1. Definisi kutipan 2. Jenis kutipan 3. Teknik mengutip dalam kutipan 4. Kiat-kiat mengutip sebuah kutipan Pembahasan : 1. Definisi Kutipan Kutipan adalah upaya penulis untuk memperkuat gagasannya dengan mengutip pendapat ahli di bidangnya atau upaya menyampaikan gagasannya dengan menyampaikan gagasan para ahli. Oleh karena itu, kutipan didefinisikan sebagai pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang atau ucapan seorang pengarang yang terkenal baik dalam buku ataupun majalah (Keraf, 1994: 179). 2. Jenis Kutipan Kutipan digolongkan menjadi dua jenis, antara lain: a. Kutipan langsung Pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sumber teks asli. b. Kutipan tidak langsung Pinjaman pendapat yang mengambil inti sarinya saja. 3. Teknik mengutip dalam kutipan Teknik mengutip digolongkan menjadi mengutip berdasarkan bentuknya dan mengutip berdasarkan sumbernya, yaitu: a. Teknik Mengutip Berdasarkan Bentuknya i. Kutipan Langsung Secara mekanisme, kutipan langsung memiliki dua pola penulisan yang masing-masing pola ditentukan oleh banyaknya teks yang dikutip. Untuk teks yang tidak lebih dari 4 baris, maka dapat melakukan langkah-langkah berikut : 1. Kutipan terintegarasi dengan teks 2. Kutipan diawali dan diakhiri oleh tanda kutip (“ ”) 3. Jika teks utama ditulis dengan 2 atau 1,5 spasi, maka kutipan pun ditulis 2 atau 1,5 spasi. Hal ini yang sama terjadi jika teks utama 1 spasi, maka ditulis 1 spasi; 4. Mencantumkan sumber referensi. Contoh: Pembelajaran sebagai suatu yang bersifat sistematis tersebut, dinyatakan pula oleh Dimyati dan Mudjono (1999: 297) yang menyatakan bahwa, “pembelajaran merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.“ Adapun kutipan yang lebih dari empat baris memiliki cara penulisan sebagai berikut: 1. Kutipan dipisahkan dari teks utama 2. Kutipan tidak diawali dengan tanda kutip 3. Kutipan ditulis 1 spasi walaupun teks utama 2 atau 1,5 spasi. Contoh: Strategi pembelajaran bahasa Indonesia menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 8) memiliki pengertian, Pola keterampilan pembelajaran yang dipilih pengajar untuk melaksanakan program belajar keterampilan berbahasa Indonesia. Program tersebut dirancang dapat diciptakan situasi pembelajar yang memungkinkan peserta didik melakukan aktivitas mental dan intelektual secara optimal untuk mencapai tujuan keterampilan berbahasa indonesia yang terdiri atas keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Selanjutnya, hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengutipan langsung adalah teknik menghilangkan bagian yang tidak perlu. Dalam kutipan seringkali justru gagasan yang ingin dikutip terletak di akhir atau bahkan di tengah. Menulis semua teks tersebut tentu dapat menggangu konsentrasi pembaca selain juga akan membuat halaman lebih banyak. Untuk menyiasati hal ini, maka yang harus dilakukan adalah memberikan titik elipsis atau tiga titik (...) pada bagian yang akan dihilangkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut: Ciri pembelajaran yang efektif dalam proses belajar menurut Aunurrahman (2009:34) adalah ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri sendiri. Seorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.” Karena ada bagian yang tidak terlalu penting untuk karangan tersebut, maka dilakukan penghilangan seperti ini: Ciri pembelajaran yang efektif dalam proses belajar belajar menurut Aunurrahman (2009:34) adalah, “... telah terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.” ii. Kutipan Tak Langsung Karakteristik kutipan tak langsung berbeda dengan kutipan langsung. Hal ini bisa dilihat dari teknis penulisannya berikut: 1. Terintegarasi dengan teks utama. 2. Tidak diapit oleh tanda kutip. 3. Teks kutipan sesuai dengan teks utama. Jika 1 spasi, maka 1 spasi, begitupun jika 1,5 atau 2 spasi; 4. Mencantumkan sumber kutipan. 5. Contoh : Nurgiyantoro menyatakan bahwa, permajasan (figure of thought) merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggaya bahasa yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukung, melainkan pada makna yang ditambah, makna yang tersirat. b. Teknik Mengutip Berdasarkan Penulisan Sumbernya i. Catatan dalam Tubuh Karangan (Body Note) Penggunaan body note dalam menyampaikan sumber rujukan digunakan pada artikel atau karangan yang dimuat di koran ataupun majalah yang tidak memungkinkan penulisan rujukan dengan pola catatan kaki. Semua itu dilakukan karena body note memudahkan dalam proses tata letak baik pada koran, majalah maupun buku. Hal ini karena body note memiliki pola pengutipan yang terintegrasi dengan teks. Dalam body note terdiri dari tiga unsur yakni: 1. Nama pengarang Cukup ditulis nama akhirnya saja dan ditulis tanpa gelar. 2. Tahun terbit Untuk tahun terbit yang ditulis adalah tahun terbit yang ada pada katalog buku yang lazim ada pada awal sebuah buku. 3. Halaman Teks yang kita jadikan rujukan bukan halaman karangan kita sendiri. Selain tiga unsur tadi, cara penulisan body note selalu menggunakan tanda kurung dan tahun serta halaman serta halaman yang dipisah dengan dengan titik dua. Adapun, jika nama di dalam, maka didalam tanda kurung tersebut berisi nama ditambah koma, untuk kemudian ditulis tahun serta halaman yang dijeda dengan titik dua. Perhatiakan contoh berikut: Haryanto (2009: 15) dan Ismail (2008; 5). Adapun variasi lain bisa yang bisa digunakan adalah sumber kutipan bisa diletakkan di awal kutipan maupun di akhir kutipan. Bergantung pada bagaimana penulis menetapkan sumber kutipan tersebut. ii. Catatan Kaki (Foot Note) Catatan kaki lebih sering digunakan dalam tugas-tugas perkuliahan seperti pembuatan makalah, skripsi, tesis, maupun desertasi. Namun, ada juga beberapa peneitian ilmiah yang menggunakan catatan kaki daam menyampaikan sumber rujukannya. Pengunaan catatan kaki pada dasarnya memudahkan pembaca untuk mngetahui secara cepat sumber referensi yang digunakan oleh seorang penulis. Hal ini dikarenakan, unsur yang ada dicacatan kaki menyerupai unsur dalam daftar pustaka dan bahkan ditambah dengan nomer petunjuk dan halaman. Perhatikan unsur catatan kaki dengan penjelasannya sebagai berikut: 1. Nomer petunjuk Nomer petunjuk letaknya di awal dengan bentuk angka arab yang menggantung diatas dan berurutan secara berkesinambungan. Dalam perurutan ini, ada dua cara yang mengabaikan bab sehingga nomor petunjuk berurutan dari bab 1 sampai bab terakhir. Ada juga yang nomor petunjuknya setiap berganti bab dimulai dari nomor satu. 2. Nama pengarang Nama pengarang ditulis seperti baiasa, tidak dibalik dan dengan gelar yang tidak dicantumkan. 3. Judul Karangan Judul juka besumber dari buku, maka judul tersebut diceak miring dan jika bersumber dari majalah, koran, atau internet maka diapit dengan tanda kutip. 4. Data kepustakaan Data kepustakaan meliputi kota terbit, penerbit dan tahun terbit. Ketiga hal itu berada didalam tanda kurung dengan nama kota diawal yang diikuti dengan titik dua untuk kemudian ditulis nama penerbitanya. Setelah nema penerbit, barulah tahun terbit dengan nama penerbit yang dipisah dengan koma. Hal ini berbeda dengan sumber yang berasal dari jurnal, majalah atau koran yang dalam catatan kaki ini nama jurnal, majalah, atau koran tersebut dicetak miring diikuti oleh tanggal penerbitan. Khusus untuk internet, hal yang disampaikan adalah nama laman ( website) diikuti tanggal pengaksessan. 5. Halaman Halaman ditulis diakhir catatan kaki. Ada yang menyingkat kata halam ini dengan hlm. Atau hal., yang kemudian diikuti oleh halaman referensi yang dirujuk. Setelah itu, barulah kemudian diakhiri dengan tanda titik. Contoh dari buku Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), hlm. 5. Contoh non buku Syarif Hidayatullah, “Apa Itu Bahasa: Sepuluh Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli,”Dikutip dari http://Wismasastra. wordpress.com pada 5 januari 2013. 2 Arifin. “ Bahasa kita Bhasa Indonesia.’’ Republika, 12 Desember 2013. Kasus lain yang sering terjadi dalam ketika melakukan pengutipan dari internet adalah nama pengarang dalam laman yang di kunjungi tidak ada. Jika tetap ingin dijadikan sebagai sumber rujukan, maka pada nama pengarang cukup ditulis dengan istilah anonim. Dalam penulisan catatan kaki tidak selamanya sumber rujukan mencantumkan seluruh unsur catatan kaki. Hal ini akan terjadi jika sumber kutipan yang dikutip lebih dari sekali. Maka, kutipan-kutipan selanjutnya cukup diwakili dengan istilah ibid.,loc. Cit, dan op. Cit. Ibid. Merupakan singkatan dari ibidem yang memiliki arti pada tempat yang sama. Penulisan ibid. Dilakukan jika kutipan yang telah dikutip berasal dari sumber rujukan yang sama tanpa dijeda oleh kutipan lain. Penulisan Ibid. Di atas menggunakan halaman karena halaman tersebut berbeda. Jika halamannya sama, maka cukup ditulis dengan Ibid. Selanjutnya adalah Op. Cit. Yang memiliki arti pada karya yang telah dikutip. Sedangkan Loc. Cit. Berarti pada tempat yang telah dikutip. Dengan demikian jelas secara harfiah bahwa Op. Cit. Diunakan jika ada kutipan yang berasal dari buku dengan sumber yang sama, akan tetapi akan dijeda oleh kutipan lain. Adapun Loc. Cit. Digunakan jika ada kutipan yang sama dan berasal dari bukan buku yakni bisa jurnal, majalah, koran, maupun internet, akan tetapi telah dijeda oleh kutipan lain. Perhatikan contoh berikut: 1. Isjoni, Cooperative Learning Ejektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta,2009) hlm. 17. 2. Kiranawati, “Coopertive Integrated Reading and (CIRC)”diunduh dari http://gurupkn.wordpress.com pada tanggal 10 Januari 2013. 3. Isjoni, Op, Cit, hlm. 19. 4. Kiranawati, Loc. Cit. Dari contoh tersebut, nomor 3 merupakan rujukan yang bersumber dari buku dan merujuk pada buku Isjoni. Nama dalam Op. Cit. Maupun Loc. Cit. Harus ada agar tidak tertukar dengan rujukan lain. Sebab bisa saja hal ini trjadi pada kutipan kedua puluh lima, maka jika dituis hanya Op. Cit. Atau Loc. Cit. Saja tentu pembaca akan kebingungan. Adapun Loc. Cit. Mengapa tidak ada halamannya, ini disebabkan karena memangdalam internet tidak ada jumlah halaman. Hal yang sama bisa saja terjadi pada Op. Cit. Jika halaman yang dirujuk ternyata sama dengan kutipan sebelumnya.