Supply Chain Network Dunkin Donuts FINAL PDF
Supply Chain Network Dunkin Donuts FINAL PDF
Disusun oleh:
Anisa Siti Mariani Kriya Utami 13/349559/TK/41146
Eriko Rizki F. 13/349636/TK/41153
Marselina Winda Dwiansarinopa 13/345392/TK/40371
Novianda Aditya Istiqomah 13/345910/TK/40466
Surya Budhi Permana 13/345684/TK/40384
2. Service Factor
a. Response Time
Dunkin’ Donuts yang berada di Yogyakarta merupakan perusahaan
yang menjual donat. Dalam kesehariannya kebutuhan donat dalam
Dunkin’ Donuts disupplai tiga kali dalam sehari. Dari hal itu dapat dilihat
bahwa permintaan konsumen akan produk donat cukup tinggi. Untuk dapat
memenuhi permintaan tersebut maka diperlukan waktu yang cepat mulai
dari supplai bahan baku dari pusat hingga supplai donat ke outlet-outlet
Dunkin’ Donuts.
Supplai bahan baku dilakukan oleh kantor pusat yang berada di
Jakarta. Bahan baku ini dikirim sekali dalam satu minggu. Dalam
seharinya pabrik pembuat donat ini dapat menyuplai tiga kali ke outlet
yang ada di Yogyakarta. Kesimpulannya dalam memenuhi kebutuhan
konsumen pihak Dunkin’ Donuts mendapatkan bahan baku seminggu
sekali yang kemudian bahan baku tersebut disimpan dan sebagian
digunakan untuk memproduksi donat tiga kali sehari.
b. Product Variety
Dalam kriteria direct shipping network salah satunya mempunyai
banyak varietas produk yang ditawarkan. Seperti yang kita ketahui dalam
perusahaan Dunkin’ Donutss Yogyakarta menawarkan berbagai macam
makanan dan minuman. Dari kedua jenis tersebut masih terbagi lagi
menjadi beberapa produk yang ditawarkan. Dari jenis minuman sendiri
sudah terbagi menjadi empat varian produk dan masing-masing varian
masih mempunyai variasi tersendiri.
Untuk jenis makanan sendiri terbagi atas delapan produk. Donat tentu
menjadi primadona dari menu yang dicari konsumen. Produk donat sendiri
juga terbagi menjadi beberapa varian rasa dan bentuk. Sistem perusahaan
yang membiarkan konsumen mengambil donut dari tempat yang
disediakan juga mendorong perusahaan untuk menampilkan donat dengan
berbagai variasi jenis.
c. Product Availability
Product availability yang dimiliki oleh network distributor design
dengan jenis direct shipping network biasanya mudah untuk menyediakan
ketersediaan produk dalam level yang tinggi karena adanya agregasi pada
manufacturer.
Dalam kasus Dunkin’ Donuts yang bercabang di kota Yogyakarta,
product availability yang tersedia memang cenderung stabil karena pada
store Dunkin’ Donuts Yogyakarta memiliki ketersediaan bahan makanan
maupun minuman yang cukup setiap harinya. Selain itu, permintaan
konsumen akan produk yang ditawarkan oleh Dunkin’ Donuts juga
cenderung stabil setiap harinya dan tidak mengalami fluktuasi yang
berlebihan.
Ketersediaan produk yang ditawarkan oleh Dunkin’ Donuts terutama
store yang terletak di kota Yogyakarta cenderung stabil karena mereka
menyupplai bahan makanan seperti donat, tomat, selada, telur, dan saus
tomat dengan leadtime yang tidak lama.
d. Customer Experience
Costumer experience yang dimiliki oleh network distributor design
dengan jenis direct shipping network memudahkan konsumen untuk
menggunakan atau mendapatkan produk tersebut. Dalam kasus Dunkin’
Donuts yang bercabang di kota Yogyakarta, customer experience
cenderung tinggi karena konsumen dengan mudah mendapatkan produk
yang mereka inginkan karena product availability dan product variability
yang cukup tinggi juga.
Selain itu, customer experience pada Dunkin’ Donuts Yogyakarta
cenderung tinggi karena keinginan konsumen untuk membeli produk
mereka sambil menikmati fasilitas yang mereka berikan seperti tempat
makan yang bersih dan nyaman, toliet serta wastafel yang bersih, adanya
fasilitas pendukung seperti televisi dan wifi yang membuat para konsumen
mereka betah untuk berada di dalam store mereka dan mampu membuat
customer experiece yang tinggi.
e. Time to Market
Time to market yang dimiliki oleh network distributor design dengan
jenis direct shipping network harus tinggi untuk bisa menerima dan
merespon produk tersebut, ketika adanya produk yang baru. Time to
market harus diperhitungkan dengan melakukan forecasting yang tepat,
karena jika tidak maka produk tersebut akan gagal di pasaran.
Dalam kasus Dunkin’ Donuts yang bercabang di kota Yogyakarta,
time to market cenderung tinggi karena mereka memiliki kebijakan
mengeluarkan produk baru mereka dan mempromosikan dengan efektif
sehingga seluruh produk yang berada di Dunkin’ Donuts Yogyakarta
selalu habis diserbu oleh konsumen.Selain itu, strategi yang diterapkan
Dunkin’ Donuts adalah memasarkan produk mereka di dalam website dan
di dalam mall-mall besar sehingga mampu menarik perhatian dari
konsumen.
f. Order Visibility
Pada order visibility pada Dunkin’ Donuts kurang baik karena untuk
status pengiriman sendiri untuk mengetahui sudah sampai mana, akan
sampai kapan, ada masalah dalam proses pengiriman atau tidak, dan
sebagainya susah untuk didapatkan. Hal ini disebabkan karena yang
mengirimkan barang bukan pihak ketiga yang bisa dilacak.
g. Returnability
Untuk faktor returnability sendiri pada Dunkin’ Donuts juga kurang,
karena setiap pembeli yang telah membeli produknya tidak dapat
mengembalikan produk kecuali memang ada hal-hal yang diluar dugaan
yang mampu merugikan konsumen sehingga masih dapat didiskusikan.
Untuk perusahaannya sendiri untuk bahan baku yang sudah dipesan akan
sulit jika ingin dikembalikan, karena dari pihak perusahaan harus
mengirimkan ke retailer dulu baru setelah itu menuju ke bagian
manufaktur.
Produk yang dijual oleh Dunkin’ Donuts berupa barang yang dapat
habis (dapat dikonsumsi), maka pihak perusahaanpun tidak memberikan
garansi untuk setiap produknya. Oleh karena itu, sistem dalam Dunkin’
Donuts pun sangat ketat untuk selalu mengusahaan kualitas produk yang
dijualkan ke konsumen baik dan terkontrol, serta hal-hal yang berkaitan
dengan pesanan juga diusahakan tidak ada yang kurang, berlebihan,
maupun salah pemesanan. Dengan memaksimalkan hal-hal tersebut maka
kerugian bagi konsumen dan perusahaan pun dapat diminimalisir.
Referensi :