian four-wheeled vehicle market on the twenty-fifth of June
2016 due to a lot of losses.
Keywords: Failure, Ford, Marketing Mix, Strategy, and Toyota

Indonesia merupakan salah satu pasar besar kendaraan roda empat dunia, perusahaan besar
jepang seperti Toyota, Honda, bahkan Ford yang merupakan sebuah perusahaan Amerika
Serikat ikut bermain dalam mewarnai proses jual beli kendaraan roda empat. Ketiga
perusahaan besar tersebut bersaing satu sama lain untuk mendapatkan pelanggan yang
banyak dan keuntungan besar dalam menjalankan bisnisnya. Ketiganya memiliki strategi
pemasaran dan keunggulan tersendiri yang dilakukan untuk menjaring pelanggan dan
pembeli di Indonesia. Namun sayangnya pada tanggal dua puluh lima Juni tahun 2016 Ford
Motors Indonesia memutuskan untuk angkat kaki dari persaingan penjualan mobil di
Indonesia dengan alasan tidak dapat menstabilkan keuntungan yang ada selama ini dan
bisnisnya di Indonesia cenderung mengalami kemunduran terus menerus (BBC, 2016).
Segala daya upaya telah dilakukan tapi ternyata tidak cukup untuk membuat perusahaan ini
bertahan dalam persaingan penjualan mobil di Indonesia. Padahal secara teknis dan
keuangan seharusnya Ford Motor tidak mengalami permasalahan, karena dianggap investasi
sebesar lima ratus milyar rupiah dengan bentuk bangunan, alat serta sumberdaya lainnya
selama tahun-tahun terakhir (BBC, 2016).

Ford adalah sebuah brand sebuah mobil yang berasal dari Amerika Serikat dan cukup
terkenal di manca negara termasuk Indonesia, merek mobil ini telah masuk ke Indonesia
sejak tahun 1950an (Kompas, 2016). Sedangkan PT Ford Motor Indonesia yang memiliki
hak agen tunggal atas kepemilikan mobil Ford di Indonesia baru didirikan pada tanggal 12
Juli 2000 (Kompas, 2016). Perjalanan Ford di Indonesia sempat mengalami naik turun,
pada penjualannya tahun 2011 Ford dapat menjual mobilnya dengan angka tertingginya
yaitu sebesar 15.670 unit (Gaikindo, 2017). Sejak didirikan pada tahun 2000 Ford Motor
Indonesia telah memiliki 44 dealer yang beroperasi di seluruh Indonesia (Liputan6, 2016).
Lebih lanjut mengenai penjualan mobil Ford di Indonesia dapat dilihat melalui data yang
telah dihimpun oleh Gaikindo sebagai berikut:
Gambar 1 Data Penjualan Mobil Ford di Indonesia tahun 2010-2016
Sumber: Gaikindo
Pada tahun 2010 Ford Motor Indonesia berhasil menjual 8.871 unit mobil, selanjutnya pada
tahun 2011 seperti yang telah dijelaskan di atas Ford berhasil meningkatkan penjualannya
menjadi sekitar 15.670 unit mobil, sedangkan sejak tahun 2011 tersebut penurunan
penjualan terus menurun kecuali pada tahun 2014 berhasil terjual sekitar 12.008 unit mobil
segala varian (Gaikindo, 2017). Selanjutnya menurut data Gaikindo (Gabungan Industri
Kendaraan Bermotor Indonesia) tersebut, Ford mengalami penjualan yang anjlok sekitar
lima puluh delapan persen dan ini adalah yang terburuk sejak FMI memegang agen tunggal
penjualan Ford di Indonesia pada tahun 2000. Akhirnya perusahaan mengalami
ketidakseimbangan pangsa pasar dan hanya dapat menjual sekitar 484 unit pada tahun
2016, membuat kondisi psikologis internal perusahaan dilanda ketidakpastian pasar pada
tahun-selanjutnya dan memutuskan untuk memutuskan roda bisnisnya di Indonesia melalui
pernyataan FMI pada tanggal 26 Juni 2016.

Menilik dari fenomena yang terjadi, sebuah perusahaan Amerika Serikat dikalahkan
penguasaan pasarnya oleh produk negeri samurai dengan mudahnya dan cenderung tidak
ada perlawanan pada tahun-tahun akhir Ford di Indonesia membuat kasus ini menarik. Jika
klaim dari Ford Motor Indonesia mengenai kebangkrutan mereka adalah
ketidakseimbangan keuntungan yang dimilikinya dan penjualan yang terus merosot
merupakan alasan mereka. Penulis melihat terdapat faktor lain yang tidak mendukung
keberadaan persaingan mobil Ford di pasar Indonesia yaitu melalui strategi marketing mix
perusahaan ini yang tidak sesuai dengan kenampakan pembeli atau konsumen di Indonesia.
Penjualan tertinggi dan terendah Ford di Indonesia jika dibandingkan dengan dua brand
Jepang (Toyota dan Honda) sangatlah berbanding terbalik, padahal kesan yang dicerminkan
oleh Ford adalah mobil yang berteknologi tinggi dengan konsep ramah lingkungan dan
lainnya berkaitan dengan kualitas yang baik bagi konsumen Indonesia. Penulis akan
menggunakan pendekatan teori bisnis internasional yaitu competitive advantage dalam
mengkaji fenomena kemunduran Ford dalam dinamika pasar mobil Indonesia dan
dibandingkan dengan Toyota sebagai sebuah poros yang mumpuni dalam pertarungan
penjualan mobil di Indonesia.

Competitive Advantage Masterplan

Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya bahwa dalam kegiatan bisnis yang dilakukan
oleh aktor-aktor korporasi, khususnya produsen, strategi untuk mendapatkan banyak
pembeli atau konsumen adalah hal yang wajar. Strategi ini sudah ada sejak awal terjadinya
proses bisnis, namun baru dibukukan oleh Michael E. Porter pada tahun 1985 dengan
konsep adanya persaingan antara perusahaan-perusahaan yang ada dalam menggaet minat
dan keinginan dari konsumen terhadap barang yang dihasilkan oleh korporasi tersebut.
Competitive advantage secara konsep memiliki komponen-komponen penting seperti
processing order, calling on consumers, assembling on product and employee training
(Porter, 1985). Keempat komponen penting tersebut bertujuan penting untuk membuat
konsumen memiliki psikologis yang baik terhadap produk sehingga secara tidak langsung
mempengaruhi minat. Intinya dalam pendekatan competitive advantage adalah
memperkenalkan keberadaan rantai nilai dengan menggabungkan faktor biaya dan peran
diferensiasi di dalamnya (Porter, 1985). Untuk memasarkan sebuah produk dibutuhkan
sebuah strategi yang baik, dalam pandangan Porter tersebut dijelaskan bahwa untuk
memberikan sebuah angin positif konsumen tentang produk yang ingin dipasarkan adalah
dengan memainkan dua faktor kunci yaitu permainan harga dan diferensiasi produk
maupun komponen lainnya yang dapat meningkatkan kepercayaan maupun citra produk
tersebut di mata konsumen.

Sehingga kemudian keberadaan faktor-faktor tersebut yaitu diferensiasi dan strategi


marketing harga di atas akan menciptakan banyak strategi agar dapat menguasai pasar.
Akan tetapi kembali penulis tekankan bahwa korporasi lain cenderung akan menggunakan
strategi juga dalam memasarkan produknya. Oleh karena itu kemudian dikenal sebuah
istilah yang disebut sebagai konsep “blue ocean strategy” dan “red ocean strategy”. Konsep
“blue ocean strategy” merupakan sebuah strategi yang dilakukan oleh korporasi untuk
menguasai pasar dengan menggunakan terobosan-terobosan baru berbeda dengan
kompetitor lainnya sehingga kenampakan pasar tidak akan jenuh. Sedangkan dalam konsep
“red ocean strategy” korporasi cenderung menggunakan persaingan pasar seperti
pertarungan harga, peningkatan mutu dan lain sebagainya sehingga dalam fenomenanya
pasar akan dipenuhi oleh adanya kompetisi dan cenderung jenuh. Menurut pemahaman
penulis kedua strategi ini berkaitan dengan adanya faktor diferensiasi dan marketing harga
yang dijelaskan oleh Michael E. Porter dalam bukunya tersebut.

Contoh kasusnya terlihat jelas seperti Apple corporation dengan produknya berusaha untuk
menggunakan strategi bisnis “blue ocean strategy” dalam menggaet minat pelanggan yaitu
dengan mempertahankan identitasnya sebagai sebuah produk yang tidak menggunakan
android, berusaha mencitrakan sifat premium dibandingkan lainnya. Sedangkan strategi
marketing Oppo Corporation cenderung menggunakan strategi “red ocean stragegy” dalam
usahanya untuk mendapatkan banyak pelanggan, yaitu dengan menyediakan persaingan-
persaingan seperti core yang digunakan, kualitas android dan harga yang lebih terjangkau
dengan produk-produk lainnya. Sehingga jelas, penerapan strategi tersebut bukan tanpa
alasan, tapi telah dilakukan banyak serangkaian pertimbangan-pertimbangan. Oleh karena
itu tidak jarang banyak bisnis yang bangkrut dikarenakan kesalahan-kesalahan teknis dalam
penerapan strategi atau bahkan sejak awal diberlakukannya strategi tersebut memang sudah
merupakan sebuah kesalahan. Dari sini penulis memandang bahwa kesalahan yang
dilakukan Ford bukanlah melalui skema teknis penerapan strateginya, namun lebih kepada
pemilihan strategi tersebut.

Kenampakan Psikologis Pasar Indonesia untuk Penjualan Mobil

Untuk menjelaskan fenomena kemunduran Ford dalam persaingan pasar kendaraan roda
empat di Indonesia, penulis merasa pendekatan yang dilakukan oleh Ford atau yang disebut
sebagai marketing mix strategy yang dirumuskan oleh mereka cenderung tidak berhasil.
Penulis merasa perusahaan Ford kurang dapat membaca kenampakan pasar yang ada dan
sifat dasar konsumen Indonesia dalam mengkonsumsi barang maupun jasa. Berdasarkan
teori permintaan, usaha atau perilaku untuk melakukan jual beli didasarkan pada dua hal
penting yaitu keadaan harga barang yang akan dibeli serta keuangan yang ada untuk
membeli produk tersebut (Zainal, 2016). Sedangkan kemudian menurut Zainal (2016)
terdapat pendapat lainnya yang serupa yaitu teori konsumsi Keynes yang memiliki
pandangan bahwa keadaan masyarakat untuk mengkonsumsi atau melakukan pembelian
barang tertentu dan tabungannya akan dipengaruhi oleh adanya pendapatan. Secara logis
jika tidak pendapatan tidak sesuai dengan harga barang yang ada maka transaksi atau
pembelian tidak akan pernah terlaksana. Pendapat tersebut kemudian diperkuat dengan
adanya teori sifat konsumen atau consumer behavior. Dalam teori ini dijelaskan bahwa
perilaku konsumen untuk membeli sebuah produk didasarkan adanya pendapatan, selera
dan harga menjadi satu dalam sebuah keputusan.
Tabel 1 Perkembangan Beberapa Agregat Pendapatan dan Pendapatan per Kapita Atas
Dasar Harga Berlaku, 2014-2016
Sumber: Badan Pusat Statistik
Indonesia merupakan sebuah negara dengan pendapatan perkapita yang tidak tinggi yaitu
sekitar tiga puluh ribu rupiah pada tahun 2016. Sedangkan pada tahun 2015 dan 2014
berada dibawahnya yaitu berturut turut sekitar tiga puluh tiga ribu dan tiga puluh satu ribu
(BPS, 2017). Mungkin saja argumen ini tidak begitu kuat untuk menjelaskan mengapa mobil
Ford cenderung tidak mendapatkan banyak konsumen dibandingkan Honda maupun
Toyota. Akan tetapi keberadaan pendapatan perkapita tersebutlah yang menjadi pembeda
strategi yang dikembangkan oleh Toyota dan Ford di Indonesia. Dalam grafik dibawah
sangatlah jelas perbedaan penjualan antara Ford dan Toyota di Indonesia, pada tahun 2015
penjualan Ford anjlok sebesar lima puluh delapan persen dari tahun sebelumnya dan
akhirnya mengalami fase terparahnya pada tahun 2016 dengan total penjualan 484 unit
mobil saja. Pada bagan selanjutnya tersebut penulis akan memaparkan bahwa sejak tahun
2010 hingga tahun 2016 Toyota adalah produsen nomer satu untuk kendaraan roda empat di
Indonesia (Gaikindo, 2017). Bahkan dalam karyanya Magee (2008) dalam Rangi (2013)
menyatakan bahwa Toyota merupakan sebuah korporasi global penghasil kendaraan roda
empat pertama di Asia yang dapat meraup laba sebesar satu triliun dolar Amerika Serikat.
Gambar 2 Grafik Penjualan Kendaraan Roda Empat Ford-Toyota-Honda Tahun 2010-
2016
Sumber: Gaikindo (2017)

Pertarungan Strategi Marketing Mix Ford dan Toyota

Sebelum menyentuh ranah praktek, ada baiknya dijelaskan dahulu melalui ranah konseptual
dan tekstualnya. Marketing mix adalah sebuah teknik pemasaran atau strategi yang
diterapkan oleh sebuah perusahaan untuk memperbaiki citra produk agar cepat dikonsumsi
oleh konsumen. Berdasarkan pemahaman dari Gitman dan McDaniel (2008) definisi dari
marketing adalah sebuah proses penjajakan untuk men-deliver produk pada konsumen,
dengan waktu yang tepat dan harga yang pas termasuk upaya-upaya promosi yang baik.
Marketing mix merupakan serangkaian strategi pemasaran yang dijadikan satu gagasan
utama untuk perdagangan produk, dalam marketing mix ini terdapat tujuh komponen
utama yaitu produk, harga, promosi, sumberdaya manusia, proses, tempat dan physical
content (Vignali, 2001). Produk akan sangat bersinggungan dengan keberadaan kualitas dan
kuantitas, semakin banyak kemampuan dalam hal ini disesuaikan dengan kondisi pasar
maka akan memberikan dampak positif pada penjualan. Harga berkaitan dengan kompetisi
untuk menempatkan produk pada harga terbaik, promosi juga demikian. Sumberdaya
manusia memiliki kaitan yang cukup rumit, namun esensial, setiap inovasi yang baik intinya
berasal dari sumberdaya manusia yang mumpuni, termasuk proses. Tempat atau place
bersinggungan dengan letak strategis tempat penjuaan dan lain sebagainya seperti juga
kesediaan spare-part dan service. Sedangkan yang terakhir mengenai keadaan fisik adalah
tentang ornament atau variasi dari produk serta pelayanan.
Dalam sub-bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai kenampakan psikologis pembelian
kendaraan bermotor roda empat yang akan cenderung dilakukan oleh masyarakat
Indonesia. Maka seharusnya korporasi sudah dapat melihat kenampakan tersebut dan
menyusun strategi pemasaran dengan baik. Mari membandingkan antara strategi marketing
Ford dan Toyota serta pengimplementasiannya di lapangan. Ford internasional memiliki
kebijakan harga sebagai berikut, pertama, strategi penetapan harga berdasarkan dinamika
pasar yang ada, untuk sedan dan truk harga akan sangat bersandar pada orientasi pasar
(Zigu, 2008). Sedangkan untuk strategi harga barang produk yang bersifat premium adalah
dengan berpatokan pada mobil Lincoln, strategi ini digunakan dalam penggunaan harga
lebih tinggi. Dalam segi produk, Ford sangat terpaku pada Identitas yang dimiliki yaitu
konsep amerika, sangatlah kaku jika dibandingkan dengan Toyota yang membuat mobil
khusus untuk kenampakan sosial ekonomi Indonesia seperti Kijang (Kerjasama Indonesia
Jepang) dan Toyota Avanza. Ford lebih cenderung mempertahankan nilai-nilai
diferensiasinya daripada masuk kepada persaingan antar merk mobil.

Sejalan dengan pendapat ini, menurut Agus Hendra Rangi (2013) dalam karyanya
menyebutkan bahwa kecenderungan mobil Ford adalah pembawaan proses Amerikanisasi.
Lebih lanjut Ford cenderung tidak melakukan perhitungan terhadap nilai-nilai human index
host country, sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Apple untuk Iphone-nya dan produk
besutan lainnya. Hal tersebut sangatlah mengganjal dalam hal meraup keuntungan karena
survey terhadap konsumen sangatlah efektif dalam mempengaruhi tingkat penjualan di
pasar seperti yang dilakukan Samsung dalam usahanya menguasai pasar Indonesia dan
begitu juga Toyota. Samsung melakukan riset publik terlebih dahulu sebelum membuat
suatu produk, menyesuaikannya dengan permintaan pasar dan mengeksekusinya dengan
sempurna sehingga produk yang beredar di pasaran akan sangat banyak dan diminati oleh
konsumen. Jika disandarkan pada konsep strategi red dan blue, Ford cenderung melakukan
pendekatan strategi blue dengan menghindari kemungkinan persaingan pasar, membawa
nilai-nilai tersendiri dan memanipulasi pasarnya sendiri. Sehingga dalam kompetisi dan
persaingan penjualan produk mobil di Indonesia Ford mengalami kegagalan dan berkali-kali
penurunan. Fenomena ini sempat terjadi beberapa kali dalam sejarah Ford, contohnya pada
tahun 2002 Ford membuat Ford Ranger sebagai sebuah produk andalannya di Indonesia
memiliki spesifikasi premium dengan harga yang lumayan tinggi, sempat beberapa saat
mengalami kenaikan penjualan dan dilanjutkan dengan pengeluaran produk Ford Escape,
namun akhirnya keduanya tidak bertahan lama dan tidak dilanjutkan kembali di Indonesia
karena takut kalah persaingan dengan CRV dan Nissan X-trail (Hanif, 2016). Contoh
selanjutnya adalah penjualan mobil model ecosport yang mendulang banyak keuntungan,
namun akhirnya juga hancur pasarannya oleh keberadaan HRV pada tahun 2014.
Selanjutnya Ford hanya memiliki sekitar empat puluh empat dealer yang tersebar di seluruh
Indonesia (BBC, 2016). Membuat pasar juga tidak terlalu terpengaruh banyak dengan
keberadaannya jika dibandingkan seluruh dealer Honda dan Toyota di Indonesia. Dalam hal
strategi periklanan dan promosi Ford menggunakan segala platform seperti tv, radio, media
sosial dan lain sebagainya (Zigu, 2008). Tapi yang menarik melalui strategi Ford adalah
adanya sponsor, dengan menjalin hubungan bersama pemilik-pemilik hak siar televisi
seperti UEFA dan lain sebagainya (Zigu, 2008).

Selanjutnya inilah perbandingannya dengan Toyota, dalam segi harga Toyota cenderung
selalu menjadi yang utama dalam menyediakan ketersediaan pasar terhadap sebuah produk
yang murah namun berkualitas (Zigu, 2008). Toyota mengedepankan visi korporasinya
untuk berusaha memuaskan pelanggan berdasarkan harga yang terendah namun kualitas
yang tinggi. Dalam hal produk, Toyota merupakan salah satu merk yang mengeluarkan
banyak varian kendaraan bermotor roda empat yaitu pada angka empat puluh tiga buah
model yang dikategorikan dalam delapan kategori yaitu kendaraan pengangkut masa, MPV,
commercials, hybrid, plug in hybrid, fuel cell dan sport coupe. Sedangkan untuk pasar
Indonesia tersendiri terdapat dua puluh delapan jenis mobil (Toyota Astra Motor, 2017).
Pada tahun 2016 Toyota menjadi yang pertama dalam penjualan produknya, menguasai
pasar dengan persentase 35,87% (CNN, 2016). Kemudian penjualan produk paling banyak
didominasi oleh Avanza dengan angka 112.941 unit (CNN, 2016).

Toyota Avanza menjadi primadona masyarakat Indonesia yang memang memiliki akumulasi
penghasilan yang sesuai dengan harga dan kualitasnya. Toyota Avanza menjadi sebuah
terobosan dalam dunia otomotif Indonesia karena, produk ini hanya ada di Indonesia dan
menjadi sebuah produk yang khas bentukan Toyota. Bahkan di Indonesia Toyota Avanza
memiliki julukan sebagai “mobil sejuta umat”, karena di semua jalan di Indonesia, pada
pedesaan maupun perkotaan akan sangat tidak asing dengan kendaraan ini. Konsep
pembuatannya yang memang menyasar masyarakat menengah kebawah atau low multi-
purpose vehicle sangatlah sesuai dengan kenampakan psikologis kecenderungan masyarakat
dalam hal pembelian kendaraan roda empat. Bayangkan pada tahun 2017 saja Toyota
Avanza telah mencapai penjualan sekitar 22.915 unit disusul dengan rivalnya yaitu LMPV
produksi Honda yaitu Mobilio dengan penjualan sekitar delapan ribu tujuh ratus Unit
(Kompas, 2017).

Dalam place atau tempat pemasarannya Toyota memiliki 298 outlet di seluruh Indonesia
(Kompas, 2017), penguasaan pasar sangat jelas dipaparkan dalam jumlah yang sebanyak ini,
dengan keberadaan banyak outlet dan dealer Toyota di seluruh pelosok Indonesia, tidak
salah ketika pada tahun 2016 kemarin Toyota berhasil menjual tiga ratus ribu unit pada
tahun 2016. Bahkan berdasarkan data yang ada Toyota memang memiliki sekitar 170 outlet
di setiap negara tempat beroperasinya (Zigu, 2008). Sedangkan dalam hal promosi, Toyota
sangatlah bersifat agresif dengan menggunakan segala platform yang ada dan juga
menggunakan media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, saluran televisi dan lain
sebagainya. Toyota sangatlah masif dalam hal promosi terhadap produk-produknya di
berbagai negara di dunia.

Simpulan

Berdasarkan data dan bukti serta pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
salah satu faktor pendorong kemunduran Ford Motor di Indonesia adalah adanya kegagalan
dalam menilai kenampakan psikologis pasar. Dengan adanya kegagalan tersebut membuat
perumusan strategi yang dibuat menjadi tidak sesuai dengan keadaan yang ada. Sehingga
menyebabkan penjualan produk di pasaran menjadi tidak maksimal, bahkan cenderung
mengalami kerugian yang sangat besar. Penulis melihat bahwa jika memang tidak ada
kegagalan dalam usaha perumusan maupun mengimplementasian strategi marketing mix
yang diterapkan oleh Ford Motor, maka yang terjadi adalah ketidakmampuan Ford Motor
untuk bersaing dengan merk lainnya seperti Honda dan Toyota. Ford dalam perumusan
strategi marketing mix nya lebih mengedepankan konsep identitas Amerika Serikat,
sehingga cenderung mempertahankan nilai-nilai kenegaraannya dan skaligus produk-
produk ala negara tersebut. Strategi tersebut juga sependek pengetahuan penulis dapat
disebut sebagai blue ocean strategy, yaitu sebuah strategi dengan konsep membuat ruang
baru atau diferensiasi-diferensiasi terhadap produk yang dimilikinya agar memiliki pangsa
pasarnya sendiri. Strategi ini berhasil dilakukan oleh brand terkenal telepon seluler Amerika
Serikat yaitu Apple dengan produknya I-Phone dan Mac Book, namun sayangnya tidak
berhasil dilakukan oleh Ford dalam pasar Indonesia berkaitan dengan penjualan kendaraan
bermotor roda empat.

Pasar Indonesia cenderung mayoritas bersifat low-end dalam kaitannya dengan kategori
produk yang akan di beli. Sehingga masyarakat Indonesia akan cenderung membeli produk-
produk murah namun memiliki kualitas yang cukup baik jika dibandingkan dengan barang
premium namun berharga mahal saat berbicara konsumsi mobil. Penggunaan blue ocean
strategy tidaklah menjawab keinginan konsumen Indonesia, malah sebaliknya dengan
penggunaan strategi red ocean. Penggunaan red ocean strategy diadopsi oleh Toyota
dengan perlakuan spesial terhadap segala produknya. Produk Toyota disesuaikan dengan
minat konsumen Indonesia, jadi sebelum pembuatan produk maupun pemasarannya sudah
dilakukan terlebih dahulu mekanisme riset, dasar-dasar apa yang selanjutnya dapat
digunakan oleh perusahaan untuk menjamin produknya laku di pasar negara host-nya. Riset
yang tidak dilakukan oleh Ford Motor adalah riset produk, bukan riset harga, kemungkinan
besar meskipun produk yang dipasarkan oleh Ford bersifat premium, tetap dapat dibeli,
namun red ocean strategy yang dijalankan oleh Toyota juga memasuki ranah-ranah
segmentasi pasar Ford. Sehingga dalam waktu-waktu tertentu nantinya Ford akan kalah
saing dengan Toyota pada akhirnya. Selanjutnya, meskipun terdapat faktor-faktor strategi
yang diusahakan untuk bisa meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap mobil Ford,
dikarenakan kegagalan-kegagalan tersebut di atas akhirnya competitive advantage tidak
pernah berjalan dan menguntungkan bagi Ford. Akhirnya pada tahun 2016 Ford
mengundurkan diri dari pasar penjualan kendaraan bermotor roda empat Indonesia
dikarenakan ketidakberhasilan menjaga keuntungan yang ada dan meningkatkan penjualan
produknya. Terakhir, Toyota cenderung lebih inovatif dibandingkan dengan Ford dalam hal
produksi untuk negara host-nya seperti keberadaan mobil Kijang dan Toyota Avanza yang
memang dibuat untuk konsumen yang ada di Indonesia. Sejalan dengan kelumpuhan Ford
tersebut, Toyota malah dengan strategi marketing mix-nya dapat berhasil menjadi produsen
nomer satu kendaraan bermotor roda empat di Indonesia mengalahkan korporasi-korporasi
lainnya.

Daftar Pustaka

Buku

Porter, E. Michael. 1985. Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior


Performance. New York: The Free Press.

Jurnal Ilmiah

Rangi, Agus Hendra. 2013. Keunggulan Toyota terhadap ford dalam industri otomotif global:
human capital versus physical capital. Jurnal Hubungan Internasional, Vol. 6
No. 2.

McDaniel, Carl dan Gitman, Lawrence J. 2009. Creating Products and Pricing Strategy to
Meet Customers’ Needs. The Future of Business. Mason: Thomson South
Western.

McDaniel, Carl dan Gitman, Lawrence J. 2009. Distributing and Promoting Products and
Services. The Future of Business. Mason: Thomson South Western.

Skripsi

Zainal, M. Zuhal. 2016. Analisis Kebijakan Ekonomi Terhadap Permintaan Mobil Di


Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Univesitas Hasanuddin Makasar.

Internet
BBC News. 2017. Hengkang dari Indonesia, Ford dituntut Rp1 triliun. [ONLINE] Available
at:
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/06/160628_majalah_ford_ind
onesia_tuntutan. [Accessed 11 December 2017].

BPS. 2017. Perkembangan Beberapa Agregat Pendapatan dan Pendapatan Perkapita Atas
Dasar Harga Berlaku, 2014-2016. [ONLINE] Available at:
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1865. [Accessed 11 December
2017].

CNN Indonesia. 2016. Avanza dan Xenia Kuasai Penjualan Mobil November 2016.
[ONLINE] Available at:
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20161220164313-384-
181035/avanza-dan-xenia-kuasai-penjualan-mobil-november-2016/. [Accessed
11 December 2017].

GAIKINDO. 2017. Domestic Auto Market by Brand (2010-2016). [ONLINE] Available at:
https://www.gaikindo.or.id/domestic-auto-market-by-brand-2013-2016/.
[Accessed 11 December 2017].

Kompas. 2016. Sejarah Singkat Ford di Indonesia. [ONLINE] Available at:


http://otomotif.kompas.com/read/2016/01/26/082100415/Sejarah.Singkat.Fo
rd.di.Indonesia. [Accessed 11 December 2017].

Kompas. 2017. Jumlah Gerai Honda Mulai Kuntit Toyota di Indonesia. [ONLINE] Available
at:
http://otomotif.kompas.com/read/2017/03/31/140200715/jumlah.gerai.hond
a.mulai.kuntit.toyota.di.indonesia. [Accessed 11 December 2017].

Kompas. 2017. Toyota Avanza Masih Bertengger di “Puncak”. [ONLINE] Available at:
http://otomotif.kompas.com/read/2017/03/22/080200515/toyota.avanza.mas
ih.bertengger.di.puncak. [Accessed 11 December 2017].

Kompas. 2017. Jumlah Gerai Honda Mulai Kuntit Toyota di Indonesia. [ONLINE] Available
at:
http://otomotif.kompas.com/read/2017/03/31/140200715/jumlah.gerai.hond
a.mulai.kuntit.toyota.di.indonesia. [Accessed 11 December 2017].

Liputan6.com. 2016. Fakta-fakta di Balik Tutupnya Ford Motor Indonesia. [ONLINE]


Available at: http://otomotif.liputan6.com/read/2422903/fakta-fakta-di-balik-
tutupnya-ford-motor-indonesia. [Accessed 11 December 2017].
Ridwan Hanif. 2016. Ini Penyebab Penjualan Mobil Ford di Indonesia Terus Merosot.
[ONLINE] Available at: https://autonetmagz.com/ini-penyebab-penjualan-
mobil-ford-di-indonesia-terus-merosot-hingga-tutup/38625/. [Accessed 11
December 2017].
Toyota Astra Motor. 2017. Corporate Information | Profile | PT. Toyota Astra Motor | Mobil
Terbaik Keluarga Indonesia. [ONLINE] Available at:
http://www.toyota.astra.co.id/corporate-information/profile. [Accessed 11
December 2017].

Zigu. 2008. Ford Marketing Mix (4Ps) Strategy | MBA Skool-Study.Learn.Share.. [ONLINE]
Available at: https://www.mbaskool.com/marketing-mix/products/16859-
ford.html. [Accessed 11 December 2017].

Zigu. 2008. Toyota Marketing Mix (4Ps) Strategy | MBA Skool-Study.Learn.Share..


[ONLINE] Available at: https://www.mbaskool.com/marketing-
mix/products/16884-toyota.html. [Accessed 11 December 2017].

Anda mungkin juga menyukai