KELOMPOK 12
1. Sentrifugasi
2
memisahkan bahan. Pemintalan menyebabkan larutan sampel dalam wadah
berbentuk tabung atau botol mengalami gaya sentrifugal yang mendorong
sampel menjauh dari pusat rotor ke bagian bawah tabung. Gaya sentrifugal
menyebabkan komponen campuran terpisah oleh ukuran karena komponen
yang lebih besar mengalami gaya sentrifugal yang lebih besar daripada
komponen yang lebih kecil. Jadi, gaya sentrifugal mendorong komponen
yang lebih besar dari campuran lebih jauh dari rotor dan lebih dekat ke bagian
bawah tabung.
Sementara banyak prosedur laboratorium menggunakan sentrifugal
konvensional, sentrifugasi gradien densitas memerlukan jenis centrifuge
khusus yang disebut ultrasentrifuge analitik atau ultrasentrifuge. Theodor
Svedberg di Universitas Uppsala di Uppsala, Swedia menemukan sentrifugal
analitik pada pertengahan 1920-an, yang berkontribusi padanya
memenangkan Hadiah Nobel Kimia pada tahun 1926. Ultrasentrifugal
analitik dapat memutar sampel sekitar lima kali lebih cepat daripada
sentrifugal standar. Semakin cepat centrifuge berputar, semakin banyak gaya
yang diberikan pada sampel. Peningkatan gaya tidak hanya memberikan
pemisahan yang lebih jelas dengan mengkondensasi komponen campuran,
dan menyebabkan solusi membentuk gradien densitas selama sentrifugasi.
Definisi kerapatan adalah jumlah materi per satuan volume suatu zat. Zat
padat memiliki lebih banyak zat dalam ruang yang diberikan daripada zat
dansa kurang. Selama sentrifugasi, gradien densitas terbentuk dalam larutan
ketika densitas larutan tersebut secara bertahap meningkat bergerak lebih jauh
dari rotor centrifuge. Selain membentuk gradien kepadatan dan zat pemisah,
banyak ultrasentrifugal analitis memungkinkan para ilmuwan untuk
menganalisis sampel mereka selama proses sentrifugasi. Ketika melakukan
sentrifugasi gradien densitas, peneliti menggunakan kemampuan untuk
mengamati sampel mereka selama sentrifugasi dan untuk melihat urutan
komponen-komponen sampel mereka terpisah dari waktu ke waktu.
Para ilmuwan mulai memahami struktur DNA dan tahu bahwa gen dibuat dari
DNA ketika Meselson dan Stahl melakukan penelitian DNA mereka. Namun,
para ilmuwan tidak mengerti bagaimana DNA menyalin dirinya sendiri untuk
3
mewariskan sifat-sifat bawaan yang tersimpan dalam DNA. Meselson dan
Stahl menciptakan metode sentrifugasi gradien densitas untuk mempelajari
DNA dengan lebih baik. Pada tahun 1953, James Watson dan Francis Crick ,
dua ilmuwan di University of Cambridge di Cambridge, Inggris,
mengusulkan suatu mekanisme di mana DNA mereplikasi dirinya sendiri.
Replikasi diri dari DNA itu menjelaskan bagaimana molekul bisa meneruskan
informasi genetiknya. Sepanjang pertengahan 1950-an, para ilmuwan
mengusulkan mekanisme berbeda untuk menjelaskan fenomena replikasi diri
yang sama. Meselson dan Stahl menggunakan sentrifugasi gradien densitas
untuk menganalisis DNA selama replikasi dan menguji mekanisme replikasi
yang berbeda.
4
senyawa ini dapat dengan mudah mencemari lingkungan karena kelarutan
airnya. Senyawa ini digunakan dalam proses sentrifugasi isopicnik dalam
pemisahan berbagai jenis DNA dan juga digunakan untuk analisis reagen
kimia.
Metode ini menggunakan bahan kimia beracun dan juga tidak mungkin
untuk mengotomatisasi.
Metode lain yang lazim digunakan untuk memisahkan DNA plasmid dengan
DNA genom adalah dengan menggunakan cara sentrifugasi gradient
densitas.
a. Dengan teknik tersebut DNA plasmid akan membentuk pita pada titik
tertentu yang terpisah dengan pita genom, dimana protein akan
mengapung pada permukaan gradient, dan RNA akan berada pada dasar
tabung. Posisi pita-pita DNA dalam tabung bisa terlihat melalui pendaran
etidium bromida yang disinari dengan ultra violet.
5
b. DNA plasmid dapat diambil dengan menusukkan jarum suntik pada
dinding tabung dimana pita DNA plasmid terlihat dan menyedotnya.
c. Sedangkan etidium bromida yang terikat pada DNA plasmid dapat
diekstraksi dengan n-butanol, dan
d. CsCl dihilangkan dengan cara dialisis.
Teknik pemisahan ini dapat memperoleh DNA plasmid murni yang dapat
digunakan sebagai vektor kloning
6
2. Amplifikasi DNA
Amplifikasi DNA dapat dilakukan dengan cara :
1. Invivo : dengan teknik rekayasa genetika/cloning dengan sel hidup
(transform)
2. In vitro : teknik cloning gen dalam tabung reaksi (PCR)
1. Template
Suatu segmen pada molekul DNA (hasil isolasi dari suatu sumber
dan telah diketahui urutan basa nukleotidanya
Digunakan untuk menempelkan primer
2. Primer
Suatu oligonukleotida (15-20 pb)
Dapat disintesis dengan mesin
Sebagai pemicu dengan pembuatan rantai DNA
Primer ini diletakkan dnegan posisi yang berlawanan terhadap rantai
DNA yang akan diperbanyak
3. DNA Polimerase
Enzim yang memiliki kemampuan menggabungkan nukleotida
Mengkatalisis pembentukan DNA yang sedang tumbu diawali dari
primer yang berjalan dari ujung 5’ ke arah 3’
Dapat diisolasi dari bakteri Thermus aquaticus
Tahapan proses
Denaturasi DNA ds menjadi DNA ss (94 C,60”)
7
Annealing (55 C)
Sintesis (72 C)
Satu siklus :
Dimulai dari denaturasi. Annealing sp sintesis selama 5 menit
Proses polimerisasi satu molekul DNA ds menghasilkan 2 copy
Kegunaan PCR
Selain untuk amplifikasi dapat digunakan untuk menentukan apakah
urutan nukelotida suatu DNA mengalami mutasi
Untuk bidang kedokteran forensic
Untuk melacak asal usul seseorang dengan membandingkan “finger
print”
8
DAFTAR PUSTAKA
Artika IM, Safithri M. 2010. Diktat Kuliah Struktur dan Fungsi Subseluler.
Bogor:Departemen Biokimia.
Beran, J.A, 1996, Chemistry in The Laboratory, John Willey & Sons.
Hendra Adijuwana. 1989. Teknik pemisahan Dalam Analisis Biologis. Bogor: IPB
Press.
Miller J.N. 2000. Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry, 4th ed.
Harlow:Prentice. Hal