HORMON
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmakologi yang
di bimbing oleh:
Disusun oleh:
Jalum 1B
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Farmakologi Hormon” dengan tepat waktu tanpa kendala
apapun.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Kami
berharap untuk kesempurnaan lebih lanjutnya dari penyusunan makalah
selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
BAB III
PENUTUP.......................................................................................................
.............3
3.1
Kesimpulan.................................................................................................
......................4
3.2
Saran..........................................................................................................
.......................4
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................................
.........4
BAB I
PENDAHULUAN
Hormon merupakan senyawa kimia, berupa protein yang mempunyai fungsi untuk
memacu atau meningkatkan proses metabolisme tubuh. Dengan adanya hormone dalam
tubuh maka organ akan berfungsi menjadi lebih baik. Walaupun jumlah yang diperlukan
sedikit, namun keberadaan hormon dalam tubuh sangatlah penting. Ini dapat diketahui dari
fungsinya yang berperan antara lain dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh,
proses reproduksi, metabolisme zat, dan lain sebagainya.
Hormon akan dikeluarkan oleh kelenjar endokrin bila ada rangsangan (stimulus).
Hormon tersebut akan diangkut oleh darah menuju kelenjar yang sesuai. Akibatnya, bagian
tubuh tertentu yang sesuai akan meresponnya. Sebagai contoh, hormone insulin disekresikan
pankreas saat ada rangsangan gula darah yang tinggi, hormon adrenalin disekresikan medula
adrenal oleh stimulasi saraf simpatik, dan lain-lain.
1. Apa yang di maksud hormon pertumbuhan, prolaktin, tiroid, anti tiroid, estrogen dan
progesteron?
2. Apa fungsi dari hormon pertumbuhan, prolaktin, tiroid, anti tiroid, estrogen dan
progesteron?
3. Bagaimana mekanisme kerja dari hormon pertumbuhan, prolaktin, tiroid, anti tiroid,
estrogen dan progesteron?
4. Apa indikasi dan kontra indikasi dari hormon pertumbuhan, prolaktin, tiroid, anti
tiroid, estrogen dan progesteron?
BAB II
PEMBAHASAN
Hormon pertumbuhan manusia atau yang biasa disebut dengan HGH (Human Growth
Hormon) adalah suatu hormon anabolik yang berperan sangat besar dalam pertumbuhan dan
pembentukan tubuh, terutama pada masa anak-anak dan puberitas. Growth Hormone
berperan meningkatkan ukuran dan volume dari otak, rambut, otot dan organ-organ di dalam
tubuh. HG bertanggung jawab atas pertumbuhan manusia sejak dari kecil sampai dia tumbuh
besar. Setelah manusia sudah bertumbuh besar, bukan berarti hormon ini tidak berguna, akan
tetapi hormon ini bertugas untuk menjaga agar organ tubuh tetap pada kondisi yang prima.
Pada orang dewasa GH berperan terutama untuk menjaga volume dan kekuatan yang cukup
dari kulit, otot-otot, dan tulang. Selain itu GH juga berperan meningkatkan fungsi, perbaikan
dan memelihara kesehatan dari otot, jantung, paru-paru, hati, ginjal, persendian, persarafan
tubuh, dan otak.
Kelenjar yang bertanggung jawab untuk memproduksi HGH (Human Growth Hormon)
adalah kelenjar pituitary. Kelenjar pituitary terletak di bawah otak manusia. Ukuran dari
kelenjar ini adalah sebesar kacang kedelai. Walaupun kecil, kelenjar ini merupakan raja dari
seluruh kelenjar yang memproduksi hormon di tubuh manusia. Produksi dari HGH (Human
Growth Hormon) sangat mempengaruhi produksi hormon-hormon lain di dalam tubuh.
HG diproduksi pada tiga sampai empat jam pertama dari waktu tidur, dan produksinya
mencapai puncak pada masa remaja, hingga mencapai kadar 1500 mg perhari. Pada pria dan
wanita muda dengan usia 25 tahun dan bertumbuh dengan baik, produksi GH mencapai 350
mg perhari. Secara normal, seseorang akan mengalami penurunan kadar dari GH sejak usia
memasuki 20 tahun yaitu menurun sebesar 14 % setiap pertumbuhan 10 tahun usia, dan akan
memiliki GH dalam jumlah yang sedikit ataupun tidak sama sekali pada usia 65 tahun.
Penurunan kadar GH di dalam tubuh, akan menyebabkan berbagai kemunduran, baik
kemunduran fisik maupun mental
Kekurangan dan Kelebihan Hormon Pertumbuhan
Ada banyak jenis hormon yang disekresi kan oleh kelenjar endokrin, dengan beragam fungsi
serta peranan masing-masing.
Tabel berbagai macam hormon pada manusia beserta fungsinya.
A. Mekanisme GH
Hormon pertumbuhan dilepaskan dari hipofisis anterior sebagai respon terhadap
keseimbangan antara dua hormone hipotalamus: Growth Hormone Releasing Hormone
(GHRH) dan Growth Hormone Inhibiting Hormone yang juga disebut somatostatin. GH
bekerja dengan cara umpan balik negatif pada hipotalamus untuk menurunkan pelepasan
GHRH lebih lanjut.
Peningkatan GHRH terjadi sebagai respon terhadap peningkatan kadar asam amino yang
bersirkulasi, hipoglikemia, puasa atau kelaparan, stress fisik dan emosional, dan penurunan
GH. Olahraga menstimulasi pelepasan GHRH, secara langsung atau melalui efek
hipoglikemia dan stress fisik. Hormon reproduktif (estrogen dan testosterone) tampak
meningkatkan sekresi GH, baik dengan bekerja secara langsung pada hipofisis ataupun
melalui stimulasi GHRH.
B. Indikasi dan Kontraindikasi
Selama ini indikasi hormon pertumbuhan hanya dibatasi untuk mengatasi kekerdilan.
Akibat hipopituitarisme. Dengan ditemukannya cara rekayasa genetika untuk memproduksi
hormon ini secara mudah dalam jumlah besar, ada kemungkinan penggunaanya untuk
mengatasi gangguan pertumbuhan akan lebih luas. Efektivitas hormon ini pada difisiensi
partial dan anak pendek yang normal hanya tampak diawal terapi. Untuk indikasi ini sulit
ditentukan siapa yang perlu diobati, kapan pengobatan dimulai dan kapan berakhir. Juga
perlu disertai penanganan psikologis, yang akan sangat penting artinya bila terapi gagal.
Berbagai usulan bermunculan dalam 10 tahun terakhir ini, antara lain anjuran
penggunaan pada anak pendek yang tingginya dibawah 10 % populasi dan berespon terhadap
terapi hormon pertumbuhan yang dicobakan dulu selama 6 bulan, bagaimana pun
penggunaan hormon ini pada kasus tanpa difisiensi hormon berhadapan dengan pertimbangan
etis. Perlu pertimbangan manfaat risiko efek samping serius misalnya akromegali, gangguan
kardiovaskular, gangguan metabolisme glukosa yang terjadi pada kelebihan hormon endogen,
tetapi jugs risiko kejiwaan pada hormon endogen, tetapi juga risiko kejiwaan pada kegagalan
terapi (perubahan persepsi pendek normal menjadi abnormal).
Hormon pertumbuhan perlu diberikan 3 kali seminggu selama masa pertumbuhan.
Pada saat pubertas perlu ditambahkan pemberian hormon kelamin agar terjadi pematangan
organ kelamin yang sejalan dengan pertumbuhan tubuh. Evalusi terapi dilakukan enam bulan
setelah pengobatan. Terapi dikatakan berhasil bila terlihat pertambahan tinggi minimal 5 cm.
Tampaknya pengobatan lebih berhasil pada mereka yang gemuk. Pertumbuhan sangat kecil
atau hampir tidak ada pada usia 20-24 tahun. Resistensi, yang sangat jarang terjadi, biasanya
disebabkan oleh timbulnya antibodi terhadap hormon pertumbuhan, hal ini dapat diatasi
dengan menaikkan dosis. Di masa lalu manfaat GH pada usia dewasa dengan defisiensi GH
tidak pernah dibicarakan. Baru belakangan diketahui gejala-gejala obesitas umum, kurangnya
massa otot dan curah jantung yang menurun akan berkurang dengan pemberian GH. Tahun
2004 GH diindikasikan untuk short-bowel syndrome yang tergantung pada total parentral
nutrition. Pemberiannya bersama glutamin, untuk memperbaiki pertumbuhan sel mukosa
usus.
1. Jenis obat Obat Growth Hormone
a. Somatrem
Hormon pertumbuhan yang dihasilkan dengan cara rekayasa genetik ini memiliki 1
gugus metionin tambahan pada terminal-N. Hal ini mungkin menjadi penyebab timbulnya
anti bodi dalam kadar rendah terhadap sediaan ini pada ± 30% pasien, adanya anti bodi ini
tak mempengaruhi perangsangan pertumbuhan oleh hormon. Efek biologisnya sama dengan
somatropin satu miligram somatrem setara dengan 2,6 IU hormon pertumbuhan.
Dosisnya : harus disesuaikan dengan kebutuhan perorangan, dan diberikan oleh
spesialis. Dosis total seminggu dapat juga dibagi 6-7 kali pemberian, beberapa
penelitian menunjukan bahwa respon lebih baik bila obat diberikan setiap hari.
Pengobatan diteruskan sampai terjadinya penutupan epifisis atau bila tidak ada lagi
respons.
Efek samping : Hiperglekimia dan ketosis (diabetoginetik) bisa terjadi dengan pasien
dengan riwayat diabetes mellitus.
b. Somatropin
Secara kimia identik dengan hormone pertumbuhan manusia, tetapi dibuat dengan
rekayasa ginetik. Efek biologic sama tetapi tidak ada resiko kontaminasi virus penyebab
penyakit Creutzfeldt-jacob. Satu milligram obat ini setara 2,6 IU hormone pertumbuhan. Cara
pemberiannya melalui IM dan SC seperti somatrem, begitu pula lama pengobatan.
Dosis : maksimum dibagi tiga kali pemberian dalam seminggu, atau 6-7 kali
pemberian dalam seminggu. Ada juga pemberian dosis sama dengan somatrem. Suatu
penelitian menunjukan penaikan dosis pada saat respon menurun dapat kembali
meningkatkan respon, tanpa efek samping pada metabolisme karbohidrat maupun
lipid. Penurunan respon disebabkan oleh penutupa efipisis atau ada masalah lain,
misal malnutrisi atau hipotiroidisme. Saat penyuntikan mungkin mempengaruhi hasil.
Penyuntikan malam hari kurang mempengaruhi metabolisme (asam lemak rantai
medium, serum alanin, laktat) dibandingkan pada siang hari.
c. Somatomedin C (Igf-1)
Somatomedin adalah sekelompok mediator faktor pertumbuhan mula-mula ditemukan
dalam seru tikus normal. In vitro, somatomedin meningkat inkorporasi sulfat kedalam
jaringan tulang rawan, karna itu dulu zat ini disebut sulfation factor. Kemudian ternyata
banyak efek lain yang ditimbulkannya sehingga zat ini disebut somatomedin.
Somatomedin terdapat dalam serum manusia. zat ini bertambah pada akromegali dan
menghilang pada hipopituitarisme. In vitro, zat ini juga merangsang DNA, RNA dan protein
oleh kondrosit. Ternyata efek somatomedin sangat luas, mencakup bebagai efek hormone
pertumbuhan. Meskipun demikian, telah terbukti tidak semua efek hormone pertumbuhan
diperantai oleh somatomedin.
Somatomedin dibuat terutama di hepar, selain itu juga di ginjal dan otot. Zat-zat ini
disitesis sebagi respon terhadap hormone pertumbuhan dan tidak disimpan. Somatomedin
menghambat sekresi hormone pertumbuhan melalui mekanisme umoan balik. Sejumlah kecil
dengan gangguan pertumbuhan familia tak memiliki cakup somatomedin meskipun kadr
hormone pertumbuhan normal,dan pemberian hormone pertumbuhan pada pasien ini tidak
memperbaiki pertumbuhan.
Efek samping
1. Mual dan muntah
2. Gangguan lambung-usus
3. Halusinasi dan gangguan tidur terutama pada dosis tinggi
4. Penurunan tekanan darah, bradikardia, dan gangguan aliran darah perifer (kadang- kadang
terjadi)
2) Terhadap Pertumbuhan
Hormon tiroid mempunyai pengaruh khusus dan pengaruh umum terhadap
pertumbuhan. Pada manusia, pengaruh hormon tiroid terhadap pertumbuhan terutama pada
anak-anak. Bila seorang anak kehilangan hormon tiroid (hipotiroid), maka pertumbuhannya
akan terhambat. Tetapi bila terlalu banyak hormon tiroid (hipertiroid), maka pertumbuhan
tulang akan semakin cepat, sehingga menyebabkan anak tumbuh lebih tinggi dari biasanya.
Pertumbuhan hormon tiroid di dalam meningkatkan pertumbuhan agaknya didasarkan atas
kecakapan khusus di dalam meningkatkan sintesis protein. Sebaliknya kelebihan hormon
tiroid dapat menyebabkan katabolisme lebih cepat daripada sintesis protein, sehingga asam
amino dilepaskan ke dalam cairan ekstraseluler.
Terdapat 2 hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid yaitu Triiodotironin (T3) dan
Tiroksin (T4).
Tri-iodothyronin(T3)
Tri-iodothyronin adalah bentuk aktif dari Tiroksin (T4) yang kerjanya lebih cepat,
efektif dan efisine. Perubahan T4 menjadi T3 terjadi dalam hati dan beberapa organ
lain.
Tiroksin(T4)
Tiroksin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang memiliki efek
ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh secara langsung. Di dalam hati dan
beberapa organ lain, T4 akan diubah menjadi T3 agar kerjanya lebih efektif dan
efisien.
1. Jenis obat Hormon tiroid
a. L-Tiroksin
Levo-thyroxin Na, tetraiodtironin, T4, Thyrax, Euthyrox Hormon ini dibuat secra
sintesis dan telah menggantikan dengan tuntas tiroid yang kerjanya kurang konstan dan
penakarannya kurang seksama. Tiroksin berfungsi sebagai prohormon untuk liotironin, yang
lebih aktif. Deiodisasi T4menjadi T3 terjadi secara enzimatis di hati, ginjal dan otot. Mulai
kerjanya lambat dengan masa laten 7-10 hari, efek maksimalnya tercapai setelah 3-4 minggu,
tetapi bertahan lama. Bila terapi dihentikan, obat masih berkerja terus selama 1 sampai 3
minggu. Resorpsinya dari usus tidak menentu (50-80%) dan tergantung pada adanya
makanan, maka sebaiknya diminum pada lambung kosong. Plasma T1/2-nya 6-7hari,
sehingga cukup dengan single strip dose sehari. Eliminasinya seperti T3,terjadi untuk 60%
melalui deiodisasi menjadi tirosin, 25% melalui konjugasi dengan glukuronida/sulfat yang
dieksresikan lewat empedu untuk kemudian dideiodisasi pula.
Dosis : Oral permulaan 1 dd 25 mcg (garam-Na) ½ - 1 jam a.c: setiap 2 minggu dinaikan
dengan 25 mcg, pemeliharaan 1 dd 100 – 125 mcg a.c. Lansia dan pasien jantung :
permulaan 1 dd 12,5 mcg.
b. Liotironin
Dibuat secara sintetis khasiatnya 5 kali lebih kuat dari tiroksin. Mulai kerjanya cepat,
efek maksimal dicapai setelah 2-3 hari dan terapi bertahan sampai3 hari setelah penghentian.
Plasma T1/2-nya 1-2 hari. Efek sampingnya lebih berbahaya khususnya infrak jantung, maka
kurang layak bagi terapi jangka panjang. Zat ini hanya digunakan bila dibutuhkan kerja pesat
dan kuat misalnya pada mixsudema. Juga jika tiroksin tidak efektif dan sebagai zat pembantu
diagnosa untuk hipertirosis.
Dosis : pada hipotirosis berat oral permulaan 25 mcg sehari berangsur-angsur dinaikan
sampai maksimal sampai 75 mcg. Pada mixudsdema dan stuma 1 dd 2,5-5 mcg.
Ada tiga jenis hormon estrogen dengan fungsi yang berbeda-beda, tapi masih saling
berhubungan.
Pada kondisi normal, hormon estrogen jenis estradiol paling umum ditemukan. Sepanjang
siklus haid, estradiol dalam darah seorang wanita kadarnya berbeda-beda. Kadar estradiol
menjadi rendah tetapi konstan setelah seorang wanita menopause.
Jenis hormon estrogen yang kedua yaitu estriol. Hormon estrogen ini diproduksi oleh
plasenta pada masa kehamilan. Meskipun diproduksi dalam jumlah besar, estriol baru dapat
ditemukan pada usia kehamilan sembilan minggu. Hormon ini akan terus meningkat, hingga
persalinan.
Terakhir, hormon estrogen jenis estron. Hormon estrogen jenis ini dapat menjadi penanda
tingkat estrogen pada wanita yang telah memasuki masa menopause. Estron juga digunakan
untuk mengukur estrogen pada wanita yang mengalami kanker ovarium dan pada pria yang
mengalami kanker testikel. Kanker kelenjar adrenal juga dapat dideteksi menggunakan
hormon estrogen tipe ini.
Estrogen mempunyai 2 jenis reseptor, ERα dan ERβ yang berasal dari gen berbeda.
Dan berada di inti sel. ERα terdapat banyak di saluran reproduksi wanita antara lain uterus,
vagina, ovarium dan juga di kelenjar mammae, hipotalamus, sel-sel endotel. Dan otot-otot
polos vaskular, ERβ letaknya menyebar, terbanyak di prostat dan ovarium dan dalam jumlah
lebih sedikit di paru, otak, dan pembuluh darah. Sekitar 40% sekuens asam amino kedua jenis
reseptor ini identik serta mempunyai struktur domain yang umum dimiliki oleh jenis reseptor
steroid lain. Fungsi biologik reseptor ini nampaknya berlainan dan dapat memberikan respon
berlainan terhadap berbagai senyawa estrogenic, misalnya ERα dan ERβ mengikat 17-β
estradiol dengan kekuatan yang sama sekitar 0,3 nM, sedangkan fitoestrogen genistein terikat
ERβ dengan afinitas 5 kali lebih tinggi dari ikatannya pada ERα.
meningkatkan atau menurunkan sintetis mRNA dari gen target. Setelah masuk sel melalui
difusi pasif membrane plasma, hormon akan terikat ER di inti sel. ER yang semula
afinitas dan kecepatan pengikatannya pada DNA meningkat. ER akan terikat estrogen
response elements (EREs) di gen target. Senyawa yang bersifat antagonis juga akan
menyebabkan dimerisasi dan terikat DNA, tetapi konformasi ER yang terjadi di sini berlainan
memproduksi dua isoform, PR-A dan PR-B. Kedua isoform PR ini mempunyai ligand-
binding domain yang identik, tidak berbeda seperti yang dimiliki isoform ER. Pada keadaan
tanpa ligand, PR berada di inti dalam bentuk monomerik terikat inaktif dengan heat-shock
proteins (HSP-90, HSP-70 dan p59), apabila telah terikat progesteron HSP terlepas
(berdisosiasi) dan reseptor mengalami fosforilase dan kemudian membentuk dimer (homo-
dan heterodimer) yang terikat dengan selektivitas tinggi pada progesteron response elements
(PREs) pada gen target. Proses transkripsi oleh PR terjadi melalui recruitment beberapa ko-
aktivator ini selanjutnya berinteraksi dengan beberapa protein spesifik yang mempunyai
aktivitas asetilasi histon. Asetilase histon menyebabkan remodeling kromatin dan menambah
protein transkripsi antara lain RNA polymerase ke promotor target antagonis progesteron
juga akan menyebabkan dimerisasi reseptor dan pengikatan dengan DNA tetapi konformasi
menyebabkan transkripsi.
a. Estriol
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
http://www.alpha-pharma.asia/id/hormone-steroids/vitex-human-growth-hormone/
Ascobat P. Hormon Tiroid dan Anti Tiroid In: Gunawan SG, Setiabudi R, Nafrialdi, editors.
Farmakologi dan Terapi. 5 ed. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. p. 424-32.