NIM : 1912511025
PENDAHULUAN
Kuliner adalah hasil olahan yang berupa masakan berupa lauk-pauk, panganan
maupun minuman. Kuliner tidak terlepas dari kegiatan masak-memasak yang erat kaitannya
dengan konsumsi makanan sehari-hari. Kata kuliner merupakan unsur serapan bahasa Inggris
yaitu culinary yang berarti berhubungan dengan memasak (Puspitasari, 2018). Dalam
perkembangannya, penggunaan istilah kuliner digunakan untuk berbagai macam kegiatan,
seperti Seni kuliner yaitu seni persiapan, memasak dan penyajian makanan, biasanya dalam
bentuk makanan. Ada juga wisata kuliner yaitu wisata yang bertujuan untuk mencoba
menikmati hasil masakan di tempat wisata tersebut. Misalnya wisata kuliner bandung yaitu
mencoba menikmati makanan khas daerah Bandung. Saat ini kuliner sudah merupakan
sebuah gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari karena makanan
adalah sebuah kebutuhan sehari-hari. Semua itu, membutuhkan cara pengolahan makanan
yang enak.
Dalam adat pernikahan Jawa, terdapat beberapa tradisi yang harus dilakukan
sebelum hari pernikahan. Runtutnya, tradisi tersebuh memnag diperuntukkan bagi mereka
calon pasangan suami istri yang akan menikah baik dijodohkan maupun tidak. Tradisi yang
paling pertama yaitu nontoni, dimana keluarga mempelai pria menanyakan kepada mempelai
wanita untuk mengetahui status gadis yang akan dijodohkan dengan anaknya, apakah masih
legan (sendiri) atau telah memiliki pilihan sendiri. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar
jangan sampai terjadi benturan dengan pihak lain yang juga menghendaki si gadis menjadi
menantunya. Bila dalam nontoni terdapat kecocokan dan juga mendapat ‘lampu hijau’ dari
pihak gadis, tahap berikutnya akan dilaksanakan panembung.
Prosesi ini lah yang penulis anggap menarik jika dijadikan sebuah konsep
dalam gastrodiplomasi. Dari berbagai jenis sajian khas Jawa, Dawet menjadi salah satu sajian
yang sampai sekarang masih bisa ditemukan dengan mudah. Sajian dalam bentuk minuman
ini mudah sekali dikenali. Hadir dengan cita rasa yang manis, lengkap dengan isian berupa
cendol, menjadikan dawet memiliki tempat tersendiri bagi penikmatnya (Boga, 2019). Dawet
bisa dengan mudah ditemukan di Jawa. Penjual dawet biasanya menjajakan dagangannya di
sepanjang jalan dengan menggunakan gerobak. Di balik gerobak tersebut, kalian akan
menemukan hidangan dengan rasa yang sangat khas. Sangat pas manakala diteguk saat cuaca
sedang terik. Bagi orang Jawa, dawet bukan hanya menjadi pelepas dahaga saja. Lebih dari
itu, dawet juga menjadi bagian penting dalam ritual pernikahan Jawa. Orang Jawa biasanya
menyebutnya “Dodol Dawet”, bisa diartikan dengan berjualan dawet. Ritual ini sudah
berlangsung bertahun-tahun. Di tempat tinggal saya, dodol dawet masih menjadi salah satu
bagian terpenting yang tidak boleh terlewatkan dalam prosesi pernikahan.
Sebelum ritual digelar, pemilik rumah dibantu para tetangga akan menyiapkan
dawet lengkap dengan cendol sebagai isiannya. Proses pembuatan dawetnya juga sama
seperti membuat dawet pada umumnya. Yang membedakan hanya jumlah porsinya saja.
Lebih banyak. Mengingat minuman ini akan dibagikan kepada para tetangga dan juga tamu
yang hadir. Setelah semuanya siap, pemilik hajat segera menjajakan dawetnya di hadapan
para tetangga dan juga tamu undangan.
“Dodol dawet” yang bermakna dari cendol yang berbentuk bulat yang
melambangkan kebulatan tekad orang tua untuk menjodohkan anak. Membeli dawet dengan
kereweng (pecahan genting). Hal itu menunjukkan bahwa kehidupaan manusia berasal dari
bumi, adapun yang melayani pembeli adalah ibu, yang menerima pembayaran adalah ayah.
Hal ini mengajarkan bahwa mencari nafkah harus selalu saling membantu menurut KRAY.
TG Ami Soekardi (Mahligai, 2007 : 23). Adapula makna dari tradisi “dodol dawet”, yaitu
Cendol yang berbentuk bulat merupakan lambang kebulatan kehendak orang tua untuk
menjodohkan anak. Uang kreweng/ pecahan genting dari tanah liat berarti kehidupan manusia
berasal dari bumi atau tanah.
Dodol dawet memang merupakan sebuah tradisi jawa yang sampai saat ini
tetap dilaksanakan. Tradisi dan ritual sebagai bagian dari Antropologi dan Ilmu Sosial
menurut Geertz (1992: VI) berisi sistem makna dan simbol yang harus dibaca,
ditransliterasikan serta diinterpretasikan maknanya dari simbol-simbol yang ada sehingga
tidak sekadar sebagai suatu pola perilaku yang sifatnya konkrit atau sekadar mencari
hubungan sebab akibat. Dari teori tersebut, makna terdalam dari sebuah tradisi dan ritual
harus digali melalui upaya menafsirkan simbol-simbol yang ada dari kedua hal tersebut.
Secara mendalam, tradisi dan ritual menjadi sesuatu yang berhubungan dengan simbol-
simbol yang berada di hadapan manusia sekaligus dilakukan secara sadar dan turun-temurun,
khususnya di tanah Jawa seperti tradisi dan ritual pernikahan (ngepati, mitoni, ngunduh
manten, masang tarub, dodol dawet, midodareni, dll) hingga tradisi dan ritual kematian.
Oleh karena itu, penulis berinisiatif untuk menjadikan “dodol dawet” sebagai
konsep dalam menghidangkan dan menjamu tamu. Nantinya para tamu akan di ajak makan
bersama dalam satu kelompok yang berisi 4 sampai 5 orang dan menikmati setiap proses
tradisi “dodol dawet” tersebut. Es dawet sendiri akan dijadikan sebagai “highlight” dalam
konsep kali ini.
SUSUNAN MENU
1. Pembuka hidangan atau biasa disebut Appetizer, kali ini penulis menyajikan “Sop
Manten” dengan isian sayuran dan daging yang sangat cocok untuk konsep acara.
Gambar 1
2. Menu utama tatau biasa disebut “Main Course”, penulis menggunakan “Sekul Gurih
(Nasi Gurih), Iwak Ingkung (Ayam satu ekor), Kulup Urap (Sayur Urap), Kluwih
santan, Sambal Goreng Tempe, Trancam (Urap Timun), dan aneka sambal.
Gambar 2
3. Makanan Pencuci Mulut atau Dessert. Penulis menyajikan Es Dawet sebagai Dessert,
karena es dawet memiliki rasa manis yang pas dan sedikit tekstur dari cendolnya. Di
hidangkan terakhir, dapat memberikan kesan unik dan tak terlupakan dengan cara
membeli es dawet tersebut menggunakan pecahan kreweng atau genteng yang
berbahan baku dari tanah.
Gambar 3
Gambar 4
Keterangan
Gambar 1 : Sop Manten adalah sajian berkuah hangat di acara pernikahan. Sup manten
biasanya berisikan ayam, wortel, kapri, kembang kol, kentang, jamur putih,
dan jamur kuping. Saat diberi kuah, sop akan semakin lezat karena rasa
kaldu ayam yang gurih ditambah aroma bawang putih sangat kaya.
Kuahnya bening, dengan sayuran direbus terpisah. Isi sup akan ditata dalam
piring dan disiram kuah panas ketika akan disajikan.
Gambar 2 : Sego Gurih atau nasi gurih merupakan sebuah wujud dari rasa syukur dan
meminta kesalamatan kepada Tuhan. Dengan filosofi tersebut maka
seringkali kita juga menjumpai nasi gurih disajikan dalam upacara tradisi
syukuran dan slametan dalam budaya jawa. Sedangkan Iwak Ingkung atau
ayam satu ekor utuh ayam ingkung berasal dari kata “manengkung” yang
berarti memanjatkan doa kepada Tuhan dengan kesungguhan hati. Ayam
ingkung menjadi komponen pokok (Kirana, 2019). Sedangkan Kulup Urap
(Sayur Urap), Kluwih santan, Sambal Goreng Tempe, Trancam (Urap
Timun), dan aneka sambal merupakan makanan pendamping “side dish”.
Gambar 3 : Menunjukkan foto dimana seorang Ibu sedang menuangkan dan menjual es
dawet dengan menggunakan kebaya dan riasan khas jawa. Hal tersebut
adalah momen penting dimana tradisi “dodol dawet” berlangsung. Nantinya
para tamu akan membayar dawet yang sudah diminum dengan pecahan
kendi tanah.
Gambar 4 : Es Dawet merupakan salah satu hidangan manis yang tak asing lagi bagi
masyarakat jawa. Es dawet sendiri terdiri dari cendol yang berasal dari
tepung beras lalu dicetak lalu diberi santan kental dan juga sirup gula jawa,
agar lebih segar bisa ditambahkan es batu. Es Dawet sangat cocok di
jadikan pencuci mulut setelah perjamuan. Dan memiliki esensi yang
sangata kental dengan konsep yang di usung kali ini.
RANCANGAN BIAYA
Es Dawet
Bahan Dawet:
50 gram tepung sagu aren
75 gram tepung beras
600 ml air
1 sendok teh garam
700 gram es serut kasar
Bahan Sirop:
300 gram gula merah, disisir
2 lembar daun pandan
250 ml air
1/4 sendok teh garam
5 buah nangka, dipotong panjang
Bahan Kuah Santan:
500 ml santan dari 1/2 butir kelapa
2 lembar daun pandan
1/4 sendok teh garam
Cara Membuat Es Dawet:
1. Cendol, larutkan tepung beras, tepung sagu di dalam air dan garam. Masak sambil
2. Tuang adonan ke dalam cetakan cendol. Tekan di atas baskom yang berisi air es.
3. Sirop, didihkan gula merah, air, daun pandan, dan garam di atas api kecil sampai
4. Kuah santan, rebus bahan kuah santan sambil diaduk sampai mendidih dan matang.
Seperti dikutip buku '38 Inspirasi Usaha Makanan Minuman untuk Home Industry Modal di
Bawah 5 Juta' karya Yuyun A. yang terbit tahun 2010, Sabtu (1/2/220), berikut ini langkah-
langkah dalam memulai bisnis es dawet.
KONSEP KEWIRAUSAHAAN
Tradisi “Dodol Dawet” merupakan salah satu tradisi Jawa yang unik dan khas dari
sekian banyaknya tradisi. Tradisi ini bisa di katakan sangat menarik karena Ibu dari mempelai
wanita menjual es dawet kepada para tamu undangan dengan membelinya menggunakan
kereweng (pecahan genting). Hal itu menunjukkan bahwa kehidupaan manusia berasal dari
bumi, sedangkan yang menerima pembayaran adalah ayah. Adapula makna dari tradisi
“dodol dawet”, yaitu dawet yang berbentuk bulat merupakan lambang kebulatan kehendak
orang tua untuk menjodohkan anak. Uang kreweng/ pecahan genting dari tanah liat berarti
kehidupan manusia berasal dari bumi atau tanah.
Dewasa ini, Gastrodiplomasi dalam sebuah negara sangat di butuhkan guna
memperkenalkan kuliner khas dari berbagi daerah yang ada di Indonesia kepada dunia.
Makan bersama dalam satu wadah merupakan salah satu kebiasaan atau kebudayaan
masyarakat Indonesia. Bahkan di setiap daerah memiliki nama atau sebutan masing-masing.
Misalnya di Bali, makan bersama dlam satu kelompok yang berisi 5 sampa 8 rang dengan
menggunakan wadah yang sama dan duduk adalah hal yang wajar dan sering di laksanakan.
Hal ini menjadi salah satu cara untuk melakukan gastrodiplomasi bukan hanya dari kuliner,
melainkan melalui sebuah kebudaan dan tradisi. Bagaimana sebuah makanan, tradisi, dan
kebudayaan di kolaborasikan menjadi satu konsep yang utuh, nantinya dapat menjadi salah
satu daya tarik Indonesia dalam segi kuliner.
Es dawet bisa di jadikan salah satu makanan untuk gastrodiplomasi, dengan
menambahkan unsur tradisi mampu menambah keunikan kuliner tersebut. Penulis berencana
menjadikan es dawet menjadi usaha yang dapat dikembangkan sekaligus mendukung
program pemerintah untuk mempromosikan kuliner lokal. Nantinya para pembeli akan
menukarkan uang mereka menggunakan pecahan kreweng/genteng dan menukarnya dengan
satu porsi dawet yang dipikul sepasang perempuan dan laki-laki dengan menjggunakan baju
adat khas jawa, agar menambah suasana kental jawa. Memadukan makanan dan tradisi
mampu menjadi daya tarik pembeli untuk menikmati makanan dan suasanya.
Jika dilihat dari jumlah biaya yang digunakan untuk membeli bahan, maka
satu porsi es dawet khas jawa bisa dijual kurang lebih Rp.20.000-,. Kembali lagi, dimana
lokasi membuka kedainya dan daya saing di kota tersebut. Dobrakan seperti ini mampu
meningkatkan rasa bangga dan cinta akan kuliner nusantara.
KESIMPULAN
Seiring dengan perkembangan pariwisata di Indonesia, wisata alam sebenarnya
bukan lagi menjadi media utama bagi para wisatawan untuk berkunjung, tetapi meliputi
beragam unsur seperti kuliner, nilai-nilai kebudayaan serta sejarah kini telah menjadi alasan
para wisatawan untuk berkujung dan berwisata. Bahkan, kuliner telah menjadi media
diplomasi untuk memikat para wisatawan lokal ataupun asing agar dapat berkunjung ke
suatu daerah yang disebabkan oleh daya tarik kulinernya. Indonesia harusnya mulai belajar
dari negara-negara yang telah dulu melakukan gastrodiplomasi seperti Korea, Jepang, dan
Thailand. Dalam mendukung gastrodiplomasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia
untuk memperkenalkan makanan khas Indonesisa, maka ada baiknya mengangkat salah satu
ide ataupun konsep tradisi yang ada di Jawa Timur. Dari sekian banyaknya tradisi di Jawa
Timur, penulis tertarik untuk menggunakan tradisi “Dodol Dawet Manten”.
“Dodol dawet” yang bermakna dari cendol yang berbentuk bulat yang
melambangkan kebulatan tekad orang tua untuk menjodohkan anak. Membeli dawet dengan
kereweng (pecahan genting). Keunikan tradisi ini membuat penulis ingin mengangkatnya
menjadi konsep dalam mengembangkan gastrodiplomasi di Indonesia. Es dawet bisa di
jadikan salah satu makanan untuk gastrodiplomasi, dengan menambahkan unsur tradisi
mampu menambah keunikan kuliner tersebut. Penulis berencana menjadikan es dawet
menjadi usaha yang dapat dikembangkan sekaligus mendukung program pemerintah untuk
mempromosikan kuliner lokal. Nantinya para pembeli akan menukarkan uang mereka
menggunakan pecahan kreweng/genteng dan menukarnya dengan satu porsi dawet yang
dipikul sepasang perempuan dan laki-laki dengan menjggunakan baju adat khas jawa, agar
menambah suasana kental jawa. Memadukan makanan dan tradisi mampu menjadi daya tarik
pembeli untuk menikmati makanan dan suasanya.
DAFTAR PUSTAKA
Hayati, Ika. 2019. Dodol Dawet di dalam Pernikahan Jawa. https://etnis.id/dodol-dawet-di-
dalam-pernikahan-jawa/. (diakses pada tanggal 15 Mei 2020).
Kirana, Febi. 2019. Sejarah Filosofi Ayam Ingkung, Lauk Utama Tumpeng dalam Adat Jawa.
https://etnis.id/dodol-dawet-di-dalam-pernikahan-jawa/. (diakses pada tanggal 15
Mei 2020).
Widianto, Danar. 2017. Ungkapan Syukur Penuh Makna Dengan Wujud Sego Gurih.
https://www.krjogja.com/berita-lokal/diy/yogyakarta/ungkapan-syukur-penuh-
makna-dengan-wujud-sego-gurih/. (diakses pada tanggal 16 Mei 2020).
Astarini, Dwi. 2018. Sup Manten, Sajian Berkuah Hangat di Pesta Pernikahan.
https://merahputih.com/post/read/sup-manten-sajian-berkuah-hangat-di-pesta-
pernikahan. (diakses pada tanggal 16 Mei 2020).
Safrudin, Aziz. 2017. Tradisi Pernikahan Adat Jawa Keraton Membentuk Keluarga Sakinah.
Jurnal Kebudayaan Islam. 15 (1) : 22-34.
Endah, Karwa. 2006. Petung Prosesi dan Sesaji dalam Ritual Manten Masyarakat Jawa.
Jurnal Kejawen. 1(2) : 64-73.